Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

RESUME SKILL IGD


CARA MEMASANG INFUS

Disusun Oleh:
Kiki Amalia
(G3A019136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
Resume I
CARA MEMASANG INFUS

A. Pengertian Pemasangan Infus


Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh
melalui sebuah jarum (infus set) ke dalam pembuluh vena untuk
menggantikan cairan/ zat-zat makanan dari tubuh dalam jumlah yang banyak
dan dalam waktu yang lama.

B. Tujuan Pemasangan Infus


1. Sebagai tindakan pengobatan.
2. Untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.
3. Sebagai makanan untuk pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan
melalui oral.

C. Indikasi/ Kontraindikasi Pemasangan Infus


1. Indikasi
a. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP),
yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.
b. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
(sperti furosemid, digoxin).
c. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus
melalui intravena.
d. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan
elektrolit.
e. Pasien yang mendapatkan transfuse darah.
f. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur
(misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang
jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat).
g. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa),
sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat
dipasang jalur infus.
2. Kontraindikasi
a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan
infus.
b. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi
ini akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan
hemodialisa.
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil
yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan
kaki).
d. Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami
luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran
balik vena terganggu), atau mengalami kerusakan kulit.

D. Vena Yang Boleh Dipasang Infus


Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena
diantaranya vena lengan (vena mediana cubiti, vena sefalika, vena
antebrakialis medialis, vena basilica, vena dorsalis, dan vena metacarpalis
dorsalis), pada tungkai (vena safena) atau pada vena yang ada di kepala,
seperti vena temporalis dan vena frontalis (khusus untuk anak-anak).

E. Jenis Cairan Infus


1. Cairan Hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion
Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan
menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi
sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi.
2. Cairan isotonik
Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada
didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi.
3. Cairan Hipertonik
Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema.

Pembagian Cairan Berdasarkan Kelompoknya :


1. Kristaloid bersifaat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah
volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan
berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan
NaCl.
2. Koloid ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya
hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya albumin dan steroid.

Jenis Cairan Infus :


1. Asering
Indikasi: dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah
dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat. Keunggulan :
a. Asetat di metabolisme di otot dan maasih dapat digunakan pada
pasien yang mengalami gangguan hati.
b. Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih
baik daripada RL pada neonates.
c. Mempunyai efek vasodilator.
2. KA-EN 1B  indikasi: sebagai larutan awal pasien belum diketahui,
misalnya pada kasus emergensi..
3. KA-EN 3A dan KA-EN 3B  indikasi: sebagai larutan untuk memnuhi
kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.
4. KA-EN MGE  indikasi: untuk kasus dimana suplemen NCP
dibutuhkan 400 kcal/L.
5. KA-EN 4A  indikasi: larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat
digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
6. KA-EN 4B  indikasi: larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia
kurang 3 tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
7. Otsu-NS  indikasi : untuk resusitasi kehilangan NaCl.
8. Otsu-RL  indikasi: resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat.
9. Martos 10  indikasi: suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada
penderita diabetik.
10. Amiparen  indikasi: stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat,
kwasiokor.
11. Aminovel-600  indikasi: nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI,
penderita GI yang dipuasakan.
12. Pan-amin G  indikasi: suplai asam amino pada hiponatremia dan stress
netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi.

F. Ukuran Jarum Infus


1. Ukuran 16
a. Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan
perlu diinfuskan.
b. Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar.
2. Ukuran 18
a. Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus
kental lainnya.
b. Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar.
3. Ukuran 20
a. Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus,
darah, komponen darah dan infus kental lainnya.
4. Ukuran 22
a. Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk
sebagian besar cairan infus.
b. Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang
kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yang keras.
5. Ukuran 24 dan 26
a. Guna : neonatus, bayi, anak, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai
untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat
b. Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi
melalui kulit keras.

G. Prosedur Pemasangan Infus


1. Alat :
a. Standart infus
b. Set infus
c. Cairan sesuai program medik
d. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai
e. Pengalas
f. Torniquet
g. Kapas alkohol
h. Plester/ hepafix
i. Gunting
j. Kasa steril
k. Betadin
l. Sarung tangan
2. Prosedur :
a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet
atau akses selang ke botol infus.
d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga
terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi
selang dan udara keluar.
e. Letakkan pengaas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan
penginfusan.
f. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat
penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna
gerakan sirkular.
g. Gunakan sarung tangan steril
h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol.
i. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di
bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas.
j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian
dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena.
k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan
bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar
darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/
disambungkan dengan selang infus.
l. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan.
m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril dan rekatkan dengan plester/
hipafix.
n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran
jarum.
o. Bereskan alat dan lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan.
H. Prinsip Pemasangan Infus
1. Pada anak/ pediatrik
a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah
digerakkan/ digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan.
b. Vena mudah pecah dan memerlukan perlindungan agar tidak mudah
mengalami infiltrasi dan dapat menggunakan ganjalan.
2. Pada lansia
a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/ jarum dengan ukuran
paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan
memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan
memungkinnkan aliran darah lebih lancer.
b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum.
c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.

Link:
https://www.youtube.com/watch?v=CcOvx8GoU7U
https://www.youtube.com/watch?v=mzO7x7b-08U

Anda mungkin juga menyukai