Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

KETOASIDOSIS DIABETIKUM

Disusun Oleh :

Fitri Mahari Anindyah Susilo (2014730033)

Dokter Pembimbing :

dr. H. Toton Suryotono, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
kepada kita, terutama kepada penulis sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan. Dalam
laporan kasus ini penulis mengangkat judul “Ketoasidosis Diabetikum” yang sekaligus
merupakan tugas kepaniteraan dibagian Ilmu Penyakit Dalam untuk proses belajar di
RSUD Sayang Cianjur.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan dan juga banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena
masih terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki, namun berkat adanya bimbingan,
bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak maka, penulis dapat menyelesaikan laporan
ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu dengan terselesaikannya penyusunan laporan
kasus ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini
terutama kepada yang terhormat dr. H. Toton Suryotono, Sp.PD, selaku tutor pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta pengarahan.

Semakin penulis mempelajari kasus dan literatur mengenai masalah ini,


semakin penulis sadar bahwa banyak sekali yang belum penulis ketahui. oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan laporan
ini.

Cianjur, November 2018

Fitri Mahari A S
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Karang Setra, Cianjur
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 27 Oktober 2018

1.2 ANAMNESA
KELUHAN UTAMA : Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, pada tahun 1999 pasien masih bisa
beraktivitas seperti biasa. Lalu pasien hamil anak pertama, ketika sedang hamil pasien
mulai timbul gejala seperti keinginan makan terus, sering BAK, sering merasa haus,
lalu dokter mendiagnosa Diabetes Melitus Gestasional. Lalu pasien juga pernah kejang-
kejang dan riwayat darah tinggi ketika hamil. Pasien melahirkan anak pertamanya
dengan sesar atas indikasi kondisi pasien dan melahirkan anak pertama dengan berat
4600 gram.lalu pasien diberikan insulin dengan dosis 0-0-10 u perharinya selama masa
kehamilan. Setelah melahirkan dan insulin habis pasien tidak kembali kontrol ke
dokter. Setelah itu pasien hanya memeriksakan kadar gula darah di apotek dekat rumah
saja karena alasan keuangan dan kadar gula darah pada saat itu 331 mg/dL. Lalu pasien
meminum obat herbal yang ditawarkan oleh apotek tersebut dan rutin meminumnya
sampai 2 tahun. Pasien mengaku sempat beberapa kali merasakan badannya lemas,
keringat dingin, mata kunang-kunang hampir mau pingsan tapi selalu minum teh manis
jika gejala itu timbul. Pasien juga mengaku dari tahun 1999 sampai 2015 berat
badannya turun dari 85 kg menjadi 55 kg. Tahun 2015 pasien hamil anak kedua dan
tidak timbul keluhan kejang-kejang lagi. Namun kelahiran anak kedua hanya 1.800
gram. Setelah melahirkan pasien di steril. 9 jam SMRS pasien kejang-kejang dengan
tangan kelojotan dan mata mendelik keatas menurut pengakuan suaminya. Pasien tidak
sadarkan diri ketika kejang baru sadar setelah selesai kejang. Pasien juga sesak dengan
napas dalam, keluar busa dan mulut bau buah-buahan disangkal. Pasien juga muntah 7x
bentuk cairan dan mengeluh nyeri ulu hati. 30 menit SMRS pasien juga kembali kejang
dengan deksripsi yg sama. Setelah di IGD pasien sudah sadar namun lemas.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat HT (+) ketika hamil anak pertama tahun 1999
Riwayat Sakit Jantung (-)
Riwayat DM (+) ketika hamil dan setelah hamil namun tidak minum obat rutin
Riwayat Asma (-)
Riwayat TB paru (-)
Riwayat Hepatitis (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Hipertensi (-), DM (+) ibu pasien , Jantung (-), Asma (-).

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Seorang ibu rumah tangga
- Merokok (-)
- Kopi (-)
- Alkohol (-)

RIWAYAT PENGOBATAN :
- Pernah minum obat herbal untuk atasi gula darah selama 2 tahun

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : Tampak lemas
 Kesadaran : Composmentis
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7 C
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil Isokor 3mm, Reflek cahaya (+/+), Konjungtiva anemis (+/+), Sklera
ikterik (-/-)
Hidung : Normonasi, napas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir kering, faring hiperemis (-) bercak putih – putih (+)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-/-), Jvp 5+3 cmH2O.

Thorax : Normochest
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar pada ICS VI dextra
Auskultasi : Vesikuler ka=ki, wheezing (-/-),rales (-/-),rhonki(-/-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas Atas : ICS III Linea Parasternalis Dextra
Batas Kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Batas Kiri : ICS IV, Linea Midclavicula Sinistra

Auskultasi : BJ I dan II reguler. gallop (-), murmur (-)


Abdomen:
Inspeksi : abdomen tampak datar, distensi (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (-)
Palpasi : Soepel (-), NTE(+), hepatosplenomegali (-).
Perkusi : timpani di seluruh lapang perut,

Ekstremitas Atas Bawah


Sianosis : -/- -/-
Akral : hangat hangat
Edema : -/- -/-
1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
27/10/2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi lengkap
Haemoglobin 10,4 12 -16 g/dL
Hematokrit 32 37 – 47 %
Leukosit 13,8 4.8 – 10.8 10^6/μL
Eritrosit 4,16 4.2 – 5.4 10^3/μL
MCV 76,6 80 – 94 10^3/μL
MCH 24,9 27-31 fL
CHCM 32,8 33-37 Pg
CH 25 Pg
MCHC 32,6 33-37 %
HDW 3,2 2,2-3,2 g/dL
RDW-CV 14,7 10 – 15 fL
Trombosit 343 150-450 10^3/μL
MPV 10.3 8-12 %

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Differential
Neutrofil % 86 40-70 %

Limfosit % 9.4 26-36 %


Monosit % 2.0 4-8 %
Eosinofil % 1,1 1-3 %
Basofil % 0,50 0-0.2 %

LUC % 1,1 0-4 %


NRBC 0.0 0.0-2.0 %
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Absolut
Neutrofil # 11,85 1.8-7.6 103/mL
Limfosit # 1,29 1.00-1.43 103/mL
Monosit # 0,28 0.16-1.0 103/mL
Eosinofil # 0,1 0-0.8 103/mL
Basofil # 0.06 0-0.2 103/Ml
LUC# 0,15 0.0-0.4 103/Ml

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Glukosa Rapid Sewaktu 271 < 180 mg/Dl


ELEKTROLIT
Natrium (Na) 147,3 135-148 mEq/L
Kalium (K) 3,33 3,50-5,30 mEq/L
Calcium Ion 0,99 1.15 – 1.29 mEq/L

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Kimia Urine
Warna kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.020 1.013-1.030
pH 7.0 4,5 – 8.0
Nitrit Negatif Negatif
Protein Urin Negatif Negatif mg/dL
Glukosa (Reduksi) 1000/4+ Normal mg/dL
Keton 150/3+ Negatif mg/dL
Urobilinogen Normal Normal UE
Bilirubin Negatif Negatif mg/dL
Eritrosit Negatif Negatif μL
leukosit Negatif Negatif μL
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Mikroskopis
Lekosit 1-2 1-4 LPB
Eritrosit Negatif 0-1 LPB
Epitel 6-8
Kristal Negatif Negatif LPK
Silinder Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
Tes Kehamilan Negatif Normal

1.5 RESUME
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga , 19 tahun sebelumnya pasien masih
bisa beraktivitas seperti biasa. Tahun 1999 pasien di diagnosa DM gestasional, Eklamsia,
dan melahirkan anak 4600 gram. Tahun 1999-2015 pasien mengalami gejala klasik DM,
dan meminum obat herbal selama 2 tahun dan tidak berobat ke dokter karena masalah
keuangan. Tahun 2015 pasien melahirkan anak kedua dengan berat 1800 gram. 9 Jam
SMRS pasien kejang-kejang dengan matamendelik keatas dan tangan kelojotan, setelah
kejang pasien sadar napas kussmaul (+) muntah >7x cairan, 30 menit SMRS pasien
kejang kembali dan dibawa ke IGD RSUD Sayang Cianjur
Pemeriksaan Fisik :
 Keadaan umum : Tampak lemah
 Kesadaran : Composmentis
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7 C
Kepala : Anemis (+),
Abdomen : nyeri tekan epigastrik (+)
DAFTAR MASALAH
1. Kejang
2. Napas kussmaul
3. Muntah
1.6 ASSESSMENT
1. Ketoasidosis Diabetikum
2. DM Tipe 2 uncontrolled
3. Dispepsia

1.7 PLANNING
 IVFD NaCl 0.9% 500 cc/24 jam
 Levemir 0-0-10u
 Novorapid 4-4-4u
 OMZ 2x40 mg
 Cek GDP GD2PP perhari
ANALISIS MASALAH

1. Ketoasidosis Diabetikum
A. Definisi
Diabetic ketoacidosis is characterized by a serum glucose level greater than
250 mg per dL, a pH less than 7.3, a serum bicarbonate level less than 18 mEq
per L, an elevated serum ketone level, and dehydration.

B. Etiologi

Pada pasien ini kemungkinan yang terjadi adalah oleh karena faktor ekonomi yg
membuat tidak memakai OAD atau insulin dan tidak rutin mengecek kadar gula
darah atau kontrol ke dokter.
C. Patofisiologi

D. Tanda dan Gejala


SYMPTOMS :
 Poliuria, polidipsi
 Weight loss
 Fatigue
 Dyspnea
 Vomiting
 Preceding febrile illness
 Abdominal pain
 Polyphagia
 Weakness
 Mental status change
SIGN :
 Dehydration causes : tacychardia, poor skin turgor, dry mucous
membranesm and orthostatic hypotension
 Deep respiration (kussmaul)
 Increased aceton (sensed as fruity smell on the patient breath)
 Mental status change (somnolence to lethargy and coma)
 Focal neurologic sign : hemianopia, hemiparesis
 Seizure (focal or generalized)
 Normothermic or hypotermic (peripheral vasodilation)
 Nausea,vomitting, diffuse abdominal pain
E. Diagnostic Testing
F. Kriteria Diagnosa
G. Algoritma manajemen KAD pada dewasa
2. DM Tipe 2
American Diabetes Association (ADA) 2015, Diabetes melitus merupakan suatu penyakit
kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang lama atau terus-menerus dengan
cara mengendalikan kadar gula darah untuk mengurangi risiko multifaktorial.

DM tipe 2 terjadi karena hilangnya sekresi insulin secara progresif akibat resistensi insulin.

Klasifikasi

Tipe 1
• Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
• Autoimun
• Idiopatik
Tipe 2
• Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain
• Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas (seperti Cystic fibrosis)
• Endokrinopati
• Karena obat atau zat kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
Diabetes melitus gestasional

Faktor resiko

 Ketidak aktifan aktivitas fisik

 Riwayat keluarga Diabetes melitus

 Ras/etnis dengan risiko tinggi

 Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan >4000 gr atau riwayat DM


gestasional

 HDL <35 mg/dL ± TG >250 mg/dL

 Hipertensi (≥140 / 90 mmHg atau sedang terapi)

 A1C ≥5.7%, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) maupun Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT) pada pengujian sebelumnya

 Kondisi yang terkait dengan resistensi insulin: obesitas berat, acanthosis nigricans,
PCOS

 Sejarah CVD

Kriteria diagnosis Diabetes menurut ADA 2018


Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada
hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah
2 jam < 140 mg/dL.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):


 Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan sepertikebiasaan sehari-hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dantetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
 Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelumpemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
 Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
 Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminumdalam waktu 5 menit.
 Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untukpemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai.
 Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah bebanglukosa.
 Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahatdan tidak merokok.

A. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM,


namuntidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaringbertujuan untuk
menemukan pasien dengan DM, TGT, maupunGDPT, sehingga dapat ditangani lebih dini
secara tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleransiglukosa,
merupakan tahapan sementara menuju DM. Keduakeadaan tersebut juga merupakan faktor
risiko untuk terjadinyaDM dan penyakit kardiovaskular dikemudian hari.Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaankadar glukosa darah sewaktu atau kadar
glukosa darahpuasa. Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal(mass
screening) tidak dianjurkan mengingat biaya yang mahal, yang pada umumnya tidak
diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi mereka yang diketemukan adanya kelainan.
Pemeriksaan penyaring dianjurkan dikerjakan pada saat pemeriksaan untuk penyakit lain
atau general check-up. Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai
patokan penyaring dapat dilihat pada tabel berikut.

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa • Plasma vena • < 100 • 100 – 199 • > 200
darah sewaktu • Darah kapiler • < 90 • 90 – 199 • > 200
(mg/dl)

Kadar glukosa • Plasma vena • < 100 • 100 – 125 • > 126
darah puasa • Darah kapiler • < 90 • 90 – 99 • > 100

(mg/dl)

Untuk kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor resiko lain
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
B. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang


diabetes. Adapun tujuan khusus dari penatalaksanaan pada DM adalah:
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.

Pilar penatalaksanaan DM :
 Edukasi
 Terapi gizi medis
 Latihan jasmani
 Intervensi farmakologis

Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama


beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,
dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau
suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,
misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya
ketonuria, insulin dapat segera diberikan.

1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidupdan perilaku telah terbentuk
dengan mapan. Pemberdayaanpenyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasiendalam menuju perubahan
perilaku sehat. Untuk mencapaikeberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yangkomprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,tanda dan gejala hipoglikemia
serta cara mengatasinya harusdiberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah
dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihankhusus.

2. Terapi Nutrisi Medis


Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. Kunci keberhasilan TNMadalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasiendan keluarganya).
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuaidengan kebutuhannya
guna mencapai sasaran terapi.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umumyaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhankalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandangdiabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makandalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan,terutamapada mereka yang menggunakan obat penurun glukosadarah atau
insulin.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
a. Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupanenergi.
 Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
 Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yangberserat tinggi.
 Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetesdapat makan
sama dengan makanan keluarga yang lain
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula,asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (Accepted-Daily Intake)
 Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidratdalam sehari.
Kalau diperlukan dapat diberikan makananselingan buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhankalori sehari.
b. Lemak
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.Tidak diperkenankan
melebihi 30% total asupan energi.
 Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
 Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemaktidak jenuh tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyakmengandung lemak jenuh
dan lemak trans antara lain: dagingberlemak dan susu penuh (whole milk).
 Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
c. Protein
 Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
 Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan
tempe.
 Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/KgBB
perhari atau 10% dari kebutuhanenergi dan 65% hendaknya bernilai biologik
tinggi.
d. Natrium
 Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1
sendok teh)garam dapur.
 Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400mg.
 Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natriumnitrit.
e. Serat
 Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi
cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahanlain yang
baik untuk kesehatan.
 Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
f. Pemanis alternatif
 Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.
Termasuk pemanis berkalori adalahgula alkohol dan fruktosa.
 Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,sorbitol dan xylitol.
 Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
 Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek
samping pada lemak darah.
 Pemanis tak berkaloriyang masih dapat digunakan antara lain aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.
 Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake / ADI)

3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secarateratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakansalah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatansehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,berkebun harus
tetap dilakukan (lihat tabel 4). Latihan jasmaniselain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan beratbadan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akanmemperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik sepertijalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihanjasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaranjasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihanjasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapatkomplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidupyang
kurang gerak atau bermalas-malasan.

4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
a. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
 Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilureadan glinid
 Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dantiazolidindion
 Penghambat glukoneogenesis (metformin)
 Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa.
 DPP-IV inhibitor
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
 OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahan sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal
 Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan
 Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan
 Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
 Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama
 Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
 DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum makan.
Cara kerja utama Efek Penuru
samping nan
A1C

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik, 1.0-2%


hipoglike
mia

Glinid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, 0.5-


hipoglike 1.5%
mia

Metformin Menekanproduksiglukosahatidanmenambah Diare, 1, 5 –


sensitivitasterhadap insulin dyspepsia 2,0 %
,
asidosisla
ktat

Penghambatglu Menghambat absorbs glukosa Flatulens, 0, 5 –


kosidase alfa tinjalemb 0,8 %
ek

Tia2 bt ] Menambahsensitivitasterhadap insulin Edema 0,5 –


1,4 %
zolidindion

Insulin Menekanproduksiglukosahati, Hipoglike 1,5 –


menstimulasipemanfaatanglukosa mia, BB 3,5 %
naik

DPP -4 inhibitor Meningkatkan sekresi insulin, menghambat Sebah, 0,5 -


sekrresi glukagon muntah 0,8%

Inkretin analog / Meningkatkan sekresi insulin, menghambat Meningk 0,5 –


mimetik sekrresi glukagon atkan 1,0 %
sekresi
insulin,
mengham
bat
sekrresi
glukagon
Algoritma menurut ADA 2018
3. Dyspepsia

A. Definisi

Dyspepsia is an uncomfortable feeling (discomfort) originated from the upper


part of abdomen. The discomfort can be one of or some of following symptoms, i.e.
epigastric pain, epigastric burn, feeling of fullness after having meal, early satiated
and bloating in the upper gastrointestinal tract area, nausea, vomiting and blurping.

B. Kriteria Diagnosis

Dyspepsia according to the Rome III criteria is a disease with one or more symptoms
associated with gastroduodenal abnormalities of:

• Epigastric pain

• Epigastric burn sensation

• Fullness or discomfort after meal

• Early satiety
C. Algoritma Dispepsia uninvestigated
FOLLOW UP
28/10/2018
S O A/P
Pasien mengatakan Kesadaran: compos A1. KAD (perbaikan)
lemas dan mentis P1 :
masih nyeri ulu hati TD: 100/70 mmHg
• IVFD NaCl 500 cc/24
Nadi: 80x/menit jam
Suhu: 36,6°c • O2 3 LPM Nasal Canul
RR: 22x/menit • Ceftriaxone 2x1gr
Mata : Ca(+/+), Si(-/-) • Pemeriksaan
Thoraks : VBS(+/+) SGOT,SGPT, Ur,Cr
Rales (-/-), Ronkhi(-/- A2 : DM Tipe 2
)Wh (-/-). retraksi (-/-), perbaikan
Abdomen: BU(+) P2:
,Soepl,NT epigastric
• Levemir 0-0-10 u
(+)
• Novorapid 4-4-4 u
Ekstremitas: Akral
hangat, crt<2detik Cek GDP, GD2PP
perhari
GDP:132
A3 : dyspepsia
GD2PP : 113
P3 : OMZ 2x40 mg
29/10/18

S O A/P
Pasien mengatakan lemas Kesadaran: compos A1. KAD (perbaikan)
dan mentis P1 :
masih nyeri ulu hati TD: 100/70 mmHg
• IVFD NaCl 500 cc/24
Nadi: 80x/menit jam
Suhu: 36,6°c • O2 3 LPM Nasal
RR: 22x/menit Canul

Mata : Ca(+/+), Si(-/-) • Ceftriaxone 2x1gr

Thoraks : VBS(+/+) Rales • Pemeriksaan


(-/-), Ronkhi(-/-)Wh (-/-). SGOT,SGPT, Ur,Cr
retraksi (-/-), A2 : DM Tipe 2 perbaikan
Abdomen: BU(+) P2:
,Soepl,NT epigastric (+)
• Levemir 0-0-10 u
Ekstremitas: Akral
• Novorapid 4-4-4 u
hangat, crt<2detik
Cek GDP, GD2PP perhari
GDP:132
A3 : dyspepsia
GD2PP : 113
P3 : OMZ 2x40 mg

Pemeriksaan Laboratorium 29/10/18

Kimia Klinik

Fungsi Hati

AST (SGOT) 93 U/L 15 - 37

ALT (SGPT) 55 U/L 16 – 63

Fungsi Ginjal

Ureum 24.0 mg% 10 – 50

Kreatinin 0.8 mg% 0.5 – 1.1

Glukosa Rapid Puasa 218 <140 mg/dL

Glukosa Rapid 2JPP 194 <140 mg/dL


Pemeriksaan Urin Rutin 29/10/18

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Kimia Urine
Warna kuning Kuning

Kejernihan Agak keruh Jernih

Berat Jenis 1.015 1.013-1.030

pH 6.0 4,5 – 8.0

Nitrit Negatif Negatif

Protein Urin 75/2+ Negatif mg/dL


Glukosa (Reduksi) 300/3+ Normal mg/dL
Keton Negatif Negatif mg/dL
Urobilinogen 1/1+ Normal UE
Bilirubin 1/1+ Negatif mg/dL
Eritrosit 150/4+ Negatif μL
leukosit 25/1+ Negatif μL

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Mikroskopis
Lekosit 4-6 1-4 LPB
Eritrosit 6-8 0-1 LPB
Epitel 2-4

Kristal Negatif Negatif LPK

Silinder Negatif Negatif

Jamur Positif Negatif


Follow Up 30/10/18

S O A/P
Pasien mengatakan sudah Kesadaran: compos mentis A1. KAD perbaikan
tidak lemas, nyeri ulu hati TD: 100/70 mmHg P1 :IVFD NaCl 500 cc/24 jam
dan mual muntah sudah
Nadi: 80x/menit • Ceftriaxone 2x1gr
tidak dirasakan lagi
Suhu: 36,6°c A2 : DM Tipe 2 (GD2PP
not achievment)
RR: 22x/menit

Mata : Ca(+/+), Si(-/-) • Levemir 0-0-10 u

Thoraks : VBS(+/+) Rales • Novorapid 4-4-4 u →

(-/-), Ronkhi(-/-)Wh (-/-). 6-6-6 u

retraksi (+/+), Cek GDP, GD2PP perhari

Abdomen: BU(+) A2 : Dyspepsia


,Soepl,NT epigastric (+)
P2 : OMZ (Stop)
Ekstremitas: Akral hangat,
crt<2detik

GDP:146

GD2PP : 245
Follow Up 31/10/18

S O A/P
Pasien mengatakan sudah Kesadaran: compos mentis A1. KAD perbaikan
tidak lemas, nyeri ulu hati TD: 90/60 mmHg P1 :IVFD NaCl 500 cc/24 jam
dan mual sudah tidak
Nadi: 76x/menit • Ceftriaxone 2x1gr
dirasakan lagi
Suhu: 36,6°c (stop)

A2 : DM Tipe 2 ( on
RR: 16x/menit
target)
Mata : Ca(-/-), Si(-/-)
• Levemir 0-0-10 u
Thoraks : VBS(+/+) Rales
(-/-), Ronkhi(-/-)Wh (-/-). • Novorapid 6-6-6 u

retraksi (-/-), Cek GDP, GD2PP perhari

Abdomen: BU(+) Boleh Pulang


,Soepl,NT epigastric (-)

Ekstremitas: Akral hangat,


crt<2detik

GDP142

GD2PP : 187
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association.Standards of Medical Care in Diabetes.2018

Dyanne P; et al. Diabetic Ketoacidosis: Evaluation and Treatment. American Family


Physician.2013

Abbas E. Kitabchi, et al. Hyperglicemic Crises in Adult Patients with


Diabetes.Diabetes Care.2009

Perkeni.Konsensus Diabetes Melitus.2012

ACG and CAG Clinical Guideline: Management of Dyspepsia.2017

The Indonesian Society of Gastroenterology.National Consensus on Management of


Dyspepsia and Helicobacter pylori Infection.2017

Anda mungkin juga menyukai