Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH :
DANIAL YUSI GUFRAN
019.02.0899

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN


A. DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri
sendiri jarang trjadi dalam bentuk berlebihan atau
kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuhtetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan
membrane sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter
tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh
dengan beberapa cara yaitu:
1. Difusi
Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam
cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di
difusikan menembus membrane sel. Klecepatan difusi di
pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan
temperature.
2. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air,
melaui membran semipermiabel dan larutan yang
berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi
yang sifat nya menarik.
3. Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih
tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa
jantung.

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24
jam)
1 3 hari, 30 kg 250-300
2 1 tahun, 9,5 kg 1150-1300
3 2 tahun, 11,8 kg 1350-1500
4 6 tahun, 20,0 kg 1800-2000
5 10 tahun, 28,7 kg 2000-2500
6 14 tahun, 45,0 kg 2200-2700
7 18 tahu, 54,0 kg 2200-2700

Volume cairan tubuh


Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-
kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada
wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih
rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana
makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru
lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari BB, usia
puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan
wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan
wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk
pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,
karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.
Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
di karenakan gangguan fungsi ginjal ataw jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan
elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan
membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya:
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melalui IWL.
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan medis
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-
lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko
tinggimengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.

D. MASALAH-MASALAH GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra
seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui
kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih,
anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi
dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat,
turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa
mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut,
mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak
adanya penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemi
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada
saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi
natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi
kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab,
distensi vena leher, dan irama gallop.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan


A. Asuhan Keperawatan
 PENGKAJIAN FOKUS
Data Subjektif :
Identitas  mendapatkan data identitas pasien meliputi :
 Nama.
 Umur.
 Jenis Kelamin.
 Pendidikan.
 Pekerjaan.
 Alamat.
 No. Registrasi.
 Diagnosa Medis.
 Tanggal MRS.

Riwayat Kesehatan :

 Keluhan Utama.
 Riwayat Penyakit Sekarang.
 Riwayat Penyakit Lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga.

Riwayat Keperawatan
a. Pola Intake
 Jumlah Cairan yang dikonsumsi.
 Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
b. Pola Eliminasi
 Mual muntah, Diare
 Kebiasaan berkemih.
 Perubahan jumlah maupin frekuensi.
 Karakteristik urine.
c. Evaluasi status kehilangan cairan klien
 Tanda-tanda.
 Edema.
 Rasa haus berlebihan.
 Membran mukosa kering.
d. Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan.
 Kanker, luka bakar.

Data Objektif :
Pemeriksaan Fisik :

 Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.


 Kepala : normal atau abnormal.
 Wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau
tidak, dll.
 Mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau
tidak, dll.
 Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab, Lidah putih
atau tidak, dll.
 Hidung : normal atau abnormal.
 Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
 Integumen : turgor kulit <2 detik atau tidak, adanya edema
atau tidak, adanya kelemahan otot atau tidak.
 Berat Badan : menurun atau tidak.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan
resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah:
1. Kekurangan volume cairan
2. Kelebihan volume cairan
3. Risiko syok
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Kekurangan Tujuan: setelah 1. Monitor status hidrasi 1. Untuk mengetahui
Volume dilakukan tindakan (kelembabpan membran perkembangan status
Cairan asuhan keperawatan mukosa, nadi adekuat, rehidrasi.
diharapkan : tekanan darah ortostatik),
 Cairan seimbang jika diperlukan.
 Hidrasi
 Status Nutrisi : 2. Monitor TTV. 2. Untuk memantau TTV
intake cairan & pasien dalam batas
nutrisi, dengan : normal.
3. Kolaborasikan dengan tim 3. Untuk mengganti cairan
K.H :
medis dengan pemberian yang keluar.
-mempertahankan urine cairan IV.
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal. 4. Monitor status cairan
4. Untuk memantau status
termasuk intake & output
cairan px.
cairan.
-tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas 5. Monitor BB
5. Untuk memantau BB px.
normal.

Anjurkan px menambahan intake Untuk memenuhi kebutuhan


-tidak ada tanda-tanda cairan dan nutrisi px.
volume cairan turun, oral (cairan maupun nutrisi)
elastisitas turgor
baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus berlebihan.
Kelebihan Tujuan : setelah 1. Pasang urine kateter bila 1. Untuk memonitor jika
Volume dilakukan tindakan diperlukan output berlebih terus
Cairan asuhan keperawatan menerus.
diharapkan : 2. Untuk memonitor TTV
 Cairan & dalam batas normal
Elektrolit 3. Mengetahui tanda-tanda
seimbang kelebihan cairan
 Hidrasi, dengan :
2. Monitor TTV

K.H :

-terbebas dari edema. 4. Mengontrol BB


3. Monitor indikasi retensi
atau kelebihan cairan
( cracles, CVP, edema,
-terbebas dari asites) 5. Mengetahui riwayat dan
kelelahan, kecemasan tipe intake cairan dan
atau kebingungan. eliminasi

4. Monitor BB
Untuk mengetahui penyebab
-bunyi nafas bersih kelebihan cairan elektrolit
tidak dyspneu/ortopneu.
5. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan
dan eliminasi
-menjelaskan indikator
kelebihan cairan.

Tentukan kemungkinan faktor


resiko dari ketidakseimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, disfungsi hati)
Resiko Setelah dilakukan NIC: Shock Management 1. Memastikan tanda-tanda
syok asuhan keperawatan 1. Monitor TTV, tekanan darah vital klien masih dalam
selama 1 x 24 jam ortostatik, status mental batas normal.
diharapkan tidak dan urine output
terjadi syok atau dapat 2. Monitor nilai laboratorium 2. Memantau perkembangan
dikontrol, dengan sebagai bukti terjadinya pengobatan terhadap suatu
criteria hasil: perfusi jaringan yang jenis penyakit tertentu
NOC label: inadekuat (misalnya melalui pemeriksaan yang
Cardiopulmonary Status peningkatan kadar asam diperlukan.
1. Tekanan darah laktat, penurunan pH arteri)
sistolik dalam batas 3. Berikan cairan IV kristaloid 3. Mempertahankan atau
normal/90-120 mmHg sesuai dengan kebutuhan mengganti cairan tubuh yang
(skala 5) (NaCl 0,9%; RL; D5%W) mengandung : air,
2. Tekanan darah elektrolit, protein,
diastolic dalam batas karbohidrat dan lemak;
normal/< 80 mmHg memperbaiki keseimbangan
(skala 5) 4. Berikan medikasi vasoaktif asam basa; dan memperbaiki
3. Nadi perifer teraba volume komponen darah.
dan dalam batas
normal/60-100 kali 5. Berikan terapi oksigen dan
per menit (skala 5) 4. Untuk memulihkan tonus
ventilasi mekanik
4. Irama jantung normal vasomotor dan memperbaiki
(skala 5) fungsi jantung, serta
5. Frekuensi napas dukungan nutrisi untuk
normal/14-20 kali per
6. Monitor trend hemodinamik
memenuhi kebutuhan
menit (skala 5) metabolic yang sering
6. Irama pernapasan meningkat dalam kondisi
normal (skala 5) syok.
7. Output urine dalam 5. Secara umum untuk mencegah
batas normal (skala4) dan memperbaiki hipoksia
8. Saturasi oksigen jaringan, sedangkan tujuan
dalam batas normal/> 7. Monitor frekuensi jantung khususnya adalah untuk
90% (skala 5) fetal (bradikardia bila HR mendapatkan PaO2 lebih dari
9. Tidak terjadi pucat 90 mmHg atau SaO2 lebih
(skala 4) <110 kali/menit) atau dari 90%.
10. Tidak terjadi (takikardia bila HR >160 6. Monitoring hemodinamik
distensi vena leher kali per menit) berlangsung secara invasive adalah
(skala 5) lebih lama dari 10 menit untuk deteksi dini
11. Tidak ada edema 8. Ambil sampel darah untuk (mengidentifikasi dan
perifer (skala 5) pemeriksaan AGD dan monitor intervensi terhadap gejala
12. Tidak ada edema oksigenasi jaringan klinis, seperti gagal
paru (skala 5) jantung dan tamponade);
evaluasi segera dari
respons pasien terhadap
suatu intervensi seperti
9. Monitor status cairan obat-obatan dan dukungan
meliputi intake dan output mekanik; evaluasi
10. Lakukan pemasangan efektifitas fungsi
kateter urinaria kardiovaskuler seperti
cardiac output dan index.
7. Memastikan frekuensi
jantung dalam batas normal.

11. Lakukan pemasangan NGT


8. Untuk mengukur keasaman
dan monitor residu lambung
(pH), jumlah oksigen, dan
karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan
untuk menilai fungsi kerja
paru-paru dalam
menghantarkan oksigen ke
dalam sirkulasi darah dan
mengambil karbondioksida
dalam darah. Analisa gas
darah meliputi PO2, PCO3,
pH, HCO3, dan saturasi O2.
9. Memastikan pasien tidak
mengalami kekurangan atau
kelebihan cairan.
10. Kateterisasi perkemihan
dilakukan untuk
menghilangkan
ketidaknyamanan karena
distensi kandung kemih;
mendapatkan urine untuk
specimen; untuk pengkajian
residu urine; serta
penatalaksanaan pasien yg
di rawat karena trauma
medula spinalis, gangguan
neuro muscular, atau
inkompeten kandung kemih,
serta pascaoperasi besar.
11. Pemasangan NGT dilakukan
untuk memasukan makanan
cair atau obat-obatan cair.
Referensi

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America:
Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir
Acadamic Press, 2004.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai