OLEH
NIM : 17.021
MOJOKERTO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menetukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Prince&Wilson,
2006).
Ffraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh adanya rudapaksa. Fraktur tulang wajah sering
dijumpai terutama pada cedera olahraga, kecelakaan lalu lintas maupun berkelahi. Pada
kecelakaan lalu lintas, tujuh dari sepuluh penderita mengalami cedera wajah, kebanyakan
berupa luka tajam dan memar. Fraktur zygoma merupakan salah satu fraktur midfasial yang
paling sering terjadi, umumnya sering terjadi pada trauma yang melibatkan1/3 bagian tengah
wajah, hal ini terjadi karena posisi zygoma agak lebih menonjol pada daerah sekitarnya.
Fraktur ZMC (Zygomaticum Complete) biasanya melibatkan dinding bawah orbita tepat
diatas nervus alveolaris inferior, suturazigomatiko frontal, sepanjang arkus pada sutura
zigomatiko temporal, dinding lateralzigomatiko maksila, dan sutura zigomatiko splenoid
yang terletak di dinding lateral orbita, sedangkan dinding medial orbita tetap utuh
(Sjamsuhidajat, dkk, 2014).
B. Anatomi Fisiologi
Tulang zigoma dibentuk oleh bagian-bagian yang berasal dari tulang temporal, tulang
frontal, tulang spenoid dan tulang maksila. Bagian-bagian tulang yang membentuk zigoma ini
membentuk tonjolan pada pipi dibawah mata sedikit sedikit ke arah lateral. Tulang zigoma
membentuk bagian lateral dinding inferior orbital serta dinding lateral orbital.
C. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang
yang biasanya diakibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Menurut carpenito (2000) ada penyebab fraktur antara lain :
1. Kekerasan langsung : kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
fraktur melintang/miring.
2. Kekerasan tidak langsung : kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dari penarikan.
Fraktur zigoma merupakan salah satu fraktur midfasial yang paling sering
terjadi, umumnya sering terjadi pada trauma yang melibatkan 1/3 bagian
tengah wajah, hal ini terjadi karena posisi zigoma lebih menonjol pada daerah
sekitarnya. Fraktur ZMC biasanya melibatkan dinding bawah orbital tepat
diatas nervus alveolaris inverior, satura zigomatifrontal, spanjang arkus pada
satura zigomatikotemporal, dinding zigomatikomaksila, dan satura
zigomatikospleroid yang terletak lateral orbita tetap utuh.
Menurut Masjoer, dkk, (2007)tanda dan gejala fraktur zygoma tikum yaitu :
1. Deformitas
2. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : rotasi pemendekan tulang dan
penekanan tulang
3. Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
4. Echumosis dari perdarahan subcula neous
5. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
6. Tenderness/keempukan
7. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot beroindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan
8. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdaraha,)
9. Pergerakan abnormal
10. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
11. Krepitasi
E. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang.,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks narrows, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respons inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infliltrasi sel darah putih. Kejadian inilaah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur yaitu:
a. Fraktur Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap, besar,
waktu dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Faktor Instrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menetukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorpsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.
F. Penatalaksanaaan dan Pemeriksaan Penunjang
1. Penatalaksanaan
a. Pemberian anti obat inflamasi
b. Obat-obat narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obatan relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedres, fisioterapi
2. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif Amin Huda & Hardhi kusuma (2015) :
a. X.ray : menetukan lokasi/luasnya fraktur
b. Scan tulang : memperhatikan fraktur lebih jelas mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
c. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidakya kerusakan vaskular
d. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan ; peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah , transfusi atau
cedera hati
g. Ct scan : pada patogen axila maupun coronal merupakan gold standar pada pasien
dengan kecurigaan fraktur zigoma, untuk mendapatkan pola fraktur, derajat
pergeseran, dan evaluasi jaringan lunak.
4. Implementasi Keperawatan
Perencanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
efesien pada situasi yang tepat dan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
5. Evaluasi Keperawatan
PRICE, Sylvia Anderson, Wilson, lorraine Mc carty, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-prose Penyakit, Ed. 6, volume 1&2, EGC jakarta
Nurarif Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC, Edisi Revisi jilid 2, EGC Yogyakarta
Carpenoto, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 6. Jakarta EGC dari
https://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-frakturos-zygoma.html
Smeltzer, S.C., 2001, Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Masjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
dari https://id.scribd.com/document/411717186/Lp-Fraktur-Zygomatikum
Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8 jakarta: EGC
LEMBAR PENGESSAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala Ruangan