Anda di halaman 1dari 52

ENSEFALITIS

Definisi
 Ensefalitis adalah suatu peradangan yang menyerang
otak (radang otak) disebabkan oleh virus, bakteri, jamur
dan parasit.Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi Virus. Terkadang ensefalitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis,
atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies
(disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh
bakteri) .Penyakit parasit dan proto'oa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis
pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang.
Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap
tengkorak dan menyebabkan kematian.
ETIOLOGI
 Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungus dan
riketsia. Penyebab yang tersering adalah virus. Infeksi dapat
terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi
radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Ensefalitis juga dapat diakibatkan oleh invasi langsung
cairan serebrospinal selama pungsi lumbal.
 Berbagai jenis virus dapat menimbulkan Ensefalitis, dengan
gejala klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta
epidemiologinya, diketahui berbagai macam Ensefalitis
virus. Menurut Soedarmo dkk, bahwa virus Ensefalitis
berkembang biak dari sel hidup yaitu di dalam nukleus dan
sitoplasma seperti babi, kuda, gigitan nyamuk dan lain lain.
klasifikasi
 Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah :
-Staphylococcus aureus, Streptococcus, E. Coli dan M. Tuberculosa

 Ensefilitis siflis
Disebabkan oleh Treponema pallidum

 Ensefalitis Virus
-Virus RNA
-Virus DNA

 Ensefalitis karena Parasit


-Malaria Serebral
-Tokoplasmosis
-Amebiasis
 Ensefalitis karena Fungus (Jamur)
Fungus yang dapat menyebabkan radang lain :
- Candida albicans, Crytococcus neoformans,
Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor
mycosis

 Riketsiosis Serebri
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang
dramatis berupa Delirium dan penurunan progresif
kesadaran.
 Dapat timbul kejang dan gerakan-gerakan abnormal.
 Kenaikan suhu yang mendadak
 Hiperpireksia,
 Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor,
letargi),
 Kaku kuduk,
 peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan
kadang-kadang kelumpuhan.
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti untuk Ensefalitis adalah
berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi jaringan
otak. Secara praktis diagnostik dibuat berdasarkan
manifestasi neurologik dan informasi
epidemiologic. Sebaiknya diagnosis ensefalitis
ditegakkan dengan
Anamnesis
Anamnesis yang cermat, tentang kemungkinan adanya
infeksi akut atau kronis, keluhan, kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intra kranial, adanya gejala, fokal
serebral/serebelar, adanya riwayat pemaparan selama 2-3
minggu terakhir terhadap penyakit melalui kontak,
pemaparan dengan nyamuk, riwayat bepergian ke daerah
endemik dan lain-lain
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik/neurologik, perlu dikonfirmasikan dengan hasil
anamnesis dan sebaliknya anamnesis dapat diulang berdasarkan
hasil pemeriksaan.
 Gangguan kesadaran
 Hemiparesis
 Tonus otot meninggi
 Reflek patologis positif
 Reflek fiisiologis menningkat
 Klonus
 Gangguan nervus kranialis
 Ataksia
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Pungsi lumbal

Pungsi lumbal adalah prosedur sering dilakukan di departemen


gawat darurat untuk mendapatkan informasi tentang cairan
cerebrospinal (CSF). Meskipun biasanya digunakan untuk tujuan
diagnostik untuk menyingkirkan potensi kondisi yang mengancam
jiwa seperti meningitis bakteri atau perdarahan subarachnoid, pungsi
lumbal juga kadang-kadang dilakukan untuk alasan terapeutik,
seperti pengobatan pseudotumor cerebri. Analisis cairan CSF juga
dapat membantu dalam diagnosis berbagai kondisi lain, seperti
penyakit demielinasi dan meningitis carcinomatous.
 Darah
-darah lengkap
-Al (angka leukosit) : normal atau meninggi tergantung etiologi
-Hitung jenis : normal/dominasi sel polimorfenuklear
-Kultur : 80-90 % positif
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Isolasi virus
 Serologi
 Gram stain
 Serologi sifilis
 CT scan kepala
 EEG / Electroencephalography
PENATALAKSANAN ENSEFALITIS
TUJUAN

Mempertahankan fungsi organ dengan


mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian
makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi
gangguan asam basa darah
TATALAKSANA

1. Mengatasi Kejang
2. Memperbaiki homeostatis
3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang
ditimbulkan oleh anoksia serebri
4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi
5. Pengobatan :
i. Terapi kausatif
ii. Terapi simptomatis
TEORI KASUS
Anamnesis yang cermat, tentang Berdasarkan laporan kasus,pada pasien
kemungkinan adanya infeksi akut atau kronis ditemukan :
dari - Penurunan kesadaran
- Tingkat kesadaran - Kejang
- Riwayat kejang - Riwayat demam
- Peningkatan TIK - Riwayat pilek dan batuk
- Gejala fokal serebral/serebelar
TEORI KASUS
Pemeriksaan fisik/neurologik Berdasarkan laporan kasus,pada pasien
ditemukan ditemukan:
• Gangguan kesadaran -Status mental pasien somnolen
• Hemiparesis -pemeriksaan rangansangan meningeal
• Tonus otot meninggi (-),tidak dijumpai kaku kuduk
• Perangsangan meningeal negatif -pemeriksaan nervus kranialis tidak
• Reflek patologis positif didapatkan kelainan
• Reflek fiisiologis menningkat -pemeriksaan simtem motorik ,tidak
• Klonus dijumpai kelainan
• Gangguan nervus kranialis -pemeriksaan refleks adalah normal
• Ataksia -pemeriksaan sensorik ditidak dapat
dilakukan
PEMBAHASAN

TEORI KASUS
Tujuan penatalaksanaan adalah Berdasarkan laporan kasus,. Pasien
mempertahankan fungsi organ dengan diberikan:
mengusahakan jalan nafas tetap • IVFD RL 20gtt/ menit
terbuka, pemberian makanan enteral • Inj Ranitidin 50g/12jam
atau parenteral, menjaga • Inj Ceftriaxon 2gr/12jam
keseimbangan cairan dan elektrolit dan • Inj Diazepam (K/P)
koreksi gangguan asam basa darah • Fenitoin 3x100g
• Paracetamol 3x500mg
STATUS ORANG SAKIT
 Identitas Pribadi.
 Nama : Perkenakan Purba
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 30 tahun
 Suku Bangsa : Indonesia
 Agama : Islam
 Alamat : Dusun IV Lau Maem Desa Sugam

 Anamnesa
 Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Telaah :Hal ini dialami pasien 2 hari sejak masuk rumah sakit. Hal ini terjadi setelah
pasien mengalami kejang. Riwayat nyeri kepala dijumpai 2 hari ini. Riwayat muntah
menyembur disangkal. Riwayat kejang dijumpai sejak pasien berusia 14 tahun, namun
pasien sudah 10 tahun ini tidak minum obat kejang. Dalam 2 hari ini, pasien mengalami
kejang >5x dengan durasi 1-2 menit. Kejang berupa hentakan kedua tangan dan kaki.
Sebelum kejang, pasien sadar, saat kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien tidur.
Riwayat demam dijumpai 2 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Riwayat Kejang.


Riwayat Penggunaan Obat : Tidak jelas.

Anamnesa Traktus
Traktus Sirkulatorius : -
Traktus Respiratorius : Dalam batas normal
Traktus Digestivus : Dalam batas normal
Traktus Urogenitalis : Dalam batas normal
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : Kejang
Intoksikasi & Obat-obatan : Tidak jelas
Anamnesa Keluarga
Faktor Herediter : -
Faktor Familier : -
Lain-lain : -

Anamnesa Sosial
Kelahiran dan Pertumbuhan : tidak jelas
Imunisasi : tidak jelas
Pendidikan : tamat SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Perkawinan dan Anak : Belum Menikah
Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 110x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Temperatur : 38.8℃
Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
Kelenjar dan Getah Bening : Dalam batas normal
Persendian : Dalam batas normal
Kepala Dan Leher
Bentuk dan Posisi : bulat
Pergerakan : +
Kelainan Panca Indera : -
Rongga Mulut dan Gigi : dalam batas normal
Kelenjar Parotis : dalam batas normal
Desah : tidak ada
Dan lain-lain : -
Rongga Dada Dan Abdomen
Rongga Dada Rongga Abdomen
Inspeksi : simetris simetris
Perkusi : sonor timpani
Palpasi : SF kanan = kiri soepel
Auskultasi : vesikuler normal
Genitalia
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Neurologi
Sensorium : Somnolen
Kranium
Bentuk : bulat
Fontanella : tertutup
Palpasi : dalam batas normal
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal
Transiluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk : -
Tanda Kerniq : -
Tanda Brudzinski I : -
Tanda Brudzinski II : -
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah : -
Sakit Kepala : +
Kejang : +
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus I
Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : sulit dinilai sulit dinilai
Anosmia : sulit dinilai sulit dinilai
Parosmia : sulit dinilai sulit dinilai
Hiposmia : sulit dinilai sulit dinilai
II)Nervus II
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Visus : sulit dinilai sulit dinilai
Lapangan Pandang
Normal : sulit dinilai sulit dinilai
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Scotoma : sulit dinilai sulit dinilai
Refleks Ancaman
Fundus Okuli
warna : dalam batas normal dalam batas normal
batas : dalam batas normal dalam batas normal
ekskavasio : dalam batas normal dalam batas normal
arteri : dalam batas normal dalam batas normal
vena : dalam batas normal dalam batas normal
III)Nervus III,IV,VI
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Gerakan Bola Mata : sulit dinilai sulit dinilai
Nistagmus : - -
Pupil
Lebar : 3mm 3mm
Bentuk : bulat, isokor bulat, isokor
Refleks Cahaya Langsung : + +
Refleks Cahaya Tidak Langsung : + +
Rima Palpebra : 7mm 7mm
Deviasi Konjugate : - -
Fenomena Doll’s Eye : + +
Strabismus : - -
IV)Nervus V
Motorik Kanan Kiri
Membuka dan Menutup Mulut : sulit dinilai sulit dinilai
Palpasi Otot Masseter & Temporalis: sulit dinilai sulit dinilai
Kekuatan Gigitan : sulit dinilai sulit dinilai
Sensorik
Kulit : sulit dinilai sulit dinilai
Selaput Lendir : sulit dinilai sulit dinilai
Refleks Kornea
Langsung : + +
Tidah Langsung : + +
Refleks Masseter : sulit dinilai
Refleks Bersin : + +
V)Nervus VII
Motorik Kanan Kiri
Mimik : sulit dinilai sulit dinilai
Kerut Kening : sulit dinilai sulit dinilai
Menutup Mata : sulit dinilai sulit dinilai
Meniup Sekuatnya : sulit dinilai sulit dinilai
Memperlihatkan Gigi : sulit dinilai sulit dinilai
Tertawa : sulit dinilai sulit dinilai
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah: sulit dinilai
Produksi Kelenjar Ludah : sulit dinilai
Hiperakusis : sulit dinilai
Refleks Stapedial : sulit dinilai
VI)Nervus VIII

Auditorius Kanan Kiri

Pendengaran : sulit dinilai sulit dinilai

Test Rinne : sulit dinilai sulit dinilai

Test Weber : sulit dinilai sulit dinilai

Test Schwabach : sulit dinilai sulit dinilai

Vestibularis

Nistagmus : - -

Reaksi Kalori : tidak dilakukan pemeriksaan

Vertigo : tidak dilakukan pemeriksaan

Tinnitus : tidak dilakukan pemeriksaan

VII)Nervus IX, X

Pallatum Mole : sulit dinilai

Uvula : sulit dinilai

Disfagia : -

Disartria : -

Disfonia : -

Refleks Muntah : +

Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : tidak dilakukan pemeriksaan


VIII)Nervus XI
Kanan Kiri
Mengangkat Bahu : sulit dinilai sulit dinilai
Fungsi Otot Sternocleidomastoideus : sulit dinilai sulit dinilai

IX)Nervus XII
Lidah
Tremor : sulit dinilai
Atrofi : sulit dinilai
Fasikulasi : sulit dinilai
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : medial
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : sulit dinilai
Sistem Motorik
Trofi : normal
Tonus Otot : normal
Kekuatan Otot : sulit dinilai

Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring) : sulit dinilai


Gerakan Spontan Abnormal
Tremor : dalam batas normal
Khorea : dalam batas normal
Ballismus : dalam batas normal
Mioklonus : dalam batas normal
Atetosis : dalam batas normal
Distonia : dalam batas normal
Spasme : dalam batas normal
Tic : dalam batas normal
Dan lain-lain : dalam batas normal
Test Sensibilitas
Eksteroseptif : sulit dinilai
Proprioseptif : sulit dinilai
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Stereognosis : tidak dilakukan pemeriksaan
Pengenalan Dua Titik : tidak dilakukan pemeriksaan
Grafestasia : tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Radioperiost : ++ ++
APR : ++ ++
KPR : ++ ++
Strumple : ++ ++
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppeheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : - -
Hoffman-Tromner : -/- -/-
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : - -
Koordinasi
Lenggang : sulit dinilai
Bicara : sulit dinilai
Menulis : sulit dinilai
Percobaan Apraksia : sulit dinilai
Mimik : sulit dinilai
Test Telunjuk-Telunjuk : sulit dinilai
Test Telunjuk-Hidung : sulit dinilai
Diadokhokinesia : sulit dinilai
Test Tumit-Lutut : sulit dinilai
Test Romberg : sulit dinilai
Vegetatif
Vasomotorik : tidak dilakukan pemeriksaan
Sudomotorik : tidak dilakukan pemeriksaan
Pilo-Erektor : tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
Potens dan Libido : tidak dilakukan pemeriksaan

Vertebra
Bentuk
Normal : +
Scoliosis : -
Hiperlodosis : -
Pergerakan
Leher : +
Pinggang : +
Tanda Perangsangan Radikuler
Laseque : -
Cross Laseque : -
Test Lhermitte : -
Test Naffziger : -

Gejala-Gejala Serebelar
Ataksia : -
Disartia : -
Tremor : -
Nistagmus : -
Fenomena Rebound : -
Vertigo : -
Dan Lain-lain : -
Fungsi Luhur
Kesadaran Kualitatif : somnolen
Ingatan Baru : sulit dinilai
Ingatan Lama : sulit dinilai
Orientasi
Diri : sulit dinilai
Tempat : sulit dinilai
Waktu : sulit dinilai
Situasi : sulit dinilai
Intelegnesia : sulit dinilai
Daya Pertimbangan : sulit dinilai
Reaksi Emosi : sulit dinilai
Afasia : sulit dinilai
Ekspresif : sulit dinilai
Represif : sulit dinilai
Apraksia : sulit dinilai
Agnosia : sulit dinilai
Agnosis Visual : sulit dinilai
Agnosia Jari-jari : sulit dinilai
Akalkulia : sulit dinilai
Disorientasi Kanan-kiri : sulit dinilai
Follow Up
Tanggal S O A P
19/4/2019 Penurunan Sens: Somnolen Obs Konvulsi ec IVFD RL 20gtt/i
Kesadaran TD : susp Ensefalitis Inj Ranitidin
120/90mmHg 50g/12jam
Temp : 37,9˚c Inj Ceftriaxon
2gr/12jam
Inj Diazepam (K/P)
Fenitoin 3x100g
Pct 3x500mg
20/4/2019 Penurunan Sens: Somnolen Obs Konvulsi ec IVFD RL 20gtt/i
Kesadaran TD : susp Ensefalitis Inj Ranitidin
130/90mmHg 50g/12jam
Temp : 40˚c Inj Ceftriaxon
2gr/12jam
Inj Diazepam (K/P)
Fenitoin 3x100g
Pct drip 1000g jika
temp < 38˚ c pct
3x500mg
21/4/2019 Perbaikan Sens: Somnolen Obs Konvulsi ec IVFD RL 20gtt/i
kesadaran, TD :130/90mmHg susp Ensefalitis Inj Ranitidin
kejang (-) 50g/12jam
Temp : 38˚c Inj Ceftriaxon
2gr/12jam
Inj Diazepam (K/P)
Fenitoin 3x100g
Pct 3x500mg
22/4/2019 Perbaikan Sens: Apatis Obs Konvulsi ec IVFD RL 20gtt/i
kesadaran, TD : 120/90mmHg susp Ensefalitis Inj Ranitidin
kejang (-) Temp : 38˚c 50g/12jam
Inj Ceftriaxon
2gr/12jam
Inj Diazepam (K/P)
Fenitoin 3x100g
Pct 3x500mg
23/4/2019 Perbaikan Sens: Apatis Obs Konvulsi ec IVFD RL 20gtt/i
kesadaran, TD : 120/90mmHg susp Ensefalitis Inj Ranitidin
kejang (-) Temp : 38˚c 50g/12jam
Inj Ceftriaxon
2gr/12jam
Inj Diazepam (K/P)
Fenitoin 3x100g
Pct 3x500mg
KESIMPULAN
 Pasien, 30 thn dibawa ke RSUP Haji Adam Malik dengan penurunan
kesadaran dua hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat kejang dijumpai > 5
kali dengan durasi +/- 1-2 menit. Kejang berupa hentakan pada kedua tangan
dan kaki pasien. Diagnosa ditegakkan melalui hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang.

 Pasien diberi penatalaksanaan sebagai berikut:


 Bedrest
 IVFD RL. SOL 20gtt/i
 Inj diazepam 10mg bolus pelan jika kejang
 Inj ranitidine 50g/12 jam
 Fenitoin 3x100g
 PCT 3x500 mg

Anda mungkin juga menyukai