Oleh :
KELOMPOK 5 KELAS B3
ANITA NURHAYATI 225401446156
ANNISA KUSUMA DEWI 225401446160
DEA NOVIA RAMADHANI 225401446107
HASANAH EKA PUTRI 225401446137
PRIMASARI OKTAVIANI 225401446132
PUTRI CAHYA EMILIA 225401446131
SITI NUR HALIMAH 225401446133
Tanggal 03 mei 2022 pukul 23.30 Ny. H usia 26 tahun G2P1A0 datang ke RSIA A,
Ibu mengatakan HPHT : 10 Agustus 2021, TP : 17 Mei 2022 dan umur kehamilan ibu
cukup bulan dengan usia gestasi 38 minggu, Selama kehamilan ibu telah menjalani
pemeriksaan ANC (Antenatal Care) sebanyak 5 kali di RSIA A. Pemeriksaan ANC
dilakukan 2 kali pada Trimester I, 1 kali pada Trimester II, dan 2 kali pada Trimester
III. Selain itu, ibu juga telah mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toxoid) sebanyak 2
kali. Suntikan pertama (TT1) diberikan pada usia kehamilan 20 minggu, sedangkan
suntikan kedua (TT2) diberikan pada usia kehamilan 24 minggu di RSIA A. Ibu tidak
melaporkan adanya riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, atau
penyakit lainnya. Hasil pemeriksaan fisik ibu dan janin menunjukkan kondisi
normal, dan pembukaan rahim ibu sekitar 4 cm, sudah masuk ke fase aktif.
Pada tanggal 3 Mei 2022 pukul 02.38, bayi lahir secara spontan dan normal. Bayi
langsung menangis lemah dan menunjukkan gerakan aktif yang sedikit. Namun, bayi
tampak lesu atau mengantuk, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), dengan
kaki atau tangan yang terasa dingin, serta tonus otot yang kurang baik. langkah awal
segera setelah bayi lahir yaitu bersihkan jalan nafas, hisap lendir, mengeringkan
bayi, hangatkan dengan menyelimuti bayi, tutup kepala bayi dengan topi, lalu
pemotongan tali pusat. Berat badan (Bb): 3300 gram, Panjang badan (PB): 48 cm,
Denyut jantung: 138 kali per menit, Pernafasan: 54 kali per menit, Suhu badan: 35°C.
Bayi langsung mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini dengan kontak Kulit dengan
kulit atau Metode Kangguru (PMK) atau Kangoroo Mother Care (KMC), Saat asuhan
kontak kulit dengan kulit disarankan menggendong bayi pada posisi vertikal, kepala
ditutup dengan topi dengan posisi di atas atau di antara payudara ibu, dengan posisi
kedua kaki fleksi (frog position) posisi ini dapat membantu mentransfer panas dari
kulit ibu ke bayi. Ini juga dapat meningkatkan bonding dan meningkatkan respons
termoregulasi bayi. Selain itu merangsang produksi ASI dan membantu bayi
memenuhi kebutuhan nutrisi. Mengobservasi tanda-tanda perbaikan, seperti
peningkatan suhu tubuh dan respons bayi terhadap kehangatan. Tempatkan bayi
bersama ibu (rooming in). Jika menggunakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap
hangat
Saya memberitahu ibu dan suami semua hasil pemeriksaan dalam keadaan
normal tetapi bayi mengalami penurunan suhu tubuh di bawah suhu normalnya dan
memberikan KIE kepada ibu dan suami tentang Inisiasi Menyusui Dini dan
penanganan tentang suhu tubuh bayi yang tidak normal.
2. Feeling
Saya merasa waspada dan tanggap terhadap kondisi bayi yang mengalami
hipotermi.
Saya merasa perlu mengambil tindakan cepat dan tepat untuk menjaga
kesehatan dan kehangatan bayi. Saya dapat merasakan tanggung jawab
profesional yang besar dalam memberikan perawatan yang optimal kepada bayi
dan ibu.
Ibu merasa khawatir dan cemas melihat bayinya mengalami hipotermi. Ibu dapat
merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut dan ingin segera membantu
bayinya agar merasa hangat dan nyaman.
Ibu merasa haru dan terhubung emosional dengan bayinya saat melakukan
asuhan kontak kulit dengan kulit. Ibu dapat merasakan ikatan dan kasih sayang
yang lebih kuat saat berada dalam kontak langsung dengan bayinya.
suami merasa cemas dan khawatir terhadap kondisi bayi dan kesehatan istrinya.
Suami dapat merasa bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dan
perlindungan kepada keluarganya.
Suami merasa perlu terlibat aktif dalam memberikan perawatan kepada bayi dan
membantu dalam menjaga kehangatan tubuhnya. Suami mungkin mencari cara
untuk memberikan dukungan fisik dan emosional kepada istri dan bayinya.
3. Evaluation
Saya telah menegakkan diagnosa hipotermi sedang sesuai dengan teori yaitu suhu
tubuh bayi 35 °C
Saya telah melakukan langkah awal segera setelah bayi lahir sesuai dengan teori
(pencegahan)
Saya telah melakukan tindakan dengan menggunakan metode kontak kulit
dengan kulit untuk mengembalikan secara perlahan suhu tubuh normal bayi
(penanganan)
Saya telah memberitahu ibu dan suami tentang IMD
Saya telah menjelasan tentang apa itu hipotermi dan penyebabnya, Dampak
hipotermi pada bayi, Pentingnya menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
Saya telah memberikan informasi dan pemahaman serta teknik melalukan
metode kanguru atau kontak kulit dengan kulit
Saya telah memperhatikan respon dan pemahaman ibu dan suami terhadap
informasi yang diberikan mengenai hipotermi dan Inisiasi Menyusui Dini. Tinjau
apakah mereka telah menerima KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan
baik dan mampu mengimplementasikan tindakan yang direkomendasikan.
Saya terus memantau kondisi bayi, termasuk suhu tubuh, denyut jantung,
pernapasan, dan tingkat kesadaran. Perhatikan apakah ada perubahan dalam
respons bayi terhadap penanganan hipotermi dan Inisiasi Menyusui Dini.
Yang tidak saya lakukan adalah tidak memperhatikan suhu ruangan dengan benar,
Suhu ruangan yang nyaman biasanya antara 25-28°C atau (77-82°F). Saya hanya
merasakan suhu ruangan cukup nyaman dan tidak dingin
Saya juga belum menyiapkan infant warmer atau inkubator sebelum bayi lahir
untuk penanganan selanjutnya bila diperlukan.
4. Analysis
a. Hipotermia yaitu dimana suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.
Adapun suhu normal bayi adalah 36,5º–37,5ºC (suhu ketiak). Menurut WHO
derajat hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu :
Hipotermia ringan : 36° – 36,4° C
Hipotermia sedang : 32° – 35,9° C
Hipotermia berat : < 32° C
c. Tanda-tanda hipotermi
Tanda-tanda sedang (stress dingin) yaitu : Aktifitas berkurang, Letargis,
Tangisan lemah, Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), Kemampuan
menghisap lemah dan Kaki teraba dingin.
Tanda-tanda hipotermi berat (cidera dingin) Sama dengan hipotermi sedang
ditambah dengan bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan
tidak teratur, bunyi jantung lambat dan selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemia dan asidosis metabolik. Hipotermia juga bisa menyebabkan
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman
darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi
agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih
banyak cadangan oksigen. Karena itu, hipotermi bisa menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi yaitu muka, ujung kaki dan tangan
berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah
dan timbul oedema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
(Rukiyah & Yulianti, 2013:289)
e. Penanganan
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan
teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metode Kanguru. Sebaiknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan (Rukiyah & Yulianti,
2013:290).
Metode kanguru (Kangoroo Mother Care) pada umumnya bayi digendong
oleh ibu atau bapaknya sendiri dengan prinsip terjadinya kontak kulit ke kulit
antara kulit bayi dengan orang dewasa. KMC pertama kali dilaksanakan di
Bogota, Colombia pada tahun 1978, yaitu dengan penempelan kulit kekulit
dalam posisi tegak lurus pada dada ibunya. Metode KMC memungkinkan untuk
memberika ASI secara eksklusif dan dapat meninggalkan rumah sakit lebih awal,
namun tetap dalam pengawasan yang baik. KMC dapat dilaksanakan secara
intermiten (beberapa jam seharinya) atau kontinyu selama lebih dari 20 jam
sehari. Caranya adalah bayi tanpa pakaian atau baju sampai ke popoknya dan
ditempelkan pada ibu/ayahnya, kemudian bayi diselimuti agar hangat. KMC
dalam perawatan bayi : KMC dapat menjalin bounding antara bayi dan ibu, KMC
memberikan kenyamanan bayi seperti masih di dalam rahim dan bayi bisa
merasakan denyut jantung ibu, KMC menunjukkan pernafasan yang stabil dan
bisa tidur nyenyak. Berat badan lebih cepat naik serta suhu tubuhnya lebih
stabil, KMC dapat mencegah hipotermia, Mengurangi stress ibu yang
menggendongnya dan produksi ASI lebih banyak, KMC dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas (Ranuh, 2013:82-83).
Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat. Biasanya bayi hipotermi
menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering
mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80
ml/kg per hari
(Rukiyah & Yulianti, 2013:290).
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh bayi baru lahir
agar tidak terjadi hipotermi adalah pemantauan suhu tubuh bayi secara cepat
dan teliti, mengusahakan agar suhu kamar optimal atau pemakaian selimut
hangat, lampu penghangat, inkubator, metode kanguru dan skin to skin yaitu
salah satunya dengan meletakkan bayi telungkup di dada ibu maka akan terjadi
kontak kulit langsung antara ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh
kehangatan karena ibu juga salah satu sumber panas yang baik bagi bayi
(Ekawati, 2015:1).
f. Pencegahan
Sepuluh langkah proteksi termal / warm chain, adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan pada BBL, dengan tujuan untuk menghindarkan
terjadinya stress hipotermi maupun hipertermi, serta menjaga suhu tubuh bayi
tetap berada dalam keadaan normal yaitu antara 36,5-37,5ºC (Yunanto,
2014:98).
Saat mempertimbangkan hipotermi pada neonatus pencegahannya dapat
berdasarkan “rantai hangat”. Rantai hangat adalah seperangkat sepuluh
prosedur saling terkait yang dilakukan saat lahir dan selama masa bayi baru
lahir. Indeks rantai hangat termasuk ruang persalinan yang hangat, pengeringan
langsung, skin to skin kontak, menyusui, mandi dan timbang di tunda, pakaian
dan tempat tidur yang sesuai, ibu dan bayi diruang yang sama, transportasi
hangat, resusitasi hangat, dan pelatihan/keadaran pemeliharaan (Sindhu,
2015:3).
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara
produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh dalam
keadaan normal, kemampuan ini sangatlah terbatas pada BBL (Yunanto,
2014:89).
g. Komplikasi
Akibat yang ditimbulkan hipotermi apabila tidak segera ditangani yaitu
Hipoglikemia-Asidosis Metabolik karena vasokontriksi perifer dengan
metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat, metabolisme
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat, syok,
apnea dan perdarahan Intra Ventricular (Rukiyah & Yulianti, 2013:284).
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6
mmol/L) Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress
yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi,
dan gangguan pernafasan (Yongki, dkk. 2012:146).
5. Conclusion
a. Dari kasus ini yang saya dapat pelajari adalah pentingnya melakukan langkah
awal segera setelah bayi lahir untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya
hipotermi serta pentingnya melakukan IMD dan 10 langkah proteksi termal untuk
membantu menjaga suhu tubuh bayi, meningkatkan respons termoregulasi, dan
memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi.
b. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan teori dan penjelasan yang diberikan, dan
ibu serta suami memahami dengan baik apa yang telah dijelaskan dan mampu
melaksanakannya dengan baik.
6. Action Plan
Jika saya menemukan kasus yang sama di kemudian hari, saya akan memastikan
untuk lebih mempersiapkan Infant Warmer atau inkubator guna menjaga suhu
tubuh bayi secara optimal. Saya akan memastikan bahwa peralatan tersebut
tersedia dan siap digunakan dengan baik sebelum penanganan bayi yang
mengalami hipotermi dimulai.
Jika saya menemukan kasus seperti ini lagi, saya akan memastikan untuk menjaga
suhu ruangan dengan menggunakan AC pada kisaran 25-28 derajat Celsius.
Selama bayi melakukan Inisiasi Menyusui Dini dengan metode kanguru, saya akan
memastikan bahwa bayi berada dalam kontak kulit-ke-kulit dengan ibu untuk
membantu menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. Saya akan terus memantau
keadaan bayi dan suhu ruangan di sekitarnya secara berkala, agar dapat segera
mengambil tindakan jika terjadi fluktuasi suhu yang signifikan. Dengan menjaga
suhu ruangan yang tepat dan melakukan pemantauan yang cermat, kita dapat
memastikan bahwa bayi tetap hangat dan nyaman selama proses perawatan.
Saya akan Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan mempelajari dan
mengikuti perkembangan terbaru dalam perawatan bayi baru lahir, khususnya
dalam penanganan hipotermi. Saya akan tingkatkan keterampilan dalam
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, proteksi termal, dan tindakan pencegahan
lainnya.
Pathway
Sedang
Jaringan lemak subkutan tipis, BBLR, Prematur, Kesalahan
Faktor lingkungan perawatan bayi segera
perbandingan luas permukaan tubuh
mekanisme kehilangan dengan berat badan besar, cadangan setelah lahir, Bayi
panas Konduksi, konveksi, glikogen dan brown fat sedikit, BBL dipisahkan dengan ibunya
evavorasi, radiasi tidak mempunyai respon shivering setelah lahir, asfiksia,
(menggigil) pada reaksi kedinginan hipoksia
HIPOTERMI
Suhu <36,5°C, Letargis, suhu <32°C, bibir dan kuku Muka, ujung kaki & tangan
Tangisan lemah, cutis kebiruan, pernafasan berwarna merah terang,
marmorata, menghisap lambat & tidak teratur, Bagian tubuh lainnya pucat,
lemah & Kaki dingin bunyi jantung lambat Kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan
Keringkan, hangatkan, (sklerema)
tutupi kepala
Peta konsep
Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba
Medika. Edisi kelima. 2013.
Ekawati, Heny. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Mitra Husada Desa Pangean
Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. 2015.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: CV. Trans Info Medika. 2013
Ranuh, Shiila. Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CV Sagung Seto. 2013.
Sindhu, Ramalingam, dkk. Reducing Early Neonatal Heat Loss In Low Resourced
Context An Indian Examplar. International jurnal of caring sciences 8, no.1.
2015. Diakses pada tanggal 02 juli 20.55 WITA.
Wahyuni, Sari. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek Klinik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2012.
Yongki, dkk. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan dan Persalinan, Neonatus, Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.
Yunanto, Ari. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2014