Anda di halaman 1dari 11

Vaksin PCV

(Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Pneumonia merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae atau


pneumococcus yang dapat menyebabkan kematian terutama dinegara berkembang. Anak
yang berusia ≤5 tahun dan orang tua ≥65 tahun lebih berisiko terinfeksi bakteri
pneumococcus. Bakteri pneumococcus dapat menyebar melalui udara dari batuk atau bersin
hingga saat seseorang berbicara atau melalui sentuhan dengan barang yang telah
terkontaminasi oleh tetesan cairan dari orang yang terinfeksi. Orang yang mengalami
pneumonia akan mengalami berbaga gejala meliputi demam, menggigil, kedinginan, batuk,
sesak nafas serta nyeri dada. Selain mencegah pneumonia, imunisasi PCV juga juga dapat
mencegah penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang telinga tengah (otitis media)
yang disebabkan oleh bakteri Pneumokokus yang sama.
Salah satu untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia adalah penggunaan vaksin
Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) yang mampu memberikan perlindungan lebih tahan
lama dan efektif pada anak-anak. Terdapat dua vaksin pneumokokus yang dilisensikan untuk
digunakan berdasarkan anjuran dari Food and Drug Administration (FDA):
1. Vaksin Konjugat Pneumokokus (PCV13 atau Prevnar 13) Imunisasi PCV untuk anak
di bawah 2 tahun. Imunisasi ini termasuk dalam program vaksinasi dari National
Health Service (NHS). Imunisasi PCV ini juga dikenal dengan nama Prevenar 13.
2. Vaksin Polisakarida Pneumokokus (PPSV23 atau Pneumovax23) Vaksin polisakarida
pneumokokus (PPV) adalah vaksin pneumokokus untuk lansia di atas 65 tahun ke
atas. Lansia juga memiliki risiko tinggi terpapar bakteri pneumokokus karena sistem
imun yang melemah dan gangguan kesehatan jangka panjang
World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan penyertaan vaksin PCV dalam
program imunisasi anak di seluruh dunia serta mengadakan program pengenalan vaksin PCV
sebagai prioritas tinggi supaya penggunaan imunisasi PCV dapat secara rutin dilakukan.
Program imunisasi PCV di Indonesia diberikan sebanyak 3 dosis yaitu :
1. pada bayi usia 2 bulan bersamaan DPT-HB-Hib 1 dan OPV 2
2. pada bayi usia 3 bulan bersamaan dengan DPT-HB-Hib 2 dan OPV 3
3. pada anak usia 12 bulan sebagai imunisasi lanjutan
Salah satu yang mempengaruhi cakupan imunisasi PCV adalah pengetahuan orang tua
mengenai penyakit pneumonia dan imunisasi. Pengetahuan mempunyai peran penting dalam
mendukung penggunaan imunisasi PCV rutin pada anak. Orang tua yang memiliki
pengetahuan kurang terhadap manfaat dari pemberian imunisasi 5,51 kali berpeluang tidak
menyelesaikan imunisasi anak dibandingkan dengan orang tua yang mengetahui manfaat
imunisasi. Orang tua yang memiliki pengetahuan baik tentang manfaat imunisasi PCV dalam
mencegah penyakit pneumonia berdampak poisitif bagi penggunaan imunisasi PCV.

INDIKASI
WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan pemberian
imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk melindungi anak-anak dari
penyakit pneumonia yang disebabkan bakteri pneumokokus. Jadwal pemberian vaksin
berbeda-beda, tergantung jenis vaksinnya. Namun, setiap bayi dianjurkan untuk memenuhi
jadwal dan melengkapi semua dosis vaksinasi yang direkomendasikan. Hal itu bertujuan
untuk melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi berbahaya yang dapat
mengancam nyawa. Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bayi mendapat
imunisasi PCV sebanyak tiga kali suntikan wajib dan dua suntikan booster atau pengulangan.
 Usia 2, 4, dan 6 bulan, vaksin PCV diberikan sebanyak 2 kali dengan booster pada
usia 12–15 bulan.
 Usia 7–12 bulan, vaksin PCV diberikan sebanyak 2 kali dengan jeda waktu pemberian
minimal 1 bulan. Pemberian dosis tambahan (booster) dilakukan setelah bayi berusia
12 bulan, dengan jeda waktu setidaknya 2 bulan dari dosis sebelumnya.
 Usia 1–2 tahun, vaksin PCV diberikan sebanyak 2 kali dengan jeda waktu 2 bulan.
 Usia 2–5 tahun, jenis vaksin PCV10 diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak minimal
2 bulan dan vaksin PCV13 sebanyak 1 kali.

KONRAINDIKASI
Kontraindikasi pemberian vaksin PCV13 adalah adanya riwayat hipersensitivitas berat seperti
anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya, salah satu komponen vaksin, atau vaksin
yang mengandung difteri-toksoid. Sementara itu, kontraindikasi pemberian vaksin PPSV23
adalah adanya riwayat hipersensitivitas berat seperti anafilksis pada pemberian vaksin
sebelumnya atau terhadap salah satu komponen vaksin.
Imunisasi memiliki banyak manfaat, tapi perlu Anda perhatikan kondisinya. Ada beberapa
keadaan yang membuat anak perlu menunda pemberian imunisasi PCV, seperti obat pada
umumnya, vaksin bisa menimbulkan efek samping. Biasanya, orang yang mendapatkan
imunisasi ini hanya mengalami efek samping ringan dan tidak ada masalah serius. Beberapa
efek samping dari imunisasi PCV yaitu sebagai berikut.
 Demam ringan (38 derajat celcius).
 Kemerahan dan rasa sakit pada area suntikan.
 Kehilangan nafsu makan.
 Sakit kepala.
 Rewel.
Efek samping tersebut biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu dua sampai tiga
hari. Namun pada kasus yang sangat jarang, vaksin PCV bisa menyebabkan efek samping
reaksi alergi parah, seperti berikut ini.
 Kulit ruam.
 Sakit tenggorokan.
 Detak jantung cepat.
 Kesulitan bernapas.
Namun, reaksi alergi parah ini sangat jarang terjadi. CDC menjelaskan bahwa ini hanya
terjadi 1 banding 1 juta pemberian imunisasi. tidak perlu khawatir dengan efek samping dari
pemberian vaksin karena tidak membahayakan. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi
justru lebih rawan terkena penyakit menular karena tubuhnya tidak terlindungi secara
maksimal.

Peringatan
Pemberian vaksin pneumokokus PCV, pada pasien yang sedang sakit perlu diwaspadai,
terutama pada anak dengan derajat sakit sedang atau berat. Jika kondisi klinis pasien tidak
memungkinkan untuk divaksinasi, penundaan pemberian vaksin dapat dilakukan. Anak
dengan sakit ringan dengan atau tanpa demam tetap dapat diberikan vaksin pneumokokus.
Pasien dengan riwayat immune thrombocytopenia purpura (ITP) yang stabil memiliki risiko
untuk mengalami relaps setelah pemberian vaksin pneumokokus sehingga kadar trombosit
dan tanda-tanda perdarahan perlu diperhatikan. Pasien yang akan dilakukan tindakan yang
menyebabkan imunosupresi, seperti splenektomi, transplantasi, terapi imunosupresi, atau
kemoterapi, sebaiknya diberikan vaksin 2 minggu sebelum tindakan dilakukan. Pasien
dengan imunosupresi berat memiliki respon antibodi yang suboptimal sehingga
direkomendasikan untuk melakukan revaksinasi saat keadaan imun telah membaik. Pasien
dengan kondisi koagulopati, hemofilia, trombositopenia, defisiensi vitamin K, atau
menggunakan terapi antikoagulan memiliki risiko perdaraan pada saat injeksi intramuskular.
Pemberian vaksin pneumokokus tidak dapat mencegah meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus pada pasien dengan kebocoran cairan serebrospinal kronik. Pemberian vaksin
ini juga tidak dapat menggantikan pemberian antibiotik profilaksis.

SYARAT RESIPEN
a. Menunda pemberian vaksin jika anak memiliki riwayat alergi vaksin jika reaksi
alergi sebelumnya tidak terlalu parah, seperti hanya muncul gatal dan bercak
merah di kulit, maka pemberian vaksin tetap disarankan.
b. Jika anak mengalami deman yang cukup parah dan disertai dengan menggigil dan
suhu tubuh yang tinggi, maka imunisasi sebaiknya ditunda.
c. pemberian imunisasi PCV pada ibu hamil dinilai cukup aman. Hanya saja, untuk
berjaga-jaga, sebaiknya ibu hamil menunggu hingga setelah melahirkan, sebelum
divaksin.
d. Pemberian imunisasi saat hamil dapat dilakukan, apabila manfaat yang didapat
dari vaksin melebihi risiko gangguan yang mungkin timbul pada janin.
e. Pemberian vaksin boleh di lakukan jika bobot bayi tidak di bawah 1500 gram atau
sudah di atas 2000 gram
f.

DOSIS
a. Untuk pemberian vaksin PCV, kemasan yang akan kita temui adalah dalam wujud
prefilled syringe di mana dosisnya adalah 5 ml. Untuk memberikannya, biasanya
dengan suntikan. Proses penyuntikan pun dilakukan secara intramuskular. Ketentuan
pemberian yang perlu diketahui :
 Untuk dosis pertama, vaksin tak boleh dilaksanakan bila usia bayi belum
mencapai 6 minggu.
 Pada kasus bayi yang lahir dengan berat badan rendah, yaitu tidak lebih dari
1500 gram, pemberian vaksin boleh dilakukan sesudah usianya 6-8 minggu
secara kronologik.
 Pemberian vaksin bisa dilaksanakan dengan tidak perlu memerhatikan usia.
Namun ini sah-sah saja dengan catatan bahwa bobot tubuh bayi telah sampai
pada 2000 gram atau lebih.
 Vaksin lain seperti MMR, varisela, HiB, HepB, TT dan DPT dapat diberikan
bersamaan dengan vaksin PCV. Hanya saja, spuit yang digunakan harus terpisah
untuk setiap vaksin. Bahkan proses penyuntikan juga perlu dilaksanakan di sisi
badan anak yang berbeda.
Pada orang dewasa, pemberian vaksin dibagi menjadi 2 tahap. Vaksin pneumonia yang
pertama diberikan adalah vaksin jenis PCV, sedangkan vaksin pneumonia jenis PPV
diberikan dengan jeda waktu 1 tahun setelah pemberian vaksin PCV.

SEDIAAN
Vaksin PCV Tersedia dalam 1 box vaksin terdiri dari 50 vial,1 vial berisi 2,5 ml = 4-5 dosis
Vaksin PCV adalah vaksin yang berbentuk cairan.

CARA PENGGUNAAN
• Pada vaksin jenis PCV13, vaksin diberikan melalui suntikan secara intramuskular ( 1/3
luar paha bayi).
• Satu dosis berisi 0,5 ml vaksin.
• Pemberian imunisasi PCV aman diberikan disaat yang bersamaan dengan pemberian
vaksin lain (tp tdk dicampur dlm 1 spuit).

CARA PEMBERIAN
Cara pemberian imunisasi PCV adalah melalui injeksi intramuskular. Suntikan diberikan
pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Cara memberiakan vaksin
ini, sebagai berikut:
1. Posisikan bayi dengan miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh kaki telanjang.
2. Ibu sebaiknya memegang kaki bayi.
3.  Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
4.  Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
5.  Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot.
VAKSIN HPV
Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi human papillomavirus
(HPV). Kanker serviks dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dini yaitu IVA tes, Pap
smear dan Kolposkopi, selain itu dapat juga dicegah dengan pemberian imunisasi HPV
(Damailia & Oktavia, 2015).
Human Papiloma Virus (HPV) merupakan salah satu penyebab dari kanker serviks, yakni
HPV type 16 dan type 18. Menurut Cohen, Jhingran, Oaknin, dan Denny (2019), lebih dari
99% kanker serviks mengandung HPV. Infeksi dalam waktu yang lama dari jenis tertentu
HPV dapat menyebabkan kanker serviks.
Vaksin HPV ini direkomendasikan kepada anak berusia 9-15 tahun dan wanita dewasa usia
16-26 tahun. Dosis vaksin 05 ml disuntikkan secara intramuskular sebanyak 3 kali.
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Terdapat dua jenis vaksin HPV, yaitu bivalen dan tetravalen. Vaksin HPV bivalen bisa
memberikan perlindungan terhadap infeksi virus HPV tipe 16 dan 18, sehingga bisa
mencegah kanker serviks. Sedangkan vaksin HPV tetravalen bisa memberikan perlindungan
terhadap infeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks dan kutil
kelamin. Vaksin HPV mengandung protein yang dibuat menyerupai virus HPV. Setelah
disuntikkan, protein dalam vaksin ini akan bekerja dengan membantu tubuh memproduksi
antibodi untuk melawan virus HPV.
Kadar antibodi yang dihasilkan oleh kedua vaksin (kuadrivalen dan bivalen) tetap sama 5-6
tahun pasca vaksinasi. Penelusuran terhadap profil kinetic peluruhan antibodi menunjukan
bahwa antibody yang terdeteksi setidaknya untuk HPV 16 VLPs dapat bertahan selama 30
tahun

INDIKASI
Indikasi pemberian vaksin Human Papillomavirus (HPV) adalah untuk mencegah infeksi dari
beberapa tipe HPV. Vaksin HPV bivalen diberikan untuk mencegah infeksi HPV tipe 16 dan
18. Vaksin HPV kuadrivalen digunakan untuk mencegah infeksi HPV tipe 6,11,16, dan 18.
Vaksin HPV 9-valen digunakan untuk mencegah infeksi HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45,
52, dan 58. Vaksin HPV diberikan sebagai pencegahan terhadap kanker serviks, vulva,
vagina, penis, anus, lesi prakanker atau displastik, dan kondiloma akuminata. Beberapa ahli
juga menduga bahwa vaksin HPV mungkin bisa mencegah kanker kulit tetapi hal ini belum
terbukti. Pemberian vaksin HPV dilakukan untuk mencegah infeksi berbagai tipe HPV.
Namun, apabila individu sudah terinfeksi dengan satu atau lebih tipe HPV, pemberian vaksin
HPV masih bisa dilakukan untuk mendapatkan perlindungan dari tipe HPV lainnya.

KONTRAINDIKASI
1. Penderita hipersensitivitas terhadap komponen-komponen yang terdapat di dalam
vaksin. 
2. Vaksinasi juga tidak dianjurkan pada wanita hamil dan sebaiknya diberikan
setelah persalinan
HPV mempunya efek samping jika sudah diberikan pada anak dan remaja anatara
lain:
 Nyeri, kemerahan, atau bengkak pada lokasi suntik 
 Nyeri kepala dan pusing
 Mual, muntah, diare dan nyeri perut
 Gatal, ruam kulit dan urtikaria
 Nyeri otot dan nyeri sendi

SYARAT RESIPIEN
Vaksinasi HPV dapat diberikan pada anak laki-laki dan perempuan yang usianya mulai
menginjak usia 11 sampai 12 tahun, karena ke efektivitasan vaksin ini sangat baik jika
diberikaan pada wanita yang berusia 9 sampai 26 tahun
Jika sudah terlanjur berhubungan, masih bisa melakukan suntik vaksin HPV, tetapi harus
diawali dengan pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi apakah ada masalah pada serviks
yang disebabkan oleh HPV atau tidak. Dan jika tidak bermasalah serviks maka vaksin dapat
diberikan.

DOSIS

CDC membagi dosis vaksin HPV berdasarkan usia individu.


Usia 9-14 Tahun
1. Vaksin HPV diberikan sebanyak 2 dosis, dengan masing-masing pemberian 0,5 ml.
2. Dosis kedua diberikan 6-12 bulan setelah dosis pertama.
Pemberian 2 dosis vaksin HPV, interval minimum pemberian vaksin dosis pertama dan kedua
adalah 5 bulan. Apabila dosis kedua diberikan sebelum 5 bulan setelah dosis pertama, dosis
ketiga harus diberikan 6-12 bulan setelah dosis pertama dan minimal 12 minggu setelah dosis
kedua.
Usia ≥15 Tahun dan Individu Imunokompromais
Vaksin HPV diberikan sebanyak 3 dosis, dengan masing-masing pemberian 0,5 ml. Pada
vaksin HPV bivalen, dosis kedua diberikan 1 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga
diberikan 6 bulan setelah dosis pertama, sehingga interval pemberian vaksin HPV bivalen
menjadi 0,1, dan 6 bulan.
Interval pemberian vaksin HPV kuadrivalen dan 9-valen adalah 0,2 ,dan 6 bulan. Pada
pemberian 3 dosis vaksin HPV, interval minimum pemberian vaksin antara dosis pertama dan
kedua adalah 4 minggu, 12 minggu antara dosis kedua dan ketiga, serta 5 bulan antara dosis
pertama dan ketiga.
Catatan Khusus
Berdasarkan studi, didapatkan respon antibodi setelah pemberian 2 dosis vaksin HPV dengan
interval 0 dan 6-12 bulan pada usia 9-14 tahun lebih baik daripada pemberian 3 dosis usia
≥15 tahun sehingga CDC lebih merekomendasikan pemberian 2 dosis vaksin HPV. Apabila
jadwal vaksin HPV terputus, tidak perlu memulai dari awal kembali. Individu yang telah
melebihi interval minimum untuk dosis berikutnya dapat diberikan dosis berikutnya yang
diperlukan. Tidak ada rekomendasi dari Advisory Committee on Immunization
Practices (ACIP) mengenai vaksin HPV 9-valen sebagai vaksin tambahan bagi individu yang
sudah mendapatkan vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen.

KESEDIAAN
HPV tersedia dalam bentuk injeksi.

CARA PENGGUNAAN
Vaksin HPV akan diberikan melalui suntikan ke dalam otot (injeksi intramuskular), biasanya
pada lengan bagian atas. Selain di lengan atas, dokter juga dapat melakukan penyuntikan
vaksin HPV di paha bagian atas. Cara penyimpan dan penggunaa vaksin antara lain :
1. Vaksin HPV harus disimpan secara terus menerus pada suhu 35 0-460F (2-80C) dan
harus terlindungi dari cahaya matahari.
2. Vaksin harus dikeluarkan dari kulkas secepatnya sebelum penyuntikan.
3. Vaksin tidak boleh di diamkan di selain suhu beku.
4. Vaksin yang tidak disimpan di suhu beku tidak boleh digunakan.
5. Vaksin harus dikocok sebelum digunakan untuk menjaga suspensi dalam vaksin.
6. Setelah pengocokan, tidak boleh diencerkan atau dicampur dengan vaksin lainnya. Isi
tabung suntikan atau vial harus diinspeksi sebelum dan sesudah pengocokan.
7. Setelah pengocokan, harus terlihat putih berawan dan cair.
8. Produk tidak boleh digunakan jika terdapat partikulat asing atau jika terlihat berubah
warna.
CARA PEMBERIAN
Vaksin HPV akan diberikan sebanyak 0,5 ml dalam sekali suntik. Berikut ini adalah tahap-
tahap vaksinasi HPV:
 Dokter akan membersihkan area yang akan disuntik dengan kapas beralkohol.
 Dokter akan menjepit kulit di sekitar area suntik dengan tangan.
 Dokter akan menyuntikkan vaksin HPV hingga ke dalam otot melalui permukaan
kulit.
 Dokter akan memberikan kain kasa beralkohol untuk menekan area suntikan ketika
jarum suntik dilepas guna mencegah perdarahan.
Anak-anak dan remaja perempuan akan diberi tahu kapan waktu vaksinasi HPV perlu
dilakukan. Pemberian vaksin HPV harus sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan agar
vaksin dapat bekerja dengan baik. Anda harus mendapatkan seluruh dosis yang sudah
ditentukan. Jika Anda melewatkan salah satu dosis, segera temui dokter untuk mendapatkan
dosis yang terlewat.
VAKSIN ROTAVIRUS
Vaksin Rotavirus merupakan vaksin yang aman untuk mencegah terjadinya diare rotavirus
namun belum masuk dalam program imunisasi nasional. Rotavirus adalah virus paling umum
yang menyebabkan diare parah dan muntah yang dapat menyebabkan hilangnya cairan tubuh
yang cukup besar di antara bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Penyakit Rotavirus sangat
menular dan hampir semua anak terinfeksi sebelum atau pada usia 5 tahun. Rotavirus
menyebar dengan mudah melalui tangan ke mulut karena kontak dengan kotoran dari orang
yang terinfeksi. Sebagian besar anak-anak akan pulih sendiri dari infeksi. Namun, beberapa
anak juga dirawat di rumah sakit karena muntah dan diare parah dengan hilangnya banyak
cairan tubuh yang bisa berakibat fatal. Vaksin rotavirus adalah vaksin hidup dan ketika
diberikan kepada bayi, pertahanan alami tubuh akan menghasilkan antibodi terhadap
rotavirus untuk mencegah diare dan muntah yang disebabkan oleh rotavirus. Organisasi
Kesehatan Dunia ( WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2008, sekitar setengah juta anak
meninggal karena infeksi rotavirus dan menyumbang sekitar 5% dari semua kematian anak di
seluruh dunia. WHO merekomendasikan vaksin rotavirus dimasukkan ke dalam program
imunisasi nasional terutama di negara-negara yang berisiko tinggi terkena penyakit rotavirus
parah dan tingkat kematian yang tinggi akibat virus.

INDIKASI
Vaksin rotavirus tidak termasuk dalam program imunisasi nasional. Vaksin dapat diberikan
kepada bayi usia 6 minggu ke atas untuk mencegah diare dan muntah yang disebabkan oleh
infeksi rotavirus dan dapat diberikan dari usia 6 minggu hingga 32 minggu tergantung pada
jenis vaksin yang diberikan.

KONTRAINDIKASI
Vaksin ini tidak boleh diberikan jika:
 Bayi telah mengalami reaksi alergi yang parah terhadap vaksin rotavirus atau alergi
terhadap komponen apa pun dalam vaksin.
 Bayi menderita kelainan genetik langka yang dapat mempengaruhi sistem pertahanan
tubuh dan dikenal sebagai Severe Combined Immunodeficiency (SCID).
 Bayi menderita sejenis penyumbatan usus (teleskopi daerah usus atau intususception).
 Bayi dilahirkan dengan cacat di usus yang dapat menyebabkan penyumbatan usus.
Vaksinasi harus ditunda jika bayi mengalami infeksi parah dan demam dengan suhu tinggi,
diare dan/atau muntah.

DOSIS
Vaksin seri 3 (Vaksin Rotavirus Pentavalen ) dosis dapat diberikan hingga usia 32 minggu
 Dosis pertama diberikan kepada bayi pada usia 6 hingga 12 minggu. Dosis berikutnya
diberikan pada interval waktu setidaknya 4 minggu antara setiap dosis. Jadwal
vaksinasi harus diselesaikan sebelum bayi berusia 32 minggu.
Vaksin seri 2 (Vaksin Rotavirus Monovalen)dosis dapat diberikan hingga usia 24 minggu
 Dosis pertama diberikan pada bayi sejak usia 6 minggu. Dosis berikutnya diberikan
pada interval waktu minimal 4 minggu. Jadwal vaksinasi harus diselesaikan sebelum
bayi berusia 24 minggu.

CARA PENGGUNAAN
Vaksin rotavirus dapat diberikan bersama dengan vaksin lain yang direkomendasikan seperti
difteri, tetanus, batuk rejan/pertusis, Haemophilus influenzae tipe b, polio tidak aktif,
hepatitis B, pneumokokus dan meningokokus kelompok C.
Kedua jenis vaksin harus disimpan di lemari es pada suhu 2 hingga 8 derajat Celcius,
terlindung dari cahaya dan tidak boleh dibekukan.

CARA PEMBERIAN
 Vaksin Rotavirus diberikan dengan cara diteteskan secara perlahan ke dalam mulut
anak. Hal ini untuk mencegah vaksin dimuntahkan kembali. Untuk mengurangi resiko
vaksin dimuntahkan kembali, pemberian vaksin sebaiknya dilakukan sebelum bayi
menyusu.
 Jika bayi memuntahkan sebagian besar dosis vaksin, dosis pengganti dapat diberikan
pada kunjungan yang sama jika bayi divaksinasi dengan serangkaian 2 dosis. Namun,
untuk bayi yang divaksinasi dengan jenis seri 3 dosis, dosis pengganti tidak perlu
diberikan. Bayi harus menerima dosis vaksin berikutnya sesuai dengan jadwal yang
ditentukan

Anda mungkin juga menyukai