Anda di halaman 1dari 21

Contoh 1: Analisa Jurnal model PICO

LATAR BELAKANG

A. Latar belakang pemilihan jurnal

Perawat memegang peran penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pedidikan keperawatan,
perawat juga memiliki tanggung jawab besar (Ismani, 2001). Salah satu perawat yang memiliki
tugas dan tanggung jawab besar adalah perawat IGD. Karena selain bertugas melayani semua
kasus pasien yang masuk ke rumah sakit, perawat IGD juga dituntut untuk memiliki kemampuan
lebih di banding dengan perawat yang melayani pasien di ruang yang lain. Selain itu perawat yang
bertugas di ruang IGD juga wajib membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan, keterampilan,
bahkan dianggap perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam
menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke IGD. Perawat juga
dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan
pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di ruang tersebut.
Sehingga perawat IGD beresiko terhadap terjadinya stres kerja (Rahardjo, 2007).

Berdasarkan hasil survey Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006 bahwa 50,9 %
perawat Indonesia yang aktif, mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang ramah,
kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak memadai (Ratnasari,
2009).

Data yang diperoleh dari ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. R. Goetheng
Taroenadibrata Purbalingga, menunjukkan bahhwa ruang IGD memiliki 3 stase pelayanan pasien
yang meliputi ruang pemeriksaan, ruang bedah minor, dan kamar perawatan sementara yang
dipergunakan untuk pasien yang perlu pengawasan dan pasien yang tidak bisa masuk ke ruang
rawat inap karena penuh. Diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien tiap tahunya cenderung
meningkat. Pada tahun 2011 jumlah pasien sebanyak 20.837 orang, dan selama bulan Januari –
September tahun 2012 jumlah pasien mencapai 16.273 orang. Dengan jumlah perawat 24 orang.
Berdasarkan data tersebut maka perawat IGD beresiko terjadinya stres kerja.

Hasil penelitian dalam jurnal Labbe et al. (2007), yang berjudul “Coping with Stress: The
Effectiveness of Different Types Of Music”, menyebutkan bahwa mendengarkan musik santai klasik
dan dipilih sendiri, menghasilkan penurunan yang signifikan dalam kecemasan, kemarahan, dan
gairah sistem saraf simpatik, dan meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan mereka yang duduk
diam atau mendengarkan musik mental berat. Dan menurut artikel jurnal Kemper et al. (2005) yang
berjudul “ Music as Therapy”. Mengatakan bahwa musik secara luas digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang tidak
menyenangkan. Berdasarkan fenomena dan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Kerja Pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga Tahun
2013”.

BAB II

JURNAL
(terlampir)

BAB III

RESUME JURNAL

A. Nama peneliti

Ahmad Muhajirin

B. Tempat dan waktu penelitian

Waktu penelitian: tanggal 7-12 januari 3013

Tempat penelitian: di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. R Goetheng Taroenadibrata
Purbalingga

C. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui efektifitas terapi musik terhadap penurunan stres kerja perawat IGD di RSUD Dr.
R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2013

b. Tujuan khusus

Untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat setelah terapi musik terhadap penurunan stress
kerja pada perawat dengan melibatkan satu kelompok subjek

D. Metode penelitian

1. Metode penelitian ini :

pra eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest

2. Populasi dalam penelitian adalah

Jumlah anggota populasi yang hanya 24 orang diambil seluruhnya menjadi sampel

3. Uji statistik yang digunakan adalah uji paired t-test.

E. Hasil penelitian

Ada perbedaan yang signifikan antara stres kerja perawat sebelum dan sesudah terapi musik klasik.

1. Responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56,5%, berpendidikan DIII
69,6%, berusia > 30 tahun 78,3%, dan lama kerja antara 5-10 tahun yaitu 39,1%.

2. Stres kerja perawat sebelum dilakukan terapi musik klasik yang termasuk dalam kategori stres
menengah 47,8% dan yang termasuk kategori stres tinggi 52,2%.
3. Stres kerja perawat sesudah dilakukan terapi musik klasik yang termasuk dalam kategori stres
menengah 82,6% dan stres tinggi 17,4%.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kerja perawat sebelum dan sesudah dilakukan
terapi musik klasik, dengan nilai rata-rata sebelum dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,52 dan
SD= 0,511 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,17 dan SD= 0,388.
Dengan nilai p= 0,002 5. Terapi musik klasik efektif dalam menurunkan stres kerja perawat di ruang
IGD RSUD Dr. R. Goetheng Taroenadibrata Pubalingga. Dengan nilai effect size sebesar 2,01.

N PENELIT TEMPA TUJUA POPULAS METOD HASI KESIMPULA SARA


O I T & N I & E L N N
WAKTU SAMPEL

2 -

BAB IV

ANALISA JURNAL

A. Analisa Penelitian

1. Populasi

Jumlah anggota populasi yang hanya 24 orang diambil seluruhnya menjadi sampel penelitian
dengan menggunakan teknik total sampling. Dan dari 24 sampel tersebut yang memenuhi criteria
inklusi dan eksklusi adalah 23 orang.

2. Intervention

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, untuk mengukur tingkat stres kerja pada perawat IGD
sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik (pre-post test). Terapi musik dilakukan sebanyak 1x,
selama 15 menit dengan menggunakan beberapa musik klasik jenis Mozart yang dipilih sendiri.

3. Compare

Dalam jurnal peneltian, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol akan tetapi satu kelompok di
beri intervensi.

4. Output

Terdapat perbedaan antara stres kerja perawat sebelum dan setelah dilakukan terapi musik klasik,
dengan nilai rata-rata sebelum dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,52 dan SD = 0,511 dan nilai
rata-rata setelah dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,17 dan SD = 0,388. Dengan nilai p = 0,002
pada signifikan α = 0,05. Kesimpulan : Terapi musik klasik efektif dalam menurnkan stres kerja pada
perawat di ruang IGD RSUD Dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga dengan effect size= 2,01.

B. Critikal Apraisal For Quantitative Research

1. Judul dan Abstract

Judul jurnal sesuai dengan isi ( Efektifitas terapi musik klasik terhadap penurunan

Stres kerja perawat igd di rsud dr. R. Goetheng Taroenadibrata purbalingga tahun 2013).

a. Tujuan dalam jurnal disebutkan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. (Tujuan umum : untuk
mengetahui efektifitas terapi musik terhadap penurunan stres kerja perawat IGD di RSUD Dr. R.
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2013, tujuan khusus: ntuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat setelah terapi musik terhadap penurunan stress kerja pada perawat dengan
melibatkan satu kelompok subjek)

b. Abstrak memberikan informasi yang lengkap yaitu latar belakang, tujuan, metode dan hasil.

2. Justifikasi, Metode dan desain

a. Di dalam jurnal pada latar belakang dijelaskan alasan melakukan penelitian.

b. Tinjauan pustaka dalam jurnal cukup.

c. Di dalam jurnal menggunakan referensi terbaru 5 tahun terakhir tetapi masih ada yang
menggunakan referensi yang lebih dari 5 tahun terakhir.

d. Hipotesis dalam penelitian ini tidak dicantumkan.

e. Penelitian pre-eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre-post test design

3. Sampling

Pengambilan populasi dijelaskan dalam penelitian ini yaitu teknik total sampling. Dan dari 24 sampel
tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 23 orang. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner, untuk mengukur tingkat stres kerja pada perawat IGD sebelum dan sesudah
dilakukan terapi musik (pre-post test). Terapi musik dilakukan sebanyak 1x, selama 15 menit
dengan menggunakan beberapa musik klasik jenis Mozart yang dipilih sendiri

a. Kriteria inklusi dan eksklusi tidak disebutkan dalam jurnal.

b. Ukuran sampel cukup berdasarkan teori yang mendukung penelitian ini. Terdapat kriteria jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan lama kerja

4. Pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam jurnal dijelaskan yaitu pengumpulan data dijelaskan dengan
mengukur tingkat stres perawat IGD terdiri dari 2 kategori yaitu stres menengah, stres tinggi. melalui
pre test didapatkan jumlah perawat tertentu yang mengalami tingakat stres tertentu, selanjutnya
diberikan terapi music klasik. Setelah diberikan intervensi music klasik selama Terapi musik
dilakukan sebanyak 1x, selama 15 menit dengan menggunakan beberapa musik klasik jenis Mozart
yang dipilih sendiri dilakukan pos test untuk mengetahui perubahan tingkat stres perawat.
Instrumen pengumpulan data dalam jurnal tidak jelaskan.

a. Uji instrumen dalam jurnal tidak dijelaskan.

b. Di dalam jurnal tidak dijelaskan confounding factors.

c. Di dalam jurnal tidak dijelaskan tentang validitas dan reliabilitas instrumen

5. Pertimbangan Etik

a. Ethical approval dari komite etik di dalam jurnal tidak dijelaskan.

b. Tidak dijelaskan dalam jurnal tentang informed consent.

6. Analisa data dan hasil

a. Hasil penelitian disampaikan dengan jelas dalam jurnal.

b. P-value dan confidence interval dilaporkan dalm jurnal, yaitu p-value: ≤ 0,05. (nilai rata-rata


sebelum dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,52 dan SD= 0,511 dan nilai rata-rata sesudah
dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,17 dan SD= 0,388. Dengan nilai p= 0,002).

c. Hasil penelitian dalam jurnal signifikan, Berdasarkan hasil analisis efektifitas terapi musik klasik
terhadap penurunan stress kerja perawat IGD RSUD Dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga
menggunakan uji paired t-test. Diperoleh nilai p = 0,002 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, sehingga
Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara stres kerja sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik klasik.

d. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kerja
perawat sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik klasik, Terapi musik klasik efektif dalam
menurunkan stres kerja perawat di ruang IGD RSUD Dr. R. Goetheng Taroenadibrata Pubalingga.

7. Hasil dan Keterbatasan Penelitian

a. Hasil pada penelitian dapat digeneralisasikan pada perawat IGD

b. Keterbatasan dalam penelitian ini tidak disebutkan

c. Dalam jurnal tidak dijelaskan tentang saran penelitian selanjutnya.

d. Implikasi dalam penelitian ini adalah adanya terapi musik klasik untuk perawat IGD membantu
menurunkan stres kerja dan terapi musik ini dapat diterapkan di rumah sakit khususnya di ruang
IGD.

C. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi riil di klinis atau di lapangan

Penggunaan terapi musik klasik sesuai belum diterapkan di rumah sakit panembahan senopati
bantul.

D. Kelebihan artikel dalam jurnal

1. Penelitian memberikan intervensi pada responden dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang bermakna antara terapi musik klasik dengan penurunan tingkat stres kerja.
2. Metode penelitian diuraikan cukup jelas yaitu sampel, tempat penelitian, dan teknik intervensi.

3. Tujuan penelitian diuraikan dengan jelas yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

E. Kekurangan artikel jurnal

1. Manfaat jurnal tidak dicantumkan.

2. Kriteria inklusi dan eksklusi tidak dijelaskan.

3. Penelitian ini tidak mencantumkan instrumen yang jelas untuk pengukuran tingkat depresi.

4. Confounding faktor tidak dijelaskan dalam jurnal.

F. Perbandingan Isi Jurnal

1. Aplikasi pada kasus presentasi

Terapi musik popular telah diaplikasikan pada pasien kasus kelolaan, dimana terapi musik sesuai
dengan jadwal yang ada di RSJD Surakarta.

2. Perbandingan isi jurnal dengan penelitian lain (metode, tempat) terkait kasus

Jurnal lain : “Hubungan jam kerja perawat dengan stres kerja perawat igd rspad gatot soebroto
ditkesad jakarta”.

Peneliti : Tiur Marsaulina Gultom.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jam kerja perawat dengan stres
kerja perawat IGD di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta.

Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan metode cross sectional.
Besar sampel 37 responden dengan rumus slovin. Analisa ini mengunakan uji Chi- Square

Hasil : Hasil analisa pada penelitian ini menunjukan 23 responden menyatakan jam kerja tidak
normal, diketahui 18 responden (78.3%) stress kerja berat dan 5 responden (21.7%) stress kerja
ringan Sedangkan dari 14 responden yang menyatakan jam kerja normal, diketahui 2 responden
(14.3%) stress kerja berat dan 12 responden (85.7%) stress kerja ringan. Hasil menunjukkan jam
kerja perawat berhubungan nyata dengan stress kerja perawat P Value 0.001 < Alpha (0.05).

3. Perbandingan dengan teori yang sudah ada di teksbook terkait kasus

Hasil penelitian sebelumya yang dilakukan Mark et al. (2011) yang menyimpulkan bahwa tuntutan
pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian stres dan depresi. Kemudian menurut hasil penelitian
Shively et al.(2011) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah pasien yang ditangani (beban kerja)
maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami oleh perawat.

Terapi musik mempengaruhi tingkat depresi tingkat depresi karena musik bersifat terapeutik.
Penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) telah membuktikan bahwa terdapat
perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah terapi musik pada kelompok remaja. Pengaruh
beberapa macam frekkuensi, nada, dan getaran tertentu terhadap fisik tubuh dari aliran musik yang
sesuai serta pengetahuan akan musik dapat digunakan untuk mengusir kesedihan dan depresi.
 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56,5%, berpendidikan DIII
69,6%, berusia > 30 tahun 78,3%, dan lama kerja antara 5-10 tahun yaitu 39,1%.

2. Stres kerja perawat sebelum dilakukan terapi musik klasik yang termasuk dalam kategori stres
menengah 47,8% dan yang termasuk kategori stres tinggi 52,2%.

3. Stres kerja perawat sesudah dilakukan terapi musik klasik yang termasuk dalam kategori stres
menengah 82,6% dan stres tinggi 17,4%.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kerja perawat sebelum dan sesudah dilakukan
terapi musik klasik, dengan nilai rata-rata sebelum dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,52 dan
SD= 0,511 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,17 dan SD= 0,388.
Dengan nilai p= 0,002 5. Terapi musik klasik efektif dalam menurunkan stres kerja perawat di ruang
IGD RSUD Dr. R. Goetheng Taroenadibrata Pubalingga. Dengan nilai effect size sebesar 2,01.

B. Saran

1. Bagi pelayanan keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan terapi musik klasik dapat diterapkan pihak rumah sakit dan perawat
sebagai salah satu terapi modalitas bagi pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi dan pasien
yang lama menunggu di ruang IGD untuk mendapat pelayanan karna adanya prosedur Triase.

2. Bagi institusi pendidikan

Disarankan bagi institusi pendidikan sebagai sarana memberikan kontribusi pengetahuan mengenai
manfaat terapi musik dalam ilmu keperawatan sehingga dapat dikembangkan, dan diaplikasikan
dimasa yang akan datang.

Contoh 2: Analisa Jurnal model PICO

“PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI


TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO
CAESAREA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO”
 

BAB I
ANALISIS JURNAL

A.    Judul Penelitian
“Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto”
B.     Peneliti
Linatu Sofiyah, Atun Raudotul Ma’rifah, Indri Heri Susanti
C.    Ringkasan Jurnal
            Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian  dengan  tindakan  penyelamatan  bayi
serta  ibunya  dalam  persalinan  dengan  cara operasi  sectio  caesarea. Sectio
caesarea merupakan  kelahiran  janin  melalui jalur abdominal (laparotomi) yang memerlukan
insisi ke dalam uterus (histerotomi).
            Nyeri merupakan pengalaman sensori yang
dibawa  oleh  stimulus  sebagai  akibat  adanya kerusakan  jaringan. Nyeri  persalinan
merupakan  sensasi  yang  tidak  menyenangkan akibat  stimulasi  saraf  sensorik.Nyeri  tersebut
terdiri  atas  dua  komponen,  yaitu  komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen
fisiologis merupakan proses penerimaan impuls tersebut  menuju  saraf  pusat.  Sementara
komponen  psikologis  meliputi  rekognisi sensasi,  interpretasi  rasa  nyeri  dan  reaksi
terhadap  hasil  interpretasi  nyeri  tersebut.Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang
mempersepsikan  rasa  nyeri  yang  berbeda terhadap  stimulus  yang  sama  tergantung  pada
ambang nyeri yang dimilikinya.
            Teknik relaksasi genggam jari adalah cara yang  mudah  untuk  mengelola  emosi  dan
mengembangkan kecerdasan emosional. Teknik ini  membantu  tubuh,  pikiran  dan  jiwa  untuk
mencapai  relaksasi. Teknik  relaksasi  juga merupakan suatu tindakan untuk membebaskan
mental  dan  fisik  dari  ketegangan  dan  stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri.  Berbagai  metode  relaksasi  digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan
otot  sehingga  didapatkan  penurunan  denyut jantung,  penurunan  respirasi  serta  penurunan
ketegangan  otot. Beberapa  penelitian, menunjukan  bahwa  relaksasi  efektif  dalam
menurunkan  nyeri  pasca  operasi.Ini  mungkin karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal
dalam nyeri pasca operatif.
D.    Tujuan penelitian
Untuk Mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Perubahan Skala Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
E.     Kelebihan dan kekurangan
1.      Kelebihan
a.       Teknik ini mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat ataupun biaya
b.      Teknik ini dapat dilakukan pasien secara mandiri setelah diajarkan oleh perawat
c.       Ada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga terlihat perbedaannya
2.      Kekurangan
a.       Pada jurnal ini tidak dijelaskan secara rinci bagaimana melakukan teknik genggam jari, sehingga
pembaca perlu mencari reverensi lain untuk mengetahuinya.

BAB II 
PEMBAHASAN

A.    Problem
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment. Design dengan rancangan
non randomized pre-posttest with control group.  Sampel diambil secara accidental
sampling. Besar  sampel  dalam penelitian ini 30% dari 105 yaitu 32 responden ibu post
caesar yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 responden sebagai kelompok eksperimen dan
16 responden  sebagai  kelompok  kontrol.

B.     Intervention
Dalam penelitian ini instrumen  pengumpulan  data  yang
digunakan  dalam  penelitian  ini  menggunakan lembar  observasi  skala  nyeri  Numeric  Rating
Scale (NRS) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)  Teknik  Relaksasi  Genggam  Jari.  Data
diperoleh  secara  langsung  dari  responden dengan  memberikan  lembar  observasi  skala
nyeri  Numeric  Rating  Scale  pada  pasien  post operasi sectio caesarea.
Setelah  peneliti  menemukan  pasien  sesuai dengan  kriteria  penelitian  maka  peneliti
menjelaskan  maksud  dan  tujuan  penelitian,  memberikan  lembar  informed  consentmeminta
responden  untuk  menandatanganinya.  Peneliti memberikan  lembar  observasi  skala  nyeri
numeric  rating  scale  pada  kedua  kelompok sebelum  diberikan  teknik  relaksasi  genggam
jari,  kelompok  eksperimen  diberi  perlakuan teknik relaksasi genggam jari ± 30 menit dan
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan teknik relaksasi genggam jari dan memberikan lembar
observasi  skala  nyeri  numeric  rating  scale kembali  pada  kedua  kelompok  sesudah diberikan
teknik relaksasi genggam jari.

C.    Comparation
1.      Jurnal “Therapy Relaxation Your Mobile Finger T To Decrease Join Pain In Elderly”
Hasil :
Ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi genggam jari dengan
nilai  = 0,000. Karena hasil data adalah  <a yang berarti Ha diterima (Terapi Relaksasi genggam
jari berpengaruh terhadap Penurunan Nyeri Sendi pada Lansia di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal
Kota Kediri), maka dapat diambil kesimpulan bahwa skala nyeri pada Lansia di RW 1 dan 2
Kelurahan Bangsal Kota Kediri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Terapi Relaksasi
genggam jari mengalami perubahan yang signifikan.

 
2.      Jurnal “Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Appendiktomi”

Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sebelum dilakukan teknik relaksasi genggam jari adalah
4,80 dan hasil rata-rata sesudah dilakukan teknik relaksasi genggam jari adalah 3,87. Hasil
bivariat didapat p value 0,000. Sehingga menunjukkan ada perbedaan intensitas nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan teknik relaksasi genggam jari pada pasien post appendiktomi. Dari   hasil
penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari
berpengaruh terhadap pengurangan rasa nyeri insisi post appendiktomi

3.      Komparasi pada jurnal ini antara kelompok kontrol dan eksperimen


Teknik relaksasi genggam jari adalah cara yang  mudah  untuk  mengelola  emosi  dan
mengembangkan kecerdasan emosional. Teknik ini  membantu  tubuh,  pikiran  dan  jiwa  untuk
mencapai  relaksasi. Teknik  relaksasi  juga merupakan suatu tindakan untuk membebaskan
mental  dan  fisik  dari  ketegangan  dan  stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri.  Berbagai  metode  relaksasi  digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan
otot  sehingga  didapatkan  penurunan  denyut jantung,  penurunan  respirasi  serta  penurunan
ketegangan  otot. Beberapa  penelitian, menunjukan  bahwa  relaksasi  efektif  dalam
menurunkan  nyeri  pasca  operasi. Ini  mungkin karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal
dalam nyeri pasca operatif.
Penurunan  nyeri  lebih  banyak  pada
kelompok  eksperimen  dibandingkan  dengan kelompok  kontrol.
Hal  ini  sesuai  dengan  teori gate  control  dari  Melzack  dan  Wall mengusulkan bahwa impuls
nyeri dapat
diatur atau  bahkan  dihambat  oleh  mekanisme pertahanan  di  sepanjang  sistem  saraf pusat.Te
ori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka
dan impuls  dihambat  saat  sebuah  pertahanan tertutup.
Upaya  menutup  pertahanan  tersebut merupakan  dasar  teori  menghilangkan nyeri.
Pemblokan  ini  dapat  dilakukan  melalui mengalihkan  perhatian  ataupun  dengan tindakan
relaksasi.
Pada  kelompok  eksperimen,  responden diberikan  perlakuan  berupa  teknik  relaksasi
genggam  jari  selama  ±  30  menit.Hasil penelitian  menunjukan  bahwa  skala  nyeri sesudah
diberikan teknik relaksasi genggam jari lebih rendah dibandingkan yang tidak diberikan teknik
relaksasi genggam jari. Pada kelompok eksperimen  setiap  responden  diberikan  teknik
relaksasi  genggam  jari  yang  bertujuan merelaksasikan  dan  menurunkan  skala  nyeri
pada  pasien  post  sectio  caesarea.  Sedangkan pada  kelompok  kontrol  tidak  diberikan teknik
relaksasi  genggam  jari  sehingga  tidak  terjadi penurunan  skala  nyeri  dikarenakan  tidak
mendapatkan rangsangan/stimulus  untuk mengurangi nyeri.
Teknik relaksasi genggam jari adalah
cara yang  mudah  untuk  mengelola  emosi  danmengembangkan  kecerdasan  emosional
danPotter  &  Perry  menyatakan  bahwa  teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol
diri ketika  terjadi  rasa  tidak  nyaman  atau  nyeri,stress fisik dan emosi pada nyeri.

D.    Outcome
Dari hasil penelitian ini terbukti ada  pengaruh  teknik  relaksasi  genggam  jari  terhadap
perubahan skala nyeri pada pasien post operasi sectio  caesarea  di  RSUD  Prof.  Dr.  Margono
Soekardjo  Purwokerto  dengan  nilai  p  value sebesar 0,000 (p < α).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi genggam jari merupakan
salah  satu  cara  untuk  mengurangi  atau menghilangkan  rasa  nyeri  pada  pasien  post operasi
sectio caesarea.
Penelitian ini bida diterapkan ditempat pelayanan kesehatan karena mudah dilakukan dan
tidak membutuhkan alat, pasien juga dapat melakukan teknik ini secara mandiri ketika sudah
diajarkan.

Contoh menggunakan PICO Untuk Pencarian Informasi Klinis


Oleh :

dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ:


  

PICO merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membantu dokter dalam pencarian
informasi klinis. PICO merupakan metode pencarian informasi klinis yang merupakan akronim
dari 4 komponen: P (patient, population, problem), I (intervention, prognostic factor, exposure),
C (comparison, control), dan O (outcome). Dengan menggunakan PICO, kita dapat memastikan
penelitian yang dicari sesuai dengan pertanyaan klinis kita sehingga kita bisa memberikan
pelayanan berdasarkan evidence based medicine kepada pasien.
Dr. Charles Sidney Burwell (Dekan Harvard Medical School periode 1935-1949) pernah
menyatakan "Half of what we are going to teach you is wrong, and half of it is right. Our
problem is that we don't know which half is which."
Tidak semua informasi kesehatan yang ada adalah benar dan dapat diaplikasikan pada pasien. Di
samping itu, penelitian dalam dunia medis berkembang dengan pesat sehingga apa yang kita
pelajari saat ini mungkin dengan cepat akan menjadi out of date. Karenanya, profesi klinis tidak
bisa bergantung sepenuhnya terhadap apa yang pernah dipelajari selama masa pendidikannya,
tapi harus menjadi self directed life long learner (mampu belajar mandiri seumur hidupnya) [1].

Saat ini arus informasi berjalan sangat pesat. Berbagai data hasil penelitian bisa diakses dengan
mudah. Untuk penting bagi klinis untuk bisa memilah-milah informasi yang benar dan up to
date di tengah pesatnya arus informasi sehingga bisa memberikan terapi kepada pasien dengan
lebih baik, rasional, dan evidence based. Untuk itulah klinis perlu membekali dirinya dengan
metode untuk melakukan penelusuran informasi dengan tepat dan memilah serta memilih
informasi yang sesuai dengan pasien yang ditangani [2]. Hal ini terutama karena peningkatan
jumlah publikasi ilmiah disertai dengan menurunnya beberapa kualitas terbitan ilmiah akibat
munculnya jurnal-jurnal predator yang tidak mempertimbangkan kaidah dan etika keilmuan [3].
Pencarian Informasi Klinis

Saat ini, semua keputusan klinis dibuat berdasarkan evidence based medicine. Keputusan diambil
berdasarkan informasi klinis yang valid. Bagian terpenting dari proses ini adalah identifikasi
adanya ketidakpastian/ketidaktahuan, atau kebutuhan akan informasi, dan translasi
ketidakpastian/ketidaktahuan menjadi pertanyaan yang bisa dijawab [4].
Informasi klinis yang tidak diketahui oleh dokter tentunya perlu dicari. Ada 2 masalah di sini, di
mana mencarinya, serta jenis informasi klinis.
Lokasi Pencarian Informasi Klinis
Berdasarkan originalitas informasi dan kedekatannya terhadap sumber langsung, sumber
informasi klinis bisa dibagi menjadi sumber informasi primer, sekunder, dan tersier. Sumber
informasi primer adalah materi atau informasi berdasarkan penelitian, sebaiknya menggunakan
sumber jurnal dengan peer review. Sumber sekunder adalah sumber informasi yang menganalisa,
mengevaluasi, menginterpretasi, merangkum atau menyusun kembali sumber-sumber informasi
primer, misalnya journal reviews, article reviews, buku-buku teks, dan berbagai database atau
indeks (misalnya Medline). Sumber informasi tersier adalah gabungan sumber informasi primer
dan sekunder yang telah dikumpulkan dan disadur. Umumnya sumber informasi menyediakan
daftar sumber informasi primer dan sekunder yang ekstensif atau rangkuman dari berbagai
informasi primer dan sekunder. Contoh sumber informasi tersier adalah ensiklopedia dan
almanak.
Buku teks memiliki kelebihan berupa sumber informasi yang lengkap dan sistematis. Namun,
proses pembuatan buku yang membutuhkan waktu lama membuat informasi dalam buku sering
kali sudah tidak sesuai dengan informasi terkini.
Sumber-sumber informasi tersebut saat ini sangat mudah diakses oleh siapapun secara online.
Berdasarkan lokasi pencariannya secara online, sumber informasi klinis masih bisa dibagi lagi
menjadi sumber lokasi primer dan sekunder. Sumber lokasi primer adalah database penelitian
(misalnya Pubmed, Sciencedirect), situs-situs penerbit (Elsevier, Cell press, Nature publishing
group), atau situs jurnal (misalnya NEJM, JAMA). Sumber informasi sekunder adalah situs-situs
yang menyediakan artikel yang menganalisa, mengevaluasi, menginterpretasi, merangkum atau
menyusun kembali (misalnya Alomedika dan Medscape). Kelebihan utama dari sumber
informasi online adalah informasinya lebih mudah diperbarui sehingga kebanyakan sumber
online ini akan menyediakan informasi terkini.
Informasi klinis yang tersedia online sangat ekstensif, sehingga kita membutuhkan strategi untuk
mendapatkan informasi yang tepat. Misalnya, bila kita memasukkan kata kunci hipertensi di situs
Pubmed, maka kita akan mendapatkan hampir 500 ribu artikel yang sebagian besar tidak
mengandung informasi yang kita butuhkan. Karenanya dibutuhkan strategi dalam memilih kata
kunci dan melakukan pencarian informasi klinis untuk mempermudah dalam pencarian.
Bentuk Pertanyaan Klinis
Translasi ketidaktahuan menjadi pertanyaan merupakan kunci utama untuk menemukan jawaban
yang tepat. Pertanyaan yang diajukan harus
1. Relevan dan berhubungan langsung dengan masalah yang diidentifikasi,
2. Dalam bentuk yang bisa mempermudah proses pencarian jawaban[4]
Pertanyaan klinis bisa diklasifikasikan menjadi pertanyaan background dan foreground.
Klasifikasi ini penting untuk membantu memilih sumber dan lokasi pencarian informasi klinis
yang tepat.
1. Pertanyaan background  adalah pertanyaan tentang pengetahuan umum mengenai
penyakit, kondisi, proses, atau suatu hal. Tipe pertanyaan yang diajukan biasanya
adalah who, what, where, when, how  dan why mengenai gangguan tertentu, pemeriksaan,
atau treatment.  Untuk menjawabnya, sebaiknya dilakukan pencarian informasi klinis dari
buku teks atau dari sumber-sumber sekunder.
2. Pertanyaan foreground adalah pertanyaan spesifik mengenai pengetahuan tertentu untuk
membantu keputusan klinis. Jenis pertanyaan ini biasanya mengenai pasien atau populasi
yang spesifik. Pertanyaan klinis ini memerlukan formulasi penyusunan yang benar
sehingga dokter mampu mencari jawabannya dengan efisien dan efektif. Untuk itu, bisa
menggunakan metode PICO
PICO dan Pertanyaan Klinis

PICO adalah metode pencarian informasi klinis untuk menjawab pertanyaan klinis yang banyak
digunakan [2,5]. PICO merupakan akronim dari 4 komponen, yaitu
P: Patient, Population, Problem
Kata-kata ini mewakili pasien, populasi, dan masalah yang menjadi pertanyaan klinis. Berbagai
masalah medis yang ingin dicari bisa dimasukkan di sini.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun P adalah bagaimana gambaran pasien atau
karakteristik penting dari pasien.
I: Intervention, Prognostic Factor, Exposure
Kata-kata ini mewakili intervensi, prognosis, atau paparan yang ada dalam pertanyaan klinis
yang diajukan. Yang tercakup disini antara lain adalah terapi fisik maupun farmakoterapi, tes
diagnostik, maupun paparan faktor resiko.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun I adalah intervensi apa yang dipertimbangkan
untuk diberikan kepada pasien atau apa yang harus dilakukan pada pasien.
C: Comparison atau Control
Kata-kata ini mewakili perbandingan atau kontrol yang digunakan sebagai pembanding dari
intervensi yang dilakukan. Bagian C ini tidak selalu harus ada pada pertanyaan klinis yang
disusun.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun C adalah apa yang menjadi pembanding dari
intervensi yang dipilih untuk pasien, yang bisa berupa obat lain, modalitas terapi lain, placebo,
atau tes diagnostik lain.
O: Outcome
Kata ini mewakili luaran yang ingin dicapai dari pertanyaan klinis yang diajukan. Luaran ini bisa
bersifat disease oriented atau patient oriented.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun O adalah apa yang ingin dicapai dengan intervensi:
ukuran, perbaikan, atau dampaknya.
Menggunakan PICO untuk Menyusun Pertanyaan Klinis

PICO yang sudah dibentuk dapat digunakan untuk menyusun pertanyaan klinis. Misalnya kita
menangani pasien skizofrenia yang mengalami gaduh gelisah dengan antipsikotik atipikal tetapi
ada teman sejawat yang menganjurkan pemberian benzodiazepine.
Dari kasus tersebut, kita bisa menyusun PICO sebagai berikut
 P - patient, yaitu pasien skizofrenia yang mengalami gaduh gelisah/agitasi (problem)
 I - intervention, yaitu efektivitas benzodiazepine
 C - control, yaitu antipsikotik atipikal
 O - outcome, yaitu meredakan gaduh gelisah
Dari PICO tersebut, kita dapat menyusun pertanyaan klinis sebagai berikut: Pada pasien
skizofrenia yang mengalami gaduh gelisah/agitasi, apakah penggunaan injeksi benzodiazepine
lebih efektif dibandingkan dengan antipsikotik atipikal dalam meredakan gejala gaduh gelisah?
Jenis Pertanyaan Klinis dan Pilihan Desain Penelitian

Pertanyaan klinis yang terbentuk perlu ditentukan jenisnya. Hal ini penting untuk menentukan
desain penelitian yang sebaiknya dipilih untuk menjawab pertanyaan klinis tersebut. Terdapat
lima jenis pertanyaan klinis, yaitu terapi, diagnosis, prognosis, etiologi/harm, serta prevensi.
Terapi
Jenis pertanyaan klinis ini menanyakan mengenai treatment yang diberikan untuk mencapai
luaran yang diharapkan. Pertanyaan yang diajukan di antaranya bisa mencakup pertanyaan
tentang obat, intervensi operatif, perubahan diet, atau konseling.
Desain penelitian yang sebaiknya dipilih untuk menjawab pertanyaan klinis mengenai terapi
adalah randomized clinical trial  (RCT) dengan kontrol berupa terapi standar baku, kemudian
diikuti dengan kohort, case-control, dan case series.
Diagnosis
Jenis pertanyaan diagnosis bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada pasien.
Desain penelitian yang sebaiknya dipilih untuk menjawab pertanyaan klinis mengenai diagnosis
adalah penelitian dengan desain prospektif, perbandingan secara blind  dengan gold
standard (misalnya consecutive cohort), diikuti dengan penelitian cross sectional
Prognosis
Tipe pertanyaan prognosis menanyakan mengenai perjalanan penyakit atau kecenderungan untuk
berkembanganya suatu penyakit.
Desain penelitian yang sebaiknya dipilih untuk menjawab pertanyaan klinis mengenai prognosis
adalah penelitian kohort, case control, kemudian yang terakhir adalah case series.
Etiologi / Harm
pertanyaan tentang apa yang menjadi penyebab suatu kondisi atau yang meningkatkan resiko
timbulnya kondisi tersebut atau dampak negatif dari intervensi atau paparan tertentu.
Desain penelitian yang sebaiknya dipilih untuk menjawab pertanyaan klinis mengenai
etiologi/harm adalah RCT, kohort, case control, kemudian case series.
Prevensi
pertanyaan tentang bagaimana menurunkan kemungkinan timbulnya suatu penyakit atau
mencegah dampak negatif yang ditimbulkan.
Desain penelitian yang sebaiknya dipilih untuk menjawab pertanyaan klinis mengenai prevensi
adalah RCT, penelitian kohort, case control,  dan selanjutnya case series.
Sumber Informasi Ideal untuk Seluruh Tipe Pertanyaan
Idealnya, sumber informasi yang paling baik adalah meta analisis dan tinjauan pustaka dari
penelitian. Kedua jenis sumber ini mensintesis hasil berbagai penelitian dalam area tertentu dan
melakukan analisa secara menyeluruh mengenai hasil, kelebihan, dan kelemahan semua
penelitian yang dibahas[6]. Perbedaan di antara keduanya adalah bahwa meta analisis
menggunakan metode kuantitatif untuk mensintesis dan merangkum hasil-hasil penelitian,
sedangkan tinjauan pustaka hanya merangkum dan mensintesis hasil penelitian. Namun kedua
sumber ini tidak selalu tersedia dan penelitian yang tercantum dalam kedua sumber ini sebagian
mungkin sudah tidak up to date.
Dokter juga harus memperhatikan desain penelitian yang digunakan dalam meta analisis dan
tinjauan pustaka. Jika meta analisis atau tinjauan pustaka menggunakan desain yang tidak
direkomendasikan untuk tipe pertanyaan, maka lebih disarankan menggunakan referensi
penelitian tunggal dengan desain yang sesuai. Selain itu, validitas dari jurnal yang digunakan
dalam meta analisis juga perlu dinilai. Ingat, meta analisis dari jurnal yang buruk akan
menghasilkan meta analisis yang sama buruknya.
Pencarian Literatur

Sebelumnya, PICO yang sudah disusun langsung digunakan sebagai keyword untuk pencarian,
baik di search engine seperti google, atau di mesin pencari pada database penelitian, situs
penerbit, atau situs jurnal. Saat ini, sudah terdapat format pencarian khusus yang langsung
menggunakan model PICO. Salah satunya adalah fitur pencarian khusus PICO dari Pubmed, fitur
pencarian baru yang disediakan oleh database penelitian dan publikasi yang dikelola oleh United
States National Library of Medicine. Layanan ini dapat diakses
di https://pubmedhh.nlm.nih.gov/nlmd/pico/piconew.php. Selain itu, beberapa universitas
terkemuka di dunia sudah mulai menggunakan format PICO pada search
engine perpustakaannya.
Pentingnya Melakukan Critical Appraisal

Kita tentunya tidak bisa langsung menggunakan hasil pencarian literatur tersebut untuk
menjawab pertanyaan klinis. Perlu dilakukan penyaringan untuk menilai kualitas dan relevansi
literatur yang ditemukan, dikenal sebagai critical appraisal. Prinsip dasar untuk
melakukan appraisal ini adalah dengan melihat besar sampel, tujuan penelitian, dan apakah
hasilnya mampu diterapkan di tempat kita.
Untuk melakukan critical appraisal, saat ini terdapat banyak pedoman yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah hasil literatur bisa atau tidak bisa digunakan menjawab pertanyaan
klinis. Kemungkinan lainnya adalah hasil bisa digunakan namun ada keterbatasan yang
membatasi penggunaannya [6].
Kesimpulan

Pelayanan medis sebaiknya selalu didasarkan pada evidence based medicine. Meskipun saat ini
sangat mudah untuk mendapatkan informasi klinis, diperlukan keterampilan untuk menemukan
jawaban yang tepat atas pertanyaan klinis, memilah dan memilih informasi klinis yang sesuai.
Sumber informasi klinis banyak tersedia secara online, yang mencakup sumber informasi primer,
sekunder, dan tersier. Banyaknya sumber informasi ini mempersulit klinisi untuk mendapatkan
informasi yang tepat, sehingga dibutuhkan strategi pemilihan kata kunci dan pencarian informasi
untuk mempermudah pencarian.
Langkah pertama dalam membuat pertanyaan klinis yang relevan dan berhubungan dengan
masalah dan dengan konstruksi yang mempermudah pencarian. Ada 2 tipe pertanyaan, yaitu
pertanyaan background dan pertanyaan foreground. Untuk mempermudah pencarian, maka
pertanyaan ini bisa disusun dalam format PICO. PICO adalah akronim dari P (untuk patient,
population, problem), I (untuk intervention, prognostic factor, exposure), C
(comparison atau intervention) dan O (untuk outcome).
Ada beberapa tipe pertanyaan klinis, yaitu pertanyaan mengenai terapi, diagnosis, prognosis,
etiologi/harm, dan prevensi. Format PICO bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini dan untuk mendapatkan jenis literature yang sesuai untuk menjawabnya. Setelah
menemukan referensi yang sesuai, kita tidak bisa serta merta langsung menggunakannya.
Terlebih dahulu kita harus melakukan critical appraisal.

Atau Lihat link berikut untuk contoh 3


http://novira1111.blogspot.com/2016/12/contoh-telaah-jurnal-dan-picot.html

Contoh 4.Laporan Analisa Jurnal

1.      Judul Jurnal
Judul jurnal adalah “PENGARUH AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP
KUALITAS TIDUR LANSIA DI WISMA CINTA KASIH”.
2.      Nama Penulis
Penelitian dilakukan oleh Dian Sari¹, Devid Leonard²
3.      Tujuan Penelitian
Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aroma terapi
lavender terhadap kualitas tidur lansia di Wisma Cinta Kasih Padang
4.      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Wisma Cinta Kasih Padang
5.      Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitaif dengan design Quasi Eksperimen (eksperimen
semu) dengan menggunakan rancangan one group pretest-posttest. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh lansia elderly dan old (60-90 tahun) di Wisma Cinta Kasih
Padang sebanyak 40 lansia dan sampel sebanyak 30 lansia dengan inklusi; 1) Lansia yang
mengalami insomnia di Wisma Cinta Kasih Padang, dan 2) Lansia yang tidak
mengalami masalah pada indra penciuman.Analisa data yang digunakan ialah analisis
univariat dan bivariat, Analisa bivariat bertujuan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yaitu mengidentifikan pengaruh aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur lansia
pada kelompok intervensi dengan menggunakan analisis Paired T-test
6.      Hasil penelitian
Kualitas tidur sebelum di berikan aroma terapi lavender
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 30 (100%) responden mengalami kualitas
tidur buruk sebelum diberikan aroma terapi lavender. Karakteristik responden yang
berdasarkan hasil tertinggi berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang (73,3 %)
dan dalam batasan lanjutan usia (60-75 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (63,3 %).
Kualitas tidur sesudah di berikan aroma terapi lavender
Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan aromaterapi lavender pada lansia,
didapatkan yang mengalami kualitas tidur baik sebanyak 12 (40%) responden, sedangkan
yang menagalami kualitas tidur buruk sebanyak 18 (60%) responden.
penelitian didapatkan seluruh lansia (100%) mengalami kualitas tidur yang buruk
sebelum diberikan aromaterapi lavender dan hanya 40% yang mengalami kualitas tidur
buruk sesudah diberikan aroma terapi lavender. Uji statistik didapatkan nilai p= 0,000,
dimana terdapat pengaruh terapi lavender terhadap kualitas tidur lansia di Wisma Cinta
Kasih Padang. Aroma terapi lavender dpat meningkatkan kualitas tidur lansia.

A.    Analisa Jurnal
1.      Problem
2.      Intervention
3.      Compare

4.      Output

B.     Critical Appraial
Komponen yang Dinilai Ya / penjelasan
Tidak
Judul dan abstrak:
Apakah sesuai dengan isi?
Apakah tujuan penelitian di
sebutkan? apa?
Apakah abstrak
memberikan informasi
yang lengkap?: latar
belakang , tujuan, metode,
hasil
Justifikasi, metodelogi,
desain:
Apakah dijelaskan alasan
melakukan penelitian (di
latar belakang dan tinjauan
pustaka?
Apakah tinjauan
pustakanya lengkap /
cukup?
Apakah menggunakan
referensi terbaru?
(maksimal 5 tahun)
Apakah hipotesisnya
disebutkan?
Jika eksperimen, apakah
kelompok intervensi dan
kontrol dijelaskan?
Apakah kelompok
intervensi dan kontrol
dimatchingkan atau tidak?
Apakah eksperimennya
blind atau double blind?
Kalau blind, bagaimana
cara melakukan
blindingnya?
Sampling :
Bagaimana populasi
dipilih? menggunakan
probability sampling atau
non probability sampling?
Apakah kriteria insklusi
dan eksklusi disebutkan?
apa?
Apakah ukuran sampel
cukup?
Pengumpulan data:
Bagaimana cara
pengumpulan datanya
(kuesioner atau ada yang
lain)?
Siapa yang mengumpulkan
data?
Apakah instrumen diuji
dulu?
Apakah counfounding
factors diidentifikasi?
Apakah ada penjelasan
validitas dan reliabilitas
instrumen?
Pertimbangan etik:
Apakah penelitian
menggunakan ethical
approval dan komite etik?
Apakah ada informed
consent dalam penelitian?
Analisis data dan hasil:
Apakah hasil disampaikan
dengan jelas?
Apakah p-value dan
confidence interval
dilaporkan?
Apakah hasilnya
signifikan?
Apakah kesimpulan
penelitian ini?
Hasil dan keterbatasan
penelitian:
·         Apakah hasil bisa
digeneralisasikan?
·         Apakah keterbatasan
penelitian ini disebutkan?
·         Apakah ada saran untuk
penelitian selanjutnya?
·         Apakah implikasi
penelitian tersebut? (yang
disebutkan dalam jurnal)

C.     Hubungan Hasil Penelitian dengan Kondisi Riil Di Lapangan

D.    Kelebihan dan Kekurangan


1.      Kelebihan
a.        
2.      Kekurangan jurnal

Anda mungkin juga menyukai