FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020 Resume I CARA MEMASANG INFUS
A. Pengertian Pemasangan Infus
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum (infus set) ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan/ zat-zat makanan dari tubuh dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lama.
B. Tujuan Pemasangan Infus
1. Sebagai tindakan pengobatan. 2. Untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit. 3. Sebagai makanan untuk pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui oral.
C. Indikasi/ Kontraindikasi Pemasangan Infus
1. Indikasi a. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena. b. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin). c. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena. d. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit. e. Pasien yang mendapatkan transfuse darah. f. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat). g. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus. 2. Kontraindikasi a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infus. b. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa. c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki). d. Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), atau mengalami kerusakan kulit.
D. Vena Yang Boleh Dipasang Infus
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena diantaranya vena lengan (vena mediana cubiti, vena sefalika, vena antebrakialis medialis, vena basilica, vena dorsalis, dan vena metacarpalis dorsalis), pada tungkai (vena safena) atau pada vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis dan vena frontalis (khusus untuk anak-anak).
E. Jenis Cairan Infus
1. Cairan Hipotonik Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. 2. Cairan isotonik Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi. 3. Cairan Hipertonik Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema.
Pembagian Cairan Berdasarkan Kelompoknya :
1. Kristaloid bersifaat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan NaCl. 2. Koloid ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.
Jenis Cairan Infus :
1. Asering Indikasi: dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat. Keunggulan : a. Asetat di metabolisme di otot dan maasih dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan hati. b. Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik daripada RL pada neonates. c. Mempunyai efek vasodilator. 2. KA-EN 1B indikasi: sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus emergensi.. 3. KA-EN 3A dan KA-EN 3B indikasi: sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas. 4. KA-EN MGE indikasi: untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L. 5. KA-EN 4A indikasi: larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik. 6. KA-EN 4B indikasi: larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik. 7. Otsu-NS indikasi : untuk resusitasi kehilangan NaCl. 8. Otsu-RL indikasi: resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat. 9. Martos 10 indikasi: suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik. 10. Amiparen indikasi: stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor. 11. Aminovel-600 indikasi: nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang dipuasakan. 12. Pan-amin G indikasi: suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi.
F. Ukuran Jarum Infus
1. Ukuran 16 a. Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan. b. Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar. 2. Ukuran 18 a. Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya. b. Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar. 3. Ukuran 20 a. Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya. 4. Ukuran 22 a. Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar cairan infus. b. Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yang keras. 5. Ukuran 24 dan 26 a. Guna : neonatus, bayi, anak, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat b. Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.
G. Prosedur Pemasangan Infus
1. Alat : a. Standart infus b. Set infus c. Cairan sesuai program medik d. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai e. Pengalas f. Torniquet g. Kapas alkohol h. Plester/ hepafix i. Gunting j. Kasa steril k. Betadin l. Sarung tangan 2. Prosedur : a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. b. Cuci tangan. c. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infus. d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara keluar. e. Letakkan pengaas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan. f. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna gerakan sirkular. g. Gunakan sarung tangan steril h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol. i. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas. j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena. k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/ disambungkan dengan selang infus. l. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan. m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril dan rekatkan dengan plester/ hipafix. n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum. o. Bereskan alat dan lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan. H. Prinsip Pemasangan Infus 1. Pada anak/ pediatrik a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/ digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan. b. Vena mudah pecah dan memerlukan perlindungan agar tidak mudah mengalami infiltrasi dan dapat menggunakan ganjalan. 2. Pada lansia a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/ jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer. b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum. c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.