Anda di halaman 1dari 7

PERUBAHAN NILAI DALAM HUKUM SETELAH REFORMASI 1998

“ Tugas Tambahan Sebagai Pengganti Kekurangan Kehadiran Mata Kulia Filsafat Hukum”

NAMA : EDO PRATAMA

NIM : 02011381722398

FAKULTAS : HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munculnya gerakan reformasi secara total di Indonesia bersamaan dengan
tumbangnya rezim orde baru dengan penguasa tunggal Presiden Soeharto yang
represif. Gerakan reformasi yang diawali dengan demonstrasi besar – besaran dengan
dimotori para mahasiswa serta tokoh – tokoh nasional seperti Sri Bintang Pamungkas
dan Amin Rais serta sejumlah tokoh – tokoh nasional lainnya pada bulan Mei 1998
berhasil menumbangkan Presiden Soeharto sebgai penguasa tunggal dan yang berarti
dimulainya tonggak pembaharuan pada semua bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara yang selam rezim Soeharto. Tiga kekuasaan sebagai pilar negara yaitu
eksekutif, yudikatif dan legislatif seakan – seakan hanya sebagai formalitas belaka
dalam berbangsa dan bernegara, sebab dalam kenyataannnya kekuasaan yang ada
hanya kekuasaan eksekutif di bawah kendali Presiden Soeharto. Sejak saat itulah kita
memasuki era reformasi dan reformasi hukum telah dijadikan sebagai salah satu
agenda utama. Hal itu dilandasi oleh keadaran bahwa sistem hukum yang
dikembangkan selama masa orde baru bersifat represif dan hanya menjadi alat 1
legitimasi bagi kekuasaan yang korup. Hal itu secara tegas dituangkan dalam
Ketetapan MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok – Pokok reformasi Pembangunan
Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan
Negara. Ketetapan tersebut menyatakan bahwa kondisi umum hukum di Indonesi telah
memberikan peluang terjadinya praktik – praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta
memuncak pada penyimpangan
B. Rumusan Masalah
1. Apa nilai nilai dalam?
2. Bagaimana kedudukan nilai dalam hokum setelah reformasi?
3. Bagaimana konsep perubahan nilai dalam hokum setelah reformasi?
4. Bagaiamana perubahan undang undang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai dalam hokum setelah reformasi
2. Mengetahui kedudukan nilai dalam hokum setelah reformasi
3. Untuk menjelaskan konsep perubahan nilai hokum setelah reformasi
4. Untuk menjelaskan perubahan undang undang setelah reformasi
-Nilai- nilai dalam Hukum Setelah Reformasi

Menurut Dictionary of Sosiology and Related Sciences (Pendidikan Pancasila, Kaelan,


2004 : 87) dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang bisa dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok, (The believed capacity of any object to statisly a human
desire). Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
objek, bukan objek itu sendiri.

Max Sceler Sciences (Pendidikan Pancasila, Kaelan, 2004 : 88) mengemukakan bahwa nilai-
nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai – nilai itu secara senyatanya
ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya.
Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan yaitu ;

1. Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang


mengenakkan dan tidak mengenakkan (die Wetreihe des Angenehmen und
Unangehmen), yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.
2. Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai penting bagi kehidupan
(Werte des vitalen Fuhlens) misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, kesejahteraan umum.
3. Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige
werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-
nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
filsafat.
4. Nilai-nilai kerohanian : dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan
tak suci (wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen). Nilai – nilai semacam ini terutama
terdiri dari nilai-nilai pribadi.
-.Kedudukan Nilai Setelah Reformasi:

Setelah reformasi, muncul banyak UU yang terkait dengan pemberantasan


korupsi, seperti UU Anti Pencucian Uang, UU Perlindungan Saksi dan Korban, UU
Kebebasan Informasi dan sebagainya. Selain itu, dibentuk pula suatu wujud
pemihakan kepada rakyat untuk menghukum para koruptor yaitu komisi anti korupsi
yang independen dan perkasa, sehingga para koruptor harus berpikir dua kali sebelum
melakukan aksi busuk mereka. Bahkan sejak KPK didirikan, banyak sekali kasus
korupsi dan suap yang terkuak, walaupun masih banyak kasus korupsi di Indonesia.
Gagalnya hukum sebagai alat rekayasa sosial tidak mampu membawa masyarakat
Indonesia menjadi sejahtera, jelas nampak dari adanya tuntutan untuk melakukan
reformasi hukum, misalnya di bidang agraria. Sebagaimana yang tertuang dalam TAP
MPR No.IX Tahun 2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam serta Kepres No.34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan yang merupakan respon pemerintah terhadap kegagalan penggunaan
hukum (peraturan perundang-undangan) sebagai sarana/alat rekayasa
-Konsep Perubahan Nilai Setelah Reformasi

Setelah reformasi, muncul banyak UU yang terkait dengan pemberantasan


korupsi, seperti UU Anti Pencucian Uang, UU Perlindungan Saksi dan Korban, UU
Kebebasan Informasi dan sebagainya. Selain itu, dibentuk pula suatu wujud
pemihakan kepada rakyat untuk menghukum para koruptor yaitu komisi anti korupsi
yang independen dan perkasa, sehingga para koruptor harus berpikir dua kali sebelum
melakukan aksi busuk mereka. Bahkan sejak KPK didirikan, banyak sekali kasus
korupsi dan suap yang terkuak, walaupun masih banyak kasus korupsi di Indonesia.
Gagalnya hukum sebagai alat rekayasa sosial tidak mampu membawa masyarakat
Indonesia menjadi sejahtera, jelas nampak dari adanya tuntutan untuk melakukan
reformasi hukum, misalnya di bidang agraria. Sebagaimana yang tertuang dalam TAP
MPR No.IX Tahun 2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam serta Kepres No.34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan yang merupakan respon pemerintah terhadap kegagalan penggunaan
hukum (peraturan perundang-undangan) sebagai sarana/alat rekayasa
- Perubahan Nilai dalam Peraturan Perundang Undangan

Pada masa reformasi 1998, misalnya terjadi perubahan pada berbagai undangan
undang, seperti undang undang tentang partai politiik, pemilu dan susunan dan kedudukan
MPR, DPR, dan DPRD dan lainya. Selain itu, perubahan juga terjadi peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi yakni penghapusan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(TAP MPR) dan perubahan UUD 1945.
PENUTUP

Reformasi pada 1998 membawa dampak hingga saat ini. Kebebasan berpendapat dan
berserikat kembali di peroleh. Media masa kini bebas memberitakan krtikan terhadap
pemerintah. Transparansi dalam menjalankan pemerintahan dan otonomi daerah menjadi
perhatian serius. Banyak daearah yang diperbolehkan mengurus rumah tangganya sendiri
dengan ketentuan konstitusi yang jelas. Perubahan ini membawa angin segar bagi kehidupan
bernegara sebagai sebuah demokrasi. Namun, hal tersebut disalahgunakan oleh bebrapa pihak.
Seperti yang kita lihat banyak media massa yang mengkrtik pemerintah dengan keterlaluan.
Sampai menyentuh privasi dari oknum bersangkutan. Media massa juga kerapkali
dimanfaatkan oleh para elit politik sebagai alat untuk mendukung dan mendulang popularitas
sehingga pemberitaan yang disampaikan seringkali tidak imbang.

Anda mungkin juga menyukai