Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Tn. S DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA
DI RSI MASYITOH BANGIL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik II


(Keperawatan Medikal Bedah II) Di RSI Masyitoh Bangil

Oleh:

Nama : Alifia Isni Nursanti


NIM: P17221183038

PRODI D 4 KEPERAWATAN MALANG JURUSAN


KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG TAHUN
AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. (Amrizal, 2015)
Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh
epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2010). Dapat di simpulkan bahwa hernia inguinalis lateralis adalah penonjolan
isi abdomen yang abnormal melalui celah dinding abdomen atau anulus inguinalis yang
dikarenakan tekanan atau otot abdomen yang lemah.

B. Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan terdiri dari bagian-bagian berikut :

1. Mulut
Rongga mulut merupakan tempat proses digesti pertama rongga mulut
menghasilkan saliva yang mengandung 2 dua enzim pencernaan utama, yaitu enzim
amylase (mengubah amilum/glukosa menjadi maltose) dan enzim lipase yang
mengubah

lemak menjadi asam lemak. ( Diyono, 2010)


2. Faring
Faring menjadi jalan untuk material makanan, cairan, dan udara.Faring terdiri atas
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Bolus makanan secara normal melewati
orofaring dan laringofaring menuju esophagus.( Arif Muttaqin, 2013 )
3. Esofagus

Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter sekitar 2
cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di taut
gastroesofagus, Fungsi utama dari esophagus adalah membawa bolus makanan dan
cairan menuju lambung. (Arif Muttaqin, 2013 ).
4. Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat dibawah diafragma. Secara
anatomis lambung terbagi atas fundus, badan, antrum pilorikumj atau pilorus,
kapasitas lambung normal adalah sebesar 1-2 L. Volume lambung akan meningkat
pada saat makan, dan menurun pada saat cairan lambung(kimus) masuk ke dalam

usus halus. Pada saat lambung mengalami relaksasi (kosong), mukosa masuk ke
dalam lipatan yang disebut rugae (Ariff Muttaqin, 2013).
5. Usus Halus

Dalam pencernaan usus halus (sekitar 6m) merupakan bagian yang paling banyak
berfungsi dalam menyerap bahan makanan yang sudah diproses oleh enzim-enzim.
Usus halus terdiri dari :
1. Duodenum (usus 12 Jari)
Panjangnya sekitar 25 cm, bentuk melengkung ke kiri seperti sepatu kuda.
Pada cekungnya terdapat pankreas dan empedu, duodenum merupakan

tempat yang paling dekat dengan lambung , tapi harus netral dari asam
lambung.
2. Jejenum
Jejenum merupakan 2/5 bagian usus halus yang terletak dibagian atas.
Jejenum adalah tempat utama proses absorpsi maka bila terjadi gangguan
seperti kolitis ulserativa, chorn desease, sindrom malabsorpsi baru akan
menjadi permasalahan klinis.

3. Ileum
Merupakan 3/5 bagian usus halus. Ileum mempunyai arti klinis yang penting
karena di sinilah proses absorpsi yang besar, dan karena menjadi bagian usus
halus yang paling distal maka mudah menjadi akumulasi mikroorganisme
ataupun sumbatan. (Diyono, 2010)
4. Usus Besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya adalah
sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal, yaitu
tempat sisa makanan lewat.

C. Klasifikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), berdasarkan tempat terjadinya, hernia
terbagi atas :
1. Hernia Hiatal, kondisi dimana kerongkongan turun melewati diafragma hingga
sebagian perut menonjol ke dada (Thoraks)
2. Hernia Epigastrik, terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah.
3. Hernia Umbilikal, berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang

disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum lahiran dan
tidak menutup sepenuhnya.
4. Hernia Inguinalis, hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum.
5. Hernia Femoralis, muncul sebagai tonjolan di pangkal paha.
6. Hernia Insisional, dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
7. Hernia Nukleus Pulposi (HNP), hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.
Umumnya terjadi di punggung bawah tiga vertebra lumbar bawah.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :

1. Hernia bawaan atau kongenital


2. Hernia dapatan atau akuisita
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1. Hernia reponibel/ reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga
3. Hernia strangulata atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.

D. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
a. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
b. Kelainan didapat, meliputi :
1. Jaringan kelemahan
2. Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
3. Trauma
4. Kegemukan

5. Melakukan pekerjaan berat


6. Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar

E. Tanda Dan Gejala


Adapun gejala — gejala hernia adalah sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2015) :
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di lipat
paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi

4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
5. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

F. Pohon Masalah
Patofisisologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum

yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun
terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis

kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada
umur yang tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus minoris resistansi,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti, batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barangbarang berat dan mengejan, maka kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites,

kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.


PATHWAY

Bayi baru lahir Pekerjaan berat, batuk, Kegemukan,


mengejan, kebiasaan kelemahan abdomen
mengangkat benda berat
Prosesus vaginalis
peritpneal Otot dinding abdomen
Peningkatan tekanan
Intraabdomen tipis atau mengalami
kelemahan
Kanalis inguinalis
terbuka Fasia abdomen tidak
mampu menahan tekanan

Peritoneum tertarik
Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia inguinalis
lateralis kogenital

Hernia

Pre Op Post Op

Insisi bedah
Ansietas Peningkatan isi
abdomen memasuki
kantong hernia
Terputusnya
Peristaltik usus jaringan saraf

Peningkatan tekanan terganggu,


sumbatan
Sistem limfe terbendung saluran cerna Nyeri Akut

Oedema Regrugitasi isi usus Luka pasca operasi

Iskemia jaringan Mual/ Muntah


Resiko Infeksi

Stimulus saraf Intake menurun


Prosedur anestesi,
Penurunan Motorik

Nyeri Kronis Resnikuotrdise


Intoleransi Aktivitas
ifisit
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X Abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit (Amin, H., 2015)

H. Penatalaksanaan Medis
a. Prinsip pengobatan operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus
memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi prostat,
tumor kolon, ascites)

b. Jenis- Jenis operasi pada Hernia


Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong peritoneal
(pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi defek pada fasia di dinding
inguinal. Perbaikan tradisional didekati jaringan asli menggunakan jahitan
permanen.

1. Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali
isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan
penyebabnya adalah proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak
menutup

2. Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya
kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen

3. Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Identitas klien mencakupi : nama, umur, nomor rekam medic, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, suku bangsa, pekerjaan, diagnosa, tanggal masuk, tangga
operasi, tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Disini menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien dibawa ke


rumah sakit, pada pasien hernia inguinalis lateral keluhan utama yang
menyebabkan pasien diawa ke rumah sakit adalah bengkak pada lipatan paha
dan scrotum, anoreksia, mual, muntah, distensi abdomen, tidak ada peristaltic
usus, dehidrasi, bahkan jika usus mengalami iskemik atau gangrene akan
mengakibatkan syok, demam, tidak ada bising usus dan asidosis metabolik.
b. Keluhan utama saat dikaji
Keluhan Utama pada post op hernia setelah melakukan operasi yang timbul
adalah nyeri, nyeri dirasakan bertambah apabila klien bergerak dan

berkurang apabila klien beristirahat. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk


dan kaku. Nyeri juga biasanya hanya dirasakan pada bagian pembedahan
saja. Dan untuk skala nyeri bisa dihitung dari mulai (0-10). Nyeri juga
biasanya dirasakan setelah 3-4 jam post operasi.
3. Riwayat kesehatan dulu
Pada tahap ini dikaji mengenai latar belakang kehidupan klien sebelum masuk
rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat
benda-benda yang berat.
4. Riwayat kesehatan keluarga

Dengan menanyakan apakah anggota keluarga pernah mengalami penyakit yang


sama atau pernah mengalami penyakit lainya seperti maag, hipertensi, asma, DM
dan TBC serta riwayat penyakit keturunan.
5. Aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit. Dikaji mengenai riwayat diet klien. Bagaimana
kebiasaan makan, apakah dijumpai perubahan pada makan akibat penyakit,
setelah itu dikaji tentang kebiasaan minum (jenis, jumlah dalam sehari) dan

kebiasaan minum-minuman beralkohol.


b. Pola eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,
kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada
saat BAB dan BAK.
c. Istirahat tidur
Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan sebelum

dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
d. Personal hygiene
Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan dikaji
apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara mandiri.
6. Aktivitas dan latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah sakit dibantu
atau secara mandiri.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien dengan hernia inguinalis lateral biasanya mengalami


kelemahan dan penurunan status gizi.
b. Tanda- Tanda Vital
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada hernia
reponible berada kondisi optimal, sedngkan pada hernia inkaserata dan
strangulate TTV mengalami lemah dan kesakitan tekanan darah mengalami
perubanahan sekunder dari nyeri dan gejala dehidrasi. Nadi mengalami
takikardi, frekuensi respirasi meningkat dan suhu tubuh klien akan naik
≤38,5°C

c. Pemeriksaan Fisik Persistem


1) Sistem Respiasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Dalam sistem
ini perlu dikaji mengenai bentuk hidung, kebersihan, adanya sekret,
adanya pernafasan cuping hidung, bentuk dada, pergerakan dada apakah
simetris atau tidak, bunyi nafas, adanya ronchi atau tidak, frekuensi dan
irama nafas
2) Sistem Cardiovaskuler
Dikaji mulai dari warna konjungtiva, warna bibir, tidak ada peningkatan

JVP, peningkatan frekuensi dan irama denyut nadi, bunyi jantug tidak
disertai suara tambahan, penurunan atau peningkatan tekanan darah.
3) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan dikaji mulai dari mulut sampai anus, dalam sistem ini
perlu dikaji adanya stomatitis, caries bau mulut, mukosa mulut, ada
tidaknya pembesaran tonsil, bentuk abdomen datar, tugor kulit kembali
lagi. Adanya lesi pada daerah abdomen, adanya massa, pada auskultasi

dapat diperiksa peristaltik usus.


4) Sistem Perkemihan
Dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang,
observasi dan palpasi pada daerah abdomen untuk mengkaji adanya
retensio urine, ada atau tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta
pengeluaran urine apakah ada nyeri pada waktu miksi atau tidak.
5) Sistem Neurologi
Secara umum pada kasus hernia inguinalis tidak mengalami gangguan,
namun gangguan terjadi dengan adanya nyeri sehingga perlu dikaji

tingkat skala (0-10) serta perlu dikaji tingkat GCS dan pemeriksaan
fungsi syaraf kranial untuk mengidentifikasi kelainan atau komplikasi.
6) Sistem Integumen
Dalam sistem ini perlu dikaji keadaan kulit (tugor, kebersihan,
pigmentasi, tekstur dan lesi) serta perlu dikaji kuku dan keadaan rambut
sekitar kulit atau ekstremitas adakah udema atau tidak. Pada klien post
hernioraphy akan didapatkan kelainan integument karena adanya luka
insisi pada abdomen, sehingga perlu dikaji ada atau tidaknya tanda
radang daerah terkena adalah ada atau tidaknya lesi dan kemerahan,

pengukuran suhu untuk mengetahui adanya infeksi.


7) Sistem Endokrin
Dalam sistem ini perlu dikaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening
8) Sistem Muskuloskeletal
Perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah. Diperiksa juga
adanya kekuatan pergerakan atau keterbiasaan gerak, refleks pada
ektermitas atas dan bawah.
9) Sistem Penglihatan

Untuk mengetahui keadaan kesehatan maka harus diperiksa tentang


fungsi penglihatan, kesimetrisan mata kiri dan kanan, edema atau tidak.
8. Data Psikologis
Data psikologis yang perlu dikaji adalah status emosional, konsep diri, mekanisme
koping klien, dan 41 harapan serta pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
sekarang.
9. Aspek Sosial Budaya

Pengkajian ini menyangkut pada pola komunikasi dan interaksi interpersonal, gaya
hidup, faktor social serta support sistem sistem yang ada pada klien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual menyangkut keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, harapan
terhadap kesembuhan serta kegiatan spiritual yang dilakukan saat ini.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan atau radiology perlu dilakukan untuk memvalidasi
menegakan diagnose sebagai pemeriksaan penunjang.
12. Data Pengobatan

Data ini digunakan untuk mengetahui jenis obat apa saja yang digunakan pada kasus
hernia inguinalis. Untuk mengetahui keefektifan penyembuhan penyakit.

J. Daftar Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)


1. D. 0077 Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur operasi
2. D. 0078 Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan pada
abdomen Iskemia jaringan
3. D.0056 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan post op
4. D. 0080 Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran pre op

5. D. 0142 Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


6. D. 0032 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan tekanan
abdomen, intake menurun
K. Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)
A. Tuju6n d6n Inte1vensi Kepe16w6t6n
TUjU6n (SLKI, 2019) d6n Inte1vensi kepe16w6t6n p6d6 peny6kit G6st0ente1itis 6kUt menU1Ut ( SIKI, 2018)
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi
dengan prosedur operasi diharapkan tingkat nyeri menurun 1. identifikasi lokasi dan skala nyeri
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. KelUh6n nye1i menU1Un 2. berikan teknik nonfarmakologis
2. Me1inkis menU1Un 3. Kontrol lingkungan

3. P0l6 tidU1 memb6ik Edukasi

4. Ajarkan teknik nonfamakologis secara mandiri


Kolaborasi

5. K0l6b016si pembe1i6n 0b6t 6n6lketik


Setel6 h dibe1ik6n 6 sUh6n Observasi
Ansietas berhubungan
kepe16w6t6n dih616pk6n - Identifik6si s66t tinkk6t 6nsiet6s be1Ub6h
dengan
memb6ik denk6n k1ite1i6 h6sil : - M0nit01 t6nd6-t6nd6 6nsiet6s
kekhawatiran pre
1. Perilaku gelisah menurun
op Terapeutik
2. Perilaku tegang menurun
- Tem6ni p6sien UntUk menkU16nki kecem6s6n
3. Frekuensi nadi menurun
- GUn6k6n pendek6t6n y6nk ten6nk d6n mey6kink6n
4. Tremor menurun
- M0tiv6si tent6nk sitU6si y6nk memicU kecem6s6n

Edukasi

- Jel6sk6n p10sedU1, te1m6sUk sens6si y6nk mUnkkin 6k6n di6l6mi


- L6tih teknik 1el6ks6si

Kolaborasi
- K0l6b016si pembe1i6n 0b6t 6nsiet6s, jik6 pe1lU

Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi


lntoleransi Aktivitas
diharapkan toleransi aktivitas
berhubungan
meningkat dengan kriteria hasil :
- Identifik6si k6nkkU6n fUnksi tUbUh y6nk menk6kib6tk6n
dengan kelemahan
kelem6h6n
post op 1. F1ekUensi n6di meninkk6t - M0nit01 l0k6si d6n ketid6kny6m6n6n sel6m6 mel6kUk6n 6ktivit6s
2. KekU6t6n tUbUh b6ki6n b6w6h
Terapeutik
meninkk6t
3. Pe16s66n lem6h menU1Un
- L6kUk6n l6tih6n ke16k 6ktif/ p6sif
- be1ik6n 6ktifit6s dist16ksi y6nk menen6nkk6n

Edukasi

- AnjU1k6n mel6kUk6n 6ktivit6s sec616 be1t6h6p

Kolaborasi

- K0l6b016si denk6n 6hli kizi tent6nk c616 meninkk6tk6n


6sUp6n m6k6n6n
Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi
Risiko lnfeksi
diharapkan Tingkat infeksi menurun/ - M0nit01 t6nd6 d6n kej6l6 infeksi l0k6l d6n sistemik
berhubungan
tidak terjadi dengan kriteria hasil :
dengan Efek Terapeutik
1. Tid6k 6d6 t6nd6- t6nd6 infeksi
prosedur invasif
(dem6m, keme16h6n, nye1i, - Be1ik6n pe16w6t6n kUlit p6d6 61e6 lUk6

benkk6k) - CUci t6nk6n sebelUm d6n sesUd6h k0nt6k denk6n p6sien d6n
linkkUnk6n p6sien

Edukasi

- Aj61k6n c616 meme1iks6 lUk6 0pe16si

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat


Setel6h dibe1ik6n 6sUh6n kepe16w6t6n antibiotik Observasi
Resiko defisit nutrisi
dih616pk6n st6tUs nUt1isi memb6ik denk6n - Identifik6si 6le1ki
berhubungan
k1ite1i6 h6sil : - M0nit01 6sUp6n m6k6n6n
dengan
1. Frekuensi makan membaik - M0nit01 BB
peningkatan
2. Nafsu makan membaik
tekanan abdomen, Te16peUtik
3. Bising usus membaik
lntake menurun - S6jik6n m6k6n6n sec616 en61ik d6n sUhU y6nk sesU6i
4. Membran mukosa lembab
- Be1ik6n m6k6n6n tinkki p10tein d6n tinkki se16t
- Be1ik6n sUplemen m6k6n6n
EdUk6si
- AnjU1k6n p0sisi dUdUk

Aj61k6n diet y6nk dip10k16mk6n K0l6b016si

K0l6b016si denk6n 6hli kizi UntUk menentUk6n jUml6h k6l01i d6n jenis nUt1ien y6nk dibUtUhk6n
L. Referensi

Amin, H., (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


Dan Nanda Nic Noc, Edisi Revisi jilid 3. Yogyakarta : medication

Corwin, Elizabeth J, (2010), Buku Saku Patofisioligi. Jakarta: Aditya Media.

D ar si nTi ,ERDH.A, D&AP PPrEapNtUinRi, UNI.AN(20S1K9)A.


LAPENYGEARRIUPHADKAOMPAPRSIEESN DHEANGGANT
KOLIK ABDOMEN. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), 4-4.

Manurung, E. D., Nadeak, B., & Ndruru, E. (2020). Implementasi Algoritma Hebb
Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa.
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 7(2), 250-255.

Reeves, Charlene J. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba


Medika

Siallagan, W.O., (2020). Gambaran Karakteristik Pasien Colic Abdomen di Rumah


Sakit Umum Daerah Labuhan Batu Selatan Tahun 2019

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
D. DFD@N\N\ ADQD

CDUN/QK@ 7 44 Mbtmeir

5054

BIJYFKBNFDF
FM ADQD JD\D@DC
PIFYIEDE

4. AIn\sis7i Bedah Nyeri Akut


- Klien mengeluh nyeri pada
luka operasi
Terputusnya jaringan
AM 7
s araf
- klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
- TTV : TD : 143/77
RR : Nyeri Akut
22x/mnt N :
92x/mnt

5. OpAe\ras7i anoplasty
-colostomy
AM 7
-
Perubahan defekasi

Pengeluaran tidak
terkontrol

Inkontinensia Fekal

<. OpAer\as7i anoplasty


c- olostomy
AM 7
-
Trauma jaringan

Nyeri Akut
1.OpAer\as7i anoplasty
-colostomy
AM 7
-

Perawatan tidak
adekuat

Risiko Infeksi

Risiko Infeksi
D. ANDKFM\D BIPIUD[DQDF

FDJD & QDFAD


FM QDFKKD@ ANDKFM\D BIPIUD[DQDF
QDFKDF

1. 23 September Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi Alifia


2021 nutrien (mual muntah) d.d BB menurun, muntah
setelah minum ASI, membran mukosa pucat,
bising usus hiperaktif

2. 23 September Inkontinensia Fekal b.d Pascaoperasi kolostomi d.d Alifia


2021 bayi BAB melalui kolostomy dan feses keluar
sedikit- sedikit dan sering

3. 23 September Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post operasi) Alifia
2021 d.d bayi sering menangis dan gelisah,
sulit tidur

4. 23 Risiko Infeksi b.d efek prosedur infasif Alifia


Septembe
r 2021
E. UIFLDFD QNFADBDF BIPIUD[DQDF

F ANDKFM\D QYGYDF ADF FDJD & QDFAD


NFQIUXIF\N UD\NMFD@
M BIPIUD[DQDF BUNQIUND CD\N@ QDFKDF

4. Setelah dilakukan Observasi 4. Alifia


intervensikeperawatan selama 2 membaik dan kembali normal dengan
5. kriteria hasil :
- 1. Identifikasi lokasi dan skala
- nyeri

Terapeutik
2. berikan teknik

nonfarmakologis
Kontrol lingkungan
Edukasi
Ajarkan teknik nonfamakologis secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat analgetik

5.InkontinensiaFekalSetelah dilakukan Observasi : 4. Untuk mengetahui Alifia


Identifikasi
intervensi keperawatan selama 2x 24 jam, penyebab inkontinensia fekal
maka inkontinensia masalah yang menyebabkan gangguan defekasi Untu
b.d Pascaoperasi
melaluifekal pada bayi Ny. L Identifikasi perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses
teratasi
kolostomid.dbayi dengan kriteria Terapeutik :
hasil : Bersihkan daerah perianal/perawatan kolostomy
5.
BAB
kolostomy dan feses
- Kondisi kolostomy
keluar sedikit- sedikit baik <.
dan sering Feses keluar dalamKolaborasi
jumlah :
-
4. Kolaborasi pemberian obat 1.

normal dan terjaga dan mencegah


frekuensi normal infeksi

<. Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan Observasi : 1. Untuk mengetahui Alifia
pencedera fisik (post intervensi keperawatan 1. Identifikasi skala nyeri tingkat nyeri yang
operasi) d.d bayi selama 2x 24 jam, 2. Idenifikasi respon nyeri non dirasakan bayi
sering menangis dan maka nyeri akut pada verbal 2. Untuk mengetahui
gelisah, sulit tidur, bayi Ny. L dapat Terapeutik : tanda nyeri yang
skor NIPS 4 membaik dengan 3. Atur posisi bayi agar tidak ditampakkan bayi
kriteria hasil : menekan daerah luka operasi 3. Agar tidak menimbulkan
- Bayi tidak rewel 4. Atur lingkungan yang nyaman nyeri pada daerah luka
dan sering Kolaborasi : 4. Agar bayi dapat tidur
menangis 5. Kolaborasi pemberian dengan nyenyak
- Bayi tampak lebih analgetik 5. Untuk mengurangi rasa
tenang nyeri bayi
- Bayi nyenyak tidur
- Skor NIPS <3

1.Risiko Infeksi b.d efekSetelah diberikan Observasi : 4. Untuk mengantisipasi Alifia


Monitor
prosedur infasif d.dintervensi keperawatan bayi dalam inkubator, tanda2x
selama dan
24gejala infeksiterdapat
jam, stoma lokal dan sistemik
adanya
sedikit tandaresiko
maka infeksi
infeksi
kemerahan, Hasil labpada bayi Ny. L tidak Terapeutik : Untuk menjaga agar luka
tidak normalterjadi dengan kriteria hasil : Berikan perawatan kulit pada area luka tetap bersih
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Untuk pasien kontaminasi dengan bakteri dari luar m
menghindari
Pertahankan prinsip aseptik pada pasienuntuk beresiko tinggikesterilan luka
menjaga
Kolaborasi : untuk mencegah terjadinya infeksi
Kolaborasi pemberian obat
- Bayi sudah keluar
dari inkubator Keadaan stoma bersih dan tidak terdapat kemerahan Hasil lab dalam
-

-
jumlah normal

L. NJP@IJIFQD\N UIFLDFD QNFADBDF BIPIUD[DQDF

FDJD & QDFAD


FMQDFKKD@GDJ QNFADBDF BIPIUD[DQDF
QDFKDF

4. 23 September08.00 Mengidentifikasi status nutrisi Alifia


2021 Intake : 436 cc Output : 200 cc Balance cairan : + 236
Memonitor berat badan

B3B. lMaheirni2m6b6a0ngr aBmB, smeeti anpgahlarmi i penurunan BB menjadi 2600 gram


(penurunan 6%)
Mengauskultasi bising usus (32x/mnt)
Memasang OGT
Memberikan cairan parenteral sesuai program
Minum ASI dan SF Pregestimil 8 x 50 ml per syringe pump selama 1 jam
Mempertahankan kepatenan infus Infus Dextrose IVFD 1,5 ml/jam

5. 09.00 1. Mengidentifikasi penyebab inkontinensia fekal Alifia


2. Mengidentifikasi perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses
3. Membersihkan daerah perianal/perawatan kolostomy
4. Berkolaborasi pemberian obat

<. 10.00 1. Mengidentifikasi skala nyeri Alifia


NIPS 4
32. Mengiadteunr ipfioksaisii rbeasypioangnayretirdi ankonmvenrebkal n daerah luka operasi
4. Mengatur lingkungan yang nyaman

5. Berkolaborasi pemberian analgetik

1. 11.00 Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Alifia
Memberikan perawatan kulit pada area luka
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Mempertahankan prinsip aseptik pada pasien beresiko tinggi
Berkolaborasi pemberian obat
Bactesyn 2x 175 mg dan Mikasin 2 x 17,5 mg

4. 24 September 08.00 1. Mengidentifikasi status nutrisi Alifia


2021 2. Menimbang BB setiap hari
3. Mengauskultasi bising usus
4. Memberikan cairan parenteral sesuai program
5. Mempertahankan kepatenan infus

2. 09.00 1. Mengidentifikasi perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses Alifia


2. Membersihkan daerah perianal/perawatan kolostomy
3. Berkolaborasi pemberian obat

<. 10.00 1. Mengidentifikasi skala nyeri Alifia


2. Mengatur posisi bayi agar tidak menekan daerah luka operasi
3. Mengatur lingkungan yang nyaman

1. 11.00 1. Memberikan perawatan kulit pada area luka Alifia


2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

A. IXD@YD\N

F ANDKFM\D QDFKKD@
M BIPIUD[DQDF 5< \iptijeir 5054 51 \iptijeir 5054 55 \iptijeir 5054

Anda mungkin juga menyukai