Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN BAYI NY.

H DENGAN HIPOTERMI SEDANG


LAPORAN REFLEKSI DENGAN METODE GIBBS PADA KASUS BBL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Berpikir Kritis
Dosen : Bunga Tiara Carolin, SST, M.Bmd

Oleh :
KELOMPOK 5 KELAS B3
ANITA NURHAYATI 225401446156
ANNISA KUSUMA DEWI 225401446160
DEA NOVIA RAMADHANI 225401446107
HASANAH EKA PUTRI 225401446137
PRIMASARI OKTAVIANI 225401446132
PUTRI CAHYA EMILIA 225401446131
SITI NUR HALIMAH 225401446133

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
1. Description

Tanggal 03 mei 2022 pukul 23.30 Ny. H usia 26 tahun G2P1A0 datang ke RSIA A,
Ibu mengatakan HPHT : 10 Agustus 2021, TP : 17 Mei 2022 dan umur kehamilan ibu
cukup bulan dengan usia gestasi 38 minggu, Selama kehamilan ibu telah menjalani
pemeriksaan ANC (Antenatal Care) sebanyak 5 kali di RSIA A. Pemeriksaan ANC
dilakukan 2 kali pada Trimester I, 1 kali pada Trimester II, dan 2 kali pada Trimester
III. Selain itu, ibu juga telah mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toxoid) sebanyak 2
kali. Suntikan pertama (TT1) diberikan pada usia kehamilan 20 minggu, sedangkan
suntikan kedua (TT2) diberikan pada usia kehamilan 24 minggu di RSIA A. Ibu tidak
melaporkan adanya riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, atau
penyakit lainnya. Hasil pemeriksaan fisik ibu dan janin menunjukkan kondisi
normal, dan pembukaan rahim ibu sekitar 4 cm, sudah masuk ke fase aktif.

Pada tanggal 3 Mei 2022 pukul 02.38, bayi lahir secara spontan dan normal. Bayi
langsung menangis lemah dan menunjukkan gerakan aktif yang sedikit. Namun, bayi
tampak lesu atau mengantuk, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), dengan
kaki atau tangan yang terasa dingin, serta tonus otot yang kurang baik. langkah awal
segera setelah bayi lahir yaitu bersihkan jalan nafas, hisap lendir, mengeringkan
bayi, hangatkan dengan menyelimuti bayi, tutup kepala bayi dengan topi, lalu
pemotongan tali pusat. Berat badan (Bb): 3300 gram, Panjang badan (PB): 48 cm,
Denyut jantung: 138 kali per menit, Pernafasan: 54 kali per menit, Suhu badan: 35°C.

Bayi langsung mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini dengan kontak Kulit dengan
kulit atau Metode Kangguru (PMK) atau Kangoroo Mother Care (KMC), Saat asuhan
kontak kulit dengan kulit disarankan menggendong bayi pada posisi vertikal, kepala
ditutup dengan topi dengan posisi di atas atau di antara payudara ibu, dengan posisi
kedua kaki fleksi (frog position) posisi ini dapat membantu mentransfer panas dari
kulit ibu ke bayi. Ini juga dapat meningkatkan bonding dan meningkatkan respons
termoregulasi bayi. Selain itu merangsang produksi ASI dan membantu bayi
memenuhi kebutuhan nutrisi. Mengobservasi tanda-tanda perbaikan, seperti
peningkatan suhu tubuh dan respons bayi terhadap kehangatan. Tempatkan bayi
bersama ibu (rooming in). Jika menggunakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap
hangat
Saya memberitahu ibu dan suami semua hasil pemeriksaan dalam keadaan
normal tetapi bayi mengalami penurunan suhu tubuh di bawah suhu normalnya dan
memberikan KIE kepada ibu dan suami tentang Inisiasi Menyusui Dini dan
penanganan tentang suhu tubuh bayi yang tidak normal.

2. Feeling

 Saya merasa waspada dan tanggap terhadap kondisi bayi yang mengalami
hipotermi.
 Saya merasa perlu mengambil tindakan cepat dan tepat untuk menjaga
kesehatan dan kehangatan bayi. Saya dapat merasakan tanggung jawab
profesional yang besar dalam memberikan perawatan yang optimal kepada bayi
dan ibu.
 Ibu merasa khawatir dan cemas melihat bayinya mengalami hipotermi. Ibu dapat
merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut dan ingin segera membantu
bayinya agar merasa hangat dan nyaman.
 Ibu merasa haru dan terhubung emosional dengan bayinya saat melakukan
asuhan kontak kulit dengan kulit. Ibu dapat merasakan ikatan dan kasih sayang
yang lebih kuat saat berada dalam kontak langsung dengan bayinya.
 suami merasa cemas dan khawatir terhadap kondisi bayi dan kesehatan istrinya.
Suami dapat merasa bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dan
perlindungan kepada keluarganya.
 Suami merasa perlu terlibat aktif dalam memberikan perawatan kepada bayi dan
membantu dalam menjaga kehangatan tubuhnya. Suami mungkin mencari cara
untuk memberikan dukungan fisik dan emosional kepada istri dan bayinya.

3. Evaluation
 Saya telah menegakkan diagnosa hipotermi sedang sesuai dengan teori yaitu suhu
tubuh bayi 35 °C
 Saya telah melakukan langkah awal segera setelah bayi lahir sesuai dengan teori
(pencegahan)
 Saya telah melakukan tindakan dengan menggunakan metode kontak kulit
dengan kulit untuk mengembalikan secara perlahan suhu tubuh normal bayi
(penanganan)
 Saya telah memberitahu ibu dan suami tentang IMD
 Saya telah menjelasan tentang apa itu hipotermi dan penyebabnya, Dampak
hipotermi pada bayi, Pentingnya menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
 Saya telah memberikan informasi dan pemahaman serta teknik melalukan
metode kanguru atau kontak kulit dengan kulit
 Saya telah memperhatikan respon dan pemahaman ibu dan suami terhadap
informasi yang diberikan mengenai hipotermi dan Inisiasi Menyusui Dini. Tinjau
apakah mereka telah menerima KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan
baik dan mampu mengimplementasikan tindakan yang direkomendasikan.
 Saya terus memantau kondisi bayi, termasuk suhu tubuh, denyut jantung,
pernapasan, dan tingkat kesadaran. Perhatikan apakah ada perubahan dalam
respons bayi terhadap penanganan hipotermi dan Inisiasi Menyusui Dini.
 Yang tidak saya lakukan adalah tidak memperhatikan suhu ruangan dengan benar,
Suhu ruangan yang nyaman biasanya antara 25-28°C atau (77-82°F). Saya hanya
merasakan suhu ruangan cukup nyaman dan tidak dingin
 Saya juga belum menyiapkan infant warmer atau inkubator sebelum bayi lahir
untuk penanganan selanjutnya bila diperlukan.

4. Analysis
a. Hipotermia yaitu dimana suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.
Adapun suhu normal bayi adalah 36,5º–37,5ºC (suhu ketiak). Menurut WHO
derajat hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu :
 Hipotermia ringan : 36° – 36,4° C
 Hipotermia sedang : 32° – 35,9° C
 Hipotermia berat : < 32° C

b. Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :


 Bayi baru lahir yang memiliki jaringan lemak subkutan tipis mengalami
kehilangan panas tubuh dengan lebih cepat karena jaringan lemak berperan
sebagai isolator termal. Jaringan lemak subkutan yang tipis mengurangi
kemampuan bayi untuk mempertahankan suhu tubuh yang stabil. Oleh
karena itu, bayi dengan jaringan lemak subkutan tipis lebih rentan terhadap
hipotermi.
 Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan yang besar pada
bayi baru lahir juga dapat menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih
signifikan. Bayi memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga proporsi luas permukaan
tubuh yang terkena suhu lingkungan lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa. Hal ini meningkatkan risiko kehilangan panas tubuh pada
bayi baru lahir.
 Selain itu, bayi baru lahir memiliki cadangan glikogen yang terbatas.
Glikogen adalah bentuk penyimpanan glukosa di dalam tubuh yang dapat
diubah menjadi energi. Jika cadangan glikogen bayi sedikit, maka ia dapat
mengalami kesulitan dalam memproduksi dan mempertahankan suhu
tubuh yang adekuat.
 Brown fat atau lemak cokelat adalah tipe lemak yang berperan dalam
menghasilkan panas tubuh. Bayi baru lahir memiliki jumlah brown fat yang
terbatas. Brown fat membantu dalam mempertahankan suhu tubuh dengan
menghasilkan panas melalui proses termogenesis. Jika jumlah brown fat
sedikit, bayi mungkin memiliki keterbatasan dalam kemampuan
menghasilkan panas tubuh tambahan saat menghadapi suhu lingkungan
yang dingin.
 Ketika bayi baru lahir tidak menunjukkan respons shivering (menggigil)
terhadap reaksi kedinginan, hal ini menunjukkan bahwa mekanisme
termoregulasi bayi belum sepenuhnya berkembang. Shivering adalah salah
satu cara tubuh menghasilkan panas tambahan untuk mempertahankan
suhu tubuh yang normal. Pada bayi baru lahir, respons shivering mungkin
belum matang atau belum terjadi karena keterbatasan cadangan energi dan
kemampuan termoregulasi yang masih belum sempurna. (Rukiyah &
Yulianti.2013, hal.283).
 Hipotermia juga dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan
dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau
bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian (Yunanto, 2014:89)

c. Tanda-tanda hipotermi
 Tanda-tanda sedang (stress dingin) yaitu : Aktifitas berkurang, Letargis,
Tangisan lemah, Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), Kemampuan
menghisap lemah dan Kaki teraba dingin.
 Tanda-tanda hipotermi berat (cidera dingin) Sama dengan hipotermi sedang
ditambah dengan bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan
tidak teratur, bunyi jantung lambat dan selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemia dan asidosis metabolik. Hipotermia juga bisa menyebabkan
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman
darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi
agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih
banyak cadangan oksigen. Karena itu, hipotermi bisa menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
 Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi yaitu muka, ujung kaki dan tangan
berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah
dan timbul oedema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
(Rukiyah & Yulianti, 2013:289)

d. Mekanisme kehilangan panas


Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir terjadi melalui (Wahyuni, Sari,
2012:5-7)
 Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan pada permukaan tubuh bayi.
 Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih rendah.
 Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi
terpapar udara atau lingkungan bertemperatur dingin.
 Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin di
dekat tubuh bayi.

e. Penanganan
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan
teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metode Kanguru. Sebaiknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan (Rukiyah & Yulianti,
2013:290).
Metode kanguru (Kangoroo Mother Care) pada umumnya bayi digendong
oleh ibu atau bapaknya sendiri dengan prinsip terjadinya kontak kulit ke kulit
antara kulit bayi dengan orang dewasa. KMC pertama kali dilaksanakan di
Bogota, Colombia pada tahun 1978, yaitu dengan penempelan kulit kekulit
dalam posisi tegak lurus pada dada ibunya. Metode KMC memungkinkan untuk
memberika ASI secara eksklusif dan dapat meninggalkan rumah sakit lebih awal,
namun tetap dalam pengawasan yang baik. KMC dapat dilaksanakan secara
intermiten (beberapa jam seharinya) atau kontinyu selama lebih dari 20 jam
sehari. Caranya adalah bayi tanpa pakaian atau baju sampai ke popoknya dan
ditempelkan pada ibu/ayahnya, kemudian bayi diselimuti agar hangat. KMC
dalam perawatan bayi : KMC dapat menjalin bounding antara bayi dan ibu, KMC
memberikan kenyamanan bayi seperti masih di dalam rahim dan bayi bisa
merasakan denyut jantung ibu, KMC menunjukkan pernafasan yang stabil dan
bisa tidur nyenyak. Berat badan lebih cepat naik serta suhu tubuhnya lebih
stabil, KMC dapat mencegah hipotermia, Mengurangi stress ibu yang
menggendongnya dan produksi ASI lebih banyak, KMC dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas (Ranuh, 2013:82-83).
Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat. Biasanya bayi hipotermi
menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering
mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80
ml/kg per hari
(Rukiyah & Yulianti, 2013:290).
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh bayi baru lahir
agar tidak terjadi hipotermi adalah pemantauan suhu tubuh bayi secara cepat
dan teliti, mengusahakan agar suhu kamar optimal atau pemakaian selimut
hangat, lampu penghangat, inkubator, metode kanguru dan skin to skin yaitu
salah satunya dengan meletakkan bayi telungkup di dada ibu maka akan terjadi
kontak kulit langsung antara ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh
kehangatan karena ibu juga salah satu sumber panas yang baik bagi bayi
(Ekawati, 2015:1).

f. Pencegahan
Sepuluh langkah proteksi termal / warm chain, adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan pada BBL, dengan tujuan untuk menghindarkan
terjadinya stress hipotermi maupun hipertermi, serta menjaga suhu tubuh bayi
tetap berada dalam keadaan normal yaitu antara 36,5-37,5ºC (Yunanto,
2014:98).
Saat mempertimbangkan hipotermi pada neonatus pencegahannya dapat
berdasarkan “rantai hangat”. Rantai hangat adalah seperangkat sepuluh
prosedur saling terkait yang dilakukan saat lahir dan selama masa bayi baru
lahir. Indeks rantai hangat termasuk ruang persalinan yang hangat, pengeringan
langsung, skin to skin kontak, menyusui, mandi dan timbang di tunda, pakaian
dan tempat tidur yang sesuai, ibu dan bayi diruang yang sama, transportasi
hangat, resusitasi hangat, dan pelatihan/keadaran pemeliharaan (Sindhu,
2015:3).
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara
produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh dalam
keadaan normal, kemampuan ini sangatlah terbatas pada BBL (Yunanto,
2014:89).

g. Komplikasi
Akibat yang ditimbulkan hipotermi apabila tidak segera ditangani yaitu
Hipoglikemia-Asidosis Metabolik karena vasokontriksi perifer dengan
metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat, metabolisme
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat, syok,
apnea dan perdarahan Intra Ventricular (Rukiyah & Yulianti, 2013:284).
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6
mmol/L) Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress
yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi,
dan gangguan pernafasan (Yongki, dkk. 2012:146).

5. Conclusion

a. Dari kasus ini yang saya dapat pelajari adalah pentingnya melakukan langkah
awal segera setelah bayi lahir untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya
hipotermi serta pentingnya melakukan IMD dan 10 langkah proteksi termal untuk
membantu menjaga suhu tubuh bayi, meningkatkan respons termoregulasi, dan
memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi.
b. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan teori dan penjelasan yang diberikan, dan
ibu serta suami memahami dengan baik apa yang telah dijelaskan dan mampu
melaksanakannya dengan baik.

6. Action Plan

 Jika saya menemukan kasus yang sama di kemudian hari, saya akan memastikan
untuk lebih mempersiapkan Infant Warmer atau inkubator guna menjaga suhu
tubuh bayi secara optimal. Saya akan memastikan bahwa peralatan tersebut
tersedia dan siap digunakan dengan baik sebelum penanganan bayi yang
mengalami hipotermi dimulai.
 Jika saya menemukan kasus seperti ini lagi, saya akan memastikan untuk menjaga
suhu ruangan dengan menggunakan AC pada kisaran 25-28 derajat Celsius.
Selama bayi melakukan Inisiasi Menyusui Dini dengan metode kanguru, saya akan
memastikan bahwa bayi berada dalam kontak kulit-ke-kulit dengan ibu untuk
membantu menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. Saya akan terus memantau
keadaan bayi dan suhu ruangan di sekitarnya secara berkala, agar dapat segera
mengambil tindakan jika terjadi fluktuasi suhu yang signifikan. Dengan menjaga
suhu ruangan yang tepat dan melakukan pemantauan yang cermat, kita dapat
memastikan bahwa bayi tetap hangat dan nyaman selama proses perawatan.
 Saya akan Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan mempelajari dan
mengikuti perkembangan terbaru dalam perawatan bayi baru lahir, khususnya
dalam penanganan hipotermi. Saya akan tingkatkan keterampilan dalam
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, proteksi termal, dan tindakan pencegahan
lainnya.
Pathway

Sedang
Jaringan lemak subkutan tipis, BBLR, Prematur, Kesalahan
Faktor lingkungan perawatan bayi segera
perbandingan luas permukaan tubuh
mekanisme kehilangan dengan berat badan besar, cadangan setelah lahir, Bayi
panas Konduksi, konveksi, glikogen dan brown fat sedikit, BBL dipisahkan dengan ibunya
evavorasi, radiasi tidak mempunyai respon shivering setelah lahir, asfiksia,
(menggigil) pada reaksi kedinginan hipoksia

HIPOTERMI

Berat Stadium lanjut hipotermia

Suhu <36,5°C, Letargis, suhu <32°C, bibir dan kuku Muka, ujung kaki & tangan
Tangisan lemah, cutis kebiruan, pernafasan berwarna merah terang,
marmorata, menghisap lambat & tidak teratur, Bagian tubuh lainnya pucat,
lemah & Kaki dingin bunyi jantung lambat Kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan
Keringkan, hangatkan, (sklerema)
tutupi kepala

Metode kanguru Pemancar/ Kolaborasi


skin to skin inkubator dengan dokter

pastikan Rujuk ke RS DENGAN


IMD / Hindari panas
ruangan di TETAP JAGA
Pemberikan ASI berlebihan
sekitar bayi KEHANGATAN → NICU
tetap hangat.
Mengamati tanda
kegawat Koreksi Komplikasi Hipotermi
daruratan hipoglikemia
 Hipoglikemia-Asidosis
Metabolik karena
vasokontriksi perifer dengan
metabolisme anaerob
 kebutuhan oksigen yang
Pantau kenaikan
Suhu normal →
suhu 0,5°C/jam
pantau bayi
selama 12 jam &
pemeriksaan suhu Periksa kadar
3 jam sekali glukosa darah, bila <
45 mg/dL (2,6
Infus glukosa mmol/L), tangani
10% 60-80 hipoglikemia.
ml/kg/hari

Peta konsep

Ny. H usia 26 tahun G2P1A0, HPHT : 10


Bayi lahir spontan, normal, menangis
Agustus 2021, TP : 17 Mei 2022, usia
lemah, gerakan tidak terlalu aktif, tampak
kehamilan 38 minggu. Pemeriksaan ibu dan
lesu atau mengantuk, kulit berwarna tidak
janin dalam keadaan normal. pembukaan
rata (cutis marmorata), kaki dan tangan
rahim ibu sekitar 4 cm, sudah masuk ke
dingin, tonus otot kurang baik.
fase aktif.

Ditemukan masalah langkah awal segera setelah bayi


lahir yaitu bersihkan jalan nafas,
By. Ny. H mengalami Hipotermi sedang hisap lendir, mengeringkan,
hangatkan dan potong tali pusat
BB 3300 g, PB 48 cm, N : 138 x/m,
R : 54 x/m, S : 35 °C
Penyebab

 Jaringan lemak subkutan tipis


 Perbandingan luas permukaan tubuh
dengan berat badan yang besar pada Penanganan yang dapat dilakukan
bayi baru lahir
 cadangan glikogen yang terbatas  Lakukan IMD dengan metode
 Brown fat atau lemak cokelat adalah kanguru
tipe lemak yang berperan dalam  Penggunaan infant warmer atau
menghasilkan panas tubuh. Bayi baru inkubator bila diperlukan.
lahir memiliki jumlah brown fat yang  Pemantauan suhu tubuh bayi
terbatas secara terus-menerus
 tidak menunjukkan respons shivering  Penggunaan selimut atau pakaian
(menggigil) terhadap reaksi yang tepat
kedinginan, hal ini menunjukkan  Memastikan lingkungan suhu yang
bahwa mekanisme termoregulasi bayi hangat
belum sepenuhnya berkembang.
 terpapar dengan lingkungan dingin

Memberikan KIE mengenai hipotermi,


Memastikan ibu mengerti dan IMD dan metode kanguru,
Daftar Pustaka

Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba
Medika. Edisi kelima. 2013.
Ekawati, Heny. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Mitra Husada Desa Pangean
Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. 2015.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: CV. Trans Info Medika. 2013
Ranuh, Shiila. Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CV Sagung Seto. 2013.
Sindhu, Ramalingam, dkk. Reducing Early Neonatal Heat Loss In Low Resourced
Context An Indian Examplar. International jurnal of caring sciences 8, no.1.
2015. Diakses pada tanggal 02 juli 20.55 WITA.
Wahyuni, Sari. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek Klinik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2012.
Yongki, dkk. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan dan Persalinan, Neonatus, Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.
Yunanto, Ari. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2014

Anda mungkin juga menyukai