Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA IBU E DENGAN POST SECTIO

CAESAREA DAN EKLAMPSIA DI RUANG NIFAS DI RSUD

DR.FAUZIAH BIREUEN

Disusun oleh :

RISKA SAFITRI (1907010008)


ISNAINI FITRI (1907010011)
DARA TURSINA (1907010010)

CI LAHAN : LINDA YATNA, A.Md.Keb


DOSEN PEMBIMBING : ZULFA HANUM, SST., M.Keb

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Berdasarkan praktik klinik kebidanan tanggal 11 s/d 17 oktober 2021 di ruang


nifas RSUD dr. Fauziah Bireuen penulis telah memberikan Asuhan kebidanan Nifas pada
ibu E dengan post Sectio caesarea dan Eklampsi. Laporan praktik klinik kebidanan ini
telah diperiksa dan disetujui oleh :

CI lahan pembimbing akademik

(……..……………………….)
(…………………………………...)

Diklat

(………………………………………)
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat allah dan hidayah Allah SWT, penulisan
laporan ini yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ibu E Dengan Post
SC Dan Eklamsi Di RSUD dr.Fauziah Bireuen” dapat diselesaikan. Laporan ini
merupakan salah satu tugas untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
matakuliah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepangkuan nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam
yang penuh pengetahuan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dewi Maritalia, SST., M.Kes selaku direktur program diploma III

kebidanan Universitas Almuslim.

2. Ibu Siti Rahmah, SST., M.Kes selaku wakil direktur I program

diploma III kebidanan Universitas Almuslim.

3. Ibu Irma Fitria, SST., M.keb selaku wakil direktur II program diploma

III kebidanan Universitas Almuslim.

4. Ibu Zulfa Hanum, SST., M.Keb selaku pembimbing akademik

program diploma III kebidanan universitas almuslim

5. Ibu HJ.Nuraina, SKM selaku diklat di RSUD dr.Fauziah Bireuen

6. Ibu Linda Yatna, Amd.Keb selaku pembimbing CI lahan yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan makalah

ini.

7. Ibu E yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.


8. Teman teman seangkatan pada program diploma III kebidanan

universitas almuslim yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

makalah ini.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan, disebabkan karena

penulis mempunyai keterbatasan dalam hal ini dan pengetahuan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan dimasa mendatang, Semoga laporan ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Matangglumpang dua, 17 Oktober

2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eklamsia merupakan penyebab dengan peningkatan resiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian eklamsi dinegara berkembang berkisar
1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklamsia dan eklamsia
berkisar 1,5% sampai 25%. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu
akibat eklamsia adalah edema pulmonal,gagal hati dan ginjal, DIC,
sindromHELLP dan perdarahan otak.
Eklamsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. bergantung
apakah kenjang muncul sebelum,selama atau sesudah persalinan. Eklamsia paling
sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang
aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklamsia adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklamsia dan
ensefalopati hipertensi (Vaughan & delanty 2000). Namun demikian hasil
signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensitidak selalu menjadi
perkursor awitan eklamsia tetapi hamper selalu terjadi setelah kejang.

a. Tujuan
1. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan eklamsia
2. Mampu melaksanakan pengkjian dan mengumpulkan data pasien
dengan eklamsia
3. Mampu menginterpretasikn secara benar masalah atau diagnosa
berdasarkan data –data pasien dengan eklamsia tersebut.
4. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi
pada pasien dengan eklamsia.
5. Mampu mengidentifikasikan perlunya tindakan segera secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan pada pasien dengan eklamsia.
6. Mampu merencanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan
pasien dengan eklamsia.

b. Manfaat

a. Bagi pasien, keluarga dan masyarakat


Untuk memberikan informasi tentang pelayanan kebidanan secara
professional pada Bayi Baru Lahir/ Neonatus.
b. Bagi bidan praktik
Untuk menambah sumber informasi dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan khususnya asuhan Bayi Baru Lahir.
c. Bagi mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam
menerapkan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada Bayi Baru Lahir secara tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Konsep dasar teori kasus


1. Pengertian eklampsia
Eklamsia berasal dari kata yunani yang berarti “halilintar” karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana
gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga diebut sebuah komplikasi
akut yang mengancam nyawa dari kehamilan, ditandai dari munculnya
kejang tonig-klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita pre-
eklampsia.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan dalam persalinan
atau masa nifas yang ditandai dengan kejang (bukan timbul akibat
kelainan saraf) dan atau koma dimana sebelumnya sudah
menimbulkan gejala pre eklampsia (ong tjandra & john 2008).
Ibu hamil dengan pre eklampsia atau mengalami hipertensi berat
dalam kehamilan berisiko muncul eklampsia yang ditandai dengan
kejang dan kemudian diikuti penurunan kesadaran atau koma.
Eklampsia memang jarang terjadi. Tetapi jika sudah terjadi harus
segera ditangani karena dapat membahayakan atau mengancam nyawa
ibu dan janin dalam kandungan.

2. Etiologi eklampsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya pre eklampsia dan eklampsia
belum diketahui dengan pasti. Namun, diduga kondisi ini diakibatkan
oleh adanya kelainan pada fungsi dan formasi plasenta.
Faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko pre
eklampsia dan eklampsia pada ibu hamil adalah :
 Memiliki riwayat menderita pre eklampsia pada kehamilan
sebelumnya.
 Sedang menjalani kehamilan pertama atau memiliki jarak antar
kehamilan yang terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun ).
 Memiliki riwayat hipertensi kronis atau hipertensi dalam
kehamilan.
 Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes,
penyakit ginjal, anemia sel sabit, obesitas, serta penyakit
autoimun, seperti lupus dan sindrom anifosfolipid (APS).
 Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari
satu janin atau hamil dengan program bayi tabung (IVF).

3. Manifestasi klinik
Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau
sesudah persalinan. Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu di
dahului dengan preeklamsia. Preeklamsia dapat timbul sejak minggu
ke-20 kehamilan. Preeklampia akan ditandai dengan tekanan darah
>140/90 mm Hg, ditemukannya protein pada urin, dan bisa disertai
dengan pembengkakan pada tungkai. Jika tidak mendapatkan
penanganan, preeklampsia bisa menyebabkan eklamsia.
Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending eclampsia yang ditandai
dengan:

 Tekanan darah yang semakin tinggi


 Sakit kepala yang semakin parah
 Mual dan muntah
 Sakit perut terutama pada bagian perut kanan atas
 Tangan dan kaki membengkak
 Gangguan penglihatan
 Frekuensi dan jumlah urin yang berkurang (oligouria)
 Peningkatan kadar protein di urin

Jika terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa
terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan.
Kejang eklamsia dapat terjadi sekali atau berulang kali. Namun, ada 2
fase kejang yang bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu:

a) Fase pertama
Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai dengan
kedutan pada wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya
kontraksi otot di seluruh tubuh.
b) Fase kedua
Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke otot muka,
kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60
detik. Pada fase kedua, kejang eklamsia akan membuat otot
kontraksi dan rileks secara berulang-ulang dalam waktu yang cepat.
Setelah kejang berhenti, penderita umumnya akan pingsan. Setelah
sadar, penderita biasanya akan merasa sangat gelisah dan bernapas
cepat karena tubuhnya kekurangan oksigen.
4. Penatalaksanaan
kejang pada eklampsia merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa ibu dan
bayi. Melakukan persalinan adalah pengobatan utama untuk eklampsia. Pertolongan
pertama pada eklampsia adalah memutus kejang, baru kemudian setelah kejang teratasi
dapat diputuskan untuk melakukan proses persalinan.

Obat-obatan dapat diberikan sebagai pertolongan pertama pada eklampsia:

 Obat-obatan antikejang : Magnesium sulfat suntikan pelan dalam intravena. Magnesium


sulfat dapat merelaksasi otot-otot yang kejang. Pemberian magnesium sulfat dilakukan
dengan suntikan intravena pelan untuk memutus kejang, kemudian dilakukan terapi
pemeliharaan dengan magnesium sulfat infus selama 24 jam walaupun sudah tidak kejang
untuk menghindari kejang berulang.
 Lorazepam atau Diazepam dapat diberikan apabila terdapat kontraindikasi dari magnesium
sulfat
 Phenitoin dapat diberikan jika mengalami kejang berulang walaupun sudah diberikan
magnesium sulfat.
 Obat-obatan anti hipertensi harus sesegera mungkin setelah magnesium sulfat diberikan
jika tensi diatas 160/110 mmHg. Target tekanan darah adalah 140–160/90–110 mmHg.
Obat-obatan hipertensi yang dapat digunakan adalah labetalol atau nifedipin.
 Obat-obatan diuretik seperti furosemid dapat diberikan apabila terdapat cairan pada paru
(edema pulmo)

5. Komplikasi Eklamsia
Tanpa penanganan yang baik, eklamsia dapat menimbulkan komplikasi
serius, termasuk kematian ibu dan janin. Selain itu, ada beberapa
komplikasi yang dapat terjadi karena pengaruh persalinan atau
pengobatan eklamsia, antara lain:

 Efek samping kejang, seperti lidah tergigit, patah tulang, cedera kepala,
aspirasi atau tertelannya ludah atau isi perut ke saluran pernapasan
 Kerusakan sistem saraf pusat, perdarahan di otak, gangguan
penglihatan, bahkan kebutaan, akibat kejang yang berulang
 Penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal akut
 Kerusakan hati (sindrom HELLP) serta gangguan sistem peredaran
darah, seperti koagulasi intravena terdiseminasi (DIC)
 Gangguan pada kehamilan, misalnya pertumbuhan janin
terhambat, solusio plasenta, oligohidramnion, atau bayi terlahir secara
prematur
 Penyakit jantung koroner dan stroke
 Peningkatan risiko untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia pada
kehamilan berikutnya

6. Pencegahan Eklamsia
Belum ada langkah pasti untuk mencegah preeklampsia dan
eklamsia. Namun, beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk
menurukan risiko terjadinya eklamsia pada ibu hamil:

 Melakukan kontrol berkala


Kontrol berkala selama kehamilan perlu dilakukan agar deteksi dini dan
pengendalian hipertensi serta preeklampsia bisa dilakukan. Dengan
melakukan pengendalian terhadap preeklampsia, maka risiko terjadinya
eklamsia bisa diturunkan.
 Mengonsumsi aspirin dosis rendah
Aspirin dalam dosis rendah mungkin akan diberikan dokter sesuai
dengan kondisi ibu hamil. Pemberian aspirin dapat mencegah
penggumpalan darah dan pengecilan pembuluh darah, sehingga dapat
mencegah munculnya eklamsia.
 Menerapkan gaya hidup sehat
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal dan
berhenti merokok, dapat membantu menurunkan risiko eklamsia bila
ibu hamil.
 Mengonsumsi suplemen tambahan
Suplemen dengan arginin dan vitamin juga diduga dapat menurunkan
risiko eklamsia jika dikonsumsi mulai trimester kedua kehamilan.

B. konsep dasar teori tindakan

1. pengertian tindakan

a. pemberian MgSO4

Magnesium sulfat (MgSO4) adalah suplemen mineral yang


digunakan untuk mengatasi kondisi rendahnya kadar magnesium dalam
darah (hipomagnesemia). Obat ini juga digunakan untuk mengobati dan
mencegah kejang akibat eklamsia.
Magnesium merupakan mineral alami yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan sel saraf, sistem imun, denyut jantung, tulang, dan
fungsi kerja otot. Kadar magnesium bisa mengalami penurunan pada
beberapa kondisi, seperti pola makan yang tidak seimbang, kecanduan
alkohol, diare kronis, hingga gangguan pada proses pencernaan.
Suplemen mineral, seperti . Pada pengobatan eklamsia, magnesium sulfat
bekerja dengan cara memengaruhi sinyal saraf ke otot sehingga kejang
dapat dicegah dan diredakan.
Merek dagang magnesium sulfat (MgSO4): Infusan MgSO4, Minoxid,
Otsu-MgSO4

Apa Itu Magnesium Sulfat (MgSO4)


Golongan Obat resep
Kategori Antikonvulsan, suplemen elektrolit tambahan
Mengobati hipomagnesemia, mencegah dan
Manfaat
mengatasi kejang pada eklamsia
Digunakan oleh Dewasa
Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko
terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat
yang diperoleh mungkin lebih besar daripada
risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi
Magnesium sulfat (MgSO4) yang mengancam nyawa.
untuk ibu hamil dan menyusui
Magnesium sulfat (MgSO4) dapat terserap ke
dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan
menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu
dengan dokter.

Bentuk obat Suntik

Dosis dan Aturan Pakai Magnesium Sulfat (MgSO4)


Berikut ini adalah dosis magnesium sulfat untuk orang dewasa yang dibagi
berdasarkan tujuan pengobatannya:
Kondisi: Pengobatan dan pencegahan kejang pada preeklampsia dan eklamsia

Dosis awal 4 gram selam 5–10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1–2
gram/jam selama 24 jam postpartum atau setelah kejang terakhir.

Efek Samping dan Bahaya Magnesium Sulfat (MgSO4)


Berikut ini beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan
magnesium sulfat:

 Sakit perut atau diare


 Wajah merah dan terasa hangat (flushing)
 Keringat berlebih
 Tekanan darah turun

Konsultasikan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung reda atau justru
semakin parah. Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
efek samping yang lebih serius setelah menggunakan magnesium sulfat, seperti:
 Tingginya kadar magnesium (hipermagnesemia), yang bisa ditandai
dengan gejala berupa ngantuk, hilangnya refleks, mual, muntah,
atau denyut jantung lambat
 Rendahnya kalsium (hipokalsemia), yang bisa ditandai dengan gejala
berupa mati rasa atau
 Tingginya kadar kalium (hiperkalemia), yang bisa ditandai dengan gejala
berupa lemah atau lelah yang tidak biasa atau
 Suhu tubuh rendah hingga di bawah 350C (hipotermia)
 Gangguan sirkulasi darah yang berat

Cara Menggunakan Magnesium Sulfat (MgSO4) dengan Benar


Magnesium sulfat suntik akan diberikan oleh dokter atau tenaga medis di
bawah pengawasan dokter di rumah sakit. Selama penyuntikan obat, dokter akan
memantau tekanan darah, pernapasan, dan kondisi pasien.
Saat digunakan sebagai pengobatan preeklampsia dan eklamsia pada ibu hamil, di
fasilitas kesehatan harus tersedia kalsium glukonas sebagai antidotum MgSO4.
Selain itu, ibu hamil juga harus memiliki frekuensi pernapasan yang normal dan
refleks patela juga harus normal.
Magnesium sulfat disuntikkan melalui pembuluh darah (intravena/IV), otot
(intramuskular/IM), atau melalui infus. Dosis dan lokasi penyuntikan akan
disesuaikan berdasarkan kondisi, kebutuhan, dan respons pasien terhadap
pengobatan.

Interaksi Magnesium Sulfat (MgSO4) dengan Obat Lain


Penggunaan magnesium sulfat bersama obat lain dapat menyebabkan
beberapa efek interaksi, di antaranya:

 Menurunnya penyerapan tetracycline atau  bisfosfonat


 Meningkatnya efek penurunan tekanan darah jika digunakan
dengan nifedipine atau depresan sistem saraf pusat
 Meningkatnya efek penghambat neuromuscular jika digunakan
dengan aminoglikosida atau glikosida digitalis

Indikasi pemberian MgSO4

Penanganan eklampsi, torsade pointes, hipomagnesemia, dan sebagai terapi


tambahan pada asma serangan berat.

Syarat pemberian MgSO4

1) Pernafasan >16 x/m


2) Reflex patella +/+
3) Kehilangan cairan tubuh ( dieresis cukup 25 cc/jam)
4) Antidotum tersedia ( penawar)

3. Prosedur kerja

MgSO4 ini bekerja dengan cara menghambat rangsangan kejang di otak,


melebarkan pembuluh darah sehingga mencegah kekurangan oksigen di otak yang
memicu kejang. Obat ini diberikan secara injeksi melalui pembuluh vena atau
injeksi dalam otot. Obat merupakan obat pilihan utama untuk mencegah kejang
eklampsia, karena selain dapat mencegah kejang, obat ini juga mempunyai
manfaat untuk melindungi otak bayi dari kerusakan pada persalinan prematur.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Gambaran umum lokasi

Lokasi Pengambilan Kasus Yaitu Di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Fauziah Bireuen Yang Merupakan rumah sakit pemerintah

yang ada di Kabupaten Bireuen yang saat ini rumah sakit regional

wilayah utara dengan status tipe B.

Lingkup Pelayanan RSUD Dr Fauziah Bireuen yaitu Pelayanan

Medik Umum ( Pelayanan Medik Dasar; - Pelayanan Medik Gigi


dan Mulut), Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik

Spesialistik Dasar ( Pelayanan Penyakit Dalam, Pelayanan

Kebidanan & Kandungan, -Pelayanan Anak, Pelayanan Bedah),

Pelayanan Spesialistik Penunjang Medik (Anestesiologi,

Radiologi, Patologi Klinik, Rehabilitasi Klinik), Pelayanan Medik

Spesialistik Lain (Pelayanan Penyakit Mata, Pelayanan Penyakit

THT, Pelayanan Penyakit Saraf, Pelayanan Penyakit Kulit dan

Kelamin, ,Pelayanan Urologi ), Pelayanan Keperawatan dan

Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik (Pelayanan Darah,

Pelayanan Gizi, Pelayanan Farmasi, Rekam Medik ), Pelayanan

Penunjang Non Klinik ( Pelayanan Laundry, Ambulance,

Pemulasaran Jenazah), Pelayanan Rawat Inap.


B. Manajemen asuhan kebidanan

1. Pengkjian / pengumpulan data

a. Anamnesa

Identitas

Nama klien : ibu. E nama suami : bpk m

Umur : 42 tahun umur : 48 tahun

Agama : islam agama : islam

Pendidikan : Diploma III pendidikan : Diploma IV

Suku/kebangsaan : Aceh Suku/kebangsaan : Aceh

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat kantor : - Alamat kantor : -

Alamat rumah : cot trieng, kuala Alamat rumah : cot trieng,

kuala

1. Keluhan utama (tanyakan sejak kapan dan ciri khas) : nyeri sakit

kepala + kejang

2. Keluhan tambahan : Lemah, nyeri ulu hati

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :

No Tgl/thn Tempat Usia Jenis penolong Penyulit anak


persalinan persalinan kehamilan persalinan kehamilan, JK BB PB keadaan
persalinan
dan nifas
1 2004 Pmb 39 mgg Normal Bidan Tidak ada PR Hidup
2 2006 Pmb 39 mgg Normal Bidan Tidak ada PR Hidup
3 2008 Pmb 40 mgg Normal Bidan Tidak ada PR Hidup
4 2009 rs 37 mgg SC Dokter Gamelli PR,PR Hidup

4. Proses persalinan dan jumlah perdarahan untuk nifas ini :

Kala I : kala II : kala III : kala IV :

5. Penyulit dan komplikasi :

6. Tindakan/pengobatan pada masa persalinan :

7. Riwayat nifas ini : P4 A0

8. Riwayat penggunaan kontrasepsi dan keluhan yang dirasakan :

9. Pola kebiasaan (sebelum dan selama nifas) :

No Pola kebiasaan Sebelum nifas Selama nifas keterangan


1 Nutrisi Ibu makan sedikit Ibu makan 3x

tapi sering, dengan sehari dengan

menu yang menu yang

berbeda. Minum 5x berbeda. Minum 5

sehari kali sehari.


2 Eliminasi Ibu BAB 1x sehari Ibu BAB 1x

dan BAK 3-5 x sehari dan BAK 3

sehari x sehari
3 Istirahat Ibu tidur siang 1 Ibu tidur siang 2

jam dan tidur jam dan malam ±

malam ±8 jam 8 jam


4 Aktivitas Ibu mengerjakan Ibu hanya

pekerjaan rumah berbaring


semampunya
5 Seksualitas Tidak dikaji Tidak dikaji
6 Kebersihan Ibu mandi dan Ibu belum mandi,

diri ganti pakaian hanya mengganti

sehari 2 kali pakaian

10. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita : hipertensi

b. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada keluarga yang menderita

penyakit menular

11. Riwayat psikolososial

a. Psikologis

Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan? (Ya)

Jenis kelamin yang diharapkan : laki-laki

b. Sosial

Hubungan dengan keluarga : baik,harmonis

Hubungan dengan masyarakat : baik

c. Status perkawinan : sah

Jumlah : 1 (satu)

Lama perkawinan : 21 tahun

d. Susunan keluarga yang tinggal serumah

No Nama Umur/ Jenis Hubungan Pendidikan pekerjaan keterangan

(inisial) tahun kelamin keluarga


1 Bpk M 48 th Lk Suami Diploma IV Karyawan swasta Hidup

2 Ibu E 42 th Pr Istri Diploma III IRT Hidup


3 Ank P 18 th Pr Anak SMA - Hidup

4 Ank B 15 th Pr Anak SMA - Hidup

5 Ank S 12 th Pr Anak SMP - Hidup

6 Ank SR 12 th Pr Anak SMP - Hidup

12. Riwayat spiritual

b. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Sedang

2. Kesadaran : Composmentis

3. Keadaan emosional : Stabil

4. Tanda vital

Tekanan darah : 170/90 mmHg Denyut nadi : 88 x/m

Suhu tubuh : 36,2 ºc Pernafasan : 22 x/m

5. Tinggi badan : 160 cm, Berat badan : 70 kg

6. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Kepala : rambut bersih tidak ada ketombe, muka tidak ada

oedema atau pembengkakan.

b. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

c. Dada (payudara) : putting susu menonjol

d. Abdomen (TFU, luka operasi, linea, dan striae) : terdapat luka

bekas operasi

e. Punggung : normal, tidak ada kelainan

f. Ekstremitas : normal

Atas : normal
Bawah : normal

g. Anogenital (anus,genetalia,lochea,luka jahitan perineum) : normal

7. Usia kehamilan saat melahirkan : 38 minggu

8. Berat badan bayi baru lahir : 3100 gram

c. Pemeriksaan penunjang :

Darah : dilakukan

Urine : dilakukan

USG : -

Rontgen : -

II. perumusan diagnosa / masalah kebidanan

Diagnosa : ibu E P4 A0 dengan post SC + eklampsi

Masalah : ibu dengan post SC + eklampsia

Data dasar : ibu kejang dan hipertensi

III. rencana tindakan /intervensi

1. Bina hubungan baik dengan ibu

2. Pantau vital sign

3. Pantau skala nyeri

4. Anjurkan ibu mengonsusi makanan rendah garam

5. Atur posisi ibu senyaman mungkin

6. Beritahu ibu untuk kontrol ulang sesuai dengan jadwal

yang telah di tetapkan

7. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

8. Anjurkan ibu mobilisasi


9. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygine

10. Beritahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi

setiap 2 jam sekali

11. Ajarkan ibu perawatan payudara

12. Kolaborasi dengan dokter spog

13. Ibu boleh PBJ (pulang berobat jalan)

14. Pembberian obat oral untuk dirumah (+)

15. Beritahu ibu cara minum obat dan tata laksana control

ulang di poli Obgyn

16. Dokumentasi

IV. pelaksanaan tindakan / implementasi

1. Membina hubungan baik dengan ibu

2. Memantau vital sign ibu

3. Memantau skala nyeri

4. menganjurkan ibu mengonsusi makanan rendah garam

5. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin

6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang sesuai dengan

jadwal yang telah di tetapkan

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

8. Menganjurkan ibu mobilisasi

9. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine

10. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada

bayi setiap 2 jam sekali


11. Mengajarkan ibu perawatan payudara

12. Kolaborasi dengan dokter spog

13. Ibu boleh PBJ (pulang berobat jalan)

14. Pemberian obat oral untuk dirumah (+)

15. Memberitahu ibu cara minum obat dan tata laksana control

ulang di poli Obgyn

16. Melakukan pendokumentasian

V. penilaian / evaluasi

Ibu mengerti apa yang telah di jelaskan oleh dokter dan petugas

kesehatan dan ibu bersedia melakukan nya.

Catatan perkembangan (SOAP)

Nama klien : ibu. E nama suami : bpk m

Umur : 42 tahun umur : 48 tahun

Agama : islam agama : islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat rumah : cot trieng, kuala Alamat rumah : cot trieng,

kuala

S : ibu E berusia 42 tahun melahirkan anak ke 5 secara SC pada

13.00 wib, ibu melahirkan dengan eklampsia

O : K/U : sedang

Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 170/90 mmHg Denyut nadi : 88 x/m

Suhu tubuh : 36,2 ºc Pernafasan : 22 x/m

Pemeriksaan fisik (head to toe)

Kepala : rambut bersih tidak ada ketombe, muka tidak ada

oedema atau pembengkakan.

Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

Dada (payudara) : putting susu menonjol

Abdomen (TFU, luka operasi, linea, dan striae) : terdapat luka

bekas operasi

Punggung : normal, tidak ada kelainan

Ekstremitas : normal

Atas : normal

Bawah : normal

A : ibu E, P4 A0 post SC + eklampsia

k/u ibu sedang

P : 1. Membina hubungan baik dengan ibu

2. Memantau vital sign ibu

3. Memantau skala nyeri

4. menganjurkan ibu mengonsusi makanan rendah garam

5. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin


6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang sesuai dengan jadwal

yang telah di tetapkan

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

8. Menganjurkan ibu mobilisasi

9. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine

10. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada

bayi setiap 2 jam sekali

11. Mengajarkan ibu perawatan payudara

12. Kolaborasi dengan dokter spog

13. Ibu boleh PBJ (pulang berobat jalan)

14. Pemberian obat oral untuk dirumah (+)

15. Memberitahu ibu cara minum obat dan tata laksana control

ulang di poli Obgyn

16. Melakukan pendokumentasian

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas kesenjangan antara teori dengan

kasus yang ada di ruang nifas RSUD dr.Fauziah bireuen

karena menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

varney.

Dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post SC

dan eklampsi terhadap ibu E asuhan yang diberikan sesuai

dengan asuhan pada ibu yang mengalami eklampsi. Asuhan

kebidanan pada ibu eklampsi terhadap ibu E dilakukan

pengambilan data subjektif seperti anamnesa yaitu keluhan

utama, riwayat kehamilan.

Pengambilan data objektif pada ibu dengan post SC dan

eklampsi adalah pemeriksaan tanda tanda vital, disini tidak

ada kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus.

Pemeriksaan tanda tanda vitas semua dilakukan seperti:

suhu, tekanan darah, nadi, dan pernafasan. Dan

pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,

ada dilakukan.

Bab V
Kesimpulan dan saran

B. Kesimpulan

Berdasarkanhasil dari pembahasan teori dan kasus pada “asuhan

kebidanan pada ibu E umur 42 tahun G5 P4 A0 dengan eklampsi

dan post SC 11 tahun yang lalu” dapat disampaikan :

1. Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan di ruang

nifas RSUD dr.Fauziah Bireuen telah dilakukan dengan

baik, namun kesenjangan tersebut membuat asuhan menjadi

lebih baik lagi.

2. Asuhan yang diberikan pada ibu E sudah dilakukan sesuai

dengan kebutuhan.

C. Saran

1. Bagi pasien dan keluarga diharapkan teliti dan tanggap

berpartisipasi terhadap kesehatan ibu nifas agar terdeteksi

dini bila terjadi kegawatdaruratan yang berulang, serta

mengerti tentang bahaya eklampsi, serta mampu

memberikan pertolongan pertama serta cepat mengambil

keputusan untuk mencari pertolongan pada tempat

pelayanan kesehatan.

2. Bagi institusi

Menambah literatur bagi referensi sehingga dapat

digunakan sebagai panduan atau metode penelitian atau

penyusunan laporan.
3. Bagi penulis

Penulis dapat memahami dan menambah wawasan tentang

permasalahan yang diperoleh dari kasus nyata yang terjadi

di lahan praktik.

4. Bagi tempat praktik

Menjadi salah satu point tambahan dalam mengumpulkan

data tentang kesehatan ibu dan anak, untuk menurunkan

AKI dan AKB.


DAFTAR PUSTAKA
Acog (American Society Of Obstetric And Gynecology) 2013. Hypertension In

Pregnancy Obstetries & Gynecology, Vol.122, No. 5.

Djannah, Sn& Ariantim, Si. 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian

Preeclampsia / Eklampsia Di Rsu Muhammaddiyah Yogyakarta Tahun 2007-

2009. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lim,K. H. 2014. Preeklamsia, Harvard University, (Online Medscape).

Ross MG & Rumus RM 2014. Eclampsia : Overview, Etiologic, Risk Factor For

Preeclampsia/Eclampsia, Virginia University.

WHO 2010, WHO Recommendation For Prevention And Treatment Of

Preeclampsia And Eclampsia.

Artikasari, Kurniawati (2009). Hubungan Antara Primigravida Dengan Angka

Kejadian Preeclampsia/Eklampsia Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Periode 1

Januari- 31 Desember 2008. Skripsi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Dikman Angsar (2011). Hipertensi Dalam Kehamilan. Dalam (Sarwono

Prawirohardjo) Ilmu Kebidanan, Jakarta : Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai