Anda di halaman 1dari 35

Berbagai Alasan Kenapa Bayi Menolak Menyusu

Apakah bayi dibiasakan minum ASI perah dengan menggunakan botol dot? Jika ya, maka
kemungkinan besar penyebabnya adalah bingung puting (nipple prfrence) yakni suatu kondisi
dimana bayi lebih memilih minum ASI melalui botol dot ketimbang langsung dari payudara ibu.
Kenapa ? Karena menyusu melalui botol dot lebih mudah dan mekanismenya berbeda dengan
menyusu pada payudara. Saat minum melalui botol dot, aliran ASI lebih lancar dan bayi tidak
perlu memijat payudara untuk dapat mengeluarkan air susu. Dianjurkan untuk mencoba ganti
cara pemberian botol dot dengan cangkir kecil, pipet tetes atau sendok. Saat bayi terbiasa
terpisah dari botol dot maka secara perlahan akan lebih mudah kembali ke payudara ibu karena
bayi tengah mengalami fase oral dimana menyusu dapat memuaskan hasratnya.

Apakah puting susu mengalami luka pada hari-hari terakhir sebelum bayi mendadak
menolak menyusu? Jika ya, maka kemungkinan besar luka pada puting susu memberi rasa yang
berbeda pada ASI sehingga membuat bayi menolak. Dianjurkan untuk memperbaiki posisi mulut
bayi saat menyusu agar menyusu menjadi lebih efektif dan puting susu terhindar dari iritasi dan
luka.

Apakah pada bagian tubuh bayi terdapat luka yang terlihat, misal luka memar? Atau
mungkin lukanya kasat mata ? Jika ya, maka kemungkinan cara menggendong membuat bayi
merasa kesakitan dan tidak nyaman. Dianjurkan untuk mencoba menyusui dengan posisi tidur
sehingga lebih sedikit bagian tubuh bayi yang tertekan.
Panduan Memerah Payudara dengan Tangan
Oleh Aimi pada 4 Januari 2013 pukul 17:52

Meskipun para ibu memiliki breastpump, ada baiknya untuk tetap belajar bagaimana cara
memerah payudara dengan tangan karena terkadang keahlian ini diperlukan jika situasi sedang
tidak memungkinkan, misalnya bila sedang tidak bisa membersihkan breastpump, breastpump
tiba-tiba rusak atau ketika puting payudara sedang luka sehingga sakit apabila diperah dengan
breastpump/pompa ASI. Memerah dengan tangan juga lebih menguntungkan karena selain dapat
memijat payudara, seorang ibu juga bisa lebih mengenal lokasi lokasi pabrik ASI-nya yang
berbeda beda di setiap ibu. Dengan mengenal lokasi pabrik ASI-nya dengan lebih baik, maka
pengosongan payudara juga dapat lebih optimal.

Tangan selalu dalam keadaan bersih. Siapkan cangkir, gelas, atau mangkok yang sangat
bersih. Cucilah mangkok dengan air sabun. Tuangkan air panas ke dalam cangkir dan
biarkan selama beberapa menit. Apabila sudah siap untuk memerah ASI, buang air dari
cangkir.

Badan condong ke depan dan sangga payudara dengan tangan.

Bentuk huruf C dengan jari telunjuk dan jempol,, tempelkan di payudara tepat diatas
garis aerola/ di dalam lingkaran aerola. Tergantung diameter aerola juga, jika cukup lebar,
maka taruh tangan posisi C itu di dalam lingkaran aerola

Posisi tangan huruf C itu diletakkan di titik jam 12 dan 6 lalu gantian di titik jam 3 dan 9

Tekan ke arah rongga dada (tekan ke dalam) lalu tarik sambil dorong ke arah puting

Lakukan berulang, lalu pindah posisi (mengikuti posisi jam-jam di atas) atau pindah
tangan. Setelah dirasa cukup, pindah payudara

Jika dirasa ada bagian dari payudara mengeras/ grenjel2, berhenti memerah, ganti dengan
pijatan. Pijat dari pangkal ke puting

Usahakan memijat seluruh bagian payudara (memutar) karena biasanya bagian dekat
ketiak sering tak terpegang

Setelah memijat, kembali lakukan memerah dengan tehnik yang sama. Beberapa menit
kemudian pijat lagi lalu perah, dst. Ini biasanya lebih bisa memaksimalkan keluarnya ASI
karena bisa dirasakan bagian-bagian yang keras.
Jangan memijat puting susu itu sendiri. Jangan menggerakkan jari sepanjang puting.
Menekan atau menarik puting susu tidak dapat memerah ASI. Ini merupakan hal yang
sama terjadi bila bayi mengisap dari puting susu saja.

Jika sudah terbiasa, biasanya memerah dengan tangan menjadi lebih simpel dan mudah dan
biasanya juga lebih cepat. Memerah dengan tangan juga sering kali lebih maksimal untuk
menstimulasi payudara daripada menggunakan breastpump. Inti dari memerah dengan tangan
adalah payudara tidak merasa sakit saat diperah. Jika sakit, ada yg salah dari cara memerahnya.
Jika tipe kulit kering, keluarkan sedikit ASI-nya lalu oleskan pada kulit puting agar
kulit payudara tidak mudah luka.

Menyusui Hingga Lebih dari Dua Tahun: Kenapa Tidak?


Oleh Aimi pada 29 Juli 2013 pukul 0:57

Menyusui adalah salah satu periode terbaik dalam hidup seorang ibu. Saking indahnya, sampai
kadang kita merasa tidak siap untuk menyapih si kecil. Di sisi lain, banyak anak juga belum siap
untuk disapih ketika usianya hampir mencapai dua tahun. Sebetulnya, bagaimanakah kondisi
nutrisi ASI pada tahun kedua kehidupan anak? Adakah manfaatnya yang didapat dari menyusui
hingga lebih dari dua tahun?

Mengapa menyusui perlu dilanjutkan setelah 1 tahun?

Bahkan setelah 6 bulan, ASI masih mengandung protein, lemak, dan nutrisi penting lainnya serta
kandungan-kandungan yang sesuai dengan kebutuhan bayi dan anak. Yang juga sangat penting,
ASI masih mengandung zat imunitas/kekebalan yang membantu melindungi anak meskipun
sudah berusia 2 tahun atau lebih. Bahkan beberapa kandungan zat imun pada ASI malah lebih
tinggi pada tahun ke dua dibandingkan pada tahun pertama. Hal ini memang sudah sepatutnya,
karena anak-anak di atas 1 tahun pada umumnya terpapar lebih banyak penyakit daripada bayi
yang masih kecil karena sudah mulai berinteraksi dengan anak-anak sebayanya di luar rumah.
ASI masih mengandung zat pertumbuhan istimewa yang membantu sistem imun menjadi
matang, dan juga membantu otak, usus, dan organ-organ lain untuk berkembang dan matang.
Berikut adalah komposisi ASI di tahun kedua:

Di tahun kedua, 448 mL of ASI kurang lebih dapat memenuhi:


29% kebutuhan energy/kalori

43% kebutuhan protein

36% kebutuhan kalsium

75% kebutuhan vitamin A

76% kebutuhan asam folat

94% kebutuhan vitamin B12

60% kebutuhan vitamin C

Maanfaat Menyusui Hingga lebih dari Dua Tahun

Pertama, anak dapat lebih mandiri.

Banyak yang berpendapat bahwa lebih lama menyusui akan menyebabkan anak lebih manja.
Pendapat tersebut tentu saja tidak tepat. Anak yang menyapih dirinya sendiri (biasanya pada
umur 2 sampai 4 tahun) akan jauh lebih mandiri. Mengapa? Karena ia mendapatkan rasa
keamanan dan kenyamanan dari ibunya (ketika menyusu) sampai akhirnya ia berhenti sendiri.
Pada saat ia memutuskan untuk berhenti menyusu, ia tahu kalau ia telah melangkah lebih maju.
Hal ini pulalah yang menyebabkannya lebih mandiri, karena ia telah dapat mengambil sebuah
keputusan besar dalam hidupnya, yaitu berhenti menyusu dan memulai fase baru menjadi
mandiri.

Kedua, anak lebih jarang sakit

Beberapa referensi tentang hal ini, diantaranya adalah :

The American Academy of Family Physicians menyatakan bahwa anak yang disapih
sebelum umur 2 tahun berisiko lebih besar untuk terkena penyakit.

Gulick (1986) menyatakan bahwa anak yang menyusu diantara umur 16-30 bulan lebih
jarang sakit dan jikalau terkena penyakit, durasi sakitnya pun lebih pendek.

Goldman 1983, Goldman & Goldblum 1983, Institute of Medicine 1991) Zat Antibodi
banyak terdapat di dalam ASI pada saat menyusu. Faktanya faktor imunitas meningkat
pada tahun kedua dan pada saat menyapih.
WHO menyatakan, sedikit penambahan pada tingkat menyusui dapat mengurangi
tingkat kematian anak dibawah lima tahun sebesar sepuluh persen. Menyusui berperan
penting dan terkadang diremehkan pada penanganan dan pencegahan penyakit anak
anak.

Pada saat anak sakit pun, menyusui bisa menjadi peredanya. Dan sang Ibu pasti juga merasa
tenang karena membantu penyembuhan sang anak.

Ketiga, dapat mengurangi risiko alergi

Banyak penilitian yang menyatakan untuk mencegah alergi dan asma adalah dengan menyusu
selama enam bulan eksklusif dan setelah itu tetap melanjutkan menyusu secara jangka panjang.

Keempat, anak menjadi lebih pintar

Banyak penelitian yang sekarang menyatakan adanya hubungan antara perolehan kognitif (IQ
dan peringkat di sekolah) dengan ASI. Setelah diteliti, semakin tinggi perolehan kognitif ternyata
dibuktikan dengan lamanya jangka waktu menyusu si anak.

Kelima, anak lebih mudah bersosialisasi

Anak yang memperoleh kemandirian sendiri tanpa paksaan (dalam arti menyapih sendiri) akan
merasa lebih aman dan nyaman daripada anak yang kemandiriannya dipaksakan. Karena rasa
aman dan nyaman tersebut, terbentuklah kepercayaan diri sehingga dalam lingkungan barupun
anak akan lebih mudah bersosialisasi.

Keenam, berbagai keuntungan untuk ibu

mengurangi resiko kanker rahim

melindungi dari resiko osteoporosis

mengurangi resiko Artritis reumatoid (penyakit yang menyerang persendian)

mengurangi kebutuhan insulin bagi wanita yang menderita diabetes

dapat menurunkan berat badan


Keputusan menyapih sebaiknya didasarkan atas kesiapan ayah, ibu, dan anak. Jika sekiranya ada
pihak yang belum siap, silakan tetap menyusui sambil terus melakukan proses sounding sebagai
bagian dari proses penyapihan dengan cinta.

Resiko Pemberian Susu Formula


Oleh Aimi pada 28 Januari 2014 pukul 6:33

Disadur dari Artikel; "Alasan Medis untuk Tidak Menggunakan Pengganti ASI" oleh
Ketua Umum AIMI Mia Sutanto, SH, LLM di website AIMI: http://aimi-asi.org/alasan-
medis-pengganti-asi/

Ketika menyusui secara eksklusif tidak lagi menjadi suatu keharusan, biasanya para ibu dengan
mudahnya berpaling pada susu formula. Kode Etik Internasional tentang Pemasaran Produk
Pengganti ASI (breastmilk substitute) yang dikeluarkan oleh WHO ditujukan untuk memberikan
informasi pada orangtua tentang bahaya kesehatan akibat penggunaan susu formula yang tidak
tepat. Ulasan ini memberikan beberapa contoh hasil penelitian bertahun-tahun tentang
pentingnya menyusui serta resiko yang ditimbulkan akibat penggunaan susu formula.

REKOMENDASI WHO

WHO merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan,
melanjutkannya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dari bahan-bahan lokal
yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI / menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau
lebih. (World Health Assembly Resolution 54.2, 2001

RESIKO PEMBERIAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DAN ANAK-ANAK

1. Meningkatkan resiko asma

2. Meningkatkan resiko alergi

3. Menghambat perkembangan kognitif

4. Meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan akut

5. Meningkatkan resiko oklusi pada gigi anak


6. Meningkatkan resiko infeksi dari susu formula yang terkontaminasi

7. Meningkatkan resiko kurang gizi

8. Meningkatkan resiko kanker pada anak-anak

9. Meningkatkan resiko penyakit kroni

10. Meningkatkan resiko diabetes

11. Meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular (jantung)

12. Meningkatkan resiko obesitas

13. Meningkatkan resiko infeksi saluran pencernaan

14. Meningkatkan resiko kematian pada bayi dan anak-anak

15. Meningkatkan resiko infeksi telinga dan otitis media

16. Meningkatkan resiko terkena efek samping dari kontaminasi lingkungan

1. Meningkatkan resiko asma

Sebuah penelitian di Arizona, Amerika Serikat yang menggunakan sampel 1.246 bayi
sehat menunjukkan hubungan yang kuat antara menyusui dan gangguan pernafasan pada
bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di bawah umur 6 tahun yang tidak
disusui sama sekali, akan memiliki resiko gangguan pernafasan tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan anak-anak yang disusui.

(Wright AL, Holberg CJ, Taussig LM, Martinez FD. Relationship of infant feeding to
recurrent wheezing at age 6 years. Arch Pediatr Adolesc Med 149:758-763, 1995)

Penelitian pada 2.184 anak yang dilakukan oleh Hospital for Sick Children di Toronto,
Kanada menunjukkan bahwa resiko asma dan gangguan pernapasan mencapai angka 50%
lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula, dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan ASI sampai dengan usia 9 bulan atau lebih.

(Dell S, To T. Breastfeeding and Asthma in Young Children. Arch PediatrAdolesc Med 155:
1261-1265, 2001)

Para peneliti di Australia Barat melakukan penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk
melihat peningkatan resiko asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-
anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan gangguan
pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif
sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini merekomendasikan untuk memberikan ASI
eksklusif sekurangnya 4 bulan untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan
pernafasan.

(Oddy WH, Peat JK, de Klerk NH. Maternal asthma, infant feeding, and the risk for asthma
in childhood. J. Allergy Clin Immunol. 110: 65-67, 2002)

Para ahli melihat pada 29 penelitian terbaru untuk mengevaluasi dampak melindungi
terhadap asma dan penyakit pernapasan atopik lainnya yang diberikan oleh ASI. Setelah
menggunakan kriteria penilaian yang ketat, terdapat 15 penelitian yang memenuhi
persyaratan untuk dievaluasi, dan ke-15 penelitian tersebut menunjukkan manfaat/efek
melindungi yang diberikan oleh ASI dari resiko asma. Para ahli menyimpulkan, tidak
menyusui atau memberikan ASI pada bayi akan meningkatkan resiko asma dan penyakit
pernafasan atopik.

(Oddy WH, Peat JK. Breastfeeding, Asthma and Atopic Disease: An Epidemiological Review
of Literature. J Hum Lact 19: 250-261, 2003)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan resiko
penyakit asma dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui:

1. Porro E, Indinnimeo L, Antognoni G, Midulla F, Criscione S. Early wheezing and


breastfeeding (Menyusui dan kejadian sesak napas dini). J Asthma 1993;30:23-8

2. Burr ML, Limb ES, Maguire JM, Amarah L, Eldridge BA, Layzell JCM, Merret TG.
Infant feeding, wheezing, and allergy: a prospective study (Pemberian makan pada bayi,
sesak napas, dan alergi : Kajian prospektif). Arch Dis Child 1993;68:724-28

3. Wright AL, Holberg CJ, Taussig LM, Martinez FD. Relationship of infant feeding to
recurrent wheezing at age 6 years (Hubungan antara pemberian makan pada bayi
terhadap kejadian sesak napas berulang pada usia 6 tahun). Arch Pediatr Adolesc Med
1995;149:758-63

4. Oddy WH, Holt PG, Sly PD, Read AW, Landau LI, Stanley FJ, Kendall GE, Burton PR.
Association between breastfeeding and asthma in 6 year old children: findings of a
prospective birth cohort study (Hubungan antara menyusui dan asma pada anak usia 6
tahun : temuan pada studi lanjutan kelahiran prospektif). Br Med J 1999;319:815-9

5. Gdlavevich M, Minouni D, Minouni M. Breastfeeding and the risk of bronchial asthma in


childhood: a systematic review with meta-analysis of prospective studies (Menyusui dan
resiko asmabronkial pada masa kanak-kanak : tinjauan sistematik dengan meta-analisis
dari studi prospektif). J Pediatr 2001;139:261-6
2. Meningkatkan resiko alergi

Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki resiko lebih rendah
untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi makanan dan gangguan pernafasan karena
alergi. Pada usia 17 tahun, resiko gangguan pernafasan karena alergi pada mereka yang
tidak mendapatkan ASI (atau mendapat ASI dalam jangka waktu pendek) adalah 65%,
sementara pada mereka yang disusui lebih lama hanya 42%.

(Saarinen UM, Kajosarri M. Breastfeeding as a prophylactic against atopic disease:


Prospective follow-up study until 17 years old. Lancet 346: 1065-1069, 1995)

Bayi yang memiliki riwayat asma/gangguan pernafasan karena memiliki riwayat alergi
dari keluarganya, diteliti untuk penyakit dermatitis atopik dalam tahun pertama
kehidupannya. Menyusui eksklusif selama tiga bulan pertama diakui dapat melindungi
bayi dari penyakit dermatitis.

(Kerkhof M, Koopman LP, van Strien RT, et al. Risk factors for atopic dermatitis in infants at
high risk of allergy: The PIAMA study. Clin Exp Allergy 33: 1336-1341, 2003)

Pengaruh dari konsumsi harian ibu akan vitamin C dan E pada komposisi anti-oksidan di
ASI sebagai zat yang melindungi bayi dari kemungkinan terkena penyakit atopik diteliti.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang menderita penyakit atopik dipantau selama 4
hari, kemudian diambil sampel ASI dari ibu yang memiliki bayi dengan usia 1 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C sehari-hari pada makanan ibu
dapat meningkatkan kadar vitamin C pada ASI. Semakin tinggi kadar vitamin C pada ASI
dapat menurunkan risiko terkena penyakit atopik pada bayi.

(Hoppu U, Rinne M, Salo-Vaeaenaenen P, Lampi A-M, Piironen V, Isolauri E. Vitamin C in


breast milk may reduce the risk of atopy in the infant. Eur J of Clin Nutr 59: 123-128, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan resiko
penyakit alergi dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Lucas A, Brooke OG, Morley R, Cole TJ, Bamford MF. Early diet of preterm infants and
development of allergic or atopic disease: randomized prospective study (Diet awal pada
bayi prematur dan perkembangan alergi atau penyakit atopik : studi prospektif acak). Br
Med J 1990;300:837-40
2. Kajosaari M, Saarinen UM. Prophylaxis of atopic disease by six months total solid food
elimination (Profilaksis penyakit atopik dengan penundaan total enam bulan makanan
padat). Acta Pediatr Scand 1983;72:411-14

3. Ellis MH, Short JA, Heiner DC. Anaphylaxis after ingestion of a recently introduced
hydrolyzed whey protein protein formula (Anafilaksis setelah penyerapan protein whey
terhidrolisasi baru pada protein susu formula bayi). J Pediatr 1991;118:74-7

4. Saarinen UM, Kajosaari M. Breastfeeding as prophylaxis against atopic disease:


prospective follow-up study until 17 years old (Menyusui sebagai profilaksis terhadap
penyakit atopik : studi lanjutan hingga usia 17 tahun). Lancet 1995;346:1065-69

5. Saylor JD, Bahna SL. Anaphylaxis to casein hydrolysate formula (Anafilaksis pada susu
formula kasein hidrolisat). J Pediatr 1991;118:71-4

6. Marini A, Agosti M, Motta G, Mosca F. Effects of a dietary and environmental


prevention programme on the incidence of allergic symptoms in high atopic risk infants:
three years followup (Pengaruh program pencegahan lingkungan dan diet terhadap
kejadian gejala alergi pada bayi dengan resiko tinggi atopik : lanjutan tiga tahun). Acta
Pdiatr 1996;Suppl 414 vol 85:1-19

7. Wright AL, Holberg CJ, Martinez FD, Halonen M, Morgan W, Taussig LM.
Epidemiology of physician diagnosed allergic rhinitis In childhood (Epidemiologi dari
diagnosis alergi rhinitis pada anak-anak). Pediatrics 1994:94:895-901

8. Bloch AM, Mimouni D, Minouni M, Gdalevich M. Does breastfeeding protect against


allergic rhinitis during childhood? A meta-analysis of protective studies (Apakah
menyusui melindungi dari alergi rhinitis selama masa kanak-kanak? Sebuah meta-
analisis studi prospektif). Acta Paediatr 2002;91:275-9

3. Menghambat perkembangan kognitif

Untuk menentukan dampak dari memberikan ASI eksklusif dengan perkembangan


kognitif pada bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah, digunakanlah metode
Bayley scale of infant development ketika bayi berumur 13 bulan dan Wechler
Preschool and Primary Scales of Intelligence pada anak ketika berumur 5 tahun.
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah memberikan ASI secara eksklusif (tanpa
tambahan vitamin/supplemen apapun) pada bayi prematur atau bayi dengan berat lahir
rendah terbukti memberikan keuntungan yang signifikan pada perkembangan kognitif
dan pertumbuhan fisik yang lebih baik.

(Rao MR, Hediger ML, Levine RJ, Naficy AB, Vik T. Effect of breastfeeding on cognitive
development of infants born small for gestational age. Arch Pediatr Adolesc 156: 651-655,
2002)
Menyusui terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, karena memiliki
pengaruh positif pada pendidikan dan perkembangan kognitif di masa kanak-kanak, tegas
sebuah penelitian di Inggris. Analisis regresi yang dilakukan pada sebuah penelitian
menyatakan bahwa menyusui secara signifikan berkorelasi positif dengan pendidikan dan
kecerdasan.

(Richards M, Hardy R, Wadsworth ME. Long-tern effects of breast-feeding in a national


cohort: educational attainment and midlife cognition function. Publ Health Nutr 5: 631-635,
2002)

439 anak sekolah di Amerika Serikat yang lahir antara tahun 1991 1993 serta memiliki
berat badan lahir rendah (di bawah 1,500 gram) diberikan beberapa jenis tes kognitif.
Hasilnya, anak-anak yang memiliki berat badan lahir rendah dan tidak pernah disusui
cenderung memiliki nilai/hasil tes yang rendah pada tes IQ, kemampuan verbal,
kemampuan visual dan motorik dibandingkan mereka yang disusui/mendapatkan ASI.

(Smith MM, Durkin M, Hinton VJ, Bellinger D, Kuhn L. Influence of breastfeeding on


cognitive outcomes at age 6-8 year follow-up of very low-birth weight infants. Am J
Epidemiol 158:1075-1082, 2003)

Penelitian pada anak-anak yang lahir dari keluarga miskin di Filipina membuktikan
bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI sampai umur 12-18 bulan memiliki nilai yang
lebih tinggi pada nonverbal intelligence test. Efek seperti ini akan lebih besar
dampaknya pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (1.6 dan 9.8 poin lebih
tinggi). Para peneliti menyimpulkan, bahwa memberikan ASI/menyusui dalam jangka
waktu yang lama sangatlah penting, apalagi setelah mengenalkan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI), terutama untuk bayi berat badan lahir rendah.

(Daniels M C, Adair L S. Breast-feeding influences cognitive development of Filipino


children. J Nutr. 135: 2589-2595, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan resiko
perkembangan kognitif dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui:

1. (review): Andraca I, Uauy R. Breastfeeding for optimal mental development (Menyusui


mendorong perkembangan mental yang optimal). Simopoulos AP, Dutra de Oliveira JE,
Desai ID (eds): Behavioral and Metabolic Aspects of Breastfeeding (Aspek Perilaku dan
Metabolik dari Menyusui). World Rev Nutr Diet. Basel, Karger, 1995;78:1-27

2. (review): Gordon N. Nutrition and cognitive function (Nutrisi dan Fungsi Kognitif).
Brain and Development 1997;19:165-70
3. Morrow-Tlucak M, Haude RH, Ernhart CB. Breastfeeding and cognitive development in
the first 2 years of life (Menyusui dan perkembangan kognitif pada usia 2 tahun
pertama). Soc Sci Med 1988;26:635-9

4. Taylor B, Wadsworth J. Breastfeeding and child development at five years (Menyusui


dan perkembangan pada usia 5 tahun). Dev Med Child Neurol 1984;26:73-80

5. Lucas A, Morley R, Cole TJ, Lister G, Leeson-Payne C. Breastmilk and subsequent


intelligence quotient in children born preterm (Menyusui dan angka kecerdasan anak
yang lahir kurang bulan). Lancet 1992;339:261-4

6. Nettleton JA. Are n-3 fatty acids essential nutrients for fetal and infant development
(Apakah asam lemak n-3 nutrisi esensial untuk perkembangan janin dan bayi). J Am Diet
Assoc 1993;93:58-64

7. Rogan WJ, Gladen BC. Breastfeeding and cognitive development (Menyusui dan
perkembangan kognitif). Early Hum Dev 1993;31:181-93

8. Silver LB, Levinson RB, Laskin CR, Pilot LJ. Learning disabilities as a probable
consequence of using chloride-deficient infant formula (Probabilitas gangguan belajar
sebagai konsekuensi penggunaan sufor rendah klorida). J Pediatr 1989;115:97-9

9. Willoughby A, Moss HA, Hubbard VS, Bercu BB, Graubard BI, Vietze PM, et al.
Developmental outcome in children exposed to chloride deficient formula
(Perkembangan pada anak yang mengkonsumsi susu formula rendah klorida). Pediatrics
1987;79:851-7

10. Wing CS. Defective infant formulas and expressive language problems: a case study (Studi
kasus: kerusakan susu formula bayi dan masalah bicara dan bahasa). Language, Speech and
Hearing Services in Schools 1990;21:22-7

11. Crawford MA. The role of essential fatty acids in neural development: implications for
perinatal nutrition (Peranan asam lemak esensial pada perkembangan syaraf: Implikasi untuk
nutrisi perinatal). Am J Clin Nutr 1993;57(suppl):703S-10S

12. Temboury MC, Otero A, Polanco I, Arribas E. Influence of breastfeeding on the infants
intellectual development (Pengaruh menyusui pada perkembangan kecerdasan bayi). J Pediatric
Gastroenterol Nutr 1994;18:32-36

13. Pollock JI. Longterm associations with infant feeding in a clinically advantaged population
of babies (Hubungan jangka panjang pemberian makan pada populasi bayi dengan kondisi
klinis baik). Dev Med Child Neur 1994;36:429-40

14. Makrides M, Neumann MA, Byard RW, Simmer K, Gibson RA. Fatty acid composition of
brain, retina and erythrocytes in breast and formula fed infants (Komposisi asam lemak pada
otak, retina, dan eritrokit pada bayi yang mengkonsumsi ASI dan susu formula). Am J Clin Nutr
1994;60:189-94

15. Anderson GJ, Connor WE, Corliss JD. Docosohexaenoic acid is the preferred dietary n-3
fatty acid for the development of the brain and retina (Asam dokosolexanoat sebagai asam lemak
n-3 pilihan untuk perkembangan otak dan retina). Pediatr Res 1990;27:87-97

16. Neuringer M, Connor WE, Lin DS, Barstad L, Luck S. Biochemical and functional effects of
prenatal and postnatal fatty acid deficiency on retina and brain in rhesus monkeys (Pengaruh
biokimia dan fungsional dari kekurangan asam lemak prenatal dan antenatal terhadap retina
dan otak pada monyet resus). Proc Natl Acad Sc USA 1986;83:4021-5

17. Florey C Du V, Leech AM, Blackhall A. Infant feeding and mental and motor development
at 18 months of age in first born singletons (Makanan bayi dan perkembangan mental dan
motorik pada usia 18 bulan pada anak pertama/sulung). Int J Epidem 1995;24 (Suppl 1):S21-6

18. Wang YS, Wu SY. The effect of exclusive breastfeeding on development and incidence of
infection in infants (Pengaruh menyusui eksklusif terhadap perkembangan dan kejadian infeksi
pada bayi). JHL 1996;12:27-30

19. Greene LC, Lucas A, Livingstone BE, Harland PSEG, Baker BA. Relationship between
early diet and subsequent cognitive performance during adolescence (Hubungan antara
makanan pertama dan performa kognitif pada remaja). Biochem Soc Trans 1995;23:376S

20. Riva E, Agostoni C, Biasucci G, Trojan S, Luotti D, Fiori L, et al. Early breastfeeding is
linked to higher intelligence quotient scores in dietary treated phenylketonuric children
(Menyusu usia dini dihubungkan dengan tingkat kecerdasan lebih tinggi pada anak dengan diet
khusus penyakit PKU). Acta Pdiatr 1996;85:56-8

21. Niemel A, Jrvenp A-L. Is breastfeeding beneficial and maternal smoking harmful to the
cognitive development of children? (Apakah menyusui bermanfaat dan ibu merokok berbahaya
bagi perkembangan kognitif anak?) Acta Pdiatr 1996;85:1202-6

22. Rodgers B. Feeding in infancy and later ability and attainment: a longitudinal study
(Pemberian makan pada bayi dan kemampuan dan pencapaian di masa depannya: Kajian
longitudinal). Devel Med Child Neurol 1978;20:421-6

23. Horwood LJ, Fergusson DM. Breastfeeding and later cognitive and academic outcomes
(Menyusui dan pencapaian akademik dan kognitif di kemudian hari). Pediatrics 1998;101:p. e9

24. Paine BJ, Makrides M, Gibson RA. Duration of breastfeeding and Bayleys mental
developmental Index at 1 year of age (Durasi menyusui dan indeks perkembangan mental Bayley
pada usia 1 tahun). J Paediatr Child Health 1999;35:82-5
25. Fergusson DM, Beautrais AL, Silva PA. Breastfeeding and cognitive development In the
first seven years of life (Menyusui dan perkembangan kognitif pada 7 tahun pertama). Soc Sci
Med 1982;16:1705-8

26. Vestergaard M, Obel C, Henriksen TB, Srensen HT, Skajaa E, stergaard J. Duration of
breastfeeding and developmental milestones during the latter half of Infancy (Durasi menyusui
dan tahapan perkembangan selama 6 bulan kedua usia bayi). Acta Paediatr 1999;88:1327-32

27. Rao MR, Hediger ML, Levine RJ, Naficy AB, Vik T. Effect of breastfeeding on cognitive
development of infants born small for gestational age (Pengaruh menyusui pada perkembangan
kognitif bayi yang lahir kecil untuk usia gestasi). Acta Paediatr 2002;91:267-74

28. Lanting CI, Fidler V, Huisman M, Touwen BCL, Boersma ER. Neurological differences
between 9 year old children fed breastmilk or formula milk as babies (Perbedaan neurologis
antara anak usia 9 tahun yang diberi ASI atau susu formula saat bayi). Lancet 1994;344:1319-
22

29. Lanting CI, Patandin S, Weisglas-Kuperus N, Touwen BCL, Boersma ER.Breastfeeding and
neurological outcome at 42 months (Menyusui dan perkembangan syaraf pada usia 42 bulan).
Acta Paediatr 1998;87:1224-9

4. Meningkatkan resiko infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

Anak-anak di Brazil yang tidak disusui/mendapatkan ASI beresiko 16,7 kali lebih tinggi
terkena pneumonia dibandingkan anak-anak yang semasa bayinya disusui secara
eksklusif.

(Cesar JA, Victora CG, Barros FC, et al. Impact of breastfeeding on admission for pneumonia
during postneonatal period in Brazil: Nested casecontrolled study. BMJ 318: 1316-1320,
1999)

Untuk menentukan faktor-faktor resiko dalam mendeteksi ISPA pada balita, sebuah
rumah sakit di India membandingkan 201 kasus dengan 311 kunjungan pemeriksaan.
Menyusui adalah salah satu dari sekian faktor yang dapat menurunkan tingkat risiko ISPA
pada balita.

(Broor S, Pandey RM, Ghosh M, Maitreyi RS, Lodha R, Singhal T, Kabra SK. Risk factors for
severe acute lower respiratory tract infection in under-five children. Indian Pediatr 38: 1361-
1369, 2001)

Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan resiko
ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis dari data-data yang diteliti menunjukkan
pada negara-negara berkembang, bayi yang diberikan susu formula mengalami 3 kali
lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit,
dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan atau lebih.

Mitos dan Fakta tentang ASI dan Menyusui


1. MITOS: Busui tidak boleh makan cabai/sambal karena nanti anaknya diare
FAKTA: tidak semua bayi sensitif terhadap capsaicin, zat yang terdapat dalam cabai.
Silakan makan pedas dalam jumlah yang wajar dan amati reaksi bayi. Silakan baca
dokumen tentang makanan dan minuman ibu menyusui.

2. MITOS : Busui tidak boleh makan cabai/sambal karena biji cabe akan keluar
lewat feses bayi
FAKTA : bentuk feses bayi ASI memang teksturnya terkadang seperti biji cabai bukan
karena ibu makan pedas/sambal/cabai. Silakan baca dokumen tentang BAB bayi.

3. MITOS: Tiap mau menyusui harus minum yang hangat-hangat agar ASI juga
hangat.
FAKTA: suhu ASI selalu mengikuti suhu tubuh ibu. ASI dalam payudara umumnya
bersuhu 37-38 derajat Celcius terlepas apapun yang ibu konsumsi.

4. MITOS : Busui tidak boleh minum dingin/es agar bayi tidak pilek
FAKTA : pilek bisa terjadi karena paparan virus dari lingkungan, bukan karena apa yang
dikonsumsi oleh ibunya.

5. MITOS: ASI pagi hari itu basi jadi harus diperah dulu dan dibuang baru boleh
menyusui bayi.
FAKTA: ASI kapanpun selalu dalam kondisi yang baik dan siap disajikan untuk bayi.

6. MITOS: Kalau sudah berhubungan suami istri, kualitas ASI tidak akan baik
bagi bayi.
FAKTA: ibu bisa tetap berhubungan badan dengan suami. Berhubungan badan bisa
meningkatkan hormone oksitosin dan memperlancar ASI.

7. MITOS: Ibu yang putingnya belah tidak boleh menyusui karena jika
menyusui maka bayinya akan meninggal dunia
FAKTA: Puting belah sebagaimana bentuk puting yang lain tetap dapat menyusui karena
bayi tidak menyusu pada puting tetapi menyusu pada payudara dengan mengikutsertakan
areola. Sejauh ini belum ada laporan ilmiah tentang adanya bayi yang meninggal setelah
menyusu pada ibu yang putingnya terbelah.

8. MITOS: menyusui membuat payudara ibu menjadi kendur atau berubah


bentuk
FAKTA: kehamilan serta usia yang merubah bentuk payudara, bukan menyusui

9. MITOS: Seorang wanita yang telah melakukan operasi pembesaran payudara


tidak dapat menyusui.
FAKTA: Banyak ibu yang melakukan operasi pembesaran payudara dan tetap menyusui.
Tidak ada bukti nyata bahwa menyusui dengan payudara dengan silikon dapat
membahayakan bayi. Operasi pembesaran payudara biasanya dilakukan lewat areola.
Walau begitu, ibu yang pernah menjalankan operasi ini biasanya memiliki produksi ASI
yang cenderung sedikit, sama dengan ibu yang menjalankan operasi apapun yang melalui
areola.

10. MITOS: Payudara sebelah kanan adalah nasi, payudara kiri adalah lauknya.
Jadi menyusu harus di kedua payudara agar lengkap makanan bagi si bayi.
FAKTA: Isi payudara kanan dan kiri sama saja kok, foremilk dan hindmilk . Biarkan
bayi menyusu pada satu payudara hingga habis, bila masih kurang baru tawarkan
payudara satunya agar dia mendapatkan foremilk dan hindmilk yang seimbang. Cek juga
dokumen grup tentang foremilk dan hindmilk.

11. MITOS: Payudara sebelah kanan adalah makan, payudara kiri adalah
minumnya. Jadi menyusu harus di kedua payudara agar lengkap makanan bagi si
bayi.
FAKTA : Isi payudara kanan dan kiri sama saja kok, foremilk dan hindmilk . Biarkan
bayi menyusu pada satu payudara hingga habis, bila masih kurang baru tawarkan
payudara satunya agar dia mendapatkan foremilk dan hindmilk yang seimbang. Cek juga
dokumen grup tentang foremilk dan hindmilk.

12. MITOS: Ibu dengan ukuran payudara yang kecil tidak bisa memproduksi ASI
yang cukup untuk bayinya.
FAKTA: Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan produksi. Apapun ukuran
payudara ibu, ASI akan selalu cukup untuk bayi jika ibunya rajin menyusui/memerah dan
selalu berpikir positif. Besar/kecilnya payudara pada dasarnya tergantung dari jaringan
lemak di dalam payudara.

13. MITOS: Kalau ibu keluar rumah ASI harus dibuang dulu sebelum menyusui
lagi. Jika tidak nanti bayinya masuk angin.
FAKTA: ASI dalam payudara selalu dalam kondisi baik dan siap disajikan untuk bayi.

14. MITOS: Payudara harus digoyang-goyangkan dulu sebelum menyusui agar ASI
tercampur dengan baik
FAKTA: ASI selalu terdiri dari foremilk dan hindmilk, keduanya keluar bergantian. Jika
waktu menyusui cukup dan si kecil menghabiskan satu payudara hingga tertidur atau
kenyang maka dia akan mendapatkan keduanya. Silakan cek dokumen tentang foremilk
dan hindmilk.

15. MITOS: Ibu menyusui harus banyak makan agar ASI-nya banyak.
FAKTA: kuantitas ASI tidak ditentukan oleh berapa banyak makan ibu, tetapi oleh
demand/kebutuhan bayi. Ibu harus menyusui sesuai dengan kehendak bayi dan harus
selalu berpikiran positif bahwa ASI-nya cukup untuk bayinya. Selama ibu menyusui, dia
harus makan makanan dengan gizi berimbang agar nutrisi dalam tubuh ibu tidak tekor
karena digunakan untuk produksi ASI. Silakan baca dokumen tentang makanan dan
minuman ibu menyusui

16. MITOS: ASI jangan sampai kena alat kelamin bayi karena bisa mengakibatkan
mandul.
FAKTA: ASI tidak akan menyebabkan kemandulan. Jikapun sampai terkena alat
kelamin, cukup bersihkan dengan air.

17. MITOS: Ibu yang sudah mendapatkan haid tidak boleh lagi menyusui karena
ASI-nya menjadi amis dan tidak lagi segar.
FAKTA: ibu yang sudah haid tetap menghasilkan ASI yang berkualitas untuk bayinya.
Namun penurunan produksi ASI pada ibu yang sedang haid sering terjadi terkait
hormonal. Penurunan ini hanya sementara dan akan kembali normal selepas masa haid.

18. MITOS: ASI yang encer berarti kualitasnya tidak baik.


FAKTA: ASI memang terdiri dari dua bagian, yang encer disebut foremilk (ASI awal)
yang kaya protein dan laktosa. ASI yang lebih kental disebut hindmilk (ASI akhir) yang
kaya lemak. Keduanya penting untuk bayi. Silakan cek dokumen grup tentang foremilk
dan hindmilk.

19. MITOS: Ibu menyusui harus minum jamu agar ASI menjadi kental
FAKTA: ASI selalu terdiri dari dua bagian, yang encer dan kaya protein disebut foremilk,
sementara yang kental dan kaya lemak disebut hindmilk, terlepas apapun yang
dikonsumsi ibu. Silakan cek dokumen tentang foremilk dan hindmilk.

20. MITOS: jika bayi demam ibu menyusui harus makan kelapa hijau untuk
menurunkan demam pada bayi.
FAKTA: jika bayi demam segara ukur suhu tubuhnya dengan termometer. Paracetamol
boleh diberikan jika suhunya di atas 38 derajat. Demam pada bayi bisa diringankan
dengan kompres air hangat, skin to skin, perbanyak asupan ASI, dan berikan pakaian
yang tipis.

21. MITOS: ASIP jika disimpan lama akan berubah menjadi darah.
FAKTA: ASIP ya tetap ASI, tidak akan menjadi darah. Lakukan manajemen ASIP yang
benar agar ASIP layak konsumsi. Silakan cek dokumen tentang manajemen ASIP.

22. MITOS: ASI yang pertama keluar setelah bayi lahir itu adalah ASI basi karena
warnanya kuning, jadi harus dibuang.
FAKTA: ASI yang keluar segera setelah bayi dilahirkan adalah kolostrum yang
manfaatnya sangat besar bagi bayi. Silakan aca dokumen tentang Laktogenesis.

23. MITOS : Jika ASI belum atau tidak lancar di hari-hari pertama setelah
melahirkan dapat digantikan dengan susu formula.
FAKTA : Belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran adalah sesuatu yang normal.
Hari-hari pertama ditandai dengan keluarnya kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi
sangat penting untuk antibodi bayi. ASI matang baru keluar 2-3 hari sejak melahirkan.
Bayi sendiri secara alami akan tahan selama 2-3 hari sejak lahir tanpa ASI. Sayangnya,
banyak ibu menjadi keburu pesimis karena ASI yang tidak langsung keluar itu.
Pemberian makanan lain selain ASI meningkatkan risiko terganggunya usus bayi yang
belum siap. Silakan baca dokumen tentang Laktogenesis.

24. MITOS: Bayi ASI selalu tampak tidak kenyang dan sulit tidur, sehingga perlu
diberi susu formula
FAKTA: Karena ASI begitu mudah dicerna, bayi yang umumnya minum ASI lebih
mudah lapar dibanding bayi yang minum susu formula. Sehingga pada minggu-minggu
awal setelah kelahirannya bayi akan menyusu setiap 2-3 jam sekali atau bahkan kurang
dari itu. Penelitian menujukan bahwa bayi yang diberikan susu formula tidak tidur lebih
baik meskipun bayi mungkin tidur lebih lama. Hal ini disebabkan susu formula tidak
dapat dicerna dengan cepat, sehingga membuat jarak antara waktu menyusu menjadi
lebih panjang sehingga bayi tidur lebih lama.

25. MITOS: ASI bisa kena mata bayi bisa buta.


FAKTA: tidak masalah ASI kena mata bayi, cukup bersihkan dengan kapas yang dicelup
air hangat. Tetapi sebaiknya tidak menggunakan ASI sebagai obat tetes mata karena
belum teruji secara medis,. Syarat obat tetes mata itu ada dua, harus steril dan pH-nya
cocok dengan pH mata. Kalau pH-nya tidak cocok justru bisa merusak kornea mata.
Sejauh ini, belum ada bukti ilmiah bahwa ASI bisa menjadi obat tetes mata. Kalau bayi
belekan, disarankan untuk dilap dengan kapas yang dicelupkan ke air hangat dan lakukan
pemijatan lembut di sekitar area mata. Lakukan observasi selama 1-2 x 24 jam, apabila
kondisinya masih sama atau memburuk, harus segera dibawa ke dokter mata.

26. MITOS: Semakin sering ASI diperah makan ASI bisa semakin cepat kering.
FAKTA: semakin sering diperah dan disusukan maka produksi ASI akan semakin
banyak. Hal ini berkaitan dengan sistem produksi ASI yang menganut prinsip supply on
demand (sesuai permintaan). Semakin sering payudara dikosongkan, maka ASI akan
lebih cepat diproduksi.

27. MITOS: Sekali menghentikan menyusui, maka seorang ibu tidak dapat
menyusui lagi.
FAKTA: Jika bayi mendapat susu formula, ibu dapat menyusui kembali setelah terhenti
sementara, dengan memberikan teknik relaktasi serta mendapat dukungan dan bantuan
yang tepat.

28. MITOS: Stres menyebabkan ASI kering.


FAKTA: Walaupun stres berat atau baby blues yang parah dapat menyebabkan
terhentinya ASI, akan tetapi keadaan ini biasanya hanya sementara, sebagaimana reaksi
fisiologis lainnya. Bukti menunjukkan bahwa menyusui dapat menghasilkan hormon
yang dapat meredakan ketegangan, memberikan ketenangan kepada ibu dan bayi dan
menimbulkan ikatan yang erat antara ibu dan anak.

29. MITOS: Payudara yang lembek adalah payudara yang tidak ada ASInya.
FAKTA: Payudara lembek adalah tanda pengeluaran ASI (baik menyusui dan
memerah) lancar. Payudara yang keras justru menandakan pengeluaran ASI tidak lancar,
apabila hal ini dibiarkan justru akan mengganggu produksi ASI bahkan bisa
menyebabkan radang payudara (mastitis)

30. MITOS: Menyusui adalah perjuangan seorang ibu, makanya adalah normal
jika proses menyusu menimbulkan rasa sakit.
FAKTA: Walaupun bukan sesuatu hal yang aneh jika pada hari-hari pertama menyusui
seorang ibu akan merasa sedikit kurang nyaman pada payudaranya, tapi kondisi ini
seharusnya hanya berlangsung selama beberapa hari saja, dan tidak boleh menjadi
sedemikian parahnya sehingga seorang ibu menjadi takut untuk menyusui bayinya. Rasa
sakit yang amat sangat pada puting ketika sedang menyusui menandakan bahwa bayi
belum sempurna pelekatannya. Sakit atau lecet pada puting yang berlangsung selama
lebih dari 3-4 hari tidak boleh diabaikan, harus dicari tahu penyebabnya. Perbaiki
pelekatan menyusui jika payudara lecet. Jika payudara lecet terus terjadi meski pelekatan
sudah diperbaiki, segera bawa bayi ke dokter anak yang paham tentang tongue tie untuk
melihat jika ada kemungkinan si bayi terkena tongue tie. Silakan baca dokumen tentang
posisi dan pelekatan serta dokumen tentang tongue tie.

31. MITOS: Bayi ASIX membutuhkan tambahan cairan air putih ketika cuaca
sedang panas. FAKTA: Komponen air di dalam ASI mencapai lebih dari 80% yang
dibutuhkan oleh bayi di bawah usia 6 bulan sehingga dia tidak membutuhkan cairan lain
bahkan dalam kondisi cuaca yang panas sekalipun. Ginjal bayi di bawah usia 6 bulan
belum sempurna, sehingga memberi banyak air akan membuat tubuh bayi mengeluarkan
natrium akibat kelebihan cairan. Ginjal bayi tidak mampu mengeluarkan air dengan
cepat, sehingga menyebabkan timbunan air dalam tubuh. Air putih memang sehat, dan
dibutuhkan tubuh, tetapi ginjal bayi di bawah 6 bulan belum matang untuk menerima
cairan selain ASI.

32. MITOS: Seorang ibu harus mencuci putingnya setiap kali sebelum mulai
menyusui.
FAKTA: Pemberian susu formula kepada seorang bayi memang harus sangat
memperhatikan faktor-faktor kebersihan, karena susu formula merupakan tempat yang
baik untuk berkembang biak-nya bakteri dan juga rentan terhadap kontaminasi.
Membersihkan/mencuci puting malah akan menghilangkan minyak-minyak alami yang
melindungi puting dari resiko lecet karena puting kering. Yang penting sebelum
menyusui seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun untuk mengurangi
kemungkinan sakit pada bayinya.

33. MITOS: Menyusui hingga anak berusia di atas dua tahun membuat anak
menjadi manja dan tidak mandiri
FAKTA: Menyusui setelah anak berusia dua tahun atau lebih justru meningkatkan
kedekatan anak dengan ibu dan dapat membuat anak menjadi pribadi yang mandiri
karena merasa kebutuhannya fisik dan psikologisnya terpenuhi dengan baik. Manja dan
tidak mandiri berkaitan erat dengan pola asuh yang diterapkan orangtua masing-masing.

34. MITOS: susu formula hampir sama kandungannya dengan ASI.


FAKTA: Susu formula sama sekali berbeda dengan ASI, susu formula berusaha
menyamakan diri dengan ASI walau dibuat berdasarkan pengetahuan yang sempit dan
tidak menyeluruh tentang apa kandungan ASI sebenarnya. Susu formula tidak
mengandung zat antibodi atau kekebalan tubuh, sel-sel hidup, enzim-enzim, dan tidak
mengandung hormon. Dibandingkan ASI, susu formula mengandung lebih banyak zat
aluminium, mangan, timbal dan zat besi. Kandungan protein dan lemak yang terdapat
dalam susu formula juga berbeda dengan yang terdapat dalam ASI. Kandungan susu
formula tidak berubah dari periode awal menyusui hingga akhir, dari hari pertama ke hari
ke-7 hingga hari ke-30, dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu bayi ke bayi lainnya. ASI
Anda dibuat khusus hanya untuk bayi Anda. Susu formula dibuat dan disamaratakan
untuk semua bayi. Susu formula hanya mampu membuat bayi menjadi gemuk, tetapi bayi
tidak mendapatkan kandungan nutrisi dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan, yang
semuanya terdapat dalam ASI.

35. MITOS: Ibu yang putingnya berdarah tidak boleh menyusui.


FAKTA: Meskipun darah membuat bayi gumoh lebih banyak, dan darah bahkan
mungkin muncul dalam buang air besar nya, ini bukan alasan untuk berhenti menyusui
bayi. Puting susu yang sakit dan berdarah tidak lebih buruk dari puting susu yang sakit
dan tidak berdarah. Jika puting luka dan sakit sekali, boleh diistirahatkan selama 1-2 hari
dari proses menyusui langsung dan selama itu ASI diperah dengan tangan sesering
mungkin dan ASIP diberikan dengan media selain dot. Jika luka membaik, silakan
menyusui kembali. Jangan lupa oleskan ASI pada puting untuk mempercepat sembuhnya
luka atau lecet. Perbaiki juga pelekatan menyusui agar puting tidak mudah lecet.

36. MITOS: Wanita dengan puting datar atau terbenam tidak bisa menyusui.
FAKTA: Bayi tidak menyusui pada puting susu, mereka menyusu pada payudara.
Meskipun mungkin lebih mudah bagi bayi untuk melekat pada payudara dengan puting
menonjol, puting tidak harus tetap keluar. Sebuah awal yang tepat biasanya akan
mencegah masalah menyusui dan ibu dengan berbagai bentuk puting bisa menyusui
dengan baik. Nipple shield atau penyambung puting tidak dianjurkan karena walau
kelihatannya bisa menyelesaikan masalah, penggunaannya dapat mengakibatkan proses
menyusui yang buruk karena pelekatan yang tidak tepat. Jika pelekatan tidak tepat, maka
ASI yang diperoleh bayi juga tidak akan optimal. Posisi menyusui tertentu juga bisa
membantu ibu yang putingnya datar untuk menyusui dengan benar. Semakin sering
disusui, maka puting yang terbenam umumny akan mulai muncul ke permukaan. Silakan
cek dokumen masalah payudara pada ibu menyusui.

37. MITOS: bayi yang sudah berusia di atas 3 bulan dan sudah terbiasa menyusu
langsung pada ibunya tidak akan terkena bingung puting.
FAKTA: peluang terjadinya bingung puting bisa dialami oleh semua bayi pada berbagai
usia dan bisa terjadi setiap saat secara tiba-tiba tanpa tanda-tanda terlebih dahulu. Silakan
cek dokumen tentang bingung puting.

38. MITOS: breastpump atau pompa ASI dapat membuat jaringan pada payudara
rusak.
FAKTA: breastpump atau pompa ASI, baik elektrik dan manual, selama digunakan
dengan benar, tidak membuat payudara sakit dan ibu tetap nyaman tidak membahayakan.
Cara memerah ASI itu tergantung preferensi/pilihan atau kenyamanan. Kalau memerah
dengan breastpump lebih nyaman silakan menggunakan. Kalau dengan tangan lebih
nyaman silakan dengan tangan. Karena kalau tidak nyaman, maka hasil perahannya tidak
optimal. AIMI menyarankan setiap ibu utk tetap tahu bagaimana cara memerah dengan
tangan utk mengantisipasi kondisi-kondisi dimana ibu tidak bisa menggunakan
breastpump, misal: puting sedang luka, breastpump sedang rusak, tidak bisa mendapatkan
akses air bersih dan matang utk mencuci breastpump, dsb. Memerah dengan breastpump
juga boleh, selama ibunya nyaman dan memahami betul penggunaan breastpump dengan
baik dan benar (bagaimana cara menggunakan dan membersihkannya). Apapun cara
memerah yang digunakan, pastikan cara itu nyaman bagi ibu karena kenyamanan
memerah juga membantu memperlancar keluarnya ASI. Tentang memerah dengan
tangan, silakan baca dokumen tentang memerah ASI dengan tangan.

39. MITOS : Bayi yang menangis terus pada jam-jam tertentu ASI ibu terkena
sawan/ bayi terkena sawan
FAKTA : bayi menangis pada jam-jam tertentu bisa jadi karena kolik yang sebabnya
tidak diketahui dan umum terjadi pada bayi dan akan hilang dengan sendirinya

40. MITOS : Ibu menyusui harus minum jamu untuk membuat ASI kental dan
tidak amis
FAKTA : kekentalan ASI tidak ada hubungannya dengan jamu dan terkadang bayi justru
sensitif terhadap jamu yang dikonsumsi ibu sehingga pada akhirnya bayi justru menolak
menyusu atau bayi mengalami sensitifitas pemcernaan seperti diare atau muntah.

41. MITOS : ibu hamil tidak boleh menyusui karena ASInya sudah tidak bagus
atau bahkan beracun
FAKTA : ibu hamil tetap bisa menyusui dengan memperhatikan beberapa hal seperti:
kondisi janin, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, serta kemunculan kontraksi
selama kehamilan. Silakan baca dokumen tentang menyusui saat hamil (nursing while
pregnant) dan tandem nursing.

42. MITOS: Ibu menyusui tidak boleh tidur siang karena darah putih bisa naik ke
kepala
FAKTA: Ibu menyusui harus cukup tidur/istirahat. Biasanya dianjurkan si ibu ikut tidur
ketika bayinya tidur, terutama pada ibu yang baru melahirkan dan bayinya masih sering
terbangun saat malam hari

43. MITOS: ASI yang tidak dikeluarkan akan menjadi kanker


FAKTA: Tidak benar. Kalau ASI yang tidak dikeluarkan akan menjadi kanker, maka
semua ibu menyusui yang kemudian menyapih akan kena kanker. Ketika pengeluaran
ASI tidak maksimal dan banyak ASI yang tertinggal atau tidak dikeluarkan oleh bayi atau
tidak diperah, maka hormon akan merangsang payudara untuk menghambat produksi ASI
selanjutnya. Sehingga produksi ASI dalam payudara berkurang dan jika hal ini
berlagsung berulang-ulang, maka ASI akan berhenti dihasilkan. Mekanisme ini sangat
membantu untuk beberapa sebab, misalnya bayinya meninggal atau ketika ibu akan
menyapih bayi menyusu.

44. MITOS: Ibu jangan sampai ketiduran saat menyusui karena dapat
menyebabkan bayinya cacingan
FAKTA: hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI memang akan membuat
ibu mengantuk. Silakan tidur jika mengantuk. Yang penting jika mulai mengantuk
pastikan posisi bayi aman dan nyaman. Posisi menyusui tidur miring berguna untuk
membantu ibu tetap rileks dan dapat beristirahat juga selama menyusui.

45. MITOS: Ibu menyusui yang jarang makan sayur membuat bayinya sembelit
FAKTA: bayi ASIX tidak akan sembelit karena ASI mengandung zat pencahar/ laksatif.
Kalau ibunya makan makanan berserat seperti sayur dan buah, yang akan lancar buang
air besar ya ibunya. Bagaimanapun ibu menyusui harus makan makanan yang bernutrisi
untuk menjaga kondisi tubuhnya dan menjaga asupan micronutrients (vitamin dan
mineral) dalam ASI.

46. MITOS: Kalau bayi menangis berarti ASI-nya kurang


FAKTA: bayi menangis belum tentu lapar, bisa jadi karena bosan, kepanasan atau
kedinginan, atau tidak nyaman karena lembab. Orang tua harus mempelajari ciri-ciri
lapar pada bayi, antara lain: bayi mulai lapar ketika dia mulai suka menggeleng-
gelengkan kepalanya, mulai gelisah, dan mulai membuka buka mulutnya seakan mencari
puting. Jika bayi sudah menangis, sebetulnya itu adalah senjata terakhirnya memberi tahu
bawah dia sudah sangat lapar.

47. MITOS: Sedikitnya produksi ASI dikarenakan faktor genetik


FAKTA: Faktor genetik tidak mempengaruhi produksi ASI, ASI diproduksi semakin
banyak jika ibu semakin sering menyusui atau memerah

48. MITOS: ASI yang keluar dari ibu yang sudah berusia di atas 40 tahun sudah
tidak lagi baik
FAKTA: ASI yang diproduski semua wanita di berbagai usia kualitasnya sama baiknya

49. MITOS: Ada beberapa bayi yang alergi ASI


FAKTA: tidak ada yang disebut sebagai alergi ASI. Yang ada adalah bayi yang alergi
makanan yang dikonsumsi ibunya pada masa menyusui, sehingga muncul reaksi alergi
pada bayi. Penanganannya adalah si ibu mencari sumber alergi dan menjauhinya

50. MITOS: Jika si kakak tidak bingung puting, maka adiknya juga tidak akan
bingung puting
FAKTA: bingung puting tidak terkait dengan genetik, sehingga bisa terjadi pada setiap
bayi. Bisa terjadi kapan saja dan secara tiba-tiba. Jadi lebih baik menghindari dot atau
empeng daripada harus menanggung resikonya

51. MITOS: Bayi ASI tidak bisa gemuk. Jika ingin bayinya gemuk, berikanlah susu
formula.
FAKTA: Baik bayi ASI maupun bayi sufor bisa gemuk. Tetapi bayi ASI tidak rentan
obesitas sebagaimana bayi yang mengkonsumsi susu formula karena kandungan laktosa
pada ASI dihasilkan pas sesuai kebutuhan bayi. Lagipula gemuk atau kurus bukan satu-
satunya ukuran kesehatan bayi. Pastikan berat badan bayi selalu diplot di KMS atau
growth chart setiap kali penimbangan untuk mengetahui perkembangan bayi.

52. MITOS: menyusui bayi harus dijadwalkan agar bayi lebih disiplin, tidak
kelaparan dan tidak kekenyangan
FAKTA: menyusui bayi pada prinsipnya adalah on demand atau sesuai kehendak bayi.
Tubuh bayi yang sehat memiliki mekanisme untuk menginformasikan kapan dia merasa
haus atau lapar. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat bayi mengalami growth spurt atau
percepatan pertumbuhan, bayi akan menyusu lebih sering dari biasanya.

53. MITOS: Ibu baru melahirkan tidak boleh tidur siang


FAKTA: bayi baru lahir belum mengenal waktu siang dan malam, jika malam hari
sering begadang,membuat ibu lelah. Sementara pada siang hari bayi tidur, dianjurkan ibu
ikut beristirahat juga agar ibu bisa tetap sehat.

54. MITOS: Jika menyusui sambil duduk, kakinya tidak boleh menggantung
karena bisa masuk angin
FAKTA: bukan menyebabkan masuk angin tapi karena tidak rileks membuat ibu tidak
nyaman dan proses menyusui menjadi tidak berjalan dengan baik

55. MITOS: Ibu menyusui tidak boleh makan berbau amis seperti ikan,daging,telor
FAKTA: ibu menyusui boleh mengkonsumsi sumber-sumber protein seperti ikan, daging,
dan telur selama si bayi tidak menunjukkan ciri-ciri alergi.

56. MITOS: Ibu menyusui harus makan daun katuk agar ASI-nya deras
FAKTA: Produksi ASI ditentukan oleh seringnya ibu menyusui atau memerah, ditambah
dengan pikiran positif ibu bahwa ASI-nya cukup. Tidak ada yang salah dengan
mengkonsumsi daun katuk, karena konsumsi sayuran baik untuk ibu menyusui. Tetapi
pada dasarnya ibu bisa makan apapun yang dia sukai. Kalau ibu menikmati apa yang dia
makan, ASI-nya akan deras karena hati ibu merasa senang. Jadi, apapun makanan favorit
ibu bisa jadi booster ASI yang baik.

57. MITOS: Kalau bayi sakit, maka ibu yang minum obatnya karena obatnya bisa
mengalir lewat ASI
FAKTA: Kalau ibu yang sakit yang diobati si ibu, kalau bayi yang sakit yang diobati
bayinya. Obat yang ibu minum akan diproses oleh organ pencernaan ibu dan diserap oleh
tubuh ibu. Akhirnya yang sampai ke ASI sangat sangat sedikit dan bisa jadi tidak ada
sama sekali. Meskipun demikian ada beberapa kategori obat yang tidak boleh diminum
oleh busui karena bisa berpengaruh di ASI atau berbahaya bagi bayi. Lagipula jenis obat
dan dosis obat untuk dewasa dan bayi itu berbeda Misalnya, obat batuk untuk anak
dengan obat batuk untuk dewasa jelas berbeda. Kalaupun ada saat dimana bayi harus
minum obat yang diberikan oleh dokter, perlu diketahui bahwa dosis obat yang diberikan
pada bayi sangat rendah dibandingkan dengan dosis obat orang dewasa. Biasanya obat
untuk bayi diberikan dengan perhitungan miligram per berat badan bayi. Bisa
dibayangkan bila obat tersebut yang minum ibunya, meskipun ada beberapa jenis obat
yang bisa saja terserap dalam ASI namun tentu saja sudah tidak bisa dijadikan sebagai
cara pengobatan yang sesuai ketentuan. Maka tak heran bila bayi yang sakit tidak
sembuh-sembuh akibat ibu yang mengkonsumsi obat tersebut.

58. MITOS: IMD tidak bisa dilakukan setelah proses kelahiran melalui operasi
Caesar
FAKTA: baik melahirkan secara normal ataupun operasi tetap bisa dilakukan IMD
selama ibu dan bayi berada dalam kondisi yang stabil. Jangan lupa selalu konsultasikan
dengan dokter tentang keinginan Anda untuk IMD apapun metode melahirkan yang akan
dijalani.

59. MITOS: Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan tidak boleh menyusui


FAKTA: Tidak semua obat-obatan menghalangi ibu untuk menyusui. Konsumsi
beberapa jenis obat dalam waktu tertentu masih diperbolehkan pada ibu menyusui.
Namun sebaiknya penggunaan obat obatan tertentu selama menyusui dilakukan
dibawah pengawasan dokter untuk menjamin keamanannya. Saat Anda berobat sakit,
jangan lupa sampaikan kepada dokter jika kondisi Anda sedang menyusui. Silakan baca
juga dokumen tentang obat-obatan yang aman bagi ibu menyusui.

60. MITOS: Menyusui tidak boleh dilakukan sambil berbaring, karena dapat
mengakibatkan bayinya tersedak.
FAKTA : Pertama, menyusui dapat dilakukan sambil berdiri, duduk ataupun berbaring,
yang terpenting adalah ibu harus memperhatikan pelekatan menyusui. Apapun posisi
menyusuinya, yang penting pelekatan harus tepat. Untuk posisi menyusui tidur miring,
posisi pelekatan yg tepat berarti perut ibu harus menempel pada perut bayi, badan bayi
seluruhnya menghadap ke badan Ibu (saling berhadapan). Dengan pelekatan yang benar,
itu akan mencegah hidung bayi tertutup payudara ibu, mencegah bayi tersedak, dan
sebagainya. Kuncinya, apapun posisinya, pelekatan harus selalu pas. Kedua, kalau masih
terlalu lelah, terutama setelah baru melahirkan, usahakan saat menyusui selalu dengan
pendampingan keluarga atau perawat. Ketiga, jangan lupa pastikan posisi bayi aman dan
nyaman. Jangan lupa tubuh bayi disangga dengan bantal agar lebih stabil pelekatannya.
Keempat, perhatikan jika air susu mengalir deras, sedangkan bayi mengantuk , sehingga
mudah tersedak. Sebaiknya ibu tetap waspada dan bersiap-siap mengatur posisi bayi
miring/kepala bayi lebih tinggi dari badannya.
Suka

Panduan Menyusui di Hari-Hari Awal Kehidupan Bayi


Oleh Aimi pada 21 September 2013 pukul 12:40

Frekuensi bayi menyusu

Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau setiap 1-3 jam karena volume perut
yang sangat kecil. Susui bayi sesuai kehendaknya (on demand). Untuk bayi yang termasuk
kategori bayi kuning biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat sering utk
menormalkan kembali kadar bilirubinnya.

Apakah betul bayi dalam periode ASI eksklusif HARUS disusui setiap 2 jam sekali?

Sebetulnya dalam ilmu laktasi tidak ada ketentuan bahwa bayi ASIX harus minum tiap 2 jam
sekali, walau pada umumnya dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran, secara fisiologis
bayi akan menyusu tiap 2-3 jam sekali atau bahkan lebih sering. Memberikan ASI pada
prinspnya tetap sesuai demand atau keinginan bayi, kecuali untuk bayi yang berpotensi kuning
dan sedang dalam tahap menurunkan kadar bilirubin. Yang harus diamati adalah frekuensi buang
air kecil (BAK), kalau BAK-nya sudah sering, jika bayi sedang tidur maka tidak perlu
dibangunkan (indikator kecukupan ASI harian adalah bayi BAK minimum 6 kali per hari). Kalau
dirasa BAK-nya masih sedikit boleh coba disusui. Lihat juga bagaimana pola tidurnya, kalau
dirasa dia sedang kurang tidur, bisa dibiarkan dia tidur lebih panjang karena tidur juga penting
utk pertumbuhannya.

Memang di awal kelahiran, banyak tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk menyusui tiap 2
jam karena alasannya sebagai berikut:

1. Agar ibu tidak lupa untuk menyusui bayinya karena mungkin belum terbiasa melakukannya.
Jadi jika bayi menangis, si ibu sadar bahwa salah satu alasan kenapa si bayi menangis adalah
bahwa mungkin saja dia sedang lapar. Tenaga kesehatan tidak bisa setiap saat memantau kondisi
bayi yang sudah mulai menunjukkan tanda lapar, sehingga orang tua disarankan memberi ASI
tiap 2 jam

2. Saat bayi baru lahir hingga usianya kurang lebih 2 minggu, perut bayi yang kecil memang
akan kosong dalam periode 2-3 jam, sehingga secara umum rata- rata bayi yang sehat memang
akan menyusu tiap 2-3 jam di hari-hari pertama kehidupannya.

3. Untuk memastikan bahwa si bayi tidak akan kekurangan asupan karena bayi baru lahir
beresiko kuning.

Tidak ada yang salah dengan rutinitas menyusui bayi setiap dua jam sekali. TETAPI, yang lebih
penting untuk dilakukan orang tua adalah mengetahui tanda-tanda kapan bayinya lapar dan
mengetahui bagaimana kecukupan ASI hariannya. Bayi mulai lapar ketika dia mulai suka
menggeleng-gelengkan kepalanya, mulai gelisah, dan mulai membuka buka mulutnya seakan
mencari puting. Jika bayi sudah menangis, sebetulnya itu adalah senjata terakhirnya memberi
tahu bawah dia sudah sangat lapar. Kecukupan ASI harian sudah bisa dilihat sejak hari pertama
kelahiran. Indikatornya adalah sebagai berikut: 1 kali BAK di hari pertama, 2 kali BAK di hari
kedua, 3 kali BAK di hari ke-3, dan 4 kali BAK di hari ke-4, dan 6 kali BAK sejak hari ke-5
hingga masa ASIX berakhir.

Tanda-tanda bayi mulai lapar

Berikut adalah tahapan tanda-tanda bayi mulai lapar:

1. Mulai terbangun

2. Mengeluarkan suara-suara pelan

3. Mouthing (mengeluarkan lidahnya dan menjilat-jilat bibirnya)

4. Rooting (menggeleng-gelengkan kepalanya seperti mencari payudara dan mulai


membuka mulutnya)

5. Mulai memasukkan tangannya ke mulut

6. Menangis pelan dan kemudian semakin meningkat intensitasnya. perhatikan bahwa


menangis adalah tanda paling akhir dari bayi yang lapar. Jadi pastikan untuk mengenali
tanda-tanda bayi yang lapar sejak awal

Cara membangunkan bayi untuk menyusu


Di hari-hari awal biasanya bayi tidak akan tidur lebih dari 6 jam sekali tidur. Jika bayi tidur
dalam waktu lama ada beberapa cara untuk membangunkan bayi agar mau menyusu:

1. Perah sedikit ASI, oleskan pada bibirnya

2. Ganggu bibirnya dengan puting

3. Buka selimutnya

4. Buka pakaiannya dan biarkan bayi hanya menggunakan popok, coba susui sambil skin-
to-skin

Posisi menyusui yang benar

Apapun posisi menyusui yang digunakan pastikan empat poin ini diperhatikan:

1. Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus

2. Badan bayi didekap dekat dengan badan ibu hingga menempel. Kalau menggunakan
posisi tidur miring, berarti indikatornya di perut dimana perut bayi menempel di perut ibu

3. Tangan ibu harus menopang seluruh badan bayi, bukan hanya kepala dan bahu

4. Bawa bayi menghadap ke payudara, dengan hidung bayi berhadapan dengan puting.

Kunci pelekatan menyusui (latch-on) yang baik (silakan cek juga dokumen tentang
posisi dan pelekatan dan album foto grup tentang posisi dan pelekatan)

Ada empat tanda-tanda pelekatan menyusui yang tepat:

1. Mulut terbuka lebar. Jangan buru-buru memasukkan payudara ke mulut bayi jika
mulutnya belum terbuka lebar.

2. Daerah gelap di sekitar puting (aerola) masuk banyak ke mulut bayi, terutama yang
terletak di bagian bibir bawah bayi. Dengan kata lain, Areola yang masih nampak (setelah
payudara masuk mulut), lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah

3. Bibir bawah bayi harus melengkung keluar. Jangan sampai mulut bayi berbentuk kuncup
(mecucu).

4. Dagu bayi menyentuh payudara ibu


Tanda-tanda bayi menyusu dengan baik:

Ada beberapa tanda yang dapat diperhatikan sebagai petunjuk bahwa bayi menyusu dengan baik:

1. Pelekatan menyusui benar

2. Ibu dapat mendengar dan melihat bayinya menelan ASI

3. Payudara terasa lebih empuk, tidak lagi keras setelah beberapa saat menyusu

4. Bayi terlihat menghisap dengan kuat dengan gerakan yang jelas pada rahang

5. Terkadang ibu dapat melihat adanya susu pada mulut bayi

6. Merasakan LDR (Let Down Reflex), untuk lengkapnya tentang LDR silakan lihat
dokumen tentang LDR

7. Bayi biasanya akan menyusu antara 20-45 menit, tergantung kebutuhan. Pastikan bayi
menyusu pada satu payudara hingga kosong, baru tawarkan payudara yang satunya
jika ia masih lapar.

Ciri-ciri bayi yang kenyang menyusu:

Bayi biasanya kenyang menyusu jika menunjukkan tanda-tanda berikut ini:

1. Melepaskan payudara dengan sendirinya

2. Mengantuk

3. Bayi kelihatan relaks, tangan dan bahu keliahatn relaks, dan tangan yang biasanya
mengepal saat lapar juga tidak lagi mengepal

4. Tertidur hingga dia merasa lapar kembali

Menyendawakan bayi

Sejak awal menyusui, usahakan untuk selalu menyendawakan bayi setelah selesai menyusui,
umumnya untuk mencegah gumoh yang sering terjadi apda bayi muda. Berikut berbagai cara
menyendawakan bayi:
Posisikan tubuh bayi secara vertikal (tegak), dengan dagu menyandarkan ke bahu ibu.
Wajah bayi menghadap ke belakang ibu. Sangga leher dan punggung bayi dengan tangan
sambil menepuk-nepuk punggung dengan lembut punggung bagian tengah

Telungkupkan bayi di pangkuan Anda. Letakkan bagian perut bayi di pangkuan dan
sangga bagian badannya. Usap lembut bagian punggungnya dan tunggu sampai ia
bersendawa

Dudukkan bayi pada pangkuan, kepala bersandar miring ke depan sementara dada
ditahan oleh tangan bunda. Beri tepukan atau usapan lembut pada punggung dan pastikan
kepala bayi tidak terdongak ke belakang

Mengapa bayi muda mudah sekali gumoh

Gumoh sangat umum terjadi pada bayi muda, meski sudah disendawakan sekalipun. Biasanya ini
sering terjadi sampai sekitar usia 4-6 bulan, setelah itu akan berkurang ketika bayi mulai sering
tengkurap atau bahkan duduk. Sebab gumoh ini antara lain: Pertama, volume lambung bayi
masih kecil sementara susu yang ditelan bayi kadang melebihi kapasitas lambungnya. Hanya
dengan bayi bergerak sedikit, kadang susu tadi dgn mudahnya keluar lagi. Kedua, karena organ
pencernaannya belum sempurna, termasuk klep penutup lambungnya. Ini yang menyebabkan
susu yang sudah diminum mudah utk keluar. Sejalan dengan bertambahnya usia, gumohnya akan
semakin jarang krn organ pencernaannya makin sempurna. Ketiga, posisi dan pelekatan
menyusui yang kurang tepat sehingga ada kemungkinan udara ikut masuk dan tertelan selama
menyusu. Sendawa tidak selalu menjadi jaminan bayi tidak akan gumoh. Kadang bayi tidak
disendawakan juga tidak gumoh. Tapi tetap lebih baik disendawakan jika dimungkinkan. Kalau
bayi ibu termasuk yang sering gumoh, sendawakan di tengah2 menyusui. Susui bayi 5-10 menit,
sendawakan sebentar, lalu lanjutkan lagi menyusuinya. Keempat, gumoh bisa terjadi karena
kekenyangan atau produksi ASI ibu sedang banyak, terutama banyaknya produksi foremilk atau
asi awal. Cek dokumen grup ttg foremilk dan hindmilk untuk lebih lengkapnya.

Frekuensi minimum Buang Air Kecil (BAK) sebagai tanda kecukupan ASI

1. Hari pertama setelah kelahiran: 1 kali BAK

2. Hari kedua: dua kali BAK

3. Hari ketiga: 3 kali BAK


4. Hari keempat: 4 kali BAK

5. Hari kelima dan seterusnya hingga masa ASI eksklusif berakhir: 6 kali BAK

Pola Buang Air Besar (BAB)

1. Hari pertama dan kedua setelah kelahiran: BAB berwarna hitam pekat yang disebut
mekonium. Kadang di hari kedua warnanya menjadi lebih kecoklatan

2. Hari ketiga setelah kelahiran: bayi mulai BAB lebih sering, warna BAB-nya biasanya
cenderung kehijauan

3. Hari keempat setelah kelahiran: BAB bayi mulai berwarna hijau kekuningan, frekuensi
bisa 3 kali sehari atau lebih

4. Hari kelima dan seterusnya: biasanya BAB bayi mulai berwarna kuning (golden feses),
frekuensinya bisa 3 kali atau lebih, biasanya banyak bayi BAB setelah menyusu. Tekstur
feses bayi yang normal adalah: cair dengan ampas atau berbentuk krim/pasta atau berbiji-
biji.

Penurunan dan kenaikan berat badan

Bayi yang baru lahir umumnya akan mengalami penurunan berat badan hingga rata-rata sekitar
7-10% dari berat badan lahir. Kemudian berat badannya akan kembali ke berat badan lahir
selambat-lambatnya dua minggu setelah kelahiran.

Menjaga kondisi payudara dan puting

Di awal periode menyusui, puting ibu sanga rentan lecet. Untuk menghindarinya pastikan
pelakatan menyusui selalu tepat dan jangan lupa oleskan ASI pada puting sebelum dan sesudah
menyusui. Ibu yang baru mulai menyusui juga rentan mengalami bengkak payudara. Ada
beberapa cara untuk mengatasinya:

1. Pastikan bayi menyusu sesering mungkin

2. Jika payudara terasa kencang dan bayi belum ingin menyusu, perah ASI

3. Jika payudara bengkak, kompres dengan air hangat sebelum dan saat menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui. Hanya hisapan bayilah yang dapat efektif meredakan
bengkak pada payudara ibu
Tips untuk ibu

1. Istirahatlah saat bayi istirahat

2. Jangan segan minta bantuan keluarga atau orang terdekat untuk mengerjakan pekerjaan
rumah tangga atau membantu merawat anak yang lebih besar. Rencanakan ini sebelum
ibu melahirkan

3. Banyak konsumsi makanan bergizi dan minum air putih

4. Jangan memaksakan diri, berikan waktu pada diri ibu untuk menyesuaikan diri dengan
jadwal yang baru setelah kelahiran bayi

5. Tetap berpikiran positif bahwa ASI cukup untuk bayi

Selamat menyusui yaa...Dan ingat, susui bayi hingga berusia 2 tahun atau lebih :)

Suka

Seputar Posisi dan Pelekatan Menyusui


Oleh Aimi pada 4 Januari 2013 pukul 17:43

Apakah itu posisi dan pelekatan menyusui?

Posisi adalah cara ibu mendekap bayi saat sedang menyusui. Pelekatan adalah letak mulut bayi
pada payudara ibu ketika sedang menyusu. Mengapa penting? Posisi dan pelekatan yang kurang
tepat dapat menyebabkan kesakitan pada ibu (payudara bengkak, puting lecet dan luka) serta
bayi tidak dapat minum ASI secara optimal ketika sedang menyusu, sehingga mengganggu
tumbuh kembangnya.

Posisi menyusuinya sebetulnya bisa bermacam-macam, tergantung kenyamanan ibu dan


bayi. Tetapi ada elemen-elemen dasar penting yang harus dipastikan untuk mendapatkan
posisi yang benar apapun macam posisi menyusui yang digunakan:
1. Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus, Jadi biasanya kalau menyusui sambil
duduk, bisa letakkan seluruh tubuh bayi di atas bantal agar posisinya tidak terlalu rendah.

2. Badan bayi didekap dekat dengan badan ibu hingga menempel. Kalau menggunakan
posisi tidur miring, berarti indikatornya di perut dimana perut bayi menempel di perut ibu

3. Tangan ibu harus menopang seluruh badan bayi, bukan hanya kepala dan bahu

4. Bawa bayi menghadap ke payudara, dengan hidung bayi berhadapan dengan puting.

Posisi yang biasa digunakan untuk menyusui bermacam-macam, antara lain:

1. Posisi mendekap atau cradle hold, yaitu menyusui dari payudara kiri dan bayi ditopang
dengan lengan kiri.

2. Posisi menyilang atau cross cradle, yaitu menyusui dari payudara kiri dan bayi ditopang
dengan lengan kanan.

3. Posisi dari samping atau football hold, yaitu menyusui dari payudara kiri dan tubuh bayi
disebelah badan ibu serta ditopang dibawah lengan kiri.

4. Posisi tiduran menyamping atau lying down, muka bayi menghadap payudara dan perut
bayi menempel pada perut ibu.

Setelah mendapatkan posisi yang benar, tahap berikutnya adalah memastikan pelekatan
yang benar juga:

1. Mulut terbuka lebar. Jangan buru-buru memasukkan payudara ke mulut bayi jika
mulutnya belum terbuka lebar.Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di
bawah. ibu dapat mengajari bayi membuka mulut lebar dengan cara:

a. arahkan bayi menuju payudara, sentuhlah bibir atas bayi pada puting pelan-pelan
mundurkan mulut bayi

b. Sentuhkan kembali bibir atas bayi pada puting, mundurkan kembali mulut bayi

c. Ulangi hingga bayi membuka mulut lebar-lebar dan lidahnya maju

Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan lingkaran gelap di
sekitar puting (areola), puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi
2. Daerah gelap di sekitar puting (aerola) masuk banyak ke mulut bayi, terutama yang
terletak di bagian bibir bawah bayi. Dengan kata lain, Areola yang masih nampak (setelah
payudara masuk mulut), lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah. Jadi ketika
memasukkan payudara ke dalam mulut, lakukan dari bagian bawah mulut bayi agar
areola bagian bawah banyak yang masuk.

3. Bibir bawah bayi harus melengkung keluar. Jangan sampai mulut bayi berbentuk kuncup
(mecucu).

4. Dagu bayi menyentuh payudara ibu

Apakah benar menyusui dengan posisi tidur miring (side-lying tidak diperbolehkan? Jika tidak
diperbolehkan mengapa, jika diperbolehkan bagaimana caranya?

Menyusui sambil tidur miring (side-lying) DIPERBOLEHKAN. Bayi baru lahir ke dunia saja
sudah diajari menyusu dengan posisi tidur tengkurap ala posisi IMD. Di berbagai literatur, posisi
menyusui side lying atau tidur miring bahkan dianjurkan utk mereka yang baru saja

Apakah ada perilaku dari ibu yang berubah? Misalnya ibu mengganti merk parfum atau
mengganti aroma sabun mandi / shampoo ? Jika ya, maka kemungkinan bayi merasa kurang
nyaman dengan aroma yang baru tersebut. Dianjurkan untuk sebisa mungkin kembali ke prilaku
awal.

Apakah ibu bereaksi berlebihan? Misalnya tanpa sengaja berteriak kesakitan saat bayi
menggigit (atau menggusit menggigit pakai gusi) payudara ? Jika ya, maka kemungkinan bayi
trauma. Ia belum memahami kenapa ibunya menjerit waktu itu sehingga saat hendak mulai
menyusu lagi, bayi sudah menolak terlebih dahulu. Dianjurkan untuk bercanda dulu dengan si
kecil sebelum menawarkan payudara, tersenyum dan ajak dia tertawa dulu.

Apakah ibu stres belakangan ini? Jika ya, ini dapat berpengaruh karena bayi yang menyusu
pada ibunya memiliki ikatan atau bonding yang cukup kuat. Ketidaknyamanan ibu dapat
dirasakan oleh bayi sehingga membuat bayi menjadi rewel. Lupakan hal lain saat hendak
menyusui si kecil, jika perlu putar musik lembut dan nikmati waktu berdua saja dengannya.

Apakah bayi berganti pengasuh? Misalnya saat ibu kembali bekerja, atau setelah memiliki
pengasuh baru, bayi mendadak menolak menyusu pada ibu. Jika ya, tidak perlu buru-buru
memecat nanny barunya tapi lebih dianjurkan untuk lebih banyak menghabiskan waktu
dengannya setelah pulang dari kantor, misalnya gendonglah si bayi lebih sering serta tidurlah di
sampingnya.

Haduh, bingung juga yah karena ternyata banyak sebab kenapa bayi bisa mendadak menolak
menyusu. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu ibu mengatasi masalah mogok
menyusu ini, yakni :

1. Lakukan lebih banyak kontak kulit, habiskan lebih banyak waktu bersama si malaikat
kecil berdua saja dalam suatu ruangan dimana ibu tidak mengenakan pakaian atas
(topless) dan si dedek hanya menggunakan celana dalam atau popok. Biarkan si kecil
bereksplorasi sendiri, tidak perlu dipaksa untuk mendekat pada ibu karena dengan
sendirinya ia akan mendekati ibunya. Tidak perlu memaksa si kecil untuk langsung
menyusu karena mungkin dia akan mendekati ibunya lalu mungkin hanya akan tertidur di
dada ibunya tanpa sempat menyusu, begini saja sudah menunjukkan tanda positif. Jika
satu kali belum berhasil, coba lagi. Cara ini membantu si kecil untuk mengenal kembali
ibunya.

2. Tunggu hingga bayi sangat mengantuk, karena banyak bayi yang cenderung tidak
menolak saat dalam kondisi setengah teler. Hindari memaksa bayi menyusu ke payudara,
misalnya dengan mendorong kepalanya agar mendekat ke payudara, karena penolakan
bisa berlanjut menjadi semakin panjang.

3. Tawarkan lebih sering, khususnya saat bayi sedang merasa senang dan sedang berada di
tempat favoritnya, misalnya saat dia tengah bermain, saat dia selesai makan, saat dia
mandi. di mana pun, kapan pun. Namun jangan paksa jika ia menolak.

4. Coba menyusui sambil menimang-nimang misalnya sambil berjalan-jalan atau sambil


duduk di kursi goyang, karena gerakan lembut dapat mengurangi emosinya untuk
menolak. Misal, ajak si kecil muter-muter komplek rumah dengan mobil, duduk berdua
dengan dia di kursi belakang, ayunan mobil dapat membantu si kecil meredakan
emosinya.
5. Redupkan lampu kamar, redakan suara-suara yang keras agar bayi merasa lebih tenang
dan nyaman. Biasanya bayi yang berusia 6-9 bulan sudah lebih waspada terhadap
keadaan di sekitarnya sehingga gangguan sedikit saja dapat membuatnya tidak benar-
benar menyusu melainkan hanya sekedar menempel saja pada payudara.

6. Coba ganti posisi menggendong si kecil, seperti telah dijelaskan sebelumnya bisa jadi
posisi atau cara menggendong membuat bayi tidak nyaman sehingga ia menolak untuk
menyusu.

7. Kenakan pakaian yang simpel dan ga ribet, yang memungkinkan bayi sangat mudah
mendapatkan akses ke payudara, jika memungkinkan kenakan lebih sering baju menyusui
sehingga ibu tidak perlu membuang waktu banyak untuk membuka kancing baju terlebih
dahulu. Hanya berbeda beberapa detik, tapi saat dirasa terlalu lama oleh bayi maka ia
sudah keburu kehilangan minat untuk menyusu.

8. Bawa ke dokter anak, just in case ternyata bayi mengalami luka yang tidak terlihat
seperti infeksi telinga, lidah berjamur (thrust), dsb. Ada kalanya bayi membutuhkan
tindakan medis karena tengah mengalami sakit yang membuatnya tidak nyaman saat
menyusu.

Intinya, saat bayimu menolak menyusu itu bukan akhir dunia. Kenali dulu penyebabnya
kemudian coba lakukan beberapa trik tersebut. Yang sabar yah, karena kesabaranmu akan
berbuah manis. Selamat (kembali) menyusui !

Anda mungkin juga menyukai