Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

DENGAN KASUS PENYAKIT HERNIA SCROTALIS


DI RUANG AD-DHUHA
RUMAH SAKIT HAJI MAKASSAR

NAMA : SARWIN SANTOSO


NIM : 2107101009
RUANGAN : AD-DHUHA

Preceptor lahan preceptor Institusi

…………………. ……………………

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/202
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan kasihnya Kepada Penulis sehingga penulisan Laporan yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien HERNIA SCROTALIS Di Rumah Sakit Haji Makassar,
dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan asuhan


kepeeawatan dengan kasus HERNIA SCROTALIS ini dapat diselesaikan karena adanya
bantuan dan dukungan dalam penulisan banyak sekali pihak yang telah membantu penulis
baik dalam memberi motivasi, bimbingan materi, dan lain sebagainya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan asuhan keperawatan HERNIA


SCROTALIS ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya yang akan digunakan untuk
perbaikan di masa mendatang baik untuk pendidikan, pengetahuan dan
pengembangan ilmu keperawatan yang professional.

Penulis

SARWIN SANTOSO
DAFTAR ISI
Daftar isi
Kata Pengantar
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR HERNIA SCROTALIS
1. Pengertian Hernia Scrotalis
2. Patofisiologi
3. Etiologi
4. Panifestasi klinik
5. Komplikasi
6. Penatalasanaan
7. Penunjang kepearawatan
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
B. KONSEP KEPERAWATAN HERNIA SCROTALIS
1. Pengkajian
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi dan dokumentasi
BAB III ASKEP PENGKAJIAN PASIEN
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Rencana asuhan keperawatan
5. Implementasi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
Patofisiologi dan penyimpagan KDM
Daftar Pustaka
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS HERNIA SCROTALIS


1. PENGERTIAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut.
Hernia scrotalis terjadi akibat hernia inguinalis, yakni terjadi ketika jaringan lunak
(biasanya bagian darimembran yang melapisi rongga perut yaitu omentum atau bagian
dari usus) menonjol melalui titik lemah pada otot perut. Tonjolan yang dihasilakn
dapat menyakitkan terutama ketika batuk, membungkuk atau mengangkat beban
berat. Tonjolan tersebut akan jatuh ke dalam scrotum atau buah zakar sehingga akan
menimbulkan benjolan. Itulah sebabnya hernia tipe ini disebut hernia scrotalis.
Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum. Hernia
scrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum.

2. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah
scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam
beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka
maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena
usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena merupakan lokus minoris
persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal
meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral
akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada
saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar
dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum
yang disebut juga hernia scrotalis.

3. ETIOLOGI
Hernia scortalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak
terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan
isi hernia disamping itu juga dapat disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggalan tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung
hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia scrotalis adalah :
1. Hernia inguinalis indirek, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa prosesus
vaginalis
2. Kerja otot yang terlalu kuat
3. Mengangkat beban berat
4. Batuk kronik
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi
Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA)
seperti obesitas dan kehamilan.
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila
menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat
timbul kembali.
2. Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada
inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia
dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut
dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia,
diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi
dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia
dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
3. Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan keatas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis.

5. KOMPLIKASI
a. Hernia berulang
b. Hematoma
c. Retensi urin
d. Infeksi pada luka
e. Nyeri kronis atau akut
f. Pembengkakan testis karena atrofi testis
g. Rekurensi hernia (sekitar 2%)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
a. Leukosit : peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya infeksi
b. Hemoglobin : Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia
c. Hematokrit : peningkatan Ht mengindikasikan dehidrasi
d. Waktu koagulasi : mungkin diperpanjang mempengaruhi hemostasis
intraoperasi atau post operasi.
2. Urinalis : BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri
3. GDA : mengevaluasi status pernafasan terakhir
4. EKG : untuk mengetahui kondisi jantung
5. USG. (Haryono, 2012).

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan operasi :
1. Herniotomi : pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung dibuka
dan isi hernia dibebaskan
2. Hernioplasti : memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis
3. Herniografi : membuat plasty di abdomen sehingga LMR menjadi kuat. (Haryono,
2012).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN HERNIA SCROTALIS

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pola Pernapasan
Yang perlu dikaji antara lain kemampuan pasien dalam melakukan ekspirasi dan
inspirasi. Apakah menggunakan otot-otot pernafasan, bagaimana frekuensi
pernafasan, pengukuran tidal volume dan warna mukosa.
b. Kebutuhan Nutrisi
Mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan makan dan
minum, tentang prilaku makan dan minum, kemampuan menetukan makan dan
minum yang memenuhi syarat kesehatan, kemampuan memasak dan menyiapkan
makanan sendiri.
c. Kebutuhan Eliminasi
Mengkaji kemampuan BAB / BAK serta fungsi dari organ -organ tersebut dan
bagaimana pasien mempertahankan fungsi normal dari BAB / BAK.
d. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Mengkaji kemapuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan tidur ( pola, jumlah,
kualitas tidur )
e. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Mengkaji pasien dalam hal keamanan dan keselamatan pasien.
f. Kebutuhan Berpakaian
Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memakai pakaian.
g. Mempertahankan Suhu Tubuh
Mengkaji pasien dalam hal mempertahankan suhu tubuh tetap normal
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memelihara kebersihan dirinya.
i. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukuan keamanan dan pencegahan pada
saat melaksanakan aktifitas hidup sehari –hari , termasuk faktor lingkungan , faktor
sensori, serta faktor psikososial.
j. Kebutuhan Berkomunikasi
Melalui komunikasi antar perawat , pasien dan keluarga dapat dikaji mengenai pola
komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi kemampuan
pasien dalam berkomunikasi,
k. Kebutuhan Bekerja
Mengkaji pekerjaan pasien saat ini atau pekerjaan yang lalu.
l. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Mengkaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan dan
frekuensinya ).
m. Kebutuhan Spiritual
Mengkaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika
sakit.
n. Kebutuhan Belajar
Mengkaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri akut  Kontrol nyeri Manajemen nyeri
berhubungan Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan 1. Tidak pernah secara komprehensif
diskontuinitas menunjukkan termasuk lokasi,
jaringan akibat manajemen nyeri karakteristik, durasi,
tindakan operasi. 2. Jarang menunjukkan frekuensi, kualitas dan
manajemen nyeri intensitas atau keparahan
3. Kadang-kadang nyeri, dan faktor
menunjukkan presipitasinya
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat
4. Sering menunjukkan nonverbal
manajemen nyeri ketidaknyamanan,
5. Secara konsisten khususnya pada mereka
menunjukkan yang tidak mampu
manajemen nyeri berkimunikasi efektif
Hasil yang diharapkan 2 3. Berikan informasi tentang
kriteria hasil: nyeri seperti penyebab
1. Mengenali kapan nyeri nyeri, berapa lama nyeri
terjadi akan berkurang dan
2. Menggunakan tindakan antisipasi
pencegahan ketidaknyamaanan
3. Menggunakan tindakan prosedur
pengurangan nyeri tanpa 4. Ajarkan tentang teknik
analgesik non farmakologi: nafas
4. Melaporkan nyeri yang dalam
terkontro 5. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: massase
area punggung
6. berikan pasien penurun
nyeri yang optimal
dengan peresepan
analgesik
Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik
yang diresepkan
8. Cek adanya riwayat alergi
obat
9. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan aktivitas
lain yang dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri
2 Ketidak seimban  Kontrol pola makan Control
gan nutrisi dari k Indikator: 1. Kaji nafsu makan klien
ebutuhan tubuh 1. Makan tepat waktu 2. Hal-hal yang membuat
berhubungan den 2. Memberi makan sedikit klien tidak nafsu makan
gan menurunya tapi sering 3. Mengetahui perubahan
nafsu 3. Berat badan normal pasien

3 Risiko infeksi  Kontrol risiko proses Infection Control (Kontrol


berhubungan infeksi infeksi)
dengan luka insisi Indikator : 1. Kaji faktor yang dapat
bedah/operasi. 1. Tidak pernah meningkatkan
mennjukkan kerentanan terhadap
2. Jarang menunjukkan infeksi (misalnya, usia
3. Kadang-kadang lanjut, usia kurang dari 1
menunjukkan tahun, sistem imun
4. Sering menunjukkan lemah, dan malnutrisi).
5. Secara konsisten 2. pantau tanda dan gejala
menunjkkan infeksi
Hasil yang diharapkan 4-5 3. amati penampilan
dengan kriteria hasil: praktik hygiene personal
1. Terbebas dari tanda dan 4. instruksikan untuk
gejala infeksi menjaga hygiene
2. Memperlihatkan personal (misalnya
hygiene personal yang mencuci tangan)
adekuat 5. ajarkan pasien teknik
3. Melaporkan tanda dan mencuci tangan yang
gejala infeksi serta benar
mengikuti prosedur 6. ajarkan kepada
skrining dan pengunjung untuk
pemantauan mencuci tangan sewaktu
masuk dan
meninggalkan ruang
pasien
7. batasi jumlah
pengunjung bila perlu
8. hitung jumlah leukosit
(leukosit normal 4000-
10000 sel/mm3)
9. kolaborasi pemberikan
terapi antibiotik, bila
diperlukan

4. IMPLEMENTASI
a. Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, 
durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor
presipitasinya
2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang 
tidak mampu berkimunikasi efektif
3. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan prosedur
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: massase area punggung
6. berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
7. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik
yang diresepkan
8. Cek adanya riwayat alergi obat
9. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
b. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan 
menurunya nafsu
1. Kaji nafsu makan klien
2. Hal-hal yang membuat klien tidak nafsu makan
3. Mengetahui perubahan pasien
c. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi
1. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya, u
sia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, sistem imun lemah, dan malnutrisi).
2. pantau tanda dan gejala infeksi
3. amati penampilan praktik hygiene personal
4. instruksikan untuk menjaga hygiene personal (misalnya mencuci tangan)
5. ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
6. ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien
7. batasi jumlah pengunjung bila perlu
8. hitung jumlah leukosit (leukosit normal 4000-10000 sel/mm3)
9. kolaborasi pemberikan terapi antibiotik, bila diperlukan

5. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


1. Masalah nyeri akut telah teratasi
2. Pertahankan intervensi nyeri akut
3. masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh telah
teratasi
4. Pertahankan intervensi resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh telah teratasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi
6. Pertahankan intervensi resiko inveksi berhubungan dengan luka insisi
bedah/operasi
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN
( KDM)

Bayi baru lahir Perkerjaan berat, angkat beban, riwayat jatuh,


batuk lama, mengejan, bersin

Prosesus vaginalisperitonie
tidak terobilitasi Peningkatan tekanan intra abdomen

Kanalis ingunalis terbuka Fasia abdomen tidak mampu menhaan tekanan

Peritoneum tertarik kedaerah Fasia terkoyak


skrotum

Hernia inguinalis lateralis akuisita


Hernia inguinalis lateralis kongenital *akuisita=didapat

HERNIA

PEMBEDAHAN

Terputusnya kontinuitas
jaringan lunak

Terputusnya simpul destruksi pertahanan Kerusakan integritas


jaringan jaringan
porte de entre
Nyeri akut masuknya mikroorganisme

Resiko tinggi infeksi


DAFTAR PUSTAKA

Bulchek, G. M., & dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). United Kingdom:
Elsevier.

Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem Perencanaan.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis


Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Liu, T., & Campbell, A. (2011). Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group.

Moorhead, S., & dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). United Kingdom:
Elsevier.

Sjamsuhidajat, R. J. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai