I. Kontrak Pembelajaran
1. Standar Kompetensi
a. Pembelajaran teori
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
teori, konsep cairan dan elektrolit.
b. Pembelajaran aplikatif
Mampu menangani gangguan-gangguan pada keseimbangan cairan dan elketrolit
dalam proses keperawatan sebagai metode pemecahan masalah dalam keperawatan
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami tentang gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan:
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
b. Mampu melakukan menghitung kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
c. Mampu melakukan keterampilan menghitung tetesan infus.
d. Mampu melakukan keterampilan memasang infus.
e. Mampu melakukan keterampilan memasang transfusi darah.
Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari
Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa
elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vital
air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein,
hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu
diupayakan konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.
c. Distribusi cairan
Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan (BB) dan jenis kelamin.
Jumlah cairan tergantung pada jumlah lemak tubuh, lemak tubuh tidak berair, jadi semakin
banyak lemak maka semakin kurang cairan. Air adalah komponen tubuh yang paling utama.
Air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi
maupun larutan. Air tubuh total (Total Body Water/TBW) yaitu presentase dari berat air
Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
- Untuk laki-laki dengan berat badan 70 Kg
Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler. Cairan
transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura, intraokuler, dll.
3. Fungsi cairan
1) Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2) Mengeluarkan buangan-buangan sel
3) Mmbentu dalam metabolisme sel
4) Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5) Membantu memelihara suhu tubuh
6) Membantu pencernaan
7) Mempemudah eliminasi
a. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah putih, sel darah merah)
Tabel 11.5 Jumlah Kehilangan Air Dan Elektrolit Per 100 Kcal Bahan Metabolik
Dalam Keadaan Normal Maupun Sakit
KEADAAN NORMAL KEADAAN SAKIT
CARA
H2O Na K H2O Na K
HILANG
(ml) (mEq) (mEq) (ml) (mEq) (mEq)
Evaporasi
1. Paru 15 0 0 10-60 0 0
2. Kulit 40 0,1 0,2 20-100 0,1-3,0 0,2-1,5
Tinja 5 0,1 0,2 0-50 0,1-4,0 0,2-3,0
Air Kemih 65 3 0,2 0-400 0-30,0 0-30,0
TOTAL 125 3,2 2,4
a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk bergerak
dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan tidak teratur (random) dari ion dan molekul.
Suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler dan alveoli.
Proses difusi dapat dilihat pada gambar berikut:
(a) Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein (misal air dan
urea), maka akan terjadi difusi sederhana
(b) Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan karbondioksida), maka
akan terjadi difusi sederhana
(c) Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam sel melalui
substansi pembawa, maka akan terjadi difusi dipermudah.
2) Faktor yang meningkatkan difusi:
(a) Peningkatan suhu
(b) Peningkatan konsentrasi partikel
(c) Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
(d) Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
(e) Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran
semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan
yang memiliki konsentrasi solut tinggi. Membran tersebut permeable terhadap zat
pelarut, tetapi tidak permeable terhadap solut (zat terlarut), yang berupa materi
partikel. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solut di dalam larutan,
suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang
dikeluarkan oleh larutan. Konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang
mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau
keduanya. Dalam osmosis ada tiga istilah penting, yaitu:
Tekanan osmotik : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini
bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan ini
diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini tergantung
kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.
Tekanan onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin),
tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam
kompartemen intravaskuler.
Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkan
oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau agen kontras
dalam urin.
c. Transpor aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini memungkinkan sel
menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu sel dapat menerima atau
memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi tinggi. Pada transport aktif, substansi dapat
berpindah dari larutan dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Transport aktif
ditingkatkan oleh molekul pembawa (carrier molecule) yang berada di antara sel, yang akan
mengikat diri mereka sendiri dengan molekul yang masuk ke dalam sel. Transport aktif
merupakan mekanisme sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk
melakukan aktivitas metabolik. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan kalium.
Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel, melawan gradien
konsentrasi.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2) Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3) Fase III :
4) Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.
d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini berlangsung aktif di
bantalan kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan
Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Page 186
Ilmu Keperawatan Dasar
perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut lain yang berada di antara cairan kapiler dan
cairan interstisiel. Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan
rendah.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu liquid di dalam sebuah
ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki ruang kapiler jika tekanan hidrostatik lebih
tinggi dari tekanan interstisiel, sehingga cairan dan solut berpindah dari kapiler menuju sel.
Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan produk-produk sisa metabolisme berpindah dari
sel menuju kapiler , karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.
8. Pengaturan cairan
Air penting untuk kehidupan, orang dapat hidup beberapa minggu tanpa makanan,
tetapi hanya dapat hidup beberapa tanpa air. Air mempertahankan volume darah, mengatur
suhu, mengantarkan elektrolit dan nutrien ke dan dari sel, dan merupakan bagian dari banyak
reaksi biologis. Secara kimiawi, air dan elektrolit bekerja sama untuk mempertahankan
keseimbangan air. Masukan air diatur melalui sensasi haus, air dan elektrolit secara terus-
menerus hilang dan diganti. Keseimbangan air diatur terutama oleh ginjal yang berespon
terhadap konsentrasi solut yang terdapat dalam cairan tubuh yang telah disaring.
Pada kondisi normal, intake cairan mengimbangi kehilangan cairan. Kondisi sakit
keseimbangan cairan akan mengalami gangguan, sehingga akan terjadi tubuh kekurangan
cairan atau kelebihan cairan. Secara normal, kehilangan cairan terjadi untuk mempertahankan
fungsi tubuh. Kehilangan cairan itu bisa melalui udara pernafasan, penguapan dari kulit,
pengeluaran dari ginjal sebanyak 500 ml, dan cairan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
sampah metabolik. Total pengeluaran perhari kira-kira 1300 ml perhari.
Kandungan air tubuh yang aktual tergantung dari variabel, seperti umur, jenis kelamin,
komposisi tubuh, dan proses penyakit. Orang dewasa terdiri dari kira-kira 60 % air, bayi kira-
kira 77 %. Wanita mempunyai kandungan air yang sangat sedikit daripada pria karena
jumlah lemak yang lebih banyak. Terdapat hubungan terbalik antara air tubuh dan jaringan
adipose (lemak), makin banyak jaringan adipose, makin sedikit air tubuh. Banyak proses
penyakit mempengaruhi air tubuh, contohnya gagal ginjal, gagal jantung kongestif, dan
disfungsi gastrointestinal. Kondisi abnormal ini mempengaruhi konsentrasi elektrolit yang
terdapat dalam CIS dan CES dan menyebabkan perpindahan cairan antar kompartemen.
Sejumlah mekanisme homeostatik bekerja tidak hanya untuk mempertahankan
konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga volume cairan total tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara
makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar
system organ. Yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofise,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru.
a. Ginjal
Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit tubuh. Total
body water (TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang disimpan
oleh ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan fungsinya.
Fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan adalah:
1) Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selektif cairan
tubuh.
2) Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang
dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak dibutuhkan
3) Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen
4) Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik,
Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya umur.
b. Kardiovaskuler
Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status jantung, dan
pembentukan tulang, integritas dan struktur membran sel, koagulasi darah dan relaksasi otot.
Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur oleh hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon
parathyroid (PTH) mengontrol keseimbangan kalsium, absorpsi kalsium di gastrointestinal,
dan ekskresi kalsium di ginjal. Hormon parathyroid (PTH) dilepaskan oleh kelenjar
parathyroid dalam respon terhadap kadar kalsium serum rendah. Ia meningkatkan resorpsi
tulang (gerakan kalsium dan fosfor keluar tulang) mengaktivasi vitamin D, meningkatkan
absorpsi kalsium dari saluran gastrointestinal, dan merangsang ginjal menyimpan kalsium
dan mengekskresi fosfor. Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tyroid bila kadar kalsium serum
meningkat, ini akan menghambat resopsi tulang. Gangguan dalam keseimbangan kalsium
akibat perubahan pada metabolisme tulang, sekresi hormon parathyroid, disfungsi ginjal, dan
masukan diet berkurang.
4) Klorida
Klorida merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah secara pasif
berhubungan dengan kadar natrium, sehingga bila natrium serum meningkat, klorida juga
meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan atau penambahan klorida seringkali
mempengaruhi kadar natrium. Keseimbangann klorida dipertahankan melalui asupan
makanan dan ekskresi serta reabsorpsi renal. Kadar klorida yang meningkat disebabkan oleh
dehidrasi, gagal ginjal, atau asidosis. Kadar klorida yang menurun disebabkan oleh hilangnya
cairan dalam saluran gastrointestinal (mual, muntah, diare, atau pengisapan lambung).
Klorida diatur melalui ginjal, jumlah yang diekskresikan berhubungan dengan asupan
makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang mengkonsumsi klorida dalam jumlah
besar, akan mengekskresikan klorida yang lebih tinggi dalam urine.Nilai laboratorium normal
untuk klorida serum adalah 100-106 mEq/L.
5) Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan intrasel setelah kalium.
Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet. Magnesium tubuh, kira-kira 50-60%
terletak dalam tulang dan kira-kira 1% terletak di CES. Kira-kira seperempat sampai
sepertiga dari magnesium plasma terikat pada protein, sebagian kecil berikatan dengan
substansi lain (kompleks), dan bagian sisanya terionisasi atau bebas.
Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia memainkan perana vital fungsi seluler
normal. Secara khusus, magnesium berperan dalam mengaktifkan enzim yang terlibat dalam
metabolisme karbohidrat dan protein, dan mencetuskan pompa kalium-natrium. Magnesium
juga berperan dalam transmisi aktivasi neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat dan
fungsi miokard.
Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Page 192
Ilmu Keperawatan Dasar
Magnesium diatur oleh beberapa faktor, yaitu absorpsi gastrointestinal, vitamin D dan
ekskresi ginjal. Secara normal, hanya sekitar 30-40% diet magnesium diabsorpsi. Ekskresi
ginjal terhadap perubahan kadar magnesium untuk mempertahankan keseimbangan
magnesium, dipengaruhi oleh ekskresi natrium dan kalium, volume CES, serta adanya
hormon parathyroid (PTH). Ekskresi menurun dengan peningkatan PTH, penurunan ekskresi
kalsium-natrium, dan kekurangan volume cairan. Nilai normal magnesium serum adalah 1,5-
2,5 mEq/L. Kondisi defisit magnesium (hipomagnesemia), dijumpai pada malnutrisi,
alkoholisme, dan terapi IV jangka panjang tanpa pemberian suplemen magnesium.
Sedangkan kondisi kelebihan magnesium (hipermagnesemia) paling sering dijumpai pada
pasien yang menderita gagal ginjal, mereka yang menderita ketoasidosis diabetik, dan mereka
yang menggunakan antasid dan laksatif dalam jumlah berlebihan.
6) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion bikarbonat
ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh ginjal, apabila tubuh memerlukan
lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorpsi bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan
bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam cairan ekstrasel. Bikarbonat merupakan ion
penting dalam sistem buffer asam karbonat-bikarbonat yang berperan dalam kesimbangan
asam-basa.
Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/L. Dalam darah vena, bikarbonat diukur
melalui karbondioksida dan nilai bikarbonat normal pada dewasa adalah 24-30 mEq/L.
7) Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan kalsium
membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi. Fosfat juga meningkatkan kerja
neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu
pengaturan asam-basa. Fosfat secara normal diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal.
Konsentrtasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon parathyroid dan vitamin D teraktivasi.
Nilai normal fosfat serum adalah 2,5-4,5 mg/100 ml.
2) Hipervolemia
Hipervolemia merupakan penambahan volume CES. Kondisi ini bisa terjadi bila
tubuh menahan air dan natrium dalam proporsi yang sama, tanpa disertai perubahan
kadar elektrolit.
(a) Etiologi hipervolemia:
(1) Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi (gagal
jantung, cushing syndrome, gagal ginjal, serosis hati)
(2) Intake natrium klorida yang berlebihan
(3) Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah
berlebihan
(4) Banyak makan makanan yang mengandung natrium
(b) Gejala hipervolemia:
(1) Sesak nafas, ortopnea
(2) Edema perifer, kenaikan berat badan sementara (2% hipervolemia
ringan, 5% hipervolemia sedang dan 8% hipervolemia berat)
(3) Nadi kuat, takikardia
(4) Asites, efusi pleura, bila sudah berat bisa menimbulkan edema pulmo
(5) Kulit lembab
(6) Irama gallop
Kelebihan air dan natrium pada kompartemen ekstraseluler dapat meningkatkan
tekanan osmotik. Cairan akan ditarik keluar sel, sehingga mengakibatkan edema
(cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial). Edema terjadi sebagai akibat dari
pertambahan volume cairan interstisial dan diartikan sebagai bengkak yang dapat
teraba dari ruang interstisial. Edema bisa bersifat terlokalisasi (contoh tromboflebitis
pada obstruksi vena) dan umum (contoh gagal jantung). Peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler akibat penambahan volume atau obstruksi vena, peningkatan
permeabilitas kapiler karena luka bakar, alergi, atau infeksi akan menyebabkan
peningkatan volume cairan interstisial. Penurunan pembuangan cairan interstisial
terjadi bila terdapat obstruksi pada aliran keluar limfatik atau penurunan tekanan
onkotik (protein bisa membantu untuk menahan volume vaskuler pada ruang
vaskuler). Retensi air dan natrium oleh ginjal yang meningkat akan mempertahankan
edema umum.
Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata pada area tergantung. Pada
pasien ambulasi akan menunjukkan edema pretibia atau pergelangan kaki, sedangkan
pasien yang terbatas di tempat tidur akan menunjukkan edema sacral. Edema umum
bisa juga terjadi di sekitar mata (periorbital) atau pada kantong skrotal karena tekanan
jaringan rendah pada area ini.
4) Ketidakseimbangan osmolar
Dehidrasi (ketidakseimbangan hiperosmolar) terjadi bila ada kehilangan air tanpa
disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium. Faktor risiko
terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu asupan oral (perubahan
fungsi neurologis), lansia yang lemah (penurunan fungsi tubuh, peningkatan lemak
tubuh), penurunan sekresi ADH (pada diabetes insipidus), Ketidakseimbangan
hiperosmolar disebabkan oleh setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis
osmotik dan pemberian larutan hipertonik melalui intravena. Ketidakseimbangan
hipoosmolar terjadi ketika asupan cairan berlebihan (polidipsi psikogenik) atau
sekresi ADH berlebihan
13. Nilai-Nilai Normal
ATAU
3) ANAK
CONTOH SOAL 1:
Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml cairan RL.
Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu
12 jam? Pada label tertulis 15 tetes.
Diketahui:
Cairan = 2.400 ml (cc)
Waktu = 12 jam
Faktor tetesan = 15 tetes
Pertanyaan:
Berapa Tetes per menit?
Jawab :
= 50 tetes/menit
Contoh soal 2
Pertanyaan:
Berapa Tetes per menit?
Jawab :
= 100 tetes/menit
+ IWL Normal
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat
Badan dan Umur, karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake
cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995)
Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix
perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70
mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT
terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi
terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip
Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700
cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan
dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input Cairan:
Infus : 2000 cc
Tranfusi WB : 300 cc
Obat injeksi : 100 cc
Air Metabolisme : 300 cc (5 cc x 60 kg)
Total = 2700 cc
= - 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWL Tn Y
= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
IWL = 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Muntah 100 cc
Urin 1000 cc
OUTPUT CAIRAN
IWL 378 cc (30-3 tahun) x 14 kg
Total 1478 cc