BAB I
PENDAHULUAN
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer, 2001).
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah sindrom klinis yang
awal timbulnya mendadak, progesif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/
atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk
suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu
sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh
berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau
berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif
dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang
lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam
menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
1
2
kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan
dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui.
Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I
(PPK I)
hemoragik.
non hemoragik.
mobilitas fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer, 2001).
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah sindrom klinis yang
awal timbulnya mendadak, progesif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/
atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik (Mansjoer A, 2000; Rumantir CU, 2007.). Menurut Price & Wilson
(2005) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri
tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju
mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke
selanjutnya. Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang
mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam
3
4
sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini
berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran
darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian. Stroke non hemoragik
sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri
besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus)
yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal.
2.1.2 Klasifikasi
gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh
b) Emboli serebri
c) Hipoperfusi sistemik
5
4) Completed stroke
1) Sistem karotis
fugaks
2) Sistem vertebrobasiler
2.1.3 Etiologi
Stroke non-hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari tiga mekanisme patogenik
yaitu trombosis serebri atau emboli serebri dan hipoperfusion sistemik (Sabiston,
yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa
progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau
hari.
2.1.3.2 Emboli serebri merupakan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau
2.1.4 Patofisiologi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
7
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagai neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam jumlah normal
darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-60 ml per 100 gram jaringan otak per
menit. Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840
ml/menit, dari jumlah darah itu disalurkan melalui arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian
depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut
Proses patologik yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi di dalam
2.1.4.1 Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada
2.1.4.2 Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
2.1.4.3 Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan
mendapat suplai darah, yang diantaranya dapat terjadi kelainan di system motorik,
sensorik, fungsi luhur, yang lebih jelasnya tergantung saraf bagian mana yang
terkena.
2.1.5.1 Kehilangan motorik paling umum adalah hemiplagia (paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan pada satu sisi) serta disfagia.
arteri.
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
pemindaian CT).
2.1.6.3 CT Scan
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
2.1.6.7 Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
2.1.6.8 Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
2.1.7 Penatalaksanaan
non hemoragik yang di perlukan pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi
dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat
10
2000).
2.1.5.2 Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)
activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil
CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan
2.1.5.3 Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam yang
diantaranya yaitu :
trombosis yang progresif dan optimalisasi volume dan tekanan darah yang
3) Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga faktor
utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan hipertensi akut, ini
tak boleh di beri antikoagulan selama 43-72 jam pertama, bila ada
4) Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke
10% di berikan bolus intravena sisanya diberikan per drip dalam wakti 1
11
jam jika onset di pastikan <3 jam dan hasil CT scan tidak memperlihatkan
2.1.5.6 Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau
iskemia miokard, bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka dapat
2) Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali
sangat drastis. Pengobatan lain jika tekanan darah masih sulit di turunkan
dalam air (200 mg/ml) dengan kecepatan 3 ml/jam (10 mg/menit) dan dititrasi
nitrogliserin drip 10-20 mg/menit, bila di jumpai tekanan darah yang rendah
pada stroke maka harus di naikkan dengan dopamin atau debutamin drips.
2.1.6.1 Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
6) Neurosensori
7) Kenyamanan
8) Interaksi Sosial
yaitu:
gangguan sensasi.
Intervensi :
tidak sakit
mencegah kontraktur dan dapat berespon baik jika daerah yang sakit tidak
kebutuhan
fisik.
14
gangguan sensasi.
Intervensi :
Rasional : Lotion atau baby oil merupakan bbentuk barier untuk mencegah
sekali
Intervensi :
yang mudah
menjadi normal
2.2.1 Definisi
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).
16
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
(NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
(kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),
penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan
2.2.2 Etiologi
2.2.2.1 Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya,
mobilitas.
2.2.4 Patofisiologi
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
18
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
hubungan tulang.
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
2.2.6 Komplikasi
makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas
metabolisme.
20
trombus.
langsung.
osteoporosis.
akibat imobilitas.
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.7.1 Terapi
1) Penatalaksanaan umum
pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
terbatas.
2) Penatalaksanaan khusus
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk
permanen.
3) Penatalaksanaan Lain
fleksibilitas sendi.
b) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan
otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan
aktif).
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
paru dengan memanfaatkan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri.
lain.
2.2.8.1 Pengkajian
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Kesehatan
3) Pemeriksaan Fisik
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
berlebihan).
sendi.
salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi
Parkinson).
26
atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
pengisian kapiler.
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
PERSENTASE
SKALA KEKUATAN KARAKTERISTIK
NORMAL (%)
0 0 Paralisis sempurna
2) Nyeri akut
3) Intoleransi aktivitas
2.2.8.3 Intervensi
c) Ajarkan teknik Ambulasi dan perpindahan yang aman kepada klien dan
keluarga.
d) Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker.
e) Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
g) Ajarkan pada klien dan keluarga tentang cara pemakaian kursi roda dan
j) Latihan Keseimbangan
k) Ajarkan pada klien dan keluarga untuk dapat mengatur posisi secara
m) Ajarkan pada klien atau keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg
2) Nyeri akut
Pain Management
nyeri pasien
j) Tingkatkan istirahat
29
k) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
3) Intoleransi aktivitas
Managemen Energi
dijangkau
energi.
i) Kaji pola istirahat klien dan adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penis atau vulva, rambut,
kulit
d) Kolaborasi dengan Tim Medis dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan
ektremitas yang sakit atau terbatas terlebih dahulu, Gunakan pakaian yang
longgar
d) Ajarkan pada klien dan keluarga untuk melakukan toileting secara teratur.
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nim : 2015.C.07a.0664
Nama: : Ny. Y
Umur: : 65 Tahun
Pekerjaan: : IRT
Pendidikan : SMA
32
33
Pada tanggal 26 September 2017 pasien dibawa ke IGD RSUD dr. Doris
Sylvanus dengan keluhan lemah anggota gerak tubuh sebelah kiri, sakit
membaik tetapi setelah beberapa hari pada saat bangun tidur pagi pasien
kembali merasakan lemah annggota gerak tubuh sebelah kiri lalu keluarga
Di IGD pasien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 20 tpm dan injeksi
3x500 gr, dan injeksi Ranitidine 2x1 gr. Selama 6 hari di rawat di Ruang
Nusa Indah pasien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 20 tpm, injeksi
(paman).
34
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny.Y)
: Tinggal serumah
: Meninggal
Pasien tampak terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm di tangan sebelah kiri. Pasien
sedang (ectomorph), suasana hati baik, berbicara lancar, fungsi kognitif orientasi
waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang
pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme
Pada saat pengkajian tandatanda vital, tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi
pernafasan teratur, suara nafas tambahan tidak ada dan pernapasan 20x/menit.
Pasien tidak merasa pusing, tidak ada nyeri dada, pasien tidak ada merasa
kepala sakit dan tidak ada pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien tidak
mengalami clubing finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat,
capillary refill < 2 detik, tidak terdapat oedema, ictus cordis tidak terlihat, tidak
kesadaran Ny. Y comphos mentis, pupil Tn. R isokor tidak ada kelainan, reflex
pemeriksaan ini menggunakan minyak kayu putih dan teh, pasien mampu
(abdusen): pasien dapat menggerakan bola matanya kesamping, kanan, dan kiri.
Syaraf kranial VII (fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat
pasien mampu menggerakan lehernya dengan baik, pasien mampu menoleh kekiri
produksi urine dengan output urine 3x/hari, sekitar 1200 cc warna urine kuning
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir kering,
gigi tidak lengkap dan tidak terdapat caries, reflek mengunyah baik, tidak ada
peradangan dan kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah,
mukosa bibir lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan
37
pada rektum, tidak terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna kuning dan
ektrimitas kiri terbatas, tidak ada parises, tidak ada nyeri dan bengkak, hemiparase
kiri, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ektrimitas atas 5555 4444 ektrimitas
bawah 5555 4444 tidak terdapat deformitas tulang, peradangan, perlukaan dan
dan alergi makanan. Suhu kulit Ny.Y hangat , warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan,
jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, dibubusi rambut merata, bentuk
1) Mata/Penglihatan
normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea bening, tidak ada keluhan dan
nyeri yang di rasakan klien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau
kacamata.
38
2) Hidung/Penciuman
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.1.13Sistem Reproduksi
Tidak Di Kaji
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat berkumpul dengan
keluarganya.
Tinggi badan 155 cm, berat badan sebelum sakit 62 kg, berat badan saat
sakit 62 kg. Diet rendah garam, nasi lembek tidak kesukaran menelan atau
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 6-7 jam dan siang hari
3.1.4.4 Kognitif
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang
ibu dari anak-anaknya dan seorang nenek dari cucu-cucunya harga diri: pasien
sangat di perhatikan oleh keluarga, Peran: pasien adalah sebagai ibu dan nenek
dari cucunya.
anaknya.
40
Pasien mengatakan selama dirawat di ruang nusa indah tidak ada tindakan
3.1.5 Sosial-Spritual
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Ny.Y di rawat di
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
2) Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny.Y adalah saudara, anak menantu dan cucu-
cunya.
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga dan
beristirahat di rumah.
Mahasiswa,
(Norhikmah)
42
ANALISA DATA
Obyektif Penyebab
sebelah kiri
DO : Hemiparase kiri
5555 4444
Ekstrimitas bawah :
5555 4444
pakaian
DO : Hemiparase kiri
mandiri
44
PRIORITAS MASALAH
neuromuskular
45
Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Mengetahui kualitas mobilisasi pasien
fisik berhubungan tindakan keperawatan mobilisasi 2. Membantu pasien agar tidak terjadi
dengan hemiparase selama 3x24 jam terjadi 2. Bantu pasien saat mobilisasi cedera dan memenuhi kebutuhan ADLs
kiri peningkatan mobilitas dan penuhi kebutuhan ADLs 3. Meminimalkan atrofi otot,
1. Pasien mengatakan 3. Anjurkan pasien untuk mencegah kontraktur dan dapat berespon
kelemahan anggota gerak membantu pergerakkan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi
menggerakkan dan 4. Kolaborasi dengan fisioterapi bagi pasien dengan hambatan mobilitas
sakit.
2. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Megetahui sejauh mana kemampuan
keleahan, gangguan jam defisit perawatan diri 2. Bantu pasien memilih pakaian 2. mempermudah pasien dalam
neuromuskular. pasien dapat teratasi dengan yang mudah dipakai dan dilepas berpakaian
2. Pakaian pasien tampak perawatan diri pasien pasien dengan bantuan keluarga.
nyaman
48
Implementasi Keperawatan
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Selasa, 03 Dx 1 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam S : Pasien Mengatakan : saya masih merasa
Tanggal Keperawatan
Jam
Selasa, 03 Dx 2 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam S : Pasien Mengatakan : Saya merasa lebih
tampak bersih
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ny. Y dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik, maka pada bab ini akan
dan pemeriksaan fisik. Faktor penyebab Stroke Non Hemoragik pada kasus
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada
diagnosa satu dan dua semua rencana tindakan keperawatan sudah dilakukan
dengan rencana diagnosa satu dan dua semua pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
belum teratasi dan diagnosa kedua belum teratasi hal ini karena faktor
50
51
4.2 Saran
menguasai kasus yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang
komprehensif.
dan keluarga tentang tanda dan gejala, tindakan keperawatan, dan diet yang tepat
pada penyakit stroke non hemoragik. Perawat juga diharapkan dapat bekerja sama
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier, 2011.
Kristofer D. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Stroke Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009. Medan: FK USU, 2010.
oktober 2017
Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada Usia
Mardjono M & Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.