KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Disusun Oleh :
Dokter Pembimbing :
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
kepada kita, terutama kepada penulis sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan. Dalam
laporan kasus ini penulis mengangkat judul “Ketoasidosis Diabetikum” yang sekaligus
merupakan tugas kepaniteraan dibagian Ilmu Penyakit Dalam untuk proses belajar di
RSUD Sayang Cianjur.
Fitri Mahari A S
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Karang Setra, Cianjur
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 27 Oktober 2018
1.2 ANAMNESA
KELUHAN UTAMA : Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, pada tahun 1999 pasien masih bisa
beraktivitas seperti biasa. Lalu pasien hamil anak pertama, ketika sedang hamil pasien
mulai timbul gejala seperti keinginan makan terus, sering BAK, sering merasa haus,
lalu dokter mendiagnosa Diabetes Melitus Gestasional. Lalu pasien juga pernah kejang-
kejang dan riwayat darah tinggi ketika hamil. Pasien melahirkan anak pertamanya
dengan sesar atas indikasi kondisi pasien dan melahirkan anak pertama dengan berat
4600 gram.lalu pasien diberikan insulin dengan dosis 0-0-10 u perharinya selama masa
kehamilan. Setelah melahirkan dan insulin habis pasien tidak kembali kontrol ke
dokter. Setelah itu pasien hanya memeriksakan kadar gula darah di apotek dekat rumah
saja karena alasan keuangan dan kadar gula darah pada saat itu 331 mg/dL. Lalu pasien
meminum obat herbal yang ditawarkan oleh apotek tersebut dan rutin meminumnya
sampai 2 tahun. Pasien mengaku sempat beberapa kali merasakan badannya lemas,
keringat dingin, mata kunang-kunang hampir mau pingsan tapi selalu minum teh manis
jika gejala itu timbul. Pasien juga mengaku dari tahun 1999 sampai 2015 berat
badannya turun dari 85 kg menjadi 55 kg. Tahun 2015 pasien hamil anak kedua dan
tidak timbul keluhan kejang-kejang lagi. Namun kelahiran anak kedua hanya 1.800
gram. Setelah melahirkan pasien di steril. 9 jam SMRS pasien kejang-kejang dengan
tangan kelojotan dan mata mendelik keatas menurut pengakuan suaminya. Pasien tidak
sadarkan diri ketika kejang baru sadar setelah selesai kejang. Pasien juga sesak dengan
napas dalam, keluar busa dan mulut bau buah-buahan disangkal. Pasien juga muntah 7x
bentuk cairan dan mengeluh nyeri ulu hati. 30 menit SMRS pasien juga kembali kejang
dengan deksripsi yg sama. Setelah di IGD pasien sudah sadar namun lemas.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Seorang ibu rumah tangga
- Merokok (-)
- Kopi (-)
- Alkohol (-)
RIWAYAT PENGOBATAN :
- Pernah minum obat herbal untuk atasi gula darah selama 2 tahun
Thorax : Normochest
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar pada ICS VI dextra
Auskultasi : Vesikuler ka=ki, wheezing (-/-),rales (-/-),rhonki(-/-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas Atas : ICS III Linea Parasternalis Dextra
Batas Kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Batas Kiri : ICS IV, Linea Midclavicula Sinistra
1.5 RESUME
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga , 19 tahun sebelumnya pasien masih
bisa beraktivitas seperti biasa. Tahun 1999 pasien di diagnosa DM gestasional, Eklamsia,
dan melahirkan anak 4600 gram. Tahun 1999-2015 pasien mengalami gejala klasik DM,
dan meminum obat herbal selama 2 tahun dan tidak berobat ke dokter karena masalah
keuangan. Tahun 2015 pasien melahirkan anak kedua dengan berat 1800 gram. 9 Jam
SMRS pasien kejang-kejang dengan matamendelik keatas dan tangan kelojotan, setelah
kejang pasien sadar napas kussmaul (+) muntah >7x cairan, 30 menit SMRS pasien
kejang kembali dan dibawa ke IGD RSUD Sayang Cianjur
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7 C
Kepala : Anemis (+),
Abdomen : nyeri tekan epigastrik (+)
DAFTAR MASALAH
1. Kejang
2. Napas kussmaul
3. Muntah
1.6 ASSESSMENT
1. Ketoasidosis Diabetikum
2. DM Tipe 2 uncontrolled
3. Dispepsia
1.7 PLANNING
IVFD NaCl 0.9% 500 cc/24 jam
Levemir 0-0-10u
Novorapid 4-4-4u
OMZ 2x40 mg
Cek GDP GD2PP perhari
ANALISIS MASALAH
1. Ketoasidosis Diabetikum
A. Definisi
Diabetic ketoacidosis is characterized by a serum glucose level greater than
250 mg per dL, a pH less than 7.3, a serum bicarbonate level less than 18 mEq
per L, an elevated serum ketone level, and dehydration.
B. Etiologi
Pada pasien ini kemungkinan yang terjadi adalah oleh karena faktor ekonomi yg
membuat tidak memakai OAD atau insulin dan tidak rutin mengecek kadar gula
darah atau kontrol ke dokter.
C. Patofisiologi
DM tipe 2 terjadi karena hilangnya sekresi insulin secara progresif akibat resistensi insulin.
Klasifikasi
Tipe 1
• Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
• Autoimun
• Idiopatik
Tipe 2
• Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain
• Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas (seperti Cystic fibrosis)
• Endokrinopati
• Karena obat atau zat kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
Diabetes melitus gestasional
Faktor resiko
A1C ≥5.7%, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) maupun Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT) pada pengujian sebelumnya
Kondisi yang terkait dengan resistensi insulin: obesitas berat, acanthosis nigricans,
PCOS
Sejarah CVD
A. Pemeriksaan Penyaring
Kadar glukosa • Plasma vena • < 100 • 100 – 199 • > 200
darah sewaktu • Darah kapiler • < 90 • 90 – 199 • > 200
(mg/dl)
Kadar glukosa • Plasma vena • < 100 • 100 – 125 • > 126
darah puasa • Darah kapiler • < 90 • 90 – 99 • > 100
(mg/dl)
Untuk kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor resiko lain
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
B. Penatalaksanaan
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Pilar penatalaksanaan DM :
Edukasi
Terapi gizi medis
Latihan jasmani
Intervensi farmakologis
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidupdan perilaku telah terbentuk
dengan mapan. Pemberdayaanpenyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasiendalam menuju perubahan
perilaku sehat. Untuk mencapaikeberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yangkomprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,tanda dan gejala hipoglikemia
serta cara mengatasinya harusdiberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah
dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihankhusus.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secarateratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakansalah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatansehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,berkebun harus
tetap dilakukan (lihat tabel 4). Latihan jasmaniselain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan beratbadan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akanmemperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik sepertijalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihanjasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaranjasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihanjasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapatkomplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidupyang
kurang gerak atau bermalas-malasan.
4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
a. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilureadan glinid
Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dantiazolidindion
Penghambat glukoneogenesis (metformin)
Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa.
DPP-IV inhibitor
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahan sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal
Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan
Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama
Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum makan.
Cara kerja utama Efek Penuru
samping nan
A1C
A. Definisi
B. Kriteria Diagnosis
Dyspepsia according to the Rome III criteria is a disease with one or more symptoms
associated with gastroduodenal abnormalities of:
• Epigastric pain
• Early satiety
C. Algoritma Dispepsia uninvestigated
FOLLOW UP
28/10/2018
S O A/P
Pasien mengatakan Kesadaran: compos A1. KAD (perbaikan)
lemas dan mentis P1 :
masih nyeri ulu hati TD: 100/70 mmHg
• IVFD NaCl 500 cc/24
Nadi: 80x/menit jam
Suhu: 36,6°c • O2 3 LPM Nasal Canul
RR: 22x/menit • Ceftriaxone 2x1gr
Mata : Ca(+/+), Si(-/-) • Pemeriksaan
Thoraks : VBS(+/+) SGOT,SGPT, Ur,Cr
Rales (-/-), Ronkhi(-/- A2 : DM Tipe 2
)Wh (-/-). retraksi (-/-), perbaikan
Abdomen: BU(+) P2:
,Soepl,NT epigastric
• Levemir 0-0-10 u
(+)
• Novorapid 4-4-4 u
Ekstremitas: Akral
hangat, crt<2detik Cek GDP, GD2PP
perhari
GDP:132
A3 : dyspepsia
GD2PP : 113
P3 : OMZ 2x40 mg
29/10/18
S O A/P
Pasien mengatakan lemas Kesadaran: compos A1. KAD (perbaikan)
dan mentis P1 :
masih nyeri ulu hati TD: 100/70 mmHg
• IVFD NaCl 500 cc/24
Nadi: 80x/menit jam
Suhu: 36,6°c • O2 3 LPM Nasal
RR: 22x/menit Canul
Kimia Klinik
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
S O A/P
Pasien mengatakan sudah Kesadaran: compos mentis A1. KAD perbaikan
tidak lemas, nyeri ulu hati TD: 100/70 mmHg P1 :IVFD NaCl 500 cc/24 jam
dan mual muntah sudah
Nadi: 80x/menit • Ceftriaxone 2x1gr
tidak dirasakan lagi
Suhu: 36,6°c A2 : DM Tipe 2 (GD2PP
not achievment)
RR: 22x/menit
GDP:146
GD2PP : 245
Follow Up 31/10/18
S O A/P
Pasien mengatakan sudah Kesadaran: compos mentis A1. KAD perbaikan
tidak lemas, nyeri ulu hati TD: 90/60 mmHg P1 :IVFD NaCl 500 cc/24 jam
dan mual sudah tidak
Nadi: 76x/menit • Ceftriaxone 2x1gr
dirasakan lagi
Suhu: 36,6°c (stop)
A2 : DM Tipe 2 ( on
RR: 16x/menit
target)
Mata : Ca(-/-), Si(-/-)
• Levemir 0-0-10 u
Thoraks : VBS(+/+) Rales
(-/-), Ronkhi(-/-)Wh (-/-). • Novorapid 6-6-6 u
GDP142
GD2PP : 187
DAFTAR PUSTAKA