Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

KEHAMILAN PRE-EKLAMSI

NAMA KELOMPOK III :


BELLA DEVITASARI WIDYA HALIM (2015.03.001)
DARED GESANG SUKMANA (2015.03.003)
INDRI DYAH PUTRI (2015.03.008)
Definisi

Pre-eklamsi adalah sekumpulan gejala yang


timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28
minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Etiologi

- Hypertensi - Dapat terjadinya perbaikan keadaan


penderita dengan kematian janin dalam uterus
- Edema
- Protein uria
Factor Perdisposisi Preeklamsi
- Kejang Diabetes melitus
- Pada otak (sakit kepala, kejang) Kehamilan ganda
- Pada placenta (kematian janin) Hidrocepalus
- Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi) Obesitas
- Pada hati (icterus) Umur yang lebih dari 35 tahun
- Pada retina (amourose)
Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3)  Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+
pada urine

b. Preeklamsi Berat
1)  TD 160/110 mmHg atau lebih
2)  Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3)  Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4)  Adanya gangguan serebri, dan rasa nyeri pada epigastrium
5)  Terdapat edema dan sianosis
Manifestasi Klinis

a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa


kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif  +1 /  +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter, di ambil 2 kali
dalam waktu 6 jam.
 
Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma
dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit.
Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ
, termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi arterial. Pre eklampsia
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh
yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta.
Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau


midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatinin
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan janin
Komplikasi

• Atonia uteri (uterus couvelaire)


• Gagal ginjal
• Perdarahan total
• Gagal jantung
• Syok dan kematian.
• Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya
insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin
terhambat dan prematuritas.
Penatalaksanaan

1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah


2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio
plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai
kematian janin)
5) Tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat
terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
6) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4
jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
1. Pengkajian
1) Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis
kelamin,
2) Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama : biasanya  klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala,
- Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, hipertensi kronik, DM
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
3) Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan
dengan eklamsia sebelumnya.
4) Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB
maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian
kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
5) Pola aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala :  Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB,
reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-,Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksegen.
c. Abdomen
Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi
atau tidak
Palpasi :
Leopold I : Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak,
noduler
- Leopold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan.
- Leopold III : Biasanya teraba masa keras, terfiksir
- Leopold IV : Biasanya pada  bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
d. Eliminasi
Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
e. Makanan / cairan
Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah,biasanya
nyeri epigastrium,
f. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut,cemas
g. Neurosensori
Gejala : Biasanya terjadi hipertensi,biasanya terjadi kejang atau koma
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
i. Pernafasan
Gejala : Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
j. Keamanan
Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

• 6)        Pemeriksaan Fisik
• a.         Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
• b.        Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
• c.         Pemeriksaan Fisik (Persistem)
1. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang
dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
2. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,
melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Leher : - Apakah ada bendungan atau tidak  pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu
dingin
Auskultasi : Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fetal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan
janin melemah.
 
3. System reproduksi
a. Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
b. Genetalia
Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah
pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
4. Sistem integument perkemihan
a. Periksa pitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi
glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b. Oliguria
c. Proteinuria
5. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
6. Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
Pengelompokan Data

a. Data Subyektif b. Data Obyektif


- Biasanya ibu mengeluh Panas - Biasanya teraba panas
- Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala - Biasanya tampak wajah ibu meringis
- Biasanya ibu mengeluh nyeri perut kesakitan
akibat fotal distress pada janin - Biasanya ibu tampak lemah
- Biasanya ibu mengeluh tegang pada - Biasanya penglihatan ibu kabur
perutnya - Biasanya klien tampak cemas
- Skala nyeri (2-4) - Biasanya klien tampak gelisah
- Klien biasanya mengatakan kurang - Biasanya klien tampak kurus,
nafsu makan - Biasanya klien tampak lemah,
- Klien biasanya  sering mual muntah konjungtiva anemis.
- Klien biasanya sering bertanya - Tonus otot perut tampa tegang
- Klien biasanya sering mengungkapkan - Biasanya DJJ bayi cepat >160
kecemasan - Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat
(skala nyeri 1-5)
- Aktivitas janin menurun
Diagnosa keperawatan
diagnosa keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas
yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
hambatan kognitif.
Intervensi Keperawatan
a.    Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
  Ibu mengerti penyebab nyerinya
  Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional
1.  Kaji tingkat intensitas nyeri pasien 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan
2. Jelaskan penyebab nyerinya demikian akan dapat menentukan tindakan
3.  Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
nafas dalam 4. Bantu ibu dengan terhadap nyerinya.
mengusap/massage pada bagian yang nyeri 2. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya
sehingga bisa kooperatif
3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi ,
terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru
optimal sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan
terpenuhi
4. Untuk mengalihkan perhatian pasien
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan
dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
- BB meningkat atau normal
- tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
- kekuatan menggenggan

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi
2.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan
intake Fe 2. intake fe dapat meningkatkan kekuatan tulang
3. Berikan substansi gula 3. Substansi gula dapat meningkatkan energi
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah pasien
dikonsultasikan dengan ahli gizi) 4. Untuk memenuhi status gizi pasien
5.  Ajarkan pasien bagaimana membuat 5. Catatan harian makanan dapat mengetahui
catatan makanan harian asupan nutrisi pasien
Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
Tujuan    :   
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan seimbang.
Kriteria Hasil    :
- Tidak terdapat tanda-tanda edema.
·         Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.
·         Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan
·         darah, protein dan urine.

Intervensi Rasional
1. Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap 1. Pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi
hari. odema.
2. Timbang berat badan secara rutin. 2. Mengetahui peningkatan berat badan yang berlebih

3. Pantau tanda-tanda vital, 3. Menjaga peningkatan vital sign berlebih.


4. Kesesuaian dalam pemberian informasi dapat mengurangi
4. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori,
tingkat kecemasan.
berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.
5. Menghindari edema anasarka. Krena cairan yang
5.  Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau
tidakmampu keluar.
berlanjut.
6. Pembesaran vena jugularis merupakan tanda dari
6.  Kaji distensi vena jugularis.
pembengkakan dri jantung.
7.  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet 7.  Diet rendah garam akan memngurangi asupan Na dalam
rendah garam. tubuh.
8.  Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik 8. Pemberian diuretik akan mengurangi cairan yang tertimbun
di tubuh melalui urine.

Anda mungkin juga menyukai