Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN CA CORDOMA

Oleh :

1. Ardila Abdul
2. Hanifa Nur Azizah
3. Lusi Kustini

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
CA CORDOMA (KARSINOMA TULANG)

A. PENGERTIAN
1. Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh. (Wong.
2003: 595).
2. Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat
dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang juga
timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis
atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
3. Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. (Wong. 2003: 616)
4. Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price. 1998:
1213).
5. Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor
ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru
ketika pasien pertama kali berobat. (Smeltzer. 2001: 2347)

B. KLASIFIKASI
1. Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya sedikit
dan tidak menyebabkan kematian. Tumor tulang benigna terdiri atas :
a. Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang terjadi, biasanya
timbul pada tulang membranosa tengkorak.
b. Chondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan kadang-
kadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ileum.
c. Osteochondroma, bukan neoplasma sejati, berasal dari sel-sel yang tertinggal
pada permukaan tulang, lapisan kartilago pada osteochondroma dapat mengalami
transformasi maligna setelah trauma dan dapat terjadi chondrosarkoma.
2. Tumor tulang maligna
Tumor tulang maligna terdiri dari :
a. Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang karena itu tumor
terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif terutama dibagian distal femur
bagian proksimal tibia dan hemerus.
b. Ewings sarkoma, adalah tumor ganas yang timbul dalam sumsum tulang, pada
tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra, skapula.
c. Multiple myeloma, secara patologi tedapat focus distrakdi tulang yang multiple.
d. Fibrosarkoma, yaitu tulang yang biasanya menuju kearah ujung korpus tulang
panjang terutama tulang femur dan tibia.
e. Chondro sarcoma, timbul dari ujung tulang panjang yang besar atau dari tulang
pipih seperti pelvis dan skapula.
Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metaste tumor, misalnya tumor
payudara, bronkus, prostat dan ginjal. Contoh dari tumor maligna sekunder adalah
osteosarkoma dan osteogeniksarkoma.
3. Kanker tulang metastatik
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor tulang
maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa menginflasi
tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang mirip dengan
yang terjadi pada tumor tulang primer.
Tumor yang bermetastasis ke tulang paling sering adalah karsinoma ginjal, prostat,
paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid. Tumor metastatik paling sering menyerang
kranium, vertebra, pelvis femur dan humerus.

C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2001) :
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi).
4. Virus onkogenik

D. PATOFISIOLOGI
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinomas). Pada tahap selanjutnya sel-
sel tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan ginjal. Akibat adanya
pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang yang cepat pada tulang, sel-sel plasma
yang belum matang / tidak matang akan terus membelah. Akhirnya terjadi penambahan
jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun, terutama pada
pasien yang menderita penyakit paget’s. hal ini dimanifestasikan dengan nyeri bengkak,
terbatasnya pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada punggung
bawah merupakan gejala yang khas, hal ini disebabkan karena adanya penekanan pada
vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan
sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini menyebabkan terjadinya hiperkalsemia,
hiperkalsuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma ganas
akan membentuk sejumlah immunoglobulin / bence jones protein abnormal. Hal ini dapat
dideteksi dalam serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala gagal ginjal
dapat terjadi selama presitipasi immunoglobulin dalam tubulus (pada pyelonephritis),
hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeloma ginjal)
dan thrombosis pada pena ginjal.
Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma dengan dua alasan
utama, yaitu :
a. Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan megakaryosit,
yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-elemen dan turut
serta dalam fungsi hemostatik.
E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresifitas penyakit).
2. Akibat riwayat trauma dan atau cidera yang berkaitan dengan olahraga yang tidak
berhubungan.
3. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum.
4. Keterbatasan gerak.
5. Kehilangan berat badan.
6. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang.
8. Malaise.
9. Demam.

1. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna


Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari dan
biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin dapat
diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan, demam,
berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus
tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali,
bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan
tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa.
2. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
a. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien
dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri
yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri
berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak
menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
c. Massa yang teraba-teraba yang diakibatkan penonjolan tulang.
d. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun manifestasi
klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan
tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga
disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan
biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan.
G. KOMPLIKASI
1. Gangguan produksi antibody
2. Infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan
merupakan efek kemoterapi, radioterapi, maupun steroid
3. Leucopenia
4. Fraktur patologis
5. Gangguan ginjal
6. Gangguan system hematologi
7. Hilangnya ekstremitas
8. Apatis
9. Kelemahan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti :
1. CT Scan (Computed Tomography Scan)
2. Myelogram : adalah jenis khusus dari tes x-ray dimana pewarna khusus
disuntikkanke dalam kantung tulang belakang.
3. Arteriografi : atau angiografi, yaitu pemeriksaan arteri (setelah injeksi pewarna)
untuk mencari kerusakan dan penyumbatan.
4. MRI ((Magnetic Resonance Imaging)
5. Biopsi
6. Pemeriksaan biokimia darah dan urine
7. Pemindaian tulang
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya
stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal.
Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah,
poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera.
Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.,
(Rasjad, 2003).
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan
metode seefektif mungkin.
Teknik Pembedahan :
1. Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas tumor secara histologis,
tetapi mempertahankan struktur-struktur neurovaskuler yang utama.
2. Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi. Indikasi
amputasi primer adalah lesi yang terjadi secara lambat yang melibatkan jaringan
neurovaskuler, menyebabkan firaktur patologis (terutama raktur proksimal), biopsi
insisi yang tidak tepat atau mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam area yang
luas.
3. Reseksi enblock, taknik ini memerlukan eksisi luas dari jaringan normal dari jaringan
disekitarnya, pegangkatan seluruh serabut otot mulai dari origo sampai insersinya dan
reseksi tulang yang terkena termasuk struktur pembuluh darah.
4. Prosedur tikhoff linberg, teknik pembedahan ini digunakan pada lesi humerus bagian
proksimal dan meliputi reaksi enblock skapula, bagian humerus dan klavikula.
5. Pilihan Rekonstruksi
Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan ekstremitas, usia, insisi biopsi
dan fungsi pasca bedah ekstremitas yang dipertahankan lebih dari fungsi alat
prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai bahan logam
maupun sintesis.
6. Kemoterapi
Kemoterapi mengurangi massa tumor dengan agen alkilating kemoterapi yang
dikombinasikan yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pembedahan dengan tujuan
untuk membasmi lesi mikrometastik.
7. Terapi Radiasi
Percobaan untuk sakoma jaringan lunak saat ini dengan menggunakan doksorubisin /
sisplatin diikuti radiasi sebesar 2800 cGy.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (relaksasi napas salam, visualisasi, dan
bimbingan imaginasi) dan farmakologi (pemberian analgetik).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke psikolog atau
rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radioterapi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetik dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian
nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatanProgram terapi
Pasien dan keuargadiberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
5. Program terapi
Berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan osteosarkoma. Beberapa
perawatan yang standar (yang saat ini digunakan terapi), dan beberapa sedang diuji
dalam uji klinis. Perawatan klinis dalam percobaan adalah penelitian studi yang
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan perawatan saat ini atau memeroleh
informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker. Ketika uji klinis
menunjukkan bahwa perlakuan yang lebih baik dari standar perawatan, pengobatan
baru yang dapat menjadi standar perawatan. Jika diduga bahwa masalah adalah
osteosarkoma, sebelum pertama biopsy, penderita dapat merekomendasikan dokter
spesialis yang disebut pembedahan tulang ahli onkologi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KARSINOMA TULANG

A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama
dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu
makan berkurang dan sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
b. Kemungkinan pernah mengalami fraktur.
c. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal.
d. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
5. Pemeriksaan fisik
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena.
b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas.
c. Adanya tanda-tanda inflamasi.
d. Pemeriklsaan TTV klien.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan
muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : a. Catat dan kaji lokasi dan a. Untuk mengetahui
o Meningkatkan intensitas nyeri (skala 0- respon dan sejauh mana
kenyamanan 10). Selidiki perubahan tingkat nyeri pasien.
o Dapat mengendalikan karakteristik nyeri b. Mencegah pergeseran
nyeri b. Berikan tindakan tulang dan penekanan
o Dapat melaporkan kenyamanan (contoh pada jaringan yang luka
karakteristik nyeri. ubah posisi sering, c. Peningkatan vena return,
pijatan lembut). menurunkan edema, dan
c. Berikan sokongan mengurangi nyeri.
(support) pada d. Agar pasien dapat
ektremitas yang luka. beristirahat dan
d. Berikan lingkungan yang mencegah timbulnya
tenang. stress
e. Kolaborasi dengan e. Untuk mengurangi rasa
dokter tentang sakit / nyeri.
pemberian analgetik, kaji
efektifitas dari tindakan
penurunan rasa nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan


muskuloskeletal
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : a. Berikan terapi latihan b. Meningkatkan sirkulasi
o Menunjukkan mobilitas fisik : ambulasi, darah muskuloskeletal,
o Melakukan aktivitas keseimbangan, mempertahankan tonus
kehidupan sehari-hari mobilitas sendi. otot, mempertahakan
secara mandiri. b. Bantu dan dorong gerak sendi, mencegah
perawatan diri kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.
c. Meningkatkan
kemandirian klien dalam
perawatan diri sesuai
kondisi keterbatasan
klien.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : a. Bimbinngan antisipasi : a. Dapat membantu pasien
 Menunjukkan adaptasi persiapkan pasien /orang terdekat memulai
dengan ketunadayaan terhadap kritis proses adaptasi pada
fisik, penyesuaian perkembangan atau kritis status baru dan
psikososial. situasional. menyiapkan beberapa
 Menunjukkan citra b. Peningkatan citra tubuh : untuk efek samping.
tubuh positif dan harga tingkatkan persepsi sadar b. Membantu mengartikan
diri positif. dan tak sadar pasien serta masalah sehubungan
 Menunjukkan kepuasan sikap terhadap tubuh dengan pola hidup
terhadap penampilan pasien. sebelumnya dan
dan fungsi tubuh. c. Peningkatan koping : membantu pemecahan

 Menunjukkan bantu pasien beradaptasi masalah. Contohnya, takut

keinginan untuk dengan persepsi stresor, kehilamngan kemandirian,

menyentuh bagian perubahan atau ancaman kemampuan bekerja, dsb.

tubuh yang mengalami c. Meningkatkan


gangguan kemandirian dan
meningkatkan perasaan
harga diri.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : a. Penurunan ansietas a. Untuk Minimalkan
o Menunjukkan rasa b. Teknik menenangkan kekhawatiran, ketakutan,
aman yang optimal diri prasangka, atau perasaan
tidak tenang yang
berhubungan dengan
sumber bahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas
b. Untuk meredakan
kecemasan pada pasien
yang mengalami distres
akut

5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : a. Menejemen lingkungan: a. Mencegah potensi cedera
 Pasien dan keluarga dapat pantau lingkungan fisik dan memberikan
mempersiapkan memfasilitasi keamanan. keamanan lingkungan
lingkungan yang aman. b. Berikan bimbingan dan sekitar pasien terhadap
 Pasien dan keluarga dapat pengalaman belajar cedera.
menghindari cidera fisik. tentang kesehatan b. Untuk meningkatkan
 Dapat memodofikasi individu yang kondusif. pengetahuan kesehatan
gaya hidup untuk c. Identifikasi faktor resiko pasien dalam mencegah
mengurangi resiko potensial terjadinya faktor resiko cidera.
cidera. c. Untuk mengetahui dan
mencegah faktor resiko
potensial yg dapat
mengakibatkan cidera.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : a. Pengendalian infeksi : a. Mencegah terjadinya
o Terbebas dari tanda dan minimalkan penyebaran penyebaran agens yang
gejala infeksi dan penularan agens menyebabkan infeksi.
o Memperlihatkan higiene infeksius. b. Mengidentifikasi dini
personal yang adekuat b. Perlindungan infeksi : infeksi dan mencegah
cegah dan deteksi dini infeksi berlanjut.
infeksi pada pasien yang c. Agar klien dan keluarga
beresiko. dapat secara mandiri
c. Ajarkan klien dan meenghindari infeksi
keluarga cara tanpa bantuan perawat.
menghindar infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Dongoes, E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
Keperawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Loraine M. Wilson. 1998. Patofisiolgi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III Edisi 8.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai