Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA


KEHAMILAN

Putu Ari Paramitha Widiani (1902612050)


Hearty Indah Oktavian (1902612059)
Anak Agung Ngurah Satya Pranata (1902612071)

Penguji : dr. I Gede Sastra Winata, Sp.OG(K)


PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

 Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu kondisi dimana kuman atau mikroba tumbuh dan
berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna.
 ISK simtomatik dan asimtomatik. Infeksi simptomatik  sistitis-pielonefritis
 Peningkatan probabilitas infeksi saluran kemih pada wanita hamil terjadi oleh karena perubahan
anatomi dan fisiologis selama kehamilan seperti stasis kemih dan refluks vesikoureter yang
membuat wanita hamil lebih rentan terjadi ISK atas simtomatik. Selain itu, kehamilan adalah
keadaan immunocompromise relatif.
LATAR BELAKANG

 Insiden bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bervariasi dari 2% hingga 7%. Penelitian
menunjukkan bahwa 25% - 40% wanita hamil dengan bakteriuria asimtomatik yang tidak
diobati, dapat berkembang menjadi pielonefritis akut yang menyebabkan pasien MRS
 American College of Obstetrician and Gynecologist juga telah menganjurkan
pemeriksaan penyaring untuk bakteriuria pada kunjungan antenatal pertama
LATAR BELAKANG

 Menurut beberapa studi, ISK juga berhubungan dengan persalinan prematur, berat badan
lahir rendah, persalinan sesar, hingga kematian bayi jika diagnosis dan pengobatan tidak
tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu kondisi dimana


kuman atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran
kemih dalam jumlah yang bermakna.
 Ibu hamil  asimtomatik
 ISK asimptomatik ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam
biakan urin dengan jumlah 105 cfu/ml atau lebih tanpa disertai
adanya gejala infeksi saluran kemih.
DEFINISI

 Pada pasien dengan tanda dan gejala ISK seperti disuria, frekuensi,
urgensi, polakisuria, hematuria dan adanya pyuria, ditemukan
bakteri dengan jumlah lebih dari 102 cfu/ml dalam biakan urin
dapat dikatakan sebagai ISK simtomatik.
KLASIFIKASI ISK

 Berdasarkan ada tidaknya gejala : ISK tanpa gejala (bakteriuria


asimptomatik) dan ISK dengan gejala (bakteriuria simtomatik).
 Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dapat digolongkan menjadi ISK
bawah (urethritis, sistitis) dan ISK atas (ureteritis, pielonefritis)
 Berdasarkan ada atau tidaknya faktor penyulit : ISK sederhana (non
komplikata) dan ISK berkomplikasi (komplikata).
EPIDEMIOLOGI ISK PADA KEHAMILAN

 Prevalensi bakteriuria asimtomatik bervariasi antara 2% hingga 7%


 Terdapat 1-4% wanita hamil dengan sistitis akut.
 Prevalensi pielonefritis akut berkisar antara 0,5-2% kehamilan.
 Pengobatan pada bakteriuria asimtomatik dapat menurunkan risiko
infeksi klinis.
ETIOLOGI ISK PADA KEHAMILAN

 Perubahan saluran kemih selama kehamilan mempengaruhi wanita hamil untuk


menjadi lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
 Dilatasi ureter terjadi karena adanya kompresi ureter oleh uterus.
 Efek progesteron juga dapat menyebabkan relaksasi otot polos yang
menyebabkan pelebaran dan stasis urin, dan peningkatan refluks vesikoureteral.
 Organisme penyebab ISK pada kehamilan = ISK pada individu yang tidak hamil.
ETIOLOGI ISK PADA KEHAMILAN

 Escherichia coli patogen penyebab ISK paling umum (70%-80% dari semua ISK
dalam kehamilan).
 Bakteri gram negatif lainnya yang juga merupakan penyebab umum ISK yaitu
Enterobacteriaceae, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Citrobacter.
 Bakteri gram-positif, seperti Streptokokus grup B, juga merupakan patogen
umum dan merupakan penyebab hingga 10% ISK pada wanita hamil.
 Mikroorganisme lainnya yang dapat menjadi penyebab ISK pada kehamilan
adalah Mycoplasma hominis, Ureaplasma parvum, Gardnerella vaginalis, lacto
bacilli, dan Chlamydia trachomatis.
FAKTOR RISIKO

USIA
MULTIPARITAS
GESTASIONAL
Terjadi penurunan tonus dan aktivitas
otot-otot ureter sehingga terjadi kandng kemih yang tertekan dan
penurunan kecepatan pengeluaran air tidak dapat kosong dengan sempura
seni

AKTIVITAS
SOSIAL EKONOMI RIWAYAT ISK ANEMIA
SEKSUAL
PATOGENESIS
JALUR INFEKSI HEMATOGEN
Bakteri berasal dari infeksi di bagian tubuh yang lain terutama disebabkan oleh gram positif. Penyebab
dari infeksi hematogen yaitu infeksi S.aureus pada ginjal karena penyebaran dari fokus infeksi di tulang,
kulit, endotel dan di tempat lain. E.coli juga dapat menyebabkan infeksi hematogen, namun hal ini
jarang terjadi dikarenakan ginjal yang normal memiliki daya tahan infeksi E.coli.

JALUR INFEKSI ASENDING


bakteri gram negatif dari saluran pencernaan menginvasi naik ke saluran kemih. Penyebab paling
umum dari infeksi asending merupakan bakteri E.coli, bakteri ini memiliki faktor virulensi seperti
PATOGENESIS
fimbria atau vili, yang meningkatkan perlekata sel-sel vagina dan uropitelial yang dapat memfasilitasi
proses asenden ke parenkim ginjal, dimana uropatogen dari flora tinja berkolonisasi dengan introitus
vagina dan distal uretra, naik ke kandung kemih dan berinteraksi dengan faktor biologis
DIAGNOSIS

Bakteriuria Asimptomatik
Dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri 105/mL dalam
specimen urin pancar tengah.

Pielonefritis akut Sistitis Akut


- Demam, mual dan muntah, nyeri - Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif
abdomen dan diare. Dapat ditemukan Trias: disuria, frekuensi, urgensi;
gejala sistitis; - Nyeri suprapubik atau dapat bermanifestasi
- Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut sebagai nyeri pinggang bawah;
kostovertebra atau palpasi abdomen - Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin dapat
dalam; berdarah pada 30% kasus;
- Urinalisis: ditemukan silinder leukosit. - Kemerahan pada uretra atau area suprapubik.
DIAGNOSIS

 Kultur urin
- jumlah koloni > 105/ mL
- Urin berasal dari pungsi suprapubik: berapapun jumlah koloni;
- Urin berasal dari kateter: jumlah koloni 102-104/mL.
 Dipstick Urine
- Jika terdeteksi adanya nitrit, meningkatkan kemungkinan terkena infeksi saluran
kemih, namun memiliki sensitifitas yang rendah.
- Jika mendeteksi leukosit esterase kemungkinannya lebih tinggi
 Ditemukan sel epitel >10 lapang pandang, piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit (+),
Jeukosit >10/LPB;
 Pencitraan: USG ginjal, CT scan abdomen, sistografi;
PENATALAKSANAAN
Pielonefritis
ANTIBIOTIK
• Antibiotik Intravena
• Apabila sudah tidak demam, diberikan
Bakteriuria asimptomatik antibiotik oral :
• Amoxicillin - Cephalosporin (1st line)
• Ampicillin - Amoxicillin (2nd line)
• Cephalosporin
• Ciprofloxacin
• Levofloxacin
• Nitrofurantoin Sistitis
• Trimethoprim- • Amoxicillin atau Nitrofurantoin
sulfamethoxazole • Nitrofurantoin tidak boleh
digunakan sebelum persalinan
Streptokokus Grup B • Dirawat 3-7 hari
Antibiotik intravena : untuk
mencegah sepsis  Setelah 7-10 hari pemberian antibiotik  kultur ulang
 Apabila bakteri (+)  uji sensitivitas bakteri dan diberikan
antibiotik lanjutan
 Antipiretik dan analgesik  mengurangi gejala lainnya
KOMPLIKASI

 Anemia dan kontraksi uterus  akibat pelepasan endotoksin


 Kontraksi uterus menyebabkan :
 Persalinan prematur
 Bayi berat lahir rendah
 Penularan infeksi ke bayi yang baru lahir
 Komplikasi paru
 Edema paru
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
PROGNOSIS

 Umumnya baik
 Apabila ISK tidak diobati dengan baik  berbahaya pada ibu dan
janin.
 30% pasien dengan bakteriuria asimtomatik dapat berkembang
menjadi sistitis simtomatik
 50% berkembang menjadi pielonefritis.
PENCEGAHAN

 Menjaga higienitas genitalia eksterna


 Menghindari penggunaan kateter urin
 Pemberian jus cranberry
 Antibiotik profilaksis pada pasien lansia untuk mencegah risiko
ISK berulang
SIMPULAN
SIMPULAN

 Infeksi saluran kemih (ISK) : suatu kondisi dimana kuman atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam
saluran kemih dalam jumlah yang bermakna.
 ISK dapat diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya gejala, berdasarkan lokasi infeksi, dan berdasarkan ada atau
tidaknya faktor penyulit.
 Escherichia coli merupakan patogen penyebab ISK paling umum, dimana 70% hingga 80% dari semua ISK
dalam kehamilan.
 Faktor risiko yang dapat menyebabkan ISK pada kehamilan yaitu multiparitas, usia gestasional, sosial ekonomi,
riwayat ISK sebelumnya, aktivitas sosial, dan anemia.
 Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada ISK seperti disuria, frekuensi, urgensi, polakisuria, hematuria dan
adanya pyuria.
 Pada pemeriksaan penunjang, diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan kultur urine, dipstick urine, urinalisis, dan
pemeriksaan radiologi. Pada hasil pemeriksaan penunjang dapat ditemukan jumlah koloni ~10 5/mL, leukosit, dan
bakteriuria.
SIMPULAN

 Penatalaksanaan dari ISK adalah dengan pemberian antibiotik.


 Setelah 7-10 hari pemberian antibiotik, pasien dilakukan pemeriksaan ulang kultur urine. Apabila bakteri (+),
maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa uji sensitivitas bakteri dan diberikan antibiotik lanjutan.
 Selain pemberian antibiotik, pemberian antipiretik dan analgesik dapat diberikan untuk mengurangi gejala lainnya
yang dialami pasien.
 Komplikasi yang dapat terjadi yaitu anemia, persalinan prematur, bayi dengan berat lahir rendah, penularan
infeksi ke bayi yang baru lahir, serta edema paru atau sindrom gangguan pernapasan akut/Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS).
 Pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yaitu dengan menjaga higienitas genitalia eksterna,
menghindari penggunaan kateter urin, dan pemberian jus cranberry. Selain itu, dapat diberikan antibiotik
profilaksis pada ibu hamil usia tua untuk mencegah risiko ISK berulang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai