Anda di halaman 1dari 27

TINJAUAN PUSTAKA

TRANSIENT VISUAL LOSS

Disusun oleh:
dr. Salmah Alaydrus

Pembimbing:
Dr. Riski Prihatningtias, Sp. M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR KARIADI SEMARANG
SEMARANG
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................ 8
BAB II ........................................................................................................................ 10
2.1 Kehilangan penglihatan sementara (TVL) ................................................... 10
2.1.1 Monokular vs binokular ........................................................................... 13
2.2 Diagnosis ........................................................................................................... 14
2.2.1 Tekanan darah .......................................................................................... 14
2.2.2 Inspeksi ...................................................................................................... 14
2.2.3 Lapang pandang ....................................................................................... 14
2.2.4 Penilaian pupil........................................................................................... 15
2.2.5 Penglihatan warna .................................................................................... 16
2.2.6 Funduskopi ................................................................................................ 17
2.2.7 Pemeriksaan lain ....................................................................................... 18
2.3 Kehilangan penglihatan monokular sementaraError! Bookmark not
defined.Error! Bookmark not defined.19
2.3.1 Faktor vaskularError! Bookmark not defined.Error! Bookmark not
defined.19
2.3.2 Faktor neurologi .......................................... Error! Bookmark not defined.20
2.3.3 Faktor oftalmik ........................................... 21 Error! Bookmark not defined.
2.4 Kehilangan penglihatan binokular sementara Error! Bookmark not defined.23
2.4.1 Faktor vaskularError! Bookmark not defined.23
2.4.2 Faktor neurologiError! Bookmark not defined.23
2.4.3 Faktor oftalmik ..................................... 24Error! Bookmark not defined.
BAB III ....................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKAError! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.29

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi sirkulasi anterior di mana darah disuplai ke bagian anterior dari
kedua hemisfer otak dan mata

Gambar 2. Ilustrasi sirkulasi posterior di mana darah disuplai ke bagian posterior


belahan otak (termasuk lobus oksipital) serta batang otak dan otak kecil

Gambar 3. Pemeriksaan lapang pandang untuk konfrontasi

Gambar 4. Pemeriksaan RAPD

Gambar 5. Gambaran edema diskus yang pucat pada arterits giant cell neuropati
optik iskemik anterior

Gambar 6. Gambaran emboli dalam cabang arteri retina (panah).)

Gambar 7. Gambaran oklusi arteri retina sentral

Gambar 8. Gambar mata kanan diperoleh dengan kamera fundus reguler yang
diambil segera setelah serangan (A) dan 1 bulan setelah serangan dalam
kondisi normal (B)

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori kehilangan penglihatan sementara

Tabel 2. Penyebab umum kehilangan penglihatan sementara (TVL)

Tabel 3. Pertanyaan terkait saat anamnesis

Tabel 4. Penyebab kehilangan penglihatan mendadak

Tabel 5. Langkah pemeriksaan RAPD

Tabel 6. Temuan pemeriksaan fisik yang spesifik pada kehilangan penglihatan


monokular

Tabel 7. Differential diagnosis edema diskus optikus bilateral

4
DAFTAR SINGKATAN

AAION : Arteritic anterior ischemic optic neuropathy


BRAO : Branch Retinal Artery Occlusion
CNVM : Choroidal Neovascularization Membrane
CRA : Central Retinal Artery
CRAO : Central Retinal Artery Occlusion
GCA : Giant Cell Arteritis
ICA : Internal Carotid Artery
ICP : Intra Cranial Pressure
ICHD : International Classification of Headache Disorders
MRA : Magnetic Resonance Angiography
MRI : Magnetic Resonance Imaging
ON : Neuritis Optic
ONHD : Optic Nerve Head Drusen
PLR : Pupillary Light Reflex
RAPD : Relative Afferent Pupillary Defect
SAP : Static Automated Perimetry
SSP : Sistem Saraf Pusat
TIA : Transient Ischemic Attack
TMB : Transient Monocular Blindness
TVL : Transient Visual Loss
TVO : Transient Visual Obscurations
VFL : Visual Field Loss

5
BAB I
PENDAHULUAN

Hilangnya penglihatan sementara adalah gejala oftalmologis yang menanamkan


kekhawatiran pada pikiran pasien dan dokter mata. Pasien biasanya khawatir tentang
kehilangan penglihatan permanen dan pada dokter tentang kondisi mendasar yang
serius. Penyebabnya beragam dan dapat mencakup kondisi yang mengancam jiwa
seperti penyakit arteri karotid atau emboli jantung atau kondisi yang relatif jinak seperti
migrain.1,

Hilangnya penglihatan sementara (TVL) dapat disebabkan oleh penyakit yang


berhubungan dengan mata, saraf optik, kiasma, radiasi optik, atau korteks. Sejumlah
besar penyakit lokal dan penyakit sistemik mungkin menjadi penyebab utamanya, dan
diperlukan anamnesis yang mendetail untuk membantu mengetahui sistem syaraf yang
terlibat. Langkah pertama dalam mengidentifikasi etiologi TVL adalah menentukan
kapan itu terjadi pada satu mata atau keduanya.Ini sepertinya pertanyaan yang mudah,
tetapi beberapa pasien tidak dapat membedakan kehilangan penglihatan pada satu mata
atau sebenarnya hemianopsia yang merubah fungsi kedua mata pasien Yang kedua
adalah untuk menentukan onset serta durasi sebenarnya sebagai perubahan
hemianopsia yang ada di kedua mata. Gejala yang berlangsung beberapa detik lebih
mungkin terkait dengan papiledema dan peningkatan tekanan intrakranial atau drusen
diskus optikus. Gejala yang berlangsung lebih lama adalah TVL yang lebih khas, dan
kehilangan penglihatan yang berlangsung selama 15 menit sampai beberapa jam
seringnya disebabkan karena migrain. Langkah kedua yang perlu ditekankan adalah
pentingnya pemeriksaan lapang pandang terstandardisasi dan pemeriksaan oftalmik
termasuk pemeriksaan funduskopi dengan dilatasi pupil. 2

Terdapat beberapa gejala yang mendramatisir dibanding dengan kehilangan


penglihatan itu sendiri. Bahkan ketika kehilangan penglihatan hanya berlangsung

6
dalam waktu singkat, pasien maupun dokter merasa bahwa gejalanya dapat muncul
kembali dan berlangsung selamanya, khususnya dengan pemeriksaan lebih lanjut,
tergantung pada gejala klinis dan kemungkinan diagnostiknya. 3

Tinjauan pustaka ini membahas kehilangan penglihatan sementara mulai dari


anatomi, etiologi, patofisiologi, gejala, diagnosis, dan serta terapinya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan penglihatan sementara (TVL)


Kehilangan penglihatan sementara adalah hilangnya fungsi penglihatan secara
tiba-tiba (sebagian atau seluruhnya) pada satu atau kedua mata yang berlangsung
kurang dari 24 jam. Penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan monokular
transien (TMVL) adalah iskemia retina akibat penyakit arteri karotis. 4 Pada orang
dewasa, kehilangan penglihatan sementara (TVL) adalah keluhan yang sering dijumpai
yang, dalam banyak kasus, memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Kehilangan
penglihatan sementara mungkin unilateral atau bilateral dan dapat berlangsung dari
detik hingga jam. Episode sering berasal iskemik, tetapi kondisi lain harus
dipertimbangkan dalam diagnosis banding (misalnya, mata kering, migrain). Penyebab
hilangnya penglihatan sementara iskemik termasuk arteritis giant cell, iskemia
serebrovaskular, dan emboli arteriolar retina. Beberapa penulis menyebut kehilangan
penglihatan sementara iskemik sebagai sindrom Amaurosis Fugax, sehingga
kehilangan penglihatan sementara bisa menjadi gejala dari penglihatan serius atau
kondisi yang mengancam jiwa, membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dan
pengobatan segera, atau mungkin adanya kondisi lain (misalnya, migrain, mata
kering).4,5

TVL tidak selalu dapat dikaitkan dengan Amaurosis Fugax. Karena banyak
pasien datang ke dokter mata dengan TVL sebagai pertanda penyakit serebrovaskular,
penting untuk menyadari potensi terjadinya stroke di kemudian hari, tetapi tidak
mengesampingkan semua TVL menjadi Amaurosis Fugax. Tabel 1 mencantumkan
penyebab utama yang perlu dipertimbangkan ketika pasien datang dengan TVL. 6
Terdapat beberapa penyebab yang kurang umum untuk TVL, termasuk berbagai
kondisi neurologis dan oftalmikus (Tabel 2). Kadang-kadang, tidak ada penyebab yang

8
dapat diidentifikasi, meskipun seringnya karena gangguan mekanisme pembuluh darah
(misalnya, vasospasme).5,6

Salah satu langkah pertama untuk melokalisasi penyebab TVL adalah untuk
menentukan apakah gejalanya bersifat monokular atau binokular. Dari sudut pandang
klinis-anatomi, gangguan visual monokuler berimplikasi pada lesi (atau mekanisme
kehilangan penglihatan) anterior ke kiasma, sedangkan kehilangan penglihatan
binokular berimplikasi disfungsi pada daerah pasca kiasma dari jalur visual aferen.
Namun, banyak proses patologis yang melibatkan sistem saraf pusat (SSP), termasuk
peningkatan tekanan intrakranial dan demielinisasi dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan monokular atau binokular, tergantung pada simetri, keparahan, dan
luasnya masalah.7

Tabel 1. Kategori kehilangan penglihatan sementara (TVL). 4,6


Lokasi Penyebab kehilangan penglihatan sementara
Monokular Vaskular – emboli
Vaskular – trombotik (arteritis giant cell)

Vaskular – stenosis

Vasospasm

Migrain retina

Ocular – glaucoma sudut tertutup, hifema

Binokular Vaskular – tromboemboli


Epilepsi Oksipital

Migrain kompleks

Monokular atau binokular Papiledem atau penyakit diskus optikus (pengaburan visual
sementara)
Fenomena Uhthoff

9
Anamnesis adalah elemen paling penting dari pemeriksaan neuro-oftalmik.
Tabel 3 merangkum pertanyaan untuk diajukan pada pasien yang datang dengan TVL. 7

Tabel 3. Pertanyaan terkait saat anamnesis.7


Pertanyaan terkait saat anamnesis

Monokular vs Binokular
Usia
Onset
Durasi
Pola kehilangan penglihatan
Pola pemulihan
Tatapan mata
Didahului dengan paparan cahaya atau fotostres
Gejala terkait

Monokular vs binokular
Kehilangan penglihatan monokuler terlokalisasi pada masalah sirkulasi anterior
atau prechiasmal sedangkan kehilangan penglihatan binokular menyiratkan masalah
sirkulasi chiasmal, retrochiasmal, atau sirkulasi posterior. Perlu ditekankan bahwa
persepsi visual pasien tentang monokular versus binokular mungkin salah dalam
kehilangan penglihatan homonim. Jika pasien menggambarkan kehilangan
hemianopsia temporal pada satu mata, pertimbangkan defek hemianopsia nasal pada
mata sebelahnya. Gambar 1 menggambarkan sirkulasi anterior dan Gambar 2
menggambarkan sirkulasi posterior.7

10
Gambar 1. Ilustrasi sirkulasi anterior di mana darah disuplai ke bagian anterior
dari kedua hemisfer otak dan mata. Darah dibawa dari jantung melalui arteri karotis
interna dan eksterna untuk memasok otak; arteri karotis interna (ICA) bercabang ke
dalam arteri oftalmikus dan selanjutnya ke arteri retina sentral untuk memasok mata.
Arteri karotis eksternal penting untuk sirkulasi kolateral untuk orbit dan otak ketika ada
stenosis ICA yang parah.7

Gambar 2. Ilustrasi sirkulasi posterior di mana darah disuplai ke bagian posterior


belahan otak (termasuk lobus oksipital) serta batang otak dan otak kecil.Secara
tradisional, hal ini disebut sebagai sistem vertebrobasilar: 1) arteri basilar, 2) arteri
vertebralis kiri, dan 3) arteri vertebralis kanan. Arteri serebral posterior juga termasuk
dalam sistem ini.7

2.2 Diagnosis
Meskipun pasien melaporkan pemulihan fungsi visual, pemeriksaan
menyeluruh sangat penting untuk mengesampingkan penyebab okular dan orbital
dari kehilangan visual sementara, untuk menilai fungsi visual aferen, dan untuk
mencari petunjuk retinovaskular seperti emboli, cotton-wool spots, atenuasi
vaskular, atau perdarahan untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan

11
harus mencakup pengujian tajam penglihatan, penglihatan warna, dan RAPD, serta
pemeriksaan segmen posterior.4,8

2.2.1 Tekanan darah


Pasien dengan tekanan darah sistemik rendah cenderung mengalami
hipotensi ortostatik dan TVL karena hipoperfusi melalui sirkulasi arteri mata
atau otak. Sebaliknya, hipertensi sistemik merupakan etiologi vaskular
kehilangan penglihatan karena iskemia retina atau sindrom ensefalopati
reversibel posterior (PRES) yang juga dikenal sebagai ensefalopati
hipertensi dan sindrom leukoensefalopati posterior. Penyebab PRES yang
paling umum adalah peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba pada pasien
hipertensi kronis..8

2.2.2 Inspeksi
Inspeksi pada wajah dan mata penting untuk melihat adakah ptosis,
proptosis, injeksi atau kemosis (edema konjungtiva). Pemeriksaan tajam
penglihatan harus dilakukan untuk menilai penglihatan yang ada (termasuk
riwayat penggunaan kacamata).9

2.2.3 Lapang pandang


Pemeriksaan lapang pandang untuk konfrontasi sangat penting
khususnya dalam kasus-kasus di mana riwayat kehilangan penglihatan yang
disebabkan gangguan di retina atau neurologis.9

12
Gambar 3. Pemeriksaan konfrontasi.9

2.2.4 Penilaian pupil


Salah satu bagian terpenting dari pemeriksaan mata adalah penilaian
pupil. Refleks pupil yang normal membutuhkan fungsi normal dari nervus
okulomotorius dan nervus optikus. Untuk alasan ini, respons pupil direk dan
indirek harus dinilai pada setiap mata. Defisit saraf optik halus dapat
dideteksi dengan pemeriksaan RAPD. Pemeriksaan bentuk dan ukuran pupil
juga sangat penting karena hal ini mungkin menunjukkan trauma,
kelumpuhan saraf optik atau sindrom Horner. 9

Tabel 5. Langkah pemeriksaan RAPD.9


Gelapkan ruangan
Minta pasien untuk melihat jauh (misal melihat ke huruf Snellen paling atas)
Arahkan cahaya terang dengan cepat (<1 detik) antara kedua mata, luangkan 2 detik
pada tiap mata
Bandingkan konstriksi dan dilatasi awal pupil
Menyinari mata normal akan menghasilkan konstriksi pupil bilateral
Ayunkan sinar menyeberang ke mata abnormal akan menghasilkan dilatasi pupil
bilateral

13
Gambar 4. Pemeriksaan RAPD11

2.2.5 Penglihatan Warna


Gangguan penglihatan warna adalah salah satu gangguan penglihatan
yang paling umum dan dapat dibagi menjadi bentuk kongenital dan didapat.
Defisiensi penglihatan warna bawaan mempengaruhi sebanyak 8% pria dan
0,5% wanita (perbedaan dalam prevalensi mencerminkan fakta bahwa
bentuk paling umum dari defisiensi penglihatan warna bawaan diwariskan
dalam cara resesif terkait-X).10

Pemeriksaan lengkap fungsi saraf optik juga membutuhkan penilaian


desaturasi warna merah, kontras sensitivitas dan pemeriksaan penglihatan
warna Ishihara. Penilaian desaturasi warna merah dapat dilakukan
menggunakan pin atau tutup botol bewarna merah. Pasien ditanya apakah
intensitas warna merah sama di setiap mata. Mata yang dipengaruhi oleh
beberapa bentuk neuropati saraf optic akan merasakan warna merah kusam
atau tidak merah sama sekali.9,10

2.2.6 Funduskopi
Fundoskopi harus dilakukan setelah dilatasi jika pemeriksaan pupil
normal dan tidak dicurigai adanya trauma atau glaukoma akut sudut tertutup.
Sebelum memeriksa segmen posterior, reflex fundus harus dinilai di setiap mata,

14
untuk menyingkirkan kemungkinan kekeruhan media refrakta seperti katarak
atau perdarahan vitreous, atau keadaan patologi intraokular seperti ablasio retina.

Gambar 5. Gambaran edema diskus yang pucat pada arterits giant


cell neuropati optik iskemik anterior.9

Gambar 6. Gambaran emboli dalam cabang arteri retina (panah).9

Gambar 7. Gambaran oklusi arteri retina sentral.9

15
2.2.7 Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan saraf kranial dapat menentukan penyebab hilangnya
penglihatan melalui rekonsiliasi gejala dengan struktur anatomi. Kehilangan
penglihatan sejalan dengan lesi saraf kranial intraorbital (optik, okulomotor,
troklear, cabang oftalmik trigeminal dan abdusen) dapat menunjukkan massa
orbital, sementara oklusi vena retina sentral dan keterlibatan cabang
oftalmikus dan maksila saraf trigeminal mungkin disebabkan trombosis
sinus kavernosa.

Pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah penting dilakukan


untuk menyingkirkan faktor risiko.

2.3 Kehilangan Penglihatan Monokuler Sementara


Hilangnya penglihatan monokuler sementara (TMVL) adalah istilah yang
berkonotasi kehilangan penglihatan sementara pada satu mata yang disebabkan
oleh penurunan perfusi vaskular mata atau nervus optikus. Istilah ini tidak dapat
digunakan untuk kondisi non-iskemik yang menyebabkan perubahan transien
dalam penglihatan, seperti pengaburan visual transien yang sangat singkat yang
disebabkan peningkatan tekanan intrakranial, amaurosis terkait dengan kompresi
saraf optik, dan fenomena Uhthoff yang disebabkan olahraga atau paparan panas
pada pasien dengan gangguan demielinasi.4,11

2.3.1 Faktor Vaskular


Penyebab tersering pada kehilangan penglihatan monokuler sementara
adalah adanya gangguan pada arteri retina. Kehilangan penglihatan
sementara dapat terjadi dengan oklusi arteri retina, biasanya pada tingkat
lamina cribrosa. Dalam kebanyakan kasus seperti itu, TMVL digambarkan
sebagai area penglihatan kosong atau kabur ("gejala visual negatif"). Lebih
jarang, pasien menggambarkan kilatan, kilau, atau pendar cahaya ("gejala
visual yang positif"). Oftalmoskopi mungkin menunjukkan tidak ada

16
kelainan atau menunjukkan emboli retina, perdarahan retina atau dilatasi
vena retina. Penyebab terseringnya arteriosklerosis dan hiperkoagulabel/
hiperviskositas. Penyebab yang jarang terjadi seperti vaskulitis, toksisitas
radiasi, dan peningkatan mendadak pada tekanan intraokular.
Serangan iskemik transien (TIA) didefinisikan sebagai “episode singkat
disfungsi neurologis fokal yang disebabkan oleh otak, sumsum tulang
belakang atau iskemia retina, tanpa tanda-tanda infark” (pada pencitraan
otak atau pemeriksaan fundus). Definisi ini dengan demikian mencakup
Transient Monocular Blindness (TMB) karena iskemia retina dalam
klasifikasi TIA, dengan yang sebelumnya mewakili 25% dari TIA karotis. 4,11

Penyumbatan cabang arteri atau arteri retina sentral menyebabkan


kehilangan penglihatan unilateral, tanpa rasa sakit karena penurunan perfusi
retina yang berkisar pada tingkat keparahan dari hilangnya sebagian lapang
pandang hingga hilangnya penglihatan seluruhnya. Penyebabnya meliputi
penyakit embolik atau aterosklerotik, trombosis dan/ atau keadaan
hiperkoagulasi, arteritis (misal arteritis giant cell), dan penyakit pembuluh
darah kolagen yang jarang terjadi.12

TMVL disebabkan oleh oklusi sementara CRA atau cabang-cabangnya


dan menyebabkan kehilangan penglihatan unilateral yang biasanya
berlangsung beberapa menit, diikuti oleh pemulihan penglihatan secara
spontan tanpa defisit visual fungsional permanen yang dapat dideteksi.
Sebaliknya, BRAO dan CRAO disebabkan oleh oklusi CRA parsial atau
lengkap yang berlangsung lama yang mengarah ke disfungsi visual
permanen (penurunan ketajaman visual dan / atau defisit bidang visual).
Biasanya, CRAO mengakibatkan disfungsi visual yang parah (ketajaman
visual yang sangat buruk dan / atau lapang pandang yang sangat terbatas),
sementara BRAO mengakibatkan disfungsi visual yang tidak begitu parah.12

17
Arteritis giant cell (GCA) menyebabkan iskemia pada jalur visual atau
eferen yang menyebabkan turunnya tajam penglihatan dan diplopia. Semua
manifestasi oftalmik akut GCA adalah keadaan darurat, mengingat risiko
kerusakan progresif dan permanen. Arteritic anterior ischemic optic
neuropathy (AAION) adalah penyebab paling umum dari kebutaan terkait
GCA. Arteritis giant cell juga dapat memengaruhi pembuluh darah
ekstrakranial dan intrakranial serta menghasilkan kehilangan lapang
pandang dengan sisi yang sama karena stroke pada korteks oksipital.12

2.3.2 Faktor Neurologi


Migrain retina adalah penyebab yang tidak biasa dari kehilangan
penglihatan monokular sementara. Dideskripsikan pertama kali oleh oleh
Galezowski pada tahun 1882, telah tersebar laporan kasus gangguan
penglihatan monokular yang berhubungan dengan migrain. International
Classification of Headache Disorders (ICHD) mendefinisikan kriteria untuk
migrain retina, yang direvisi dalam edisi 2004 (ICHD-2). sesuai
International Classification of Headache Disorders (ICHD-2) untuk migrain
retina membutuhkan gejala monocular reversibel atau irreversibel atau
diikuti oleh nyeri kepala migrain yang khas. Pada serangan tipikal, gejala
penglihatan monokular terdiri dari kehilangan penglihatan sebagian atau
seluruhnya yang berlangsung kurang dari 1 jam dan pada sisi yang sama
dengan sakit kepala. Temuan mereka menunjukkan bahwa kehilangan
penglihatan yang ireversibel adalah bagian dari spektrum migrain retina,
mungkin mewakili bentuk okular dari infark migrain.12,13

Secara klinis, migrain retina memiliki presentasi yang sangat bervariasi.


Beberapa pasien terutama menggambarkan gejala negatif (kehilangan
penglihatan) yang terdiri dari area hitam, abu-abu, putih atau area berbayang
dari berbagai ukuran yang muncul secara cepat atau lambat berkembang ke

18
lapang pandang perifer. Lainnya menggambarkan gejala positif seperti
lampu berkedip atau skotoma berkilau. Gejalanya selalu monokular. 13

Pada migrain dengan keluhan kehilangan penglihatan monokular yang


bersifat sementara tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan
oftalmologi

Gambar 8.Gambar mata kanan diperoleh dengan kamera fundus


reguler yang diambil segera setelah serangan (A) tidak ditemukan
kelainan dan 1 bulan setelah serangan dalam kondisi normal (B).12

2.3.3 Faktor Oftalmik


Neuritis optic adalah peradangan saraf optik yang disebabkan oleh
banyak penyebab. Gejala klinis yang tipikal terdiri dari kehilangan
penglihatan unilateral subakut tanpa rasa nyeri, sebagian besar pada wanita
muda, diikuti oleh perbaikan spontan selama beberapa bulan.

Fenomena Uhthoff adalah penglihatan kabur transien sekunder untuk


beberapa pemicu pasien dengan neuritis optik. Pemicu yang paling umum
adalah olahraga dan peningkatan suhu (misalnya demam), tetapi pasien
menggambarkan perubahan visual dengan aktivitas emosional, menstruasi,
perubahan cahaya, merokok, dan perubahan suhu.13

19
Tabel 6. Temuan pemeriksaan fisik yang spesifik pada kehilangan penglihatan
monokular.24

Pemeriksaan Alat bantu Hasil


fisik
Tajam Aplikasi skrining penglihatan Kesalahan refrakter dikoreksi
penglihatan (misal snellen chart) dengan pemeriksaan tajam
Menggunakan lensa koreksi penglihatan
Lapang pandang Penilaian monokular Skotoma: area diskrit
Pemeriksaan lapang pandang gangguan penglihatan yang
konfrontasi menggunakan dikelilingi oleh penglihatan
pergerakan jari di semua yang utuh; skotoma positif
kuadran (melihat sesuatu yang tidak
Pemeriksaan lapang sentral ada) mungkin merupakan
menggunakan Amsler grid tanda kerusakan retina;
skotoma negatif dapat
mengindikasikan disfungsi
saraf optik
Hemianopia: gangguan
penglihatan bilateral
menunjukkan lesi posterior
ke kiasme optic
Pemeriksaan Menggunakan objek berwarna Desaturasi warna unilateral:
warna merah disfungsi saraf optic
Pemeriksaan Pemeriksaan untuk ukuran, Defek pupil aferen: disfungsi
pupil bentuk, kesimetrisan saraf optic
Pemeriksaan swinging light
test
Reflex fundus Dilakukan dengan oftalmoskop Hilangnya reflex: lokalisasi
dengan jarak 1 meter dari ke media dan kemungkinan
pasien ablasi retina
Segmen posterior Menggunakan oftalmoskop Makula cherry red: iskemi
retina dari oklusi arteri retina
sentral.
Plak Hollenhorst: emboli
kolesterol menandakan
penyakit aterosklerotik pada
lengkung karotis atau aorta
Papil edema dan papil atrofi :
neuropati iskemik dari
obstruksi arteri siliar
posterior

20
2.4 Kehilangan Penglihatan Binokular Sementara
Hilangnya penglihatan binokular sementara (kortikal) kadang memiliki
penyebab yang sama seperti kehilangan penglihatan monokular sementara
(misalnya, tromboemboli, migrain) atau memiliki penyebab lain, termasuk epilepsi
dari korteks oksipital. Kebutaan kortikal sementara dapat terjadi selama angiografi
serebral, dengan insidensi 0,3% -1% paling umum selama angiografi arteri
vertebral.4,5,8

2.4.1 Faktor Vaskular


Seiring bertambahnya usia penderita migrain, intensitas nyeri kepala
mungkin berkurang, atau nyeri kepala mungkin tidak terjadi sama sekali
setelah gejala visual muncul. Dilema diagnostik muncul pada pasien lansia
yang mengalami aura mirip migrain untuk pertama kali tetapi tidak nyeri
kepala .Membedakan antara vasospasme migrain dan insufisiensi
vertebrobasilar mungkin sulit. Penyebab penyakit serebrovaskular yang
dapat diobati atau sumber emboli harus dikecualikan. Evaluasi pasien harus
mencakup pemeriksaan hematologi, serta MRI dan MRA untuk
mengevaluasi sirkulasi vertebrobasilar. Pandangan kabur rekuren dan
sementara pada penglihatan bilateral adalah salah satu gejala insufisiensi
vertebrobasilar yang paling sering. Terdiri dari arteri serebral vertebral,
basilar, dan posterior, sistem vertebrobasilar mensuplai korteks oksipital,
batang otak, dan serebelum. Pasien dengan insufisiensi vertebrobasilar
biasanya mengalami gangguan penglihatan yang menonjol.4,5,8

2.4.2 Faktor Neurologi


Migrain dengan aura visual adalah penyebab paling umum dari
gangguan penglihatan binokular transien. Diagnosis difokuskan pada
anamnesis karena pada pemeriksaan fisiknya normal. Deskripsi umumnya
khas, sehingga memungkinkan untuk menegaskan diagnosis penyakit
migrain, dalam hal ini tidak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Di sisi lain,

21
gejala atipikal membutuhkan pemeriksaan imaging yang kemudian dapat
mengungkapkan malformasi pembuluh darah (arteriovenous angioma) atau
tumor (meningioma). Gejala utamanya adalah:9
• Skotoma;
• Durasi rata-rata sekitar dua puluh menit;
• Terjadi gangguan penglihatan karena nyeri kepala;
• Episode yang berulang dan stereotip, atau episode saat ini pada pasien
dengan riwayat migrain tanpa aura, dalam bentuk serangan nyeri kepala,
berlangsung dari beberapa jam hingga 48 jam disertai mual, fotofobia;
• Timbulnya episode pada remaja atau pada orang dewasa di bawah usia
40;
• Tidak adanya gejala visual antar episode dan hasil pemeriksaan fisik,
baik oftalmologis dan neurologis, normal.

Pada migrain dengan aura, gangguan penglihatan diikuti dengan rasa


nyeri kepala migrain khas dengan sensasi denyutan, mual, dan fotofobia.
Pasien dengan usia lebih tua, lebih beresiko menderita migraine dengan aura
disertai gangguan penglihatan tanpa sakit kepala (migrain aselfagia).14

Meskipun kehilangan penglihatan iktal dan postictal jarang terjadi,


defisit visual pada fenomena ini hampir selalu binokular, dan pasien sering
mengeluh hemianopsia homonim atau kebutaan total. Dengan tidak adanya
aktivitas kejang lain atau riwayat epilepsi, secara klinis sulit untuk dibedakan
dari pasien yang mengalami kehilangan penglihatan pada migrain.

2.4.3 Sebab Oftalmik


Papil edema merupakan pembengkakan diskus optik karena adanya
peningkatan tekanan intrakranial. Papil edema biasanya disertai dengan
kehilangan penglihatan terkait dengan perubahan postur dan umumnya
berlangsung selama beberapa detik. Gejala yang terkait seperti sakit kepala

22
dini hari, mual dan muntah sering ada pada pasien dengan tekanan
intrakranial yang meningkat. Riwayat penyakit dahulu seperti diabetes
mellitus, hipertensi dan dislipidemia harus dievaluasi untuk menyingkirkan
sebab aterosklerotik. Retinopati hipertensi derajat 4 (hipertensi maligna)
dapat disertai dengan kehilangan penglihatan ketika muncul kerusakan pada
retina. Hipertensi berat juga dapat menyebabkan perubahan pada papil saraf
optik yang menyerupai papil edema.14,15

Tabel 7. Differential diagnosis edema diskus optikus bilateral. 19


Papiledema Retinopati Neuritis optikus
hipertensi grade
IV
Definisi Bengkak pada Perubahan mata Proses inflamasi
diskus optikus hipertensif karena pada kepala saraf
karena edema diskus optik
peningkatan optikus
tekanan
intracranial
Anamnesis Kehilangan Nyeri kepala, Kehilangan
penglihatan adanya hipertensi penglihatan akut
sementara, nyeri yang tidak yang cepat
kepala yang terkontrol (beberapa jam
memberat saat sampai beberapa
pagi hari, mual, hari), nyeri ketika
muntah, diplopia bola mata
digerakkan, nyeri
dengan penyakit
mendasar lainnya
(infeksi/ inflamasi,
multipel sklerosis)
Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Mungkin disertai Biasanya normal.
fisik terkait dengan dengan tanda Mungkin disertai
area otak yang positif hipertensi dengan tanda
terkena tak terkontrol ( neurologis akibat
gejala gagal dari multipel
jantung kongestif, sklerosis atau tanda
gangguan fungsi dicurigai adanya
ginjal, tanda awal infeksi/ inflamasi)
penyakit jantung
coroner, murmur
jantung), gejala
klinis dyslipidemia
(xantelasma/
xantoma)

23
Tekanan darah Normal atau Meningkat Normal
mungkin
meningkat
Tajam Normal/ Normal Bervariasi
penglihatan kehilangan
sementara
Penglihatan Normal Normal Terjadi gangguan.
berwarna Desaturasi warna
merah stadium awal
Pupil: RAPD Tidak ada Tidak ada - Bilateral
dan
simetris:
tidak ada
- Bilateral
dan
asimetris:
ditemukan
- Unilateral:
ditemukan
Temuan Fundus normal Diskus optikus Fundus normal
funduskopi kecuali pada membengkak kecuali pada diskus
penemuan diskus (ringan), optikus: hiperemis
optikus: penebalan tapi tidak
hiperemis, arteriolar, meningkat,
peningkatan tortuosity, silver perdarahan dekat
diskus, cup hilang, wiring, dengan atau pada
batas diskus arteriovenous diskus optikus
optikus tidak jelas nipping, eksudat
(stadium akhir), cotton wool,
perdarahan bentukan api atau
peripapilar bercak perdarahan
Pemeriksaan CT scan/ MRI Tekanan darah MRI scan
lanjut scan

24
BAB III
RINGKASAN

Kehilangan penglihatan sementara adalah hilangnya fungsi penglihatan secara


tiba-tiba (sebagian atau seluruhnya) pada satu atau kedua mata yang berlangsung
kurang dari 24 jam.Penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan monokular
transien (TMVL) adalah iskemia retina akibat penyakit arteri karotis.

Kehilangan penglihatan transien monokuler atau binokular dapat disebabkan


oleh berbagai kelainan dan atau memiliki implikasi neurologis atau oftalmologis yang
merugikan jika tidak dikelola secara dini. Salah satu langkah pertama untuk
melokalisasi penyebab TVL adalah untuk menentukan apakah gejalanya bersifat
monokular atau binokular. Kehilangan penglihatan sementara (TVL) didefinisikan
sebagai kehilangan penglihatan monokular atau binokular sementara yang tiba-tiba.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan suplai darah ke sistem penglihatan aferen,
karena oklusi atau stenosis arteri primer (misalnya, ateroma), oklusi arteri sekunder
sebagai akibat emboli dari pusat yang jauh [misalnya, arteri karotis internal (ICA),
lengkung aorta, atau jantung], vasospasme (misalnya, migrain), atau hipoperfusi
sistemik (misalnya, aritmia, hipotensi, atau hiperviskositas).

Hilangnya penglihatan monokular sementara (TMVL) atau kebutaan (TMB)


adalah istilah yang berkonotasi kehilangan penglihatan sementara pada satu mata yang
disebabkan oleh penurunan perfusi vaskular mata atau, lebih jarang, saraf optik.

Penting untuk menentukan apakah TVL binokular atau monokular.Karena


pasien sering gagal untuk mengetahui tanda-tandadefisit monokular. Hilangnya
penglihatan binokular transien (kortikal) mungkin memiliki penyebab yang sama
seperti kehilangan penglihatan monokular sementara (misalnya, tromboemboli,
migrain) atau memiliki penyebab lain, termasuk kejang epilepsi dari korteks oksipital.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Feroze KB and O’Rourke MC (2019). Transient Loss of Vision. Treasure


Island: StatPearls Publishing, p: 1-16.
2. Egan RA (2009). Transient Vision Loss. Neuro-Ophthalmology. 15(4): 85-
92.
3. Rose FC (1969). Transient Blindness. British Medical Journal. 3: 763-764.
4. American Academy of Ophtalmology (2016). The Patient with Transient
Visual Loss. In: Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA, eds. Basic and Clinical
Science Course 2016-2017. Volume 14. San Fransisco: Amer Academy Of
Ophthalmo, p: 229-244.
5. Tatham AJ, Lee AG, Nguyen H, Kini A, Al Othman BAM, Law SK,
Lawton AW etal (2018). Transient Vision Loss (TVL).
https://emedicine.medscape.com/article/1435495-overview - Diakses pada
tanggal 3 April 2019 jam 22.00
6. Pula JH, Kwan K, Yuen CA, Kattah JC (2016). Update on the evaluation of
transient vision loss. Clinical Ophthalmology. 10: 297–303.
7. Porzukowiak TR (2018). Transient Visual Loss.
https://www.aaopt.org/docs/2018/2018-handouts/no/v1__ses_no-
11.pdf?sfvrsn=7f7864c4_4 – Diakses pada tanggal 4 April 2019 jam 21.53
8. Chung H, Burton JM, Costello (2018). Transient vision loss: a neuro-
ophtalmic approach to localizing the diagnosis. Expert Review of
Ophtalmology. 3(13): 171-185.
9. Wu Z and Medeiros FA (2018). Recent developments in visual field testing
for glaucoma. Curr Opin Ophthalmol.29(2):141-146.
10. Chang DS, Xu L, Boland MV, Friedman DS (2013). Accuracy of Pupil
Assessment for the Detection of Glaucoma: A Systematic Review and
Meta-analysis. Ophthalmology. 120(11): 2217-2225.

26
11. Vodopivec I, Cestari DM, Rizzo III JF (2017): Managementof Transient
Monocular Vision Loss and Retinal Artery Occlusions.Seminars in
Ophthalmology. 32(1): 1-9.
12. Petzold A, Islam N, Hu HH, Plant GT (2013). Embolic and Nonembolic
Transient Monocular VisualField Loss: A Clinicopathologic Review.
Survey of Ophthalmology. 58(1): 42-62.
13. Bidot S, Biotti D (2018). Transient monocular blindness: Vascular causes
and differential diagnoses. J Fr Ophtalmol. 41(4): e129-e136.
14. Bagheri N, Mehta S (2015). Acute Vision Loss. Primary Care - Clinics in
Office Practice. 42(3): 347–361.
15. Dattilo M, Newman NJ and Biousse V (2018). Acute retinal arterial
ischemia. Ann Eye Sci. 3: 1-19.
16. Vodopivec I and Rizzo JF (2018).Ophthalmic manifestations of giant cell
arteritis. Rheumatology. 57:ii63-ii72.
17. Purdy RA (2011). The role of the visual system in migraine: an update.
Neurol Sci. 32(Suppl 1): S89–S93.
18. Gan KD, Mouradian MS, Weis E, Lewis JR (2005).Transient monocular
visual loss and retinal migraine. CMAJ. 173(12):1441-2.
19. Ota I, Kuroshima K, Nagaoka T (2013). Fundus Video of Retinal Migraine.
JAMA Ophthalmol. 131(11): 1481-1482.

27

Anda mungkin juga menyukai