Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI GESTASIONAL

PEMBIMBING :
dr. Komang Arianto, Sp.OG

DISUSUN OLEH :
ICHA LEANDRA W.
030.11.136

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 10 OKTOBER 2016-17 DESEMBER 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmad, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Hipertensi Gestasional
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Angkatan
Laut dr. Mintohardjo. Selain itu, laporan kasus ini juga ditujukan untuk menambah
pengetahuan bagi penulis dan para pembaca mengenai penyakit parkinson.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Komang Arianto, Sp.OG selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini,
serta kepada dokter-dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Obstetri dan Ginekologi untuk dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran
yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I LAPORAN KASUS.................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................11
BAB III ANALISA KASUS...................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

3
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Suku : Jawa
Alamat : Dusun Taman RT 003/RW 001 Kel. Curah Sawo
Kecamatan Geding, Probolinggo, Jawa Timur
Tanggal Masuk RS : 9 November 2016
No. Rekam Medis :0016-75-93

Nama Suami : Tn. M


Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Supir
Status Pernikahan : Menikah
Suku : Jawa

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, pada hari Rabu, 9 November 2016 di Verlos Kamer
RSAL dr. Mintohardjo pada pukul 20.00 WIB.

a. Keluhan Utama

Pasien G6P3A2 hamil 38 minggu, mules sejak 3 jam SMRS.

b. Keluhan Tambahan
-

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Verlos Kamer RSAL dr. Mintohardjo pada pukul 20.00 WIB
dengan mengeluh sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit yang dirasakan terus
menerus, tidak teratur dan semakin lama semakin kuat. Adanya lendir disertai darah
yang keluar dari vagina disangkal, adanya keluar air ketuban disangkal oleh pasien.

4
Sebelumnya pasien diantar keluarga ke puskesmas Tanah Abang, namun dirujuk
karena tensi pasien yang tinggi. Menurut pengukuran tensi di puskesmas adalah
170/100 mmHg . Keluhan adanya kejang disangkal, adanya gangguan pengelihatan,
sakit kepala dan gangguan BAK disangkal. Pasien mengakui adanya pembengkakan
kaki sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengakui rutin memeriksakan kehamilannya ke puskesmas Tanah
Abang, ibu dan bayi dinyatakan sehat.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Os menyangkal adanya riwayat penyulit dalam kehamilan, hipertensi maupun diabetes


mellitus.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Os menyangkal adanya anggota keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus


maupun preklamsia dan eklamsia.

f. Riwayat Menstruasi
Menarke : 13 tahun
Siklus Menstruasi : reguler, 28 hari
Durasi Menstruasi : 6 hari
HPHT : 15 Februari 2016
Taksiran Partus : 22 November 2016

g. Riwayat Obstetri
G6P3A2

Anak Tahun Umur Jenis Tempat Penyulit


ke- Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan
1 1994 aterm normal Dukun -
2 Abortus 3 bulan RS
3 2000 aterm normal Dukun -
4 2004 aterm normal Dukun -
5 Abortus 2 bulan
6 Hamil ini

h. Riwayat antenatal care

Usia Tempat
Tanggal Tekanan Darah
Kehamilan Pemeriksaan
01/07/16 18 minggu 110/70 mmHg Puskesmas

5
12/07/16 20/21 minggu 110/70 mmHg Tanah Abang
16/08/16 26 minggu 120/80 mmHg
20/09/16 30/31 minggu 110/70 mmHg
27/09/16 32 minggu 130/80 mmHg
01/11/16 37 minggu 110/70 mmHg

III. PEMERIKSAAN FISIK, VK RSAL dr. Mintohardjo pukul 20.00 WIB


Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 90x/menit
c. Pernapasan : 18x/menit
d. Suhu : 36.3oC
4. Antropometri
a. Tinggi Badan : 160 cm
Berat badan : Sebelum hamil: 60 kg
Saat hamil : 75 kg

Status Generalis
1. Mata
Palpebra : Tidak tampak oedem pada palpebra
Konjungtiva : Tidak tampak konjungtiva pucat
Sklera : Tidak tampak sklera ikterik

2. Mulut
Bibir : Simetris, tidak tampak pucat maupun sianosis

3. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
b. Kelenjar getah bening leher : Tidak teraba membesar
c. Tekanan vena jugularis : 5 + 2 cmH2O

4. Thorax
a. Paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, tidak
didapatkan rhonki ataupun wheezing

6
b. Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, irama reguler, tidak
terdengar split, murmur, maupun gallop.

5. Abdomen
Status obstetri

6. Ekstremitas
Ekstremitas atas Dekstra Sinistra
Akral Hangat Hangat
Oedem (-) (-)

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra


Akral Hangat Hangat
Oedem (+) (+)

Status Obstetri
Leher : kloasma gravidarum (+)
Mammae : Hiperpigmentasi areola (+), papil mammae menonjol
Abdomen :
Inspeksi
Asimetris lebih cembung bagian kiri, linea nigra (+), striae gravidarum (+)

Auskultasi
DJJ : 149 x/menit

Palpasi
TFU : 40 cm
Leopold I : teraba bokong bayi
Leopold II : punggung bayi teraba di kiri
Leopold III : teraba kepala bayi
Leopold IV : divergen
Vaginal Toucher : pembukaan portio serviks 3 cm, teraba lunak, bidang Hodge 1

Monitoring
Jam Tekanan Darah DJJ VT

7
09/11/2016 17.00 WIB 170/100 mmHg
20.00 WIB 160/100 mmHg 149x/minute 3 cm, ketuban +
21.45 WIB 170/100 mmHg 150x/minute 4 cm, ketuban +

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
DARAH RUTIN
Leukosit 11.500/uL 5.000-10.000
Eritrosit 4.51 juta/uL 4.2-5.4
Hemoglobin 10.2 g/dl 12-14
Hematokrit 31 % 37-42
Trombosit 279.000/uL 150.000-450.000
Gula Darah Sewaktu 124 mg/dL <200
URINE LENGKAP
Kimia Urine
Warna Kuning Muda Kuning
Eritrosit +++/250 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Berat Jenis 1.025 1.003-1.031
pH 5.5 4.5-8.5
Protein Negatif Negatif
Urobilinogen normal 3.5-17
Nitrit Negatif Negatif
Mikroskopis Urine
Eritrosit 50-70/LPB 0-1
Leukosit 5/LPB 0-5
Epitel Positif Positif
Bakteri Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif

V. DIAGNOSIS
a. Ibu : G6P3A2, hamil 38-39 minggu dengan hipertensi gestasional
b. Bayi : Janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala, punggung kiri,
denyut jantung janin 149x/menit

VI. DIAGNOSIS BANDING


Preeklampsia berat
HELLP syndrome

VII. PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa
Edukasi tentang keadaan pasien
Tirah baring miring ke kiri
O2 via nasal kanul
Pasang foley catheter, monitor balans cairan

8
Observasi inpartu

c. Medikamentosa
Antihipertensif
Ca Channel Blocker
Nifedipin 10 mg per oral dapat diulang per 30menit hingga pernurunan MAP
25%
Dopamine
Metildopa 3x500 mg

VII. RESUME
Ny. M, 41 tahun G6P3A2 hamil 38-39 minggu datang ke Verlos Kamer RSAL dr.
Mintohardjo pada tanggal 9 November 2016 pukul 20.00 WIB yang merupakan pasien
rujukan dari puskesmas Tanah Abang karena tensi tinggi yaitu 170/100 mmHg.
Melalui anamnesis didapatkan keluhan mules yang dirasakan hilang timbul sejak 3
jam SMRS. Pada pemeriksaan fisik di VK RSAL dr. Mintohardjo didapatkan tekanan
darah 150/100 mmHg, dan terdapat adanya edema pada kedua ektremitas inferior.
Pemeriksaan obstetrik didapatkan janin tunggal hidup, letak kepala, dengan bagian
terendah di bidang Hodge I, tinggi fundus uteri 40 cm, denyut jantung bayi 149x/menit,
portio konsistensi kenyal membuka diameter 3 cm, dengan ketuban utuh.
Pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan leukositosis yaitu 11.500/Ul,
penurunan hemoglobin dan hematokrit masing-masing 10,2 g/dl dan 31%. Pemeriksaan
urine lengkap didapatkan proteinuria negatif. Pemeriksaan tekanan darah pada antenatal
care secara berkala yang dilakukan pasien sejak trimester kedua menunjukkan tekanan
darah normal berkisar antara 110/70 mmHg-120/80 mmHg. Riwayat adanya tekanan
darah tinggi sebelum kehamilan disangkal.

VIII. PROGNOSIS
Ibu:

Ad Vitam: Dubia ad bonam


Ad Fungsionam: Dubia ad bonam
Ad Sanationam: Dubia ad malam
Bayi
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad Fungsionam: ad bonam
Ad sanationam: ad bonam

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai keadaan terdapatnya tekanan darah
sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg dengan atau tanpa proteinuria1
2. Klasifikasi
Menurut Report of The National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy, hipertensi dalam kehamilan dibagi
menjadi:2

1. Hipertensi Kronik
Hipertensi yang telah timbul dan didiagnosa sejak umur kehamilan <20 minggu,
dan hipertensi yang timbul pertama kali pada saat kehamilan dan tidak kembali
normal sejak postpartum.

2. Preeklampsia dan eklampsia


Sindroma spesifik pada kehamilan yang terjadi pada kehamilan >20 minggu,
ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria (>+1 dipstick, atau proteinuria
300 mg/24 jam), pada perempuan yang normotensif saat usia kehamilan kurang
dari 20 minggu. Berdasarkan gejala klinis, preeklamsia dibagi menjadi ringan dan
berat.

Preeklampsia Ringan
Timbulnya hipertensi (140/90 mmHg) disertai proteinuria(300 mg/24 jam atau +1
dipstick) dan/edema setelah kehamilan 20 minggu.

Preeklampsia Berat
Digolongkan sebagai preeklampsia berat apabila terdapat satu atau lebih gejala:
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg disertai proteinuria >5g/24 jam
Tekanan darah tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan menjalani tirah baring
Proteinuria >5 g/24 jam atau 4+dipstick
Oligouria atau anuria
Kenaikan kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur
Nyeri epigastrium

10
Edema paru
Hemolisis mikroangiopatik
Trobositopenia berat: <100.000 sel/m3
Gangguan fungsi hepar
Intrauterin growth restriction
Sindrom HELLP

Eklampsia
Kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh atau
koma.

3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia


Adanya gejala preeklampsia pada perempuan hamil dengan hipertensi kronik.
Ditandai dengan adanya onset baru proteinuria pada wanita hamil dengan
hipertensi kronis dimana sebelum usia kehamilan <20 minggu tidak ditemukan
adanya proteinuria.

4. Hipertensi gestasional
Hipertensi dideteksi pertama kali setelah usia kehamilan >20 minggu, yang akan
kembali normal setelah 12 minggu post partum tanpa adanya proteinuria.

3. Epidemiologi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi dalam kehamilan terjadi pada 5-8% kehamilan
seluruh dunia, dan erat kaitannya dengan kelahiran prematur, pertumbuhan janin
terganggu, dan kematian janin intrauterin.3 Sebanyak 30% kasus hipertensi dalam
kehamilan merupakan hipertensi kronis sedangkan 70% lainnya merupakan kasus
hipertensi gestasional dan preeklampsia.

4. Patofisiologi

Pada kehamilan terdapat perubahan signifikan pada hemodinamika tubuh untuk dapat
memenuhi kebutuhan darah agar mempertahankan pertumbuhan fetus intrauterin. Terjadi
peningkatan volume plasma dipicu oleh stimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron,
dan sebagai kompensasi terjadi peningkatan sintesa vasodilator agar tercapai keadaan
normotensif. Vasodilator tersebut antara lain adalah sistem kallikrein-kinin, prostasiklin,
nitric oxide, dan vascular-endothelial growth factor (VEGF). Selain itu terdapat adanya
adaptasi fungsional pada sistem kardiovaskular yaitu terjadinya remodelling adaptif
dimana terjadi hipertrofi jantung untuk dapat mempertahankan curah jantung dengan
adanya peningkatan kebutuhan perfusi. Hipertrofi ini bersifat reversibel dan tidak berefek
jangka panjang.4

11
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan antara lain:5
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan terjadi remodeling arteri spiralis dimana trofoblas akan menginvasi
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan di sekitarnya sehingga jaringan matriks
menjadi mudah mengalami distensi dan dilatasi untuk mendukung perfusi janin yang
cukup untuk pertumbuhan. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya sehingga
arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta. Iskemia plasenta akan
menghasilkan radikal bebas seperti radikal hidroksil, yang merusak membran sel,
nukleus dan protein sel endotel. Terjadi ketidakseimbangan kadar oksidan dan
antioksidan, dimana terjadi dominasi oksidan beredar di dalam darah dan akan
merusak sel endotel sehingga menyebabkan disfungsi endotel. Sel endotel
menyebabkan berkurangnya produksi prostasiklin (PGE2) suatu vasodilator kuat, dan
meningkatkan produksi tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor. Disfungsi sel
endotel menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler darah termasuk pada
glomerulus ginjal.

Teori intoleransi imunologik ibu dan janin


Terdapat human leukocyte antigen protein G (HLA-G) yang berperan penting
dalam modulasi respon imun sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi. HLA-G
melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK). HLA-G juga
mempermudah invasi trofoblas ke dalam desidua mendukung terjadinya
remodeling arteri spiralis.

Teori genetik
Terbukti bahwa ibu yang mengalami preeklampsia anak perempuannya juga akan
mengalami preeklampsia.

Teori defisiensi gizi


Konsumsi makanan kaya asam lemak tidak jenuh seperti minyak ikan mengurangi
resiko preeklampsia. Asam lemak tak jenuh mengurangi produksi vasokonstriktor
tromboksan.

Teori stimulus inflamasi


Plasenta melepaskan debris trofoblas sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrosis trofoblas akibat stres oksidatif. Debris tersebut merupakan bahan asing
yang akan menstimulasi proses inflamasi. Pada kehamilan normal jumlah debris
dibatas wajar, namun pada keadaan preeklampsia stres oksidatif meningkat
sehingga produksi debris juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta
seperti pada kehamilan ganda akan meningkatkan stres oksidatif dan debris yang
meningkat pula. Keadaan ini akan menyebabkan beban reaksi inflamasi dan
aktivasi sel endotel dan menimbulkan gejala preeklampsia.

12
5. Manajemen dan Tatalaksana
Prinsip tatalaksana untuk hipertensi dalam kehamilan adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Tatalaksana non medikamentosa meliputi edukasi pasien untuk
modifikasi diet dengan diet rendah garam, restriksi kalori pada pasien obesitas,
olahraga secara rutin. Ibu hamil perlu melakukan konsultasi dan oengukuran tekanan
darah secara berkala melalui antenatal care untuk mencegah terjadinya komplikasi
terhadap ibu maupun bayi.
Menurut National Institute of Clinical Excellence (NICE) guideline for
management of hypertension 2010, terapi untuk hipertensi berat bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah secara perlahan higga <150/100 mmHg.6 Metil dopa
merupakan pengobatan lini pertama untuk hipertensi dalam kehamilan karena
efektifitasnya yang tinggi dan aman untuk bayi karena tidak mengganggu aliran darah
uteroplansenta sehingga hemodinamika tetap stabil. Selain itu metil dopa obat
alternatif yang ama antara lain adalah calcium channel blocker yaitu nifedipine dapat
digunakan dengan resiko teratogenik rendah. Angiotensin converting enzyme
inhibitors (ACEIs) dan angiotensin II receptor blocker (ARB) merupakan
kontraindikasi dalam kehamilan karena dapat menyebabkan fetopati, antara lain
meningkatnya resiko hipotensi pada janin, gangguan pembentukan tubulus ginjal,
oligohidramnion, deformitas kraniofasial, gangguan osifikasi, intrauterine growth
restriction (IUGR) karena berkurangnya perfusi plasental.4
Hospitalisasi diperlukan pada ibu hamil dengan hipertensi berat dan
preeklamsia berat. Terapi inisial untuk hipertensi berat (160/110 mmHg) adalah
dengan kapsul short acting nifedipine, atau secara parenteral dengan hydralazine atau
labetalol.7

Terapi untuk hipertensi tidak berat (sistol 149-159 mmHg dan diastol 90-105 mmHg)
diberikan salah satu dari pilihan obat yaitu metil dopa, labetalol atau beta blocker
lainnya seperti metoprolol atau propanolol.

13
Ibu hamil dengan preeklamsia ringan dapat menjalani rawat jalan dengan pemantauan
tekanan darah. Untuk preeklamsia berat terapi definitif hanyalah terminasi kehamilan.
Ibu dengan preeklamsia berat perlu hospitalisasi dengan pemberian medikamentosa
meliputi pemberian cairan, anti kejang dan antihipertensif. Antikejang yang digunakan
adalah magnesium sulphate, inhibitor kompetitif ion kalsium. Transmisi
neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps, maka pemberian MgSO 4 akan
menghambat aliran rangsangan.
Cara pemberian:
Initial dose: 4 g MgSO4 intravena (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
Maintenance dose: Infus 6 gram dalam Ringer Laktat/6 jam

Pemberian MgSO4 harus memenuhi syarat:


Tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10%= 1
g (10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit
Refleks patella (+) kuat
Frekuensi pernafasan >16 kali/menit, tidak ada distres nafas

Antihipertensi lini pertama dalam preeklamsia berat adalah nifedipine dengan


dosis 10-20 mg per oral dapat diulang setiap 30 menit.

14
BAB III
ANALISA KASUS

Ny. M, G6P3A2 usia 41 tahun datang ke Verlos Kamer RSAL dr. Mintohardjo pada
tanggal 9 November 2016 pukul 20.00 WIB dengan keluhan mules sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Mules terasa hilang timbul, semakin lama semakin sering dan semakin
kuat disertai adanya lendir yang keluar dari vagina tanpa disertai darah. Pasien merupakan
rujukan dari puskesmas Tanah Abang dikarenakan tensinya yang tinggi yaitu 170/100 mmHg.

Berdasarkan pengakuan pasien didapatkan hari pertama haid terakhir pasien adalah
tanggal 15 Februari 2016. Siklus menstruasi pasien reguler 28 hari maka dapat digunakan
rumus Neagle, dan didapatkan usia kehamilan 38 minggu dan taksiran partus yaitu pada
tanggal 22 November 2016.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda pasti kehamilan yaitu adanya denyut
jantung janin dan gerakan janin, dan didapatkan kloasma gravidarum pada leher,
hiperpigmentasi areola, dan linea nigra pada abdomen. Pemeriksaan leopold I teraba bokong,
leopold II teraba punggung bayi berada di sisi kiri maternal, leopold III teraba kepala dan
leopod IV teraba divergen, dengan denyut jantung janin 149x per menit. Pada pemeriksaan
vaginal toucher didapatkan pembukaan portio serviks dengan diameter 3 cm, konsistensi
kenyal. Maka disimpulkan janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan bagian terendah
setinggi bidang Hodge I dan persalinan dalam kala 1 fase laten.

Hipertensi karena kehamilan (pregnancy induced hypertension) didefinisikan sebagai


peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg dengan atau tanpa proteinuria yang terdeteksi
setelah 20 minggu kehamilan dan kembali normal setelah 12 minggu post partum. 1. Sebanyak
70% kasus merupakan onset baru pada usia kehamilan diatas 20 minggu, sedangkan 30%
adalah kasus hipertensi yang sudah terjadi sebelum adanya kehamilan. Diagnosis hipertensi
pada pasien ini ditegakkan dengan pengukuran tekanan darah sekurangnya 2 kali dengan
jarak waktu 4 jam. Usia kehamilan pasien sudah 38 minggu, dan pada pemeriksaan antenatal
care yang dijalani sejak trimester kedua tidak menunjukkan adanya hipertensi. Tekanan darah
pasien pada saat menjalani antenatal care berkisar antara 110/70 mmHg-130/80 mmHg. Hal
ini menyingkirkan kemungkinan diagnosis superimposed preclamsia dan hipertensi kronik.

Pada anamnesa tidak didapatkan adanya kejang, nyeri kepala, dan gangguan visus,
maka dapat disimpulkan tidak adanya gangguan neurologis bermakna akibat spasme vaskular
seperti pada preeklamsia berat maupun eklampsia. Tidak ditemukan adanya anuria maupun
oligouria, dan juga tanda oedem paru yang menandakan adanya kerusakan endotel pembuluh
darah yang bermakna.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya oedem pada kedua ekstremitas inferior,
yang dapat terjadi akibat fisiologis maupun patologis. Pada kehamilan normal terjadi
hipervolemia dimana pada minggu ke 6-8 kehamilan terjadi peningkatan volume darah secara
progresif yang akan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34. Volume plasma akan
meningkat sebanyak 40-45% akibat pengaruh respon dari progesteron dan estrogen pada

15
ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin, angiotensin dan aldosteron. 2 Pada kehamilan juga
terdapat insufisiensi katup vena yang menyebabkan menurunnya venous return sehingga
terdapat peningkatan tekanan hidrostatik vena. Proses patologis yang dapat menyebabkan
oedem ekstremitas antara lain akibat adanya hipoalbuminemia atau karena adanya
peningkatan permeabilitas kapiler karena kerusakan endotel pada preeklamsia.

Pemeriksaan penunjang darah rutin menunjukkan adanya leukositosis yaitu 11.500/uL


yang masih dalam batas normal pada masa kehamilan karena adanya stres fisiologis, dan
akan kembali pada nilai rujukan normal setelah 4 minggu post partum. 3 Hemoglobin pada
pasien ini adalah 10,2 g/dl. Eritropoetin ginjal meningkatkan produksi sel darah merah
sebanyak 20-30% namun tidak sebanding dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodilusi. Namun pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl merupakan
keadaan abnormal antara lain diakibatkan oleh defisiensi besi.2 Pada kasus ini perlu dicurigai
terdapatnya hemolisis mikoangiopatik selain dikarenakan terdapatnya hematuria ditemukan
+3 eritrosit. Proteinuria ditemukan negatif, namun tidak dapat menyingkirkan dugaan
preeklampsia. Hal ini dikarenakan proteinuria seringkali baru terjadi pada akhir kehamilan
karena gangguan fungsi filtrasi endotel pada glomerulus, dan karena kriteria diagnosis
preeklampsia sekurangnya diperiksa 2 kali secara acak dengan interval 6 jam atau dari urine
per 24 jam. Perlu pemeriksaan penunjang tambahan yaitu pemeriksaan faal hati SGPT dan
SGOT.

Terapi non medikamentosa untuk pasien ini dianjurkan untuk tirah baring miring ke
kiri untuk mengurangi penekanan rahim terhadap vena kava inferior. Oksigenasi via nasal
kanul diberikan untuk mempertahankan perfusi adekuat. Terapi medikamentosa diberikan
antihipertensi lini pertama yaitu nifedipin oral 10 mg yang dapat diulang dengan selang
waktu 30 menit untuk mencapai penurunan mean arterial pressure (MAP) sebesar 25% dari
MAP awal. Selain pemberian calcium channel blocker, dapat diberikan terapi kombinasi
dengan metil dopa yang merupakan antihipertensif yang bekerja di sentral sebagai 2

agonis reseptor yang memicu vasodilatasi dari pembuluh darah. Dilakukan observasi
persalinan pervaginam dengan monitoring tanda vital terutama tekanan darah.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Watanabe K, Naruse K, Tanaka K, Hirohito M, Suzuki Y. Outline of definition


classification of Pregnancy Induced Hypertension. Hypertens Res Pregnancy 2013.
1:3-4
2. Report of The National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy. Am J Obstet Gynecol 2000. P3-5
3. Arshad A, Pasha W, Khattak T. A and Kiyani RB. Impact of pregnancy induced
hypertension on birth weight of newborn at term. Journal of Rawalpindi Medical
College (JRMC);2011;15(2):113-115. Available at
http://www.journalrmc.com/volumes/1394781698.pdf
4. Kintiraki et al. Pregnancy-induced hypertension. Hormones 2015; 14(2):211-223
5. Prawihardjo, Sarwono 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
6. Hypertension in Pregnancy: The Managemet of Hypertension Disorders During
Pregnancy. National Collaborating Centre for Womens and Childrens Health.
London: RCOG Press;2010
7. Society of Obstetrians and Gynaecologist of Canada. Diagnosis, evaluation, and
management of the hypertensive disorders of pregnancy: executive summary. SOGC
Clinical Practice Guidelines No. 307. J Obstet Gynaecol Can 2014; 36(5):416-438

17

Anda mungkin juga menyukai