DR.FAUZIAH BIREUEN
Disusun oleh :
(……..……………………….)
(…………………………………...)
Diklat
(………………………………………)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat allah dan hidayah Allah SWT, penulisan
laporan ini yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ibu E Dengan Post
SC Dan Eklamsi Di RSUD dr.Fauziah Bireuen” dapat diselesaikan. Laporan ini
merupakan salah satu tugas untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
matakuliah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepangkuan nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam
yang penuh pengetahuan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dewi Maritalia, SST., M.Kes selaku direktur program diploma III
3. Ibu Irma Fitria, SST., M.keb selaku wakil direktur II program diploma
ini.
makalah ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eklamsia merupakan penyebab dengan peningkatan resiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian eklamsi dinegara berkembang berkisar
1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklamsia dan eklamsia
berkisar 1,5% sampai 25%. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu
akibat eklamsia adalah edema pulmonal,gagal hati dan ginjal, DIC,
sindromHELLP dan perdarahan otak.
Eklamsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. bergantung
apakah kenjang muncul sebelum,selama atau sesudah persalinan. Eklamsia paling
sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang
aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklamsia adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklamsia dan
ensefalopati hipertensi (Vaughan & delanty 2000). Namun demikian hasil
signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensitidak selalu menjadi
perkursor awitan eklamsia tetapi hamper selalu terjadi setelah kejang.
a. Tujuan
1. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan eklamsia
2. Mampu melaksanakan pengkjian dan mengumpulkan data pasien
dengan eklamsia
3. Mampu menginterpretasikn secara benar masalah atau diagnosa
berdasarkan data –data pasien dengan eklamsia tersebut.
4. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi
pada pasien dengan eklamsia.
5. Mampu mengidentifikasikan perlunya tindakan segera secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan pada pasien dengan eklamsia.
6. Mampu merencanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan
pasien dengan eklamsia.
b. Manfaat
2. Etiologi eklampsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya pre eklampsia dan eklampsia
belum diketahui dengan pasti. Namun, diduga kondisi ini diakibatkan
oleh adanya kelainan pada fungsi dan formasi plasenta.
Faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko pre
eklampsia dan eklampsia pada ibu hamil adalah :
Memiliki riwayat menderita pre eklampsia pada kehamilan
sebelumnya.
Sedang menjalani kehamilan pertama atau memiliki jarak antar
kehamilan yang terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun ).
Memiliki riwayat hipertensi kronis atau hipertensi dalam
kehamilan.
Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes,
penyakit ginjal, anemia sel sabit, obesitas, serta penyakit
autoimun, seperti lupus dan sindrom anifosfolipid (APS).
Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari
satu janin atau hamil dengan program bayi tabung (IVF).
3. Manifestasi klinik
Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau
sesudah persalinan. Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu di
dahului dengan preeklamsia. Preeklamsia dapat timbul sejak minggu
ke-20 kehamilan. Preeklampia akan ditandai dengan tekanan darah
>140/90 mm Hg, ditemukannya protein pada urin, dan bisa disertai
dengan pembengkakan pada tungkai. Jika tidak mendapatkan
penanganan, preeklampsia bisa menyebabkan eklamsia.
Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending eclampsia yang ditandai
dengan:
Jika terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa
terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan.
Kejang eklamsia dapat terjadi sekali atau berulang kali. Namun, ada 2
fase kejang yang bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu:
a) Fase pertama
Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai dengan
kedutan pada wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya
kontraksi otot di seluruh tubuh.
b) Fase kedua
Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke otot muka,
kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60
detik. Pada fase kedua, kejang eklamsia akan membuat otot
kontraksi dan rileks secara berulang-ulang dalam waktu yang cepat.
Setelah kejang berhenti, penderita umumnya akan pingsan. Setelah
sadar, penderita biasanya akan merasa sangat gelisah dan bernapas
cepat karena tubuhnya kekurangan oksigen.
4. Penatalaksanaan
kejang pada eklampsia merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa ibu dan
bayi. Melakukan persalinan adalah pengobatan utama untuk eklampsia. Pertolongan
pertama pada eklampsia adalah memutus kejang, baru kemudian setelah kejang teratasi
dapat diputuskan untuk melakukan proses persalinan.
5. Komplikasi Eklamsia
Tanpa penanganan yang baik, eklamsia dapat menimbulkan komplikasi
serius, termasuk kematian ibu dan janin. Selain itu, ada beberapa
komplikasi yang dapat terjadi karena pengaruh persalinan atau
pengobatan eklamsia, antara lain:
Efek samping kejang, seperti lidah tergigit, patah tulang, cedera kepala,
aspirasi atau tertelannya ludah atau isi perut ke saluran pernapasan
Kerusakan sistem saraf pusat, perdarahan di otak, gangguan
penglihatan, bahkan kebutaan, akibat kejang yang berulang
Penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal akut
Kerusakan hati (sindrom HELLP) serta gangguan sistem peredaran
darah, seperti koagulasi intravena terdiseminasi (DIC)
Gangguan pada kehamilan, misalnya pertumbuhan janin
terhambat, solusio plasenta, oligohidramnion, atau bayi terlahir secara
prematur
Penyakit jantung koroner dan stroke
Peningkatan risiko untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia pada
kehamilan berikutnya
6. Pencegahan Eklamsia
Belum ada langkah pasti untuk mencegah preeklampsia dan
eklamsia. Namun, beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk
menurukan risiko terjadinya eklamsia pada ibu hamil:
1. pengertian tindakan
a. pemberian MgSO4
Dosis awal 4 gram selam 5–10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1–2
gram/jam selama 24 jam postpartum atau setelah kejang terakhir.
Konsultasikan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung reda atau justru
semakin parah. Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
efek samping yang lebih serius setelah menggunakan magnesium sulfat, seperti:
Tingginya kadar magnesium (hipermagnesemia), yang bisa ditandai
dengan gejala berupa ngantuk, hilangnya refleks, mual, muntah,
atau denyut jantung lambat
Rendahnya kalsium (hipokalsemia), yang bisa ditandai dengan gejala
berupa mati rasa atau
Tingginya kadar kalium (hiperkalemia), yang bisa ditandai dengan gejala
berupa lemah atau lelah yang tidak biasa atau
Suhu tubuh rendah hingga di bawah 350C (hipotermia)
Gangguan sirkulasi darah yang berat
3. Prosedur kerja
BAB III
TINJAUAN KASUS
yang ada di Kabupaten Bireuen yang saat ini rumah sakit regional
a. Anamnesa
Identitas
kuala
1. Keluhan utama (tanyakan sejak kapan dan ciri khas) : nyeri sakit
kepala + kejang
sehari x sehari
3 Istirahat Ibu tidur siang 1 Ibu tidur siang 2
penyakit menular
a. Psikologis
b. Sosial
Jumlah : 1 (satu)
b. Pemeriksaan fisik
2. Kesadaran : Composmentis
4. Tanda vital
bekas operasi
f. Ekstremitas : normal
Atas : normal
Bawah : normal
c. Pemeriksaan penunjang :
Darah : dilakukan
Urine : dilakukan
USG : -
Rontgen : -
15. Beritahu ibu cara minum obat dan tata laksana control
16. Dokumentasi
15. Memberitahu ibu cara minum obat dan tata laksana control
V. penilaian / evaluasi
Ibu mengerti apa yang telah di jelaskan oleh dokter dan petugas
kuala
O : K/U : sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 170/90 mmHg Denyut nadi : 88 x/m
bekas operasi
Ekstremitas : normal
Atas : normal
Bawah : normal
15. Memberitahu ibu cara minum obat dan tata laksana control
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas kesenjangan antara teori dengan
varney.
ada dilakukan.
Bab V
Kesimpulan dan saran
B. Kesimpulan
dengan kebutuhan.
C. Saran
pelayanan kesehatan.
2. Bagi institusi
penyusunan laporan.
3. Bagi penulis
di lahan praktik.
Ross MG & Rumus RM 2014. Eclampsia : Overview, Etiologic, Risk Factor For
Surakarta.