Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CLAVICULA DI KAMAR OPERASI ORTHOPEDI


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :

RIFENISHA WASTIKA UTAMI

PELATIHAN PERAWAT INSTRUMENT KAMAR OPERASI


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
JL. J.A. SUPARAPTO NO.2
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CLAVICULA DI KAMAR OPERASI ORTHOPEDI

A. DEFINISI
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan
sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. (Apley dan Solomon,
2017).
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu
dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan
menyebabkan  beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta
kontinuitas tulang tersebut (Dokter bujang. 2012).
Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar
(outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula
(Muttaqin, 2012).

B. ETIOLOGI FRAKTUR CLAVICULA


Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi  berlebihan).
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat
kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang
dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada
fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis
selama proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada
pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,
keganasan dan lain-lain.
Menurut (De Jong, 2010) Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. (De
Jong, 2010)
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal tersebut akan
menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan
2. Trauma tak langsung
Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma
tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.
3. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih besar dari
pada daya tahan tulang.
4. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
5. Usia penderita.
6. Kelenturan tulang dan jenis tulang.
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik
berlebihan,  jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula
sembuh sendiri,  bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi. Yang komplit, walaupun
tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
C. ANATOMI (Gambar) Nornal

Tulang selangka (clavicula) adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan
lengan atas pada batang tubuh. Tulang selangka (clavicula) berbentuk kurva-ganda dan
memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang memanjang horizontal dalam tubuh.

Tulang clavicula terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada ujung medial, tulang selangka
(clavicula) bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi sternoclavicularis.
Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari scapula (tulang belikat) dengan sendi
acromioclavicularis. Pada wanita, tulang selangka (clavicula) lebih pendek, tipis, kurang
melengkung, dan permukaannya lebih halus.

Fungsi tulang selangka (clavicula) antara lain:

1. Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan
dapat bergerak leluasa.
2. Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).
Tulang Clavicula dikelompokkan dalam tulang panjang. Walaupun dikelompokkan dalam
tulang panjang, tulang selangka (clavicula) adalah tulang satu-satunya yang tidak memiliki
rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Tulang selangka (clavicula) tersusun
dari tulang spons. Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:

1. Permukaan superior:
a. Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
b. Otot trapezius
2. Permukaan inferior:
a. Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
b. Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada
tuberculum conoideum
c. Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada linea
trapezoidea
3. Batas anterior:
a. Otot pectoralis mayor
b. Otot deltoideus
c. Otot sternocleidomastoid
d. Otot sternohyoideus
e. Otot trapezius
4. Penyimpangan:
a. Dislokasi acromioclavicularis
b. Dislokasi sternoclavicular
c. Fraktur (patah) clavicula
d. Osteolisis
e. Degenerasi clavicula

D. PERUBAHAN BENTUK ANATOMI

Salah satu fungsi penting tulang selangka adalah menopang lengan agar dapat bergerak
secara leluasa. Bila tulang selangka patah, lengan dan bahu akan sulit digerakkan.

Pada sebagian besar kasus, patah tulang selangka bisa pulih dengan memakai penyangga
lengan (arm sling). Jika kondisinya lebih parah, patah tulang selangka perlu ditangani dengan
tindakan operasi.
E. PATOFISIOLOGI (Pathway)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan klien dengan fraktur 1/3 tengah, intervensi
reduksi dilakukan. Intervensi dengan pemasangan gendongan bahu dengan tidak
menganjurkan klien melakukan abduksi lengan dapat dilakukan hingga nyeri mereda
(biasanya 2-3 minggu). Sesudah itu harus dilakukan latihan bahu secara aktif, hal ini penting
terutama pada pasien.
Fraktur 1/3 bagian yang mengalami pergeseran hebat misal pada pemeriksaan yang
ligamen korakoklavicularnya robek biasanya tidak dapat direduksi secara tertutup. Bila
dibiarkan tanpa terapi, fraktur tersebut akan menyebabkan deformitas dan dalam beberapa
fraktur akan menimbulkan rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu. Oleh karena itu terapi
operasi diindikasikan melalui insisi supra clavicular, fragmen reposisi dan dipertahankan
dengan fiksasi interna dan kemudian kembali ke batang clavicular.
Tindaan pembedahan pada fraktur salah satu caranya yaitu dengan cara Open
Reduction Interna Fixation (ORIF) adalah fiksasi interna dengan pembedahan terbuka untuk
mengistirahatkan fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukkan paku, screw,
pen kedalam tempat fraktur untuk menguatkan/mengikat bagian-bagian tulang yang fraktur
secara bersamaan.
RESUME KEPERAWATAN DENGAN TINDAKAN ORIF

A. Diagnosa : OF/CF Clavicula


B. Tindakan: ORIF
C. Definisi
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur
langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup,
logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan (Depkes, 1995: 95)
D. Persiapan
a. Persiapan pasien
1. Surat persetujuan operasi
2. Pasien puasa 6-8 jam sebelum operasi
3. Pasien memakai baju operasi khusus pasien
4. Perawat menganjurkan pasien untuk tenang
5. Pasien menanggalkan perhiasan, gigi palsu dan menghapus cat kuku
6. Perawat memberikan penjelasan kepada pasien (tindakan yang akan dilakukan,
posisi)
b. Persiapan Lingkungan
Menciptakan lingkungan / ruangan operasi yang bersih dan steril
c. Persiapan Alat
 BHP (Bahan Habis Pakai)
1. Handscoon steril sesuai ukuran : sesuai kebutuhan
2. Kasa Steril : 30 pcs
3. Kasa Deppers : 5 pcs
4. Mess no. 10 / no. 15 : 1 / 1 pcs
5. Benang Premilene 4.0 : 1 pcs
6. Benang Vicryl 3.0 : 1 pcs
7. Cairan NACL 0.9 % 500 ml : 1 pcs
8. Spuit 10 cc : 1 pcs
9. Sufratule : 1 pcs
10. Kasa gulung 10 cm (steril) : 1 pcs
11. Betadine 10 % : 250 cc
 Alat non steril
1. Lampu operasi : 1 set
2. Mesin termocouter : 1 set
3. Plat diathermi : 1 pcs
4. Meja operasi : 1 set
5. Meja mayo : 1 pcs
6. Meja instrument : 1 pcs
7. Mesin suction : 1 pcs
8. Standart tempat wascom : 2 pcs
9. Tempat sampah : 1 pcs
 Alat steril
a) Meja mayo
 Basic Set
1. Handmess no. 3 : 2 pcs
2. Gunting metzenbaum (metzenbaum scissor) : 1 pcs
3. Gunting kasar (surgical scissor curve) : 1 pcs
4. Pinset cyrugis (dissecting forcep) : 2 pcs
5. Pinset anatomis (tissue forcep) : 2 pcs
6. Desinfektan forcep (washing and dressing forcep) : 1 pcs
7. Duk klem (towel klem) : 5 pcs
8. Klem pean bengkok (delicate hemostatic forceps pean curve) : 2 pcs
9. Kocher lurus (delicate hemostaticforceps kokher straight) : 2 pcs
10. Needle holder (nald foeder) : 2 pcs
11. Gunting benang (surgical scissor) : 1 pcs
12. Langen back (US army Retractor) : 2 pcs
13. Sen miller : 2 pcs
14. Kanul suction : 1 pcs
 Set tambahan
1. Raspatorium : 1 pcs
2. Cobra : 2 pcs
3. Elevator : 1 pcs
4. Reduction klem : 2 pcs
5. Verbrugge klem : 2 pcs
6. Bone curette : 1 pcs
7. Penduga : 1 pcs
8. Taper Ø 3.5 mm : 1 pcs
9. Screw driver : 1 pcs
10. Drills (Bor) : 1 pcs
b) Meja Instrumen I
1. Duk besar : 5 pcs
2. Duk sedang : 3 pcs
3. Duk kecil : 5 pcs
4. Sarung mayo : 1 pcs
5. Jas operasi : 3 pcs
6. Handuk kecil : 3 pcs
7. Bengkok/nier becken : 2 pcs
8. Wascom : 2 pcs
9. Kom : 2 pcs
10. Cucing : 2 pcs
11. Kasa gulung 10 cm (steril) : 1 pcs
12. Selang suction steril : 1 pcs
c) Meja instrumen II
1. Kotak implant internal fiksasi
 Plat
S plate lubang 7 : 1 pcs
 Screw
Screw corticle Ø 3.5 mm x 14 mm : 5 pcs
Screw corticle Ø 3.5 mm x 16 mm : 1 pcs
 Mata bor
Ø 2.5 mm, 2.7 mm, 2.8 mm : 1 pcs
2. Hand drill ( kepala, chuck key) : 1 set
E. Teknik Instrumentasi
1. Sign in
2. Instrumentator dan sirkuler membantu mengatur posisi pasien, di antara bahu atau
scapula diganjal dengan bantal untuk mengekspose area operasi (Clavicula Dekstra)
3. Sirkuler memasang plat diathermi di ekstremitas bawah
4. Instrumentator melakukan surgical scrub, gowning dan gloving
5. Instrumentator membantu operator memakai handscoon steril
6. Sirkuler membersihkan area operasi dengan menggunakan sabun betadine 10%, lalu
keringkan dengan duk steril
7. Instrumentator membantu memakaikan jas operasi dan handscoon steril kepada operator
dan asisten
8. Sirkuler mengangkat tangan pasien
9. Instrumentator memberikan kom kecil berisi Betadine 10 %, desinfeksi klem dan
deppers kepada operator untuk desinfeksi bagian yang terlihat atau bagian atas
(clavicula, dada sampai ujung jari), untuk desinfeksi bagian yang tidak terlihat atau
bagian bawah operator dibantu sirkuler untuk mengangkat tangan
10. Berikan underpad steril dan duk kecil untuk menutupi bagian bawah bahu
11. Instrumentator memberikan 2 duk besar kepada operator dan asisten operator untuk
menutupi organ atas dan bawah pasien
12. Instrumentator memberikan 1 duk sedang untuk melapisi organ atas dan bawah pasien
13. Instrumentator memberikan 1 duk kecil dibentuk segi empat untuk menutupi bagian
lengan sampai jari, lalu gulung dengan kasa gulung steril
14. Instrumentator memberikan duk klem kepada operator dan asisten operator untuk fiksasi
duk
15. Instrumentator memasang kabel couter, selang suction lalu fiksasi menggunakan kasa &
duk klem
16. Instrumentator mendekatkan meja mayo dan meja instrument ke meja operasi
17. Time out
18. Instrumentator memberikan pinset cyrugis dan betadine 10 % atau methilen blue untuk
marker area yang akan di insisi
19. Instrumentator memberikan pinset cyrugis dan hand mess no. 10 kepada operator untuk
insisi bagian kulit
20. Instrumentator memberikan klem pean bengkok, kasa dan couter kepada asisten operator
untuk merawat perdarahan
21. Instrumentator memberikan sen miller kepada asisten operator untuk membuka lapangan
operasi
22. Instrumentator memberikan hand mess no. 15 kepada operator untuk insisi lemak
sampai otot
23. Instrumentator memberikan gunting kasar kepada operator untuk membuka fascea
24. Fragmen tulang sudah terlihat, instrumentator memberikan raspatorium untuk
membebaskan fragmen tulang dari jaringan yang menempel
25. Instrumentator memberikan cobra, untuk mengelevasi tulang dari atas dan bawah
26. Instrumentator memberikan reduction klem untuk memegang fragmen tulang
27. Instrumentator memberikan Bone curretes kepada operator untuk membersihkan
jaringan yang mati pada tulang, instrumentator memberikan larutan Nacl 0.9 % dalam
spuit 10 cc disemprot ke fragmen tulang yang dibersihkan dengan bone curretes
28. Instrumentator memberikan kanul suction untuk mengevakuasi cairan
29. Instrumentator menyiapkan S Plate lubang 7 untuk fiksasi bagian fragmen tulang
30. Instrumentator memberikan verbrugge klem untuk memegang fragmen tulang dan S Plat
31. Instrumentator menyiapkan hand Drill dan mata bor Ø 2.8 mm dan memberikan kepada
operator untuk pengeboran fragmen tulang
32. Operator melakukan pengeboran fragmen tulang, instrumentator memberikan larutan
Nacl 0.9 % dalam spuit 10 cc disemprot ke fragmen tulang yang di lakukan pengeboran
33. Instrumentator memberikan kanul suction untuk mengevakuasi cairan
34. Instrumentator memberikan penduga untuk mengukur kedalaman pengeboran dan
menentukan panjang screw
35. Instrumentator memberikan taper Ø 3.5 mm untuk membuat alur pada fragmen tulang
yang dilakukan pengeboran
36. Instrumentator memberikan screw driver terpasang screw corticle Ø 3.5 mm x 14 mm
dan screw corticle Ø 3.5 mm x 16 mm untuk fiksasi bagian fragmen tulang yang
mengalami fraktur
37. Setelah semua screw terpasang, lakukan pencucian area operasi dengan NACL 0.9 %
38. Instrumentator memberikan kasa dan kanul suction untuk mengevakuasi cairan
39. Sign out
40. Operator menjahit fascea, instrumentator memberikan pinset cyrugis dan nald foeder
dengan menggunakan benang Vicryl 3/0
41. Operator menjahit fat dan sub cutan, instrumentator memberikan pinset cyrugis dan nald
foeder dengan menggunakan benang Vicryl 3/0
42. Operator menjahit kulit dengan menggunakan tehnik sub cuticuler kulit, instrumentator
memberikan pinset cyrugis dan nald foeder dengan menggunakan benang premilene 4/0
43. Instrumentator membersihkan area operasi dengan kasa basah bercampur NACL 0.9 %,
lalu berikan kasa kering untuk mengeringkan luka
44. Mengeringkan dan membersihkan dengan kasa bercampur betadine.
45. Menutup luka dengan sofratule dan kasa kering
46. Tutup luka dengan hypafix
47. Membersihkan dan merapikan pasien.
48. Merapikan alat-alat instrumen
49. Instrumentator mencuci tangan
50. Operasi selesai
51. Sign out
52. Instrumentator mencatat pemakaian BHP pada lembar depo
53. Instrumentator mencatat pemakaian implant pada buku pemakaian
DAFTAR PUSTAKA

Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif Watampone,

2009, p. 355-356.

Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2008. Availablefrom: URL

http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html.

Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from:

URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.

Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.2nd ed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.

Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from URL :

http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fracture

Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.Bandung: Graha

Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.

Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from:

URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm
LEMBAH PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR CLAVICULA


DI KAMAR OPERASI ORTHOPEDI

RSUD Dr SAFUL ANWAR MALANG

Malang, November 2022

Pembimbing

( )

Anda mungkin juga menyukai