PENDAHULUAN
2) Bagian Palpebra
Bentuknya kecil dan hanya satu atau dua lobus. Terletak di bagian
duktus orbital dan dipisahkan pada musculus levator palpebra
superior.
B. Duktus Lakrimal
Beberapa saluran terdiri dari 10-12 saluran yg menjalar ke bawah dari
kelenjar lakrimal.
C. Accessory Kelenjar Lakrimal
1) Kelenjar Krause
Mikroskopis, kelenjarnya menempel pada conjungtiva palpebra
diantara fornix dan sisi luar tarsus. Terdapat sekitar 42 di forniks
atas dan 6-8 di forniks bawah.
2) Kelenjar Wolfring
Kelenjar ini terlihat dekat dengan bagian atas tarsal superior dan
sepanjang baigna bawah dari tarsus inferior.
D. Struktur, Suplai Darah dan Persarafan
1) Struktur
Semua kelenjar lakrimal merupakan acini serosa, sama dengan
struktur kelenjar saliva. Secara mikroskopis, terbentuk dari
jaringan kelenjar (acini dan duktus), jaringan penghubung dan
punctum.
2) Suplai Darah
Kelenjar lakrimal disuplai dari arteri lakrimal yang merupakan
percabangan dari arteri oftalmikus.
3) Persarafan
1) Sensoris
Dapat dari nervus lakrimal, percabangan dari divisi
oftalmikus nervus ke lima.
2) Simpatis
Dari pleksus karotis rantai simpatis cervical.
3) Secromotor fibres
Berasal dari nukleus saliva superior.
Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakuslakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis.
1. Punctum Lakrimalis
Ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0,3 mm terletak di sebelah
medial bagian superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif
avaskular dari jaringan sekitarnya, selain itu warna pucat dari punctum ini
sangat membantu jika ditemukan adanya sumbatan.Punctum lakrimalis
biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak mata dibalik sedikit. Jarak
superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing
ke kantus medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm. Air mata dari kantus
medial masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.
2. Kanalikuli Lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat
kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat
pada tepi ekstremitas lateral lakrimalis.Duktus superior, yang lebih kecil
dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan
sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju
lacrimal sac.Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian
hampir horizontal menuju lacrimal sac.Pada sudutnya, duktus mengalami
dilatasi dan disebut ampulla.Pada setiap lacrimal papilla serat otot
tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan
terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang
lakrimal dan prosesus frontalis maksila.Bentuk sakus lakrimalis oval dan
ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujungnya membulat, bagian
bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
4. Duktus Naso Lakrimalis
Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari
bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran
ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna,
plica lakrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa.
Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseus, yang terbentuk dari
maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.
Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting, mulai dari
lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra.Pada
kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai dengan
kecepatan penguapannya.Dengan demikian, hanya sedikit yang sampai ke
sistem ekskresi. Bila sudah memenuhi sakus konjungtivalis, air mata akan
memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian
khusus orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk
mencegahnya keluar. Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah crista
lakrimalis posterior, dan traksi fascia yang mengelilingi sakuslakrimalis berakibat
memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus. Kerja
pompa dinamik ini menarik air mata ke dalarn sakus, vang kemudian berjalan
melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan,
ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis
sakus cenderung menghambat aliran balik udara dan air mata.Yang paling
berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di ujung distal duktus
nasolakrimalis.Struktur ini penting karena bila tidak berlubang pada bayi, menjadi
penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun.
Gambar 3: Anatomi Sistem Drainase Lakrimal (Sumber: Kanski Clinical
Ophthalmology)
Drainase air mata yang tidak memadai dapat terjadi karena penyebab
fisiologis atau anatomis (mekanis).
II. Obstruksi mekanis pada lakrimal dapat terjadi terletak pada tingkat
punctum, canaliculus, lacrimal sac
Eversi dari punctum bawah: Ini biasanya terlihat pada usia tua
karena kelonggaran kelopak mata. Mungkin juga terjadi setelah
konjungtivitis kronis, blepharitis kronis dan ectropion.
Obstruksi punctal: Mungkin ada bawaan tidak adanya puncta atau
penutupan cicatricial setelah cedera, luka bakar atau infeksi. benda
asing kecil, konkret atau silia mungkin juga memblokir punctum.
Penggunaan jangka panjang obat-obatan seperti idoxuridine dan
pilocarpine juga terkait dengan stenosis punctal.
2. Penyebab di canaliculi.
Komplikasi
Pengobatan
2) Dakriosistitis Kronis
Dakriosistitis kronis lebih sering terjadi daripada Dakriosistitis
akut.
Etiologi
A. Faktor predisposisi
1. Usia.
2. Jenis Kelamin.
3. Ras.
C. Sumber infeksi.
Gambaran klinis
Komplikasi
2. Dacryocystorhinostomy (DCR).
3. Dacryocystectomy (DCT).
4. Konjunctivodacryocystorhinostomy (CDCR).
3) Dakriosistitis Akut
Dakriosistitis akut adalah radang kantung lakrimal supuratif akut,
ditandai dengan adanya pembengkakan yang menyakitkan di
daerah kantung.
Etiologi
Ini dapat berkembang dalam dua cara:
1. Sebagai eksaserbasi akut dacryocystitits kronis.
2. Sebagai peridacryocystitis akut akibat keterlibatan langsung dari
area sekitar yang terinfeksi seperti: sinus paranasal, tulang
sekitarnya dan abses gigi atau karies pada gigi rahang atas.
Organisme penyebab. Yang umumnya terlibat adalah
Streptococcus haemolyticus, Pneumococcus dan Staphylococcus.
Gambaran klinis
Gambaran klinis dakriosistitis akut dapat dibagi menjadi 3 tahap:
1. Tahap selulitis.
Ini ditandai dengan rasa sakit pembengkakan di daerah kantung
lakrimal yang berhubungan dengan epifora dan gejala
konstitusional seperti demam dan malaise. Bengkaknya merah,
panas, kencang, dan lunak. Kemerahan dan edema juga menyebar
ke kelopak dan pipi. Ketika ditangani resolusi dapat terjadi pada
tahap ini. Namun, jika tidak diobati, resolusi sendiri jarang terjadi.
2. Tahap abses lakrimal.
Peradangan berlanjut menyebabkan oklusi kanalikuli karena
edema.Kantung diisi dengan nanah, buncit dan anterior dinding
pecah membentuk pembengkakan perikistik, fluktuasi besar
pembengkakan abses lakrimal. Biasanya menunjuk ke bawah dan
ke sisi luar kantung, karena gravitasi nanah dan kehadiran
ligamentum palpebra medial di bagian atas
3. Tahap pembentukan fistula.
Saat abses lacrimal dibiarkan tanpa pengawasan, dikeluarkan
secara spontan, meninggalkan fistula eksternal di bawah medial
ligamentum palpebra. Abses dapat membuka ke rongga hidung
membentuk suatu fistula internal.
Komplikasi
Konjungtivitis akut,
Abrasi kornea yang dapat dikonversi menjadi ulserasi kornea,
Abses tertutup
Osteomielitis dari tulang lakrimal,
Selulitis orbita,
Selulitis wajah dan etmoiditis akut.
Trombosis sinus kavernosa dan septikemia juga dapat terjadi.
Pengobatan
1. Selama tahap selulitis.
Terdiri dari antibiotik topikal dan sistemik untuk mengendalikan
infeksi; dan obat analgesik antiinflamasi sistemik dan saran
kompres hangat untuk menghilangkan rasa sakit dan
pembengkakan.
2. Selama tahap abses lakrimal.
Sebagai tambahannya perawatan di atas ketika nanah mulai
menunjuk pada kulit, harus dikeringkan dengan sayatan kecil dan
harus diperas keluar dengan lembut dilakukan dengan kasa gulung
yang direndam betadine.
3. Pengobatan fistula lakrimal eksternal.
Setelah mengendalikan infeksi akut dengan sistemik antibiotik,
fistulektomi bersama dengan operasi DCT atau DCR harus
dilakukan.
D. DAKRIOADENITIS
1) Dakrioadenitis Akut
Etiologi
Ini mungkin berkembang sebagai peradangan primer kelenjar atau
sekunder dari beberapa infeksi lokal atau sistemik. Dakrioadenitis
sekunder akibat infeksi lokal terjadi pada trauma, erisipelas pada
wajah, konjungtivitis (terutama gonokokal dan stafilokokus) dan
selulitis orbital. Dacryoadenitis sekunder akibat infeksi sistemik
dikaitkan dengan gondong, influenza, mononukleosis dan infeksi
campak.
Gambaran klinis
Radang akut pada palpebral. Bagian ini ditandai dengan
pembengkakan yang menyakitkan di lateral bagian dari kelopak atas.
Kelopak menjadi merah dan bengkak dengan kurva khas berbentuk S
dari marginnya. Dacryoadenitis orbital akut terjadi beberapa proptosis
yang menyakitkan jika bola mata bergerak dan bola mata jadi turun
dan masuk kedalam rongga orbita. Sebuah fistula di kuadran atas dan
lateral pada kelopak atas dapat berkembang sebagai komplikasi dari
dacryoadenitis supuratif.
Pengobatan
Antibiotik sistemik, analgesik, dan antiinflamasi bersama dengan
anjuran kompres hangat. Ketika nanah terbentuk, insisi dan drainase
harus dilakukan.
2) Dakrioadenitis Kronik
Ini ditandai dengan pembengkakan dan hipertrofi kelenjar.
Etiologi
Dakrioadenitis kronis dapat terjadi:
(i) gejala sisa peradangan akut;
(ii) berkaitan dengan radang konjungtiva kronis dan;
(iii) karena penyakit sistemik seperti TBC, sifilis dan sarkoidosis.
Gambaran klinis
(i) pembengkakan tanpa rasa sakit di bagian atas dan luar kelopak yang
terkait dengan ptosis;
(ii) bola mata bisa tergusur ke bawah dan ke dalam; dan
(iii) diplopia dapat terjadi dalam tatapan ke atas dan ke luar.
Pada palpasi, massa seluler yang keras, lobulasi terasa di bawah tepi
atas dan luar orbit.
Diagnosis banding
pembengkakan kelenjar dari penyebab lakrimal lainnya paling baik
dilakukan setelah FNAB atau biopsi insisi.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
E. SINDROM MIKULICZ
Hal ini ditandai dengan pembesaran kelenjar lakrimal dan saliva
simetris bilateral terkait dengan berbagai penyakit sistemik. Termasuk:
leukaemia, limfosarkoma, benign limfoid hiperplasia, penyakit
Hodgkin, sarkoidosis dan TBC.
F. DACRYOPES
Ini adalah pembengkakan kistik, yang terjadi karena retensi sekresi
lakrimal setelah penyumbatan saluran lakrimal.
G. TUMOR KELENJAR LAKRIMAL
1. Tumor limfoid dan pseudotumor inflamasi. Kira-kira 50 persen dari
kasus.
2. Tumor epitel jinak. Ini termasuk ‘tumor jinak campuran 'yang
mencapai 25 persen kasus.
3. Tumor epitel ganas. Ini juga merupakan 25 persen dari kasus dan
termasuk: tumor campuran ganas, adenoid cystic karsinoma,
karsinoma mucoepidermoid dan adenokarsinoma.
H. BENIGN MIXED TUMOUR
Ini juga dikenal sebagai adenoma pleomorfik dan terjadi terutama pada
pria dewasa muda. Secara klinis muncul sebagai progresif lambat
tanpa rasa sakit pembengkakan di kuadran luar-atas orbit
memindahkan bola mata ke bawah dan ke luar. Secara histologis, ini
ditandai dengan Kehadiran jaringan myxomatous pleomorfik, sama
seperti Tumor jinak campuran kelenjar saliva.
Pengobatan
Terdiri dari pembedahan pengangkatan total kapsul.
I. MALIGNANT MIXED TUMOUR
Ini terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dibandingkan dengan tumor
jinak campuran. Ini muncul sebagai pembengkakan yang menyakitkan
berdurasi pendek. Secara histologis, daerah menyerupai tumor jinak
campuran terlihat bersama dengan area adenokarsinomatosa.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Eva. Roirdan Paul & Whitcher J.P. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury,
Ed. 17.EGC.Jakarta.2007