Anda di halaman 1dari 19

ASKEP PREEKLAMSIA &

EKLAMSIA
 Preeklampsia adalah sindrom yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi, kenaikan
kadar protein di dalam urin (proteinuria), dan
pembengkakan pada tungkai (edema). Pre-eklampsia
dialami oleh ibu yang sedang hamil, terutama para
ibu muda yang baru pertama kali hamil.
 Penyebab pasti pre-eklampsia belum diketahui,
sehingga masih sulit untuk dicegah kemunculannya.
Jika pre-eklampsia bertambah parah pada masa
kehamilan, maka akan menyebabkan eklampsia yang
dapat berujung pada kematian.
PREEKLAMSA
BERAT
a. Pre eklampsia Ringan
 Tekanan darah 140/90-150/100 mmHg
 Proteinuria +1-+2 (Sarwono, P, 2002: 208).
 Belum dijumpai gejala subjektif
 Kenaikan berat badan 1 Kg atau lebih dalam 1
minggu (Manuaba, IBG, 1998: 242).
b. Pre eklampsia Berat
 Tekanan sistolik >160 ,Tekanan diastolik > 110 mmHg.
 Proteinuria +3-+5.
 Oligourin (< 400 cc dalam 24 jam)
 Sakit kepala daerah frontal
 Rasa nyeri pada epigastrium
 Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur
 Terdapat mual sampai muntah
 Gangguan pernapasan sampai sianosis
 Terjadi gangguan kesadaran (Manuaba, IBG, 1998: 208).
Pre-eklampsia biasanya akan mulai menunjukkan gejala saat usia
kandungan menginjak 20 minggu. Gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh
para ibu hamil antara lain :
• sakit kepala pada daerah dahi,
• rasa nyeri pada daerah antara perut dan dada,
• gangguan penglihatan,
• rasa mual,
• gangguan pernapasan, dan
• gangguan kesadaran.
Selain gejala-gejala tersebut, pre-eklampsia akan selalu muncul
bersamaan dengan kenaikan berat badan hingga terjadi edema,
kenaikan tekanan darah, dan adanya protein di dalam urin.
Meskipun penyebab pasti pre-eklampsia belum diketahui,
para ibu hamil dapat memperkecil kemungkinan timbulnya
pre-eklampsia dengan melakukan diet makanan, istirahat
yang cukup, dan melakukan pengawasan kehamilan. Diet
makanan yang dimaksud adalah dengan konsumsi makanan
rendah lemak. Jika berat badan bertambah atau edema,
maka diet termasuk mengurangi konsumsi garam.
 Eklamsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat
hamil tua, ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklamsi (hipertensi, edema, proteinuri).
Eklampsia biasanya ditandai dengan kejang yang dapat
diikuti dengan kehilangan kesadaran atau koma. Selain itu,
ada gejala-gejala lain yang dapat dirasakan oleh para ibu
hamil penderita eklampsia, antara lain :
 kenaikan tekanan darah,
 kenaikan berat badan secara mendadak,
 pengeluaran protein dalam urin,
 edema pada tungkai dan wajah,
 gangguan penglihatan dan sakit kepala.
Biasanya gejala-gejala tersebut muncul pada kehamilan
trimester kedua akhir atau ketiga
Upaya-upaya untuk pencegahanya adalah dengan ;
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat,
bahwa eklampsi bukanlah suatu penyakit (magis), seperti
banyak disangka oleh masyarakat awam.
2. Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu
hamil serta mengusahakan agar semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
3. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap
pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tansa preeklampsi dan
mengobatinya sedini mungkin.
4. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37
minggu ke atas, apabila setelah dirawat inap tanda-tanda
tidak menghilang.
Komplikasi yang sering ditemukan pada preeklampsia-
eklampsia antara lain :
 BBLR (prematur dan dismatur)
 Asfiksia neonatorum
 Perdarahan pasca persalinan
 Kematian neonatal dini
 Gangguan visus
 Solusio plasenta
 Kematian ibu dan perinatal.
 1. PENGKAJIAN
◦ a) Data subyektif:
 Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun
atau > 35 tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,
oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah,
penglihatan kabur
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
 Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre
eklamsia atau eklamsia sebelumnya
 Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
 Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya.
 b) Data obyektif:
 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam
 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya
fetal distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )
 Pemeriksaan penunjang :
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (
biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2
pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya >
7 mg/100 ml.
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; Gangguan perfusi jaringan serebral
penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin.
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
 DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu b.d penurunan


fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan
darah)
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin b.d
perubahan pada plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir
Diagnosa 1

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
 Kriteria Hasil :
 Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
 Tanda-tanda vital :
 Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
 Suhu : 36-37 C
 Nadi : 60-80 x/mnt
 RR :16-20 x/mnt

 Intervensi :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
 R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien
 R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri
epigastrium dan oliguria )
 R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang
mendahului status kejang
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
 R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
 R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
Diagnosa 2
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
 Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil :
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST :
 Hasil USG ;

Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin
turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
5.Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
 Diagnosa 3
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
 Ibu mengerti penyebab nyerinya
 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai