Oleh:
A. Definisi
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. (Amrizal, 2015)
Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh
epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2010). Dapat di simpulkan bahwa hernia inguinalis lateralis adalah penonjolan
isi abdomen yang abnormal melalui celah dinding abdomen atau anulus inguinalis yang
dikarenakan tekanan atau otot abdomen yang lemah.
B. Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan terdiri dari bagian-bagian berikut :
1. Mulut
Rongga mulut merupakan tempat proses digesti pertama rongga mulut
menghasilkan saliva yang mengandung 2 dua enzim pencernaan utama, yaitu enzim
amylase (mengubah amilum/glukosa menjadi maltose) dan enzim lipase yang
mengubah
Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter sekitar 2
cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di taut
gastroesofagus, Fungsi utama dari esophagus adalah membawa bolus makanan dan
cairan menuju lambung. (Arif Muttaqin, 2013 ).
4. Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat dibawah diafragma. Secara
anatomis lambung terbagi atas fundus, badan, antrum pilorikumj atau pilorus,
kapasitas lambung normal adalah sebesar 1-2 L. Volume lambung akan meningkat
pada saat makan, dan menurun pada saat cairan lambung(kimus) masuk ke dalam
usus halus. Pada saat lambung mengalami relaksasi (kosong), mukosa masuk ke
dalam lipatan yang disebut rugae (Ariff Muttaqin, 2013).
5. Usus Halus
Dalam pencernaan usus halus (sekitar 6m) merupakan bagian yang paling banyak
berfungsi dalam menyerap bahan makanan yang sudah diproses oleh enzim-enzim.
Usus halus terdiri dari :
1. Duodenum (usus 12 Jari)
Panjangnya sekitar 25 cm, bentuk melengkung ke kiri seperti sepatu kuda.
Pada cekungnya terdapat pankreas dan empedu, duodenum merupakan
tempat yang paling dekat dengan lambung , tapi harus netral dari asam
lambung.
2. Jejenum
Jejenum merupakan 2/5 bagian usus halus yang terletak dibagian atas.
Jejenum adalah tempat utama proses absorpsi maka bila terjadi gangguan
seperti kolitis ulserativa, chorn desease, sindrom malabsorpsi baru akan
menjadi permasalahan klinis.
3. Ileum
Merupakan 3/5 bagian usus halus. Ileum mempunyai arti klinis yang penting
karena di sinilah proses absorpsi yang besar, dan karena menjadi bagian usus
halus yang paling distal maka mudah menjadi akumulasi mikroorganisme
ataupun sumbatan. (Diyono, 2010)
4. Usus Besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya adalah
sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal, yaitu
tempat sisa makanan lewat.
C. Klasifikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), berdasarkan tempat terjadinya, hernia
terbagi atas :
1. Hernia Hiatal, kondisi dimana kerongkongan turun melewati diafragma hingga
sebagian perut menonjol ke dada (Thoraks)
2. Hernia Epigastrik, terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah.
3. Hernia Umbilikal, berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum lahiran dan
tidak menutup sepenuhnya.
4. Hernia Inguinalis, hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum.
5. Hernia Femoralis, muncul sebagai tonjolan di pangkal paha.
6. Hernia Insisional, dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
7. Hernia Nukleus Pulposi (HNP), hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.
Umumnya terjadi di punggung bawah tiga vertebra lumbar bawah.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
D. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
a. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
b. Kelainan didapat, meliputi :
1. Jaringan kelemahan
2. Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
3. Trauma
4. Kegemukan
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
5. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
F. Pohon Masalah
Patofisisologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun
terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada
umur yang tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus minoris resistansi,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti, batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barangbarang berat dan mengejan, maka kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites,
Peritoneum tertarik
Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia inguinalis
lateralis kogenital
Hernia
Pre Op Post Op
Insisi bedah
Ansietas Peningkatan isi
abdomen memasuki
kantong hernia
Terputusnya
Peristaltik usus jaringan saraf
H. Penatalaksanaan Medis
a. Prinsip pengobatan operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus
memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi prostat,
tumor kolon, ascites)
1. Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali
isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan
penyebabnya adalah proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak
menutup
2. Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya
kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen
3. Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Identitas klien mencakupi : nama, umur, nomor rekam medic, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, suku bangsa, pekerjaan, diagnosa, tanggal masuk, tangga
operasi, tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
d. Personal hygiene
Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan dikaji
apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara mandiri.
6. Aktivitas dan latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah sakit dibantu
atau secara mandiri.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
JVP, peningkatan frekuensi dan irama denyut nadi, bunyi jantug tidak
disertai suara tambahan, penurunan atau peningkatan tekanan darah.
3) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan dikaji mulai dari mulut sampai anus, dalam sistem ini
perlu dikaji adanya stomatitis, caries bau mulut, mukosa mulut, ada
tidaknya pembesaran tonsil, bentuk abdomen datar, tugor kulit kembali
lagi. Adanya lesi pada daerah abdomen, adanya massa, pada auskultasi
tingkat skala (0-10) serta perlu dikaji tingkat GCS dan pemeriksaan
fungsi syaraf kranial untuk mengidentifikasi kelainan atau komplikasi.
6) Sistem Integumen
Dalam sistem ini perlu dikaji keadaan kulit (tugor, kebersihan,
pigmentasi, tekstur dan lesi) serta perlu dikaji kuku dan keadaan rambut
sekitar kulit atau ekstremitas adakah udema atau tidak. Pada klien post
hernioraphy akan didapatkan kelainan integument karena adanya luka
insisi pada abdomen, sehingga perlu dikaji ada atau tidaknya tanda
radang daerah terkena adalah ada atau tidaknya lesi dan kemerahan,
Pengkajian ini menyangkut pada pola komunikasi dan interaksi interpersonal, gaya
hidup, faktor social serta support sistem sistem yang ada pada klien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual menyangkut keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, harapan
terhadap kesembuhan serta kegiatan spiritual yang dilakukan saat ini.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan atau radiology perlu dilakukan untuk memvalidasi
menegakan diagnose sebagai pemeriksaan penunjang.
12. Data Pengobatan
Data ini digunakan untuk mengetahui jenis obat apa saja yang digunakan pada kasus
hernia inguinalis. Untuk mengetahui keefektifan penyembuhan penyakit.
Edukasi
Kolaborasi
- K0l6b016si pembe1i6n 0b6t 6nsiet6s, jik6 pe1lU
Edukasi
Kolaborasi
benkk6k) - CUci t6nk6n sebelUm d6n sesUd6h k0nt6k denk6n p6sien d6n
linkkUnk6n p6sien
Edukasi
Kolaborasi
K0l6b016si denk6n 6hli kizi UntUk menentUk6n jUml6h k6l01i d6n jenis nUt1ien y6nk dibUtUhk6n
L. Referensi
Manurung, E. D., Nadeak, B., & Ndruru, E. (2020). Implementasi Algoritma Hebb
Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa.
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 7(2), 250-255.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
D. DFD@N\N\ ADQD
CDUN/QK@ 7 44 Mbtmeir
5054
BIJYFKBNFDF
FM ADQD JD\D@DC
PIFYIEDE
5. OpAe\ras7i anoplasty
-colostomy
AM 7
-
Perubahan defekasi
Pengeluaran tidak
terkontrol
Inkontinensia Fekal
Nyeri Akut
1.OpAer\as7i anoplasty
-colostomy
AM 7
-
Perawatan tidak
adekuat
Risiko Infeksi
Risiko Infeksi
D. ANDKFM\D BIPIUD[DQDF
3. 23 September Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post operasi) Alifia
2021 d.d bayi sering menangis dan gelisah,
sulit tidur
Terapeutik
2. berikan teknik
nonfarmakologis
Kontrol lingkungan
Edukasi
Ajarkan teknik nonfamakologis secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat analgetik
<. Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan Observasi : 1. Untuk mengetahui Alifia
pencedera fisik (post intervensi keperawatan 1. Identifikasi skala nyeri tingkat nyeri yang
operasi) d.d bayi selama 2x 24 jam, 2. Idenifikasi respon nyeri non dirasakan bayi
sering menangis dan maka nyeri akut pada verbal 2. Untuk mengetahui
gelisah, sulit tidur, bayi Ny. L dapat Terapeutik : tanda nyeri yang
skor NIPS 4 membaik dengan 3. Atur posisi bayi agar tidak ditampakkan bayi
kriteria hasil : menekan daerah luka operasi 3. Agar tidak menimbulkan
- Bayi tidak rewel 4. Atur lingkungan yang nyaman nyeri pada daerah luka
dan sering Kolaborasi : 4. Agar bayi dapat tidur
menangis 5. Kolaborasi pemberian dengan nyenyak
- Bayi tampak lebih analgetik 5. Untuk mengurangi rasa
tenang nyeri bayi
- Bayi nyenyak tidur
- Skor NIPS <3
-
jumlah normal
1. 11.00 Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Alifia
Memberikan perawatan kulit pada area luka
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Mempertahankan prinsip aseptik pada pasien beresiko tinggi
Berkolaborasi pemberian obat
Bactesyn 2x 175 mg dan Mikasin 2 x 17,5 mg
A. IXD@YD\N
F ANDKFM\D QDFKKD@
M BIPIUD[DQDF 5< \iptijeir 5054 51 \iptijeir 5054 55 \iptijeir 5054