A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi A, Salmonella paratyphi B (Schotmulleri), Salmonella paratyphi C (Hishfeldii),
disebut pula sebagai demam enterik dan tifus abdominalis. Merupakan penyakit yang dapat
bermanifestasi klinis berat karena komplikasinya dan mampu menyebabkan karier.[ CITATION
Sis131 \l 1057 ] Untuk menyamakan persepsi diagnosis demam tifoid dibuat pengelompokkan
defisini kasus sebagai berikut. [ CITATION Gui111 \l 1057 ]
C. Patofisiologi
Masuknya kuman Salmonella typhi Dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia
terjadi melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan di lambung,
sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respons imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama
sel M) dan selanjutka ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit
oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesentrika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk
ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar
ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama di hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang bia di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak dan bersama cairan
empedu dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan
melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang
sama terulang kembali karena makrofag yang telah teraktivasi, hiperaktif maka saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, gangguan vaskular, mental, dan koagulasi.
Di dalam plak peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan (S.
typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hiperplasia jaringan dan
nekrosis organ). Perdarahan sekitar plaque peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologis jaringan
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, seroisa usus, dan dapat mengakibatkan
perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya
komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ
lainnya. [ CITATION Buk141 \l 1057 ]
1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan kenaikan
suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu) hingga
minggu kedua.
3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, mual, muntah,
nyeri abdomen dan BAB berdarah
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejang
1. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan kesadaran seperti
berkabut. Bila klinis berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma atau dengan gejala-
gejala psikosis (organic brain syndrome).
b. Serologi
IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)®
- Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi
- Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
Enzyme Immunoassay test (Typhidot®)
- Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
- Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
Tes Widal tidak direkomendasi
- Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
- Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau
terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
dengan interval 5 – 7 hari.
- Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh karena
reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae,
daerah endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid
dan preparat antigen komersial yang bervariasi dan standaridisasi
kurang baik. Oleh karena itu, pemeriksaan Widal tidak direkomendasi
jika hanya dari 1 kali pemeriksaan serum akut karena terjadinya
positif palsu tinggi yang dapat mengakibatkan over-diagnosis dan
over-treatment.
Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
- Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2
sakit, saat demam tinggi
- Feses : Pada minggu kedua sakit
- Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
- Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi
carrier typhoid
Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya: SGOT/SGPT,
kadar lipase dan amilase
E. Tatalaksana
Tujuannya untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan dengan cara tirah
baring dan membatasi mobilisasi
b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif) [ CITATION Buk14 \l 1057 ]
Dengan tujuan untuk mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid
karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan
semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.
Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan
menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi, yang di perubahan diet tersebut disesuaikan
dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada
pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian
makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran
yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
Demam tifoid adalah penyakit yang ditularkan melalui air dan tindakan pencegahan utamanya
adalah memastikan akses terhadap air yang aman. Air perlu berkualitas baik dan harus
mencukupi kebutuhan masyarakat dengan air minum secukupnya dan juga untuk keperluan
rumah tangga lainnya seperti memasak dan mencuci.
Di daerah perkotaan, kontrol dan perlakuan terhadap sistem pasokan air harus diperkuat
ke konsumen. Air minum yang aman harus tersedia bagi masyarakat melalui sistem
perpipaan atau dari truk tangki.
Di daerah pedesaan, sumur harus diperiksa patogen dan dirawat jika perlu.
Di rumah, perhatian khusus harus diberikan pada desinfeksi dan penyimpanan air namun
aman dari sumbernya. Air minum dapat dibuat aman dengan merebusnya selama satu
menit atau dengan menambahkan bahan kimia pelepasan klorin. Sumur yang digali
ditutup sangat membantu dalam mengurangi transmisi sekunder demam tifoid. Klorin
tidak efektif bila air disimpan dalam wadah logam.
Dalam beberapa situasi, seperti daerah pedesaan yang miskin di negara berkembang atau
pengungsian, bahan bakar untuk air mendidih dan wadah penyimpanan mungkin harus
disediakan.
2. Keamanan makanan
Makanan yang terkontaminasi merupakan kendaraan penting untuk transmisi demam tifoid.
Penanganan dan pengolahan makanan yang tepat sangat penting dan langkah-langkah
kebersihan dasar berikut harus diterapkan atau diperkuat selama epidemi:
mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan atau makan makanan;
menghindari makanan mentah, kerang, es;
hanya makan makanan yang dimasak dan masih panas atau memanaskannya
kembali
Inspeksi keamanan makanan harus diperkuat di restoran dan penjual makanan di kaki lima.
Tifus dapat ditularkan oleh pembawa kronis yang tidak menerapkan praktik kebersihan
terkait makanan yang memuaskan. Pembawa ini harus dikecualikan dari kegiatan yang
melibatkan persiapan dan penyajian makanan. Mereka seharusnya tidak melanjutkan tugas
mereka sampai mereka memiliki tiga kultur tinja negatif setidaknya satu bulan terpisah.
3. Kebersihan
Sanitasi yang tepat berkontribusi untuk mengurangi risiko penularan semua patogen diare
termasuk Salmonella typhi.
Fasilitas yang tepat untuk pembuangan limbah manusia harus tersedia untuk semua
masyarakat. Dalam keadaan darurat, lubang jamban bisa cepat dibangun.
Pengumpulan dan pengolahan limbah, terutama selama musim hujan, harus
dilaksanakan
Di daerah-daerah di mana demam tifoid diketahui, penggunaan kotoran manusia
sebagai pupuk harus dihalangi.
4. Edukasi kesehatan
Vaksinasi tifoid belum dianjurkan secara rutin di USA, demikian juga didaerah lain. Jenis
vaksin yang ada di indonesia hanya ViCPS (vaksin kapsul polisakarida). Tindakan preventif
berupa vaksinasi tifoid tergantung pada faktor risiko yang ada yaitu :
Populasi : anak usia sekolah di daerah endemik, personil militer, petugas rumah
sakit, laboratorium kesehatan, industri makanan/minuman
Individual : pengunjung/wisatawan ke daerah endemik, orang terkontak erat
dengan tifoid karier, pada anak usia 2-5 tahun toleransi dan respons
imunologisnya sama dengan orang dewasa.
Daftar pustaka
[1] Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2013.
[5] Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Ikatan Dokter Indonesia, 2014.