Disusun Oleh :
PREMATURITAS
Permukaan tubuh relatif lebih luas Penurunan daya tahan tubuh Fungsi organ-organ belum baik
Tubuh
Hipotermi
Pertumbuhan dinding Reflek menelan belum
dada dan vaskuler paru sempurna
belum sempurna
c) Dada
Inspeksi : Perhatikan bentuk dada, gerakan napas, perhatikan ada
tidaknya alat bantu napas, perhatikan kemerahan atau tanda infeksi
lainnya pada bagian dada.
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan, ekspansi dada, denyut apeks
jantung dan taktil fremitus.
Perkusi : Ada tidaknya nada resonansi, hiper resonansi, redup,
datar, atau timpani.
Auskultasi : Ada tidaknya suara tambahan.
d) Payudara dan ketiak
Inspeksi : Perhatikan bentuk, perhatikan ada tidaknya benjolan atau
massa.
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan.
e) Ekstremitas
Inspeksi : Perhatikan bentuk ada tidaknya pembesaran (edema),
perhatikan kemerahan atau tanda infeksi lainnya pada bagian
ekstremitas, perhatikan fungsi pergerakan.
Palpasi : Cek untuk mengetahui sirkulasi perifer, suhu kulit.
f) Kulit dan kuku
Inspeksi : Perhatikan warna kulit, perhatikan kemerahan atau tanda
infeksi lainnya.
Palpasi : Cek CRT dan turgor kulit.
g) Keadaan lokal
Perhatikan keadaan lokal klien dilihat dari satu sisi
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Diagnosis keperawatan yang
sering muncul yaitu :
1. Pola napas tidak efektif (0005) b.d hambatan upaya napas d.d pola napas
abnormal.
2. Hipotermia (D.0132) b.d transfer panas meningkat d.d kulit teraba dingin,
menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal, hipoksia dan kutis memorata
(pada neonatus).
3. Risiko ikterik neonatus (D.0035) dibuktikan dengan prematuritas (< 37
minggu).
3. Intervensi Keperawatan
Menurut tim pokja SIKI DPP PPNI (2018) dan Tim Pokja SLKI DPP PPNI
(2019) tujuan dan kriteria hasil serta perencanaan yang dilakukan pada bayi
prematur yaitu sebagai berikut :
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
keperawatan selama …×24 jam, (I.01014)
diharapkan pola napas membaik Observasi :
dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi,
1. Frekuensi napas dari kedalaman dan
skala 3 (sedang) upaya napas
ditingkatkan ke skala 4 2. Monitor pola napas
(cukup membaik) 3. Monitor adanya
2. Kedalaman napas dari sumbatan jalan napas
skala 3 (sedang) 4. Monitor saturasi
ditingkatkan ke skala 4 oksigen
(cukup membaik) Terapeutik :
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika
perlu
2. Hipotermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipotermia
keperawatan selama …×24 jam, (I.14507)
diharapkan pola napas membaik Observasi :
dengan kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil dari skala 3 2. Identifikasi
(sedang) ditngkatkan ke penyebab hipotermia
skala 4 (cukup menurun) (mis, kekurangan
2. Suhu tubuh dari angka 3 lemak subkutan)
(sedang) ditingkatkan ke 3. Monitor tanda dan
skala 4 (sukup membaik) gejala akibat
3. Suhu kulit dari skala 3 hipotermia
(sedang) ditingkatkan ke Terapeutik :
skala 4 (cukup membaik) 1. Sediakan lingkungan
yang hangat (mis,
inkubator)
2. Lakukan
penghangatan pasif
(mis, selimut,
penutup kepala)
3. Lakukan
penghangatan
internal (mis, infus,
cairan hangat)
3. Resiko Ikterik neonatus Setelah dilakukan tindakan Fototerapi Neonatus
keperawatan selama 4x24 jam Observasi :
diharapkan derajat kremer pada 1. Monitor ikterik pada
klien turun. Kriteria hasil : sclera dan kulit bayi
1. Kulit kuning menurun 2. Monitor suhu dan tanda
2. Berat badan meningkat vital setiap 4 jam sekali
3. Sklera kuning menurun 3. Monitor balance cairan
Terapeutik :
1. Siapkan lampu fototerapi
dan Inkubator atau kotak
bayi
2. Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok
3. Berikan penutup mata
4. Hitung kebutuhan cairan
5. Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar fototerapi
secara berkelanjutan
6. Atur jarak fototerapi
7. Ganti segera alas dan
popok bayi jika BAB/BAK
8. Gunakan linen berwarna
putih agar memantulkan
cahaya sebanyak mungkin
Edukasi Anjurkan ibu
menyusui atau memompa
ASI sesering mungkin
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang
dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien
dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana digambarkan dalam
rencana yang sudah dibuat (Patrisia et al., 2020)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang
diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat
seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam
kriteria hasil (Patrisia et al., 2020)
DAFTA PUSTAKA
Agustin, J. 2020. Studi Literatur : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah. Bandar Lampung: Sarjana Terapan Kebidanan Metro Jurursan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Arum, W. A. dan S. S. Riana. 2021. Tatalaksana pemberian nutrisi pada bayi prematur untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Seminar Nasional Riset Kedokteran
(SENSORIK). 2(1):194–201.
Carrasco, M. dan C. E. Stafstrom. 2019. How early can a seizure happen pathophysiological
considerations of extremely premature infant brain development. Developmental
Neuroscience. 40(5–6):417–436.
Erwin, D. C. 2021. Mari Ketahui Pentingnya Skrining Bagi Bayi Prematur. 2021
Handriana, I. 2016. Keperawatan Anak. Edisi 1. Sindanglaut Cirebon: LovRinz.
Julianti, E., Y. Rustina, dan E. Defi. 2019. Program perencanaan pulang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu yang melahirkan bayi prematur merawat bayinya.
Jurnal Keperawatan Indonesia. 22(1):74–81.
Lestari, L. 2021. Manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan persalinan prematur
di rsud ciamis. Tunas-Tunas Riset Kesehatan. 11(1):37–41.
Padila dan I. Agustien. 2019. Suhu tubuh bayi prematur di inkubator dinding tunggal dengan
inkubator dinding tunggal disertai sungkup. Jurnal Keperawatan Silampari.
2(2):113122..
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis.
Rukiyah & Yulianti. 2018. Buku Ajar Kegawat Daruratan Anak Neonatus. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka
Suminto, S. 2017. Peranan surfaktan eksogen pada tatalaksana respiratory distress syndrome
bayi prematur. Cermin Dunia Kedokteran. 44(8):568–571.
Sulistiarini & Berliana, .2016. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka: Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Cetakan III
(Revisi). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I
Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I
Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Warliani, M., N. Mayasari, dan F. Soewito. 2020. Mengenal masalah oromotor pada bayi
prematur. Journal of The Indonesian Medical Association. 70(12):278–286.
WHO. 2018. Preterm Birth. 2018