Oleh:
Pembimbing:
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya laporan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya yang berjudul ‘Kehamilan Ektopik
Terganggu’. Laporan ini dibuat dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya di Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Referat ini disusun sebagai salah satu prasyarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) di Departemen/KSM Obstetrik dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Pada
kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran penyusunan laporan ini, antara lain:
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR IS
HALAMAN COVER................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Definisi......................................................................................................3
2.2. Epidemiologi.............................................................................................3
2.3. Klasifikasi..................................................................................................3
2.4. Faktor Risiko.............................................................................................6
2.5. Patofisiologi...............................................................................................8
2.6. Manifestasi Klinis....................................................................................12
2.7. Diagnosis.................................................................................................14
2.8. Tatalaksana..............................................................................................22
2.9. Pencegahan..............................................................................................28
2.10. Komplikasi...........................................................................................29
2.11. Prognosis..............................................................................................31
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................32
3.1. IDENTITAS............................................................................................32
3.2. ANAMNESIS..........................................................................................32
3.3. PEMERIKSAAN FISIK.........................................................................34
3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................36
3.5. DIAGNOSIS...........................................................................................37
3.6. TATALAKSANA...................................................................................37
3.7. CATATAN PERKEMBANGAN (FOLLOW UP) PASIEN..................38
3.8. LAPORAN OPERASI............................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................43
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, Hipertensi
dalam kehamilan (HDK) adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan hipertensi dalam kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan
memasuki 20 minggu dan lebih tanpa riwayat hipertensi sebelumnya. Diagnosis
hipertensi ditegakkan bila didapatkan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
diastolik ≥ 90 mmHg.5,6
2.2. Epidemiologi
Hipertensi dalam kehamilan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Hipertensi
terjadi pada sekitar 5-15% pada ibu hamil. HDK dikatakan merupakan tanda awal
dari preeklampsia dan dapat berlanjut beberapa minggu setelah melahirkan. Kasus
pre-eklampsia dapat terjadi pada sekitar 5% hingga 15 % kehamilan dan sebagai
faktor penyebab dari kematian ibu secara global di seluruh dunia. Preeklampsia
juga dapat menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua kali lipat.
Preeklampsia bahkan pada awalnya kadang tidak menunjukkan gejala dan dapat
berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang disebut eklampsia.7,8
Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan
dikatakan masih cukup tinggi. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2010 disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan. Hal ini disebabkan oleh
etiologi yang masih kurang jelas dan perawatan dalam persalinan masih ditangani
oleh petugas non-medis serta sistem rujukan yang belum sempurna.8
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan Klasifikasi menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists,5
2.3.1. Hipertensi Gestasional
Diagnosis hipertensi gestasional dapat ditegakkan bila didapatkan tekanan
darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan ≥ 20 minggu tanpa disertai riwayat
hipertensi sebelumnya dan akan kembali normal dalam 12 minggu pasca
persalinan tanpa disertai dengan proteinuria. Hipertensi gestasional juga dapat
disertai tanda-tanda preeklamsia seperti nyeri epigastrik dan trombositopenia
namun tanpa adanya proteinuria. Apabila didapatkan peningkatan tekanan darah
yang signifikan maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat karena kejadian
eklampsia dapat mendahului proteinuria.
2.3.2. Preeklampsia
Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik dimana pada kehamilan
pasien ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap
adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Secara umum
preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.9
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklampsia ringan dapat ditegakkan berdasarkan
kriteria atas timbulnya tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥ 90
mmHg yang terjadi setelah umur kehamilan diatas 20 minggu tanpa riwayat
hipertensi sebelumnya disertai proteinuria 300 mg atau lebih per-liter dalam 24
jam atau ≥+1 pada pemeriksaan dipstik setelah usia kehamilan 20 minggu. Bila
proteinuria negatif, gejala atau kriteria lain yang dapat dinilai adalah timbulnya
oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari 0,5
cc/kgBB/jam. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. Terdapat edema paru
dan sianosis. Hemolisis mikroangiopatik. Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3
atau penurunan trombosit dengan cepat). Gangguan fungsi hati dengan
peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase dan pertumbuhan janin
yang terhambat.
Preeklampsia berat didefinisikan sebagai adanya peningkatan tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg pada 2 x pemeriksaan 6
jam setelah pasien dalam keadaan istirahat yang disertai dengan proteinuria 5 gr
atau lebih per-liter dalam 24 jam atau ≥ +2 pada pemeriksaan dipstik. Namun
beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara kuantitas
protein urin terhadap luaran preeklampsia menyebabkan protein urin masif (5
gr/24 jam) telah dieliminasi dari kriteria preeklampsia berat. Pada preeklampsia
berat, sejumlah penanda laboratorium seperti fungsi ginjal dan fungsi hepar
ditemukan meningkat, tetapi pada preeklampsia ringan peningkatannya hanya
minimal atau bahkan tidak ada peningkatan sama sekali. 6,9 Preeklampsia,
sebelumnya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang
baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria). Meskipun
kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita
lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang
menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut
tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai
kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan
kehamilan normal.10
2.3.3. Eklampsia
Eklampsia didefinisikan sebagai timbulnya kejang pada ibu hamil,
bersalin, dan nifas dengan atau tanpa penurunan kesadaran disertai dengan
proteinuria dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklampsia
dan tidak dapat dibuktikan dengan adanya penyebab lain.11
2.6. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi dalam kehamilan dilakukan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang
berkesinambungan. Anamnesis dilakukan kepada pasien atau keluarga pasien
untuk mengetahui adanya keluhan atau gejala sebelum atau selama masa
kehamilan, riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga, serta gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari. Keluhan atau gejala
dapat berupa nyeri kepala, gangguan visus penglihatan, rasa panas dimuka,
dispnea, nyeri dada, mual muntah, dan kejang. Riwayat penyakit terdahulu seperti
riwayat penyakit sistemik berupa hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung
dan ginjal, atau obesitas perlu ditanyakan kepada pasien. Selain itu, riwayat
kehamilan sebelumnya, terutama adanya hipertensi dalam kehamilan sebelumnya
serta penyulit yang ada selama kehamilan sebelumnya juga perlu ditanyakan.
Riwayat gaya hidup meliputi kebiasaan sehari-hari, pekerjaan, pola makan, dan
kebiasaan merokok dan minum alkohol juga harus ditanyakan.
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pemeriksaan fisik lengkap dari
kepala hingga kaki dan pemeriksaan obstetric. Poin penting dari pemeriksaan fisik
yang dapat mendukung diagnosis dimulai dari tanda vital pasien terutama tensi,
laju napas pasien (melihat apakah pasien sesak yang bisa mengindikasikan adanya
edema paru), kemudian indeks masa tubuh pasien, dan ada atau tidaknya edema
pada ekstremitas pasien. Pada pemeriksaan obstetric dapat dilihat apakah terdapat
tanda gawat seperti nyeri abdomen tersu menerus, perut yang tegang, bagian janin
tidak teraba, perdarahan pervaginam, dan sebagainya.Pasien dalam waktu 30
menit sebelum pengukuran tidak boleh minum kopi atau minum obat-obat
stimulan adrenergik serta harus beristirahat kurang lebih 5 menit sebelum
dilakukan pengukuran tekanan darah. Alat yang dipakai untuk mengukur tekanan
darah adalah sfigmomanometer. Pengukuran tekanan darah yang menyatakan
adanya hipertensi dalam kehamilan adalah bila dari hasil pengukuran dipatkan
tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg pada sistolik atau 90 mmHg pada
diastolik pada dua kali pemeriksaan yang berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis hipertensi dalam kehamilan, yakni pemeriksaan hematologic rutin serta
urinalisis yang dapat dilakukan mulai dari trimester satu sebagai bagian dari
skrining preeklampsia pada ANC jika ibu hamil memiliki faktor risiko, kemudian
dapat dialkukan pemeriksaan radiologi berupa USG arteri uterina jika usia
kehamilan sudah menginjak 20 minggu untuk mendeteksi adanya “notching”
untuk menentukan apakah ibu hamil perlu diberikan profilaksis aspirin atau tidak.
Pemeriksaan penunjang lain seperti tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal juga dapat
dilakukan untuk melihat apakah terdapat gangguan pada organ lain.
2.6.3. Eklampsia
Tanda dan gejala klinis preeklampsia yang disertai oleh kejang-kejang
dan/atau koma tanpa disebabkan oleh penyebab lainnya (epilepsi, perdarahan
subaraknoid, meningitis, dll).6,10,20 Eklampsia merupakan kasus akut pada
penderita preeklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma Pada
penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau
tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan
terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini
disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia. Tanda-tanda
impending eclampsia meliputi :
a. Sakit kepala hebat
b. Mual muntah
c. Nyeri epigastrium
d. Stomata/pandangan kabur
e. Peningkatan tensi darah progresif
b. Penanganan Aktif
Penanganan aktif dapat dilakukan bila usia kehamilan sudah aterm, hasil
fetal assessment buruk dan mengarah ke emergensi, dan terdapat tanda- tanda
impending eklampsia.14,20
2. Dosis Rumatan
Larutan MgSO4 40% 1 g/jam dimasukkan melalui cairan infus Ringer
Laktat (RL)/Ringer Asetat (RA) yang diberikan sampai 24 jam pascapersalinan.
Pemberian MgSO4 memiliki syarat-syarat pemberian yang harus terpenuhi, yaitu:
1.Harus tersedia antidotum MgSO4 yakni Ca Gluconas 10%.
2.Refleks pattela pasien normal
3.Frekuensi pernapasan ≥16 kali/menit dan tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan.
Bila kembali terjadi kejang setelah pemberian dosis awal maupun lanjutan
dari MgSO4, maka dapat diberikan lagi MgSO4 20% 2 gram IV. Apabila masih
tetap kejang (refrakter terhadap MgSO4), maka dapat diberikan salah satu
regimen dibawah ini:14
a.100 mg IV sodium thiopental
b.10 mg IV diazepam
c.250 mg IV sodium amobarbital
a. Penanganan Konservatif
Manajemen konservatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat
dengan usia kehamilan < 34 minggu dengan kondisi ibu dan janin yang stabil.
Selain itu, manajemen ekspektatif juga direkomendasikan untuk melakukan
perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedia perawatan intensif
bagi maternal dan neonatal. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan
untuk melakukan rawat inap selama melakukan perawatan konservatif. Pemberian
kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin, dimana
kortikosteroid yang diberikan adalah deksametason dengan dosis 12 mg IM setiap
24 jam selama 2 kali pemberian.5, 22
b. Penanganan Aktif
Manajemen aktif atau agresif dapat dilakukan bila umur kehamilan ≥ 35
minggu, dimana kehamilan dapat diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa
untuk stabilisasi ibu. Kehamilan harus segera diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan bila dijumpai adanya kejang-kejang, gagal ginjal akut, edema paru,
solutio plasenta dan fetal distress. Pada pasien dengan sindrom HELLP,
persalinan bisa ditunda dalam 48 jam bila umur kehamilan < 35 minggu, untuk
memberikan kesempatan pematangan paru.9,17
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan
secara aktif atau agresif adalah sebagai berikut:14
Persalinan sedapat mungkin diarahkan pervaginam.
Bila pasien belum inpartu :
Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop > 5. Bila perlu, dilakukan
pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah mencapai
kala II dalam waktu 24 jam. Indikasi dilakukan seksio sesarea adalah :
Tidak memenuhi syarat persalinan pervaginam.
Induksi persalinan gagal.
Terjadi gawat janin.
2.8.4. Eklampsia14
Penanganan Eklampsia dilakukan :
1.Menghentikan kejang dan mencegah kejang ulangan dengan pemberian MgSO4
(dosis dan tatacara pemberian sama dengan pada preeklampsia berat).
2.Menurunkan tekanan darah sampai sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110
mmHg atau MAP 106 – 125 mmHg.
3.Memperbaiki keadaan umum ibu
4.Mencegah dan mengatasi komplikasi
5.Sikap terhadap kehamilan → semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin, setelah kondisi ibu stabil.
2.8.5. Superimposed Preeklampsia14
Penanganannya sama dengan penanganan preeklampsia berat.
2.7. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya untuk mencegah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Beberapa strategi dapat digunakan yang meliputi upaya non-
farmakologi dan farmakologi. Upaya non-farmakologi yang dapat dilakukan
adalah berupa edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan
upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis rendah dan antioksidan.6
a. Pemberian Edukasi
Ibu hamil yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus dievaluasi
pada masa pasca melahirkan dini dan harus diberikan edukasi mengenai
kehamilan mendatang serta risiko dan komplikasi yang dapat terjadi. Wanita yang
telah mengalami preeklampsi atau eklampsia akan lebih rentan mengalami
penyulit hipertensi pada kehamilan berikutnya. Edukasi mengenai beberapa faktor
risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan seperti adanya penyakit sistemik
penyerta, riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya, dan kebiasaan sehari-
hari serta pola makan yang dapat memicu obesitas, perlu ditekankan kepada
pasien. Dalam kehamilan selanjutnya, pasien disarankan untuk menghindari
aktivitas fisik yang terlalu berat, rutin melakukan olahraga ringan yang aman bagi
wanita hamil, mengonsumsi diet yang tepat, serta mengonsumsi antioksidan
seperti vitamin C.17,26 Aktivitas fisik yang regular selama kehamilan dikaitkan
dengan penurunan risiko dari kejadian preeklampsia. Pada satu systematic review
didapatkan tren penurunan risiko preeklampsia pada ibu hamil yang rutin
berolahraga.24
2.9. Prognosis
Prognosis hipertensi dalam kehamilan dikatakan cukup baik apabila pasien
hanya mengalami preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional, dimana kondisi
hipertensi dapat menghilang setelah terminasi kehamilan. Namun, pada pasien
dengan preeklampsia berat, eklampsia, dan superimposed preeklampsia, berbagai
komplikasi yang ada dapat memperburuk kondisi ibu dan janin, bahkan hingga
menyebabkan kematian. Kondisi hipertensi yang ada dapat menetap setelah
terminasi, sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang.9
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS
Nama : NLY
Nomor RM : 21013633
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 Tahun
Agama : Hindu
Status : Menikah
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : BD Panggung Sembiran Tejakula Buleleng
MRS :30 Juni 2021
3.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien rujukan Sp.OG dengan G2P1001 T/H dengan Makrosomia dan
Hipertensi Dalam Kehamilan
Keluhan Sekarang :
Pasien datang ke VK IGD Kebidanan RSUP Sanglah pada tanggal 30 Juni
2021 pukul 15.00 WITA. Pasien mengatakan bahwa ia datang karena
dirujuk oleh dokter spesialis kandungan-nya karena didapati tensi
pasien tinggi pada saat pasien kontrol 1 hari SMRS dengan tensi
terukur 140/100 mmHg. Keluhan lain berupa nyeri perut, nyeri kepala,
keluar carian pervaginam, mual-muntah, dan sesak napas disangkal
oleh pasien.
Riwayat Menstruasi:
Pasien mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia ± 15
tahun. Pasien mengatakan siklus menstruasi teratur setiap bulannya,
sekali siklus setiap 28 hari, lamanya menstruasi ± 5 hari, dengan
volume ± 50-60 cc. Pasien biasanya mengganti pembalut sebanyak dua
sampai tiga kali dalam sehari saat menstruasi. Pasien tidak memiliki
keluhan apapun saat menstruasi.
Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang pada tahun 2016 dan
menikah pada saat pasien berusia 19 tahun. Usia pernikahan pasien
selama 5 tahun.
Riwayat Obstetri:
1. Kelahiran pertama berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir
2700 gram pada tahun 2017. Kelahiran secara pervaginam dibantu
oleh bidan di Singaraja.
2. Kehamilan saat ini
Abdomen
Inspeksi: tampak perut membesar, tidak tampak jaringan parut atau bekas
luka sayatan operasi, tampak striae gravidarum
Palpasi: Pemeriksaan Leopold
Leopold I:
TFU 2 jari dibawah procesus xypoideus (33 cm), teraba bagian
bulat lunak kesan bokong
Leopold II:
Tangan kiri pemeriksa: teraba bagian kecil-kecil disisi kanan kesan
ekstremitas
Tangan kanan pemeriksa: teraba bagian keras memanjang disisi
kiri ibu kesan punggung
Leopold III:
Teraba bagian bulat keras kesan kepala
Leopold IV:
Teraba bagian kepala telah masuk PAP (divergen)
Vagina
- Vaginal Toucher (VT): PØ 1 cm, effacement 25%, ketuban (+)
teraba kepala, denom tidak jelas, tidak teraba bagian kecil/tali pusat
3.5. DIAGNOSIS
Diagnosis Awal :
G2P1001 39 Minggu 6 Hari Tunggal Hidup, Suspek Fetal
Makrosomia, Hipertensi dalam Kehamilan
Diagnosis Akhir :
P2002 Post SC Hari- II
+ Gestational Hipertensi
3.6. TATALAKSANA
Tatalaksana Saat Datang
- Masuk Rumah Sakit (MRS)
- Direncanakan SC Cito dan Hubungi TS Anestesi
Monitoring
- Keluhan, tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu),
kontraksi uterus, perdarahan pervaginam
Status Present :
TD : 110/70 RR :16x/menit
Nadi : 84x/menit. Suhu aksila :36.5ºC
Sp02 : 99 %
Status General :
Mata : anemis -/-
Thoraks :
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-. wheezing -/-
Abdomen : Status Obstetri
Ekstremitas : Hangat +│+
+│+
Status Obstetri :
Abdomen : Tinggi Fundus Uteri 2 jari dibawah pusat, luka op
treatment
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi
selama kehamilan dengan angka kejadian pada kehamilan sekitar 5 - 15 %.
Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi hipertensi gestational,
preeklampsia, eklampsia, superimposed preeklampsia, dan hipertensi kronis.
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu,
ditegakkan bila didapatkan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90
mmHg. Pemeriksaan penunjang seperti urinalisis untuk melihat adanya
proteinuria juga menjadi penunjang diagnosis. Faktor risiko hipertensi dalam
kehamilan merupakan gangguan multifaktorial. Tujuan dari tatalaksana pasien
dengan hipertensi dalam kehamilan adalah mengontrol tekanan darah agar tidak
semakin meningkat, terminasi kehamilan dengan trauma minimal bagi ibu dan
bayi, selain itu melahirkan bayi yang mampu hidup di lingkungan luar kandungan,
dan melakukan penyembuhan terhadap ibu. Pencegahan berupa non-farmakologi
atau farmakologi perlu dilakukan untuk mencegah berulangnya hipertensi dalam
kehamilan dan mencegah terjadinya komplikasi berlanjut. Komplikasi yang dapat
terjadi meliputi perdarahan intraserebral, sondrom HELLP (haemolysis, elevated
liver enzyme, low platelet count), DIC (disseminated intravascular coagulation),
payah jantung, gagal ginjal, ablasio retina, ruptur hepar, dan ablasio placenta.
Komplikasi pada janin dapat berupa pertumbuhan janin yang terhambat atau
kematian janin dalam kandungan. Prognosis pada gestational hipertensi dan
preeklampsia ringan cenderung baik sedangkan pada preeklampsia yang
berkembang menjadi eklampsia, superimposed preeklampsia cenderung buruk
akibat kondisi hipertensi yang menetap pasca komplikasi dan menyebabkan
komplikasi jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA