Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARKOMA ( KANKER TULANG )

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN III


STASE GAWAT DARURAT DI ICU

DISUSUN OLEH :
VEGA FETRIA OCTAVIANA DEVI
18613204

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2021
A. PENGERTIAN
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvansi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam
tubuh. (Wong, 2003).
Osteosarkoma adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang
(Wong, 2003). Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor tumbuh dibagian metafisis tempat yang paling sering terserang tumor adalah
bagian ujung tulang panjang terutama lutut ( Price, 1998).
Osteosarkoma adalah penyakit yang sel kankernya ganas ditemukan di tulang.
Kanker tulang primer sering terjadi pada individu muda sampai usia 30 tahun dan
sedikit lebih terjadi pada anak laki-laki dan pria. (Souhami&Tobias, 1986).

B. ETIOLOGI
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, osteosarkoma yang tidak
ketahui penyebabnya merupakan osteosarkoma primer sedangkan osteosarkoma
sebagai akibat keadaan lainnya dari osteosarkoma sekunder. Osteosarcoma sekunder
terjadi pada penderita paget disease, dysplasia fibrosa, radiasi ionisasi eksternal atau
adanya riwayat makan atau terpapar zat radioaktif. Tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarcoma adalah :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis
juga di duga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkolusis mengakibatkan 14 dari
53 pasien menjadi osteosarcoma.
4. Genetik
Anak-anak yang mengalami osteosarcoma sangat mungkin mengalami turunan
genetik dari orangtua. Mungkin kelainan genetik pada kromosom seseorang bisa
memicu osteosarcoma.

C. PATOFISIOLOGI
Sarcoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas.Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Penyebab
osteocarcoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu
predisposisi begitu pula adanya heredity. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat
menimbulkan osteosarcoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi
3% penyebab langsung osteosacoma. Akhir-akhir ini dikaratakan ada 2 tumor
suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada
osteosarcoma yaitu protein P53 ( Kromosom 17 ) dan Rb ( Kromosom 13 ). Lokasi
tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan
adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarcoma. Mulai tumbuh bisa di dalam
tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar
tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor
kedalam sendi. Osteosarcoma mengadakan matastase secara hematogen paling sering
ke paru atau pada tulang lainnya dan di dapatkan sekitar 15-20% telah mengalami
metastase pada diagnosis ditegakkan. Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi
tulang normal dengan respon osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan beberapa tidak menimbulkan
masalah sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor
ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah
femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari
massa sel – sel kumparan atau bulat yang berdifferensiansi dan sering dengan elemen
jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang
berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah
melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya. Adanya
tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak di invasi oleh sel tumor. Timbul
reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang baru dekat tempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering di dapati pada proses metastasis ke
tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang di sadari oleh pasien. Nyeri
timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh
tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu
beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih
rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Fraktur timbul sebelum gejala
lainnya timbul. Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang
di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra maka medulla spinalis menjadi
terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga
parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa di sekitar
abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya oelepasan cadangan kalsium dari tulang.
Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus,
konstipasi, kelelahan, dan gangguan kesadaran.
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai sumsum tulang gejala yang timbul sesuai dengan tipe
sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.
Apabila sel darah putih yang tekena, maka pasien dapat dengan mudah terjangkit
infeksi. Sedangkan gangguan pada platelet dapat menyebabkan pendarahan.
a. Akibat riwayat trauma atau cidera yang berkaitan dengan olahraga yang tidak
berhubungan
b. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum
c. Keterbatasan gerak
d. Kehilangan berat badan
e. Peningkatan suhu kulit diatas massa dan ketegangan vena
f. Lesi primer dapat mengenai semua tulang
g. Malaise
h. Demam

E. KLASIFIKASI KANKER TULANG


Penyakit osteosarcoma memiliki klasifikasi sebagai berikut :
1. Local osteosarcoma
Dalam local osteosarcoma ini sel kanker yang terdapat pada seseorang belum
menyebar ke bagian tubuh/ tulang lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat
sensitifitas seseorang terhadap keadaan tubuhnya sehingga jika ada sedikit
kelainan maka segera mengindentifikasi atau pergi ke layanan kesehatan. Maka
dari itu, untuk mencegah penyakit ini semakin berkembang peranan diagnosa dini
sangat diperlukan.
2. Metastatic osteosarcoma
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering
menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Dalam multifocal
osteosarcoma tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang tetapi belum menyebar ke
paru-paru.
3. Osteosarcom berulang
Osteosarcoma berulang adalah penyakit kanker yang tadinya telah tertangani akan
kambuh lagi (recurred). Hal ini bisa terjadi pada bagian tulang yang sama dengan
ketika pertama kali osteosarcoma muncul atau bisa juga pada bagian tubuh
lainnya. Osteosarcoma berulang langka terjadi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali fosfatase
serum meningkat
b. Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan jika penderitaan dari sumsum tulang karena
penyebaran kanker mungkin ada anemia, sel darah rendah putih atau hitungan
trombosit
c. Tes darah biokimia
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang disebut
basa phosphatise pada pasien dengan osteosarcoma.
2. Radiologi
a. Sinar X tulang
Pasien yang menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker
tulang mendasari yang dapat di duga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari
kanker tulang pasien disebut spesialis lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
b. MRI scan
MRI scan adalah pemeriksaan yang menggunakan medan magnet yang kuat
dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ tubuh. Dapat disarankan
untuk mendeteksi ukuran dan penyebaran kanker tumor dalam tulang
c. CT scan
Mengambil serangkain sinar x yang melihat ukuran dan tingkat penyebaran
kanker. CT Scan dada dapat mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke
paru-paru
d. Biopsi
Biopsi adalah metode mengambil sampel kecil daerah yang tekena dampak
dari tulang dan menodai pewarna dan memeriksa sel sampel dibawah
mikroskop di laboratorium

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan
metode seefektif mungkin. Penatalaksanaan medis sebagai berikut :
a. Tindakan pengangkatan tumor dengan mengamputasi
b. Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik (2500-
3000ml/ hari) untuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah
hiperkalsium dan hiperurisemia.
c. Bifosfonat : untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang
berlebih akibat metastasis
d. Kemoterapi dan terapi hormonal
e. Radioterapi
Berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di
area metastasis
f. Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah fraktur atau untuk terapi fraktur.
Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament untuk
mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Manajemen nyeri
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
d. Pendidikan kesehatan

H. KOMPLIKASI
1. Nekrosis jaringan
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan neoplasma yang terlalu cepat sehingga
jaringan yang terletak di sebelah sentral dari tumor tersebut tidak mendapatkan
vaskularisasi yang cukup.
2. Meningkatnya angka mortalitas
Apabila sel kanker yang terdapat pada tulang itu sudah diambil (amputasi) bukan
berarti sel kanker itu hilang semuanya, karena sel kanker memiliki sifat residif
( dapat muncul kembali)
3. Menyebarnya sel kanker
Jika kondisi seperti ini sudah menyebar maka tidak di sarankan untuk membawa
ke pengobatan alternatif karena mengakibatkan tumor pecah dan menyebar maka
tindakan pengurutan atau pengobatan alternatif tidak di sarankan.

I. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi terhadap kesehatan
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
- Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan
obat-obatan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
- Pengkajian pola nutrisi dan metabolisme
- Kebiasaan makan dan minum sebelum MRS
3. Pola eliminasi
- Kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS
- Keadaan umum pasien lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
menimbulkan konstipasi
4. Pola aktivitas dan latihan
- Pasien aktivitasnya berkurang akibat adanya nyeri pada lokasi tumor
tulang
- Untuk memebuhi kebutuhan ADL sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarga.
5. Pola tidur dan istirahat
- Akibat perubahan kondisi dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik, dsb
6. Pola neurosensori
Keadaan mental, cara berbicara normal atau tidak, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan memahami, keadekuatan alat sensori
7. Peran hubungan
Klien akan mengalami kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap
8. Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
9. Seksualitas
Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat
inap dan mengalami keterbatasan gerak
10. Pola mekanisme koping
Pola koping yang umum perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit
atau penyakit.
11. Nilai kepercayaan/ spiritual
Klien tidak dapat melakukan ibadah dengan baik hal ini disebabkan oleh rasa
nyeri dan keterbatasan gerak klien.
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : kesimetrisan muka, warna dan distribusi rambuh serta kondisi kulit
kepala, wajah pucat
2. Mata : conjungtiva apakah anemis, sklera icterus, reflek mata dan pupil
terhadap cahaya
3. Hidung : dapat membedakan bau
4. Telinga : bisa mengdengarkan dengan baik
5. Paru :
- Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman
pernafasan
- Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan, kesimetrisan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : kaji suaran nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi
6. Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis teraba
- Perkusi : ukur batas kanan dan kiri jantung
- Auskultasi : distritmia jantung
7. Abdomen
- Inspeksi : kontur kulit menurun, kesimetrisan abdomen, ada konstipasi
- Auskultasi : bising usus
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa. Suara tympani
- Palpasi : adakah nyeri tekan
8. Ekstremitas
- Inspeksi : px tampak lemah, aktivitas menurun, rentang gerak terbatas
- Palpasi : teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
Resume Asuhan Keperawatan Pada Tn. K
Dengan Osteosarcoma atau Kanker Tulang
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Tn. K
Umur : 32 Tahun
Alamat : Kota P
No. Register : 324567
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 18 Mei 2021
Diagnosa Medis : Ca Tulang
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. M
Umur : 30 Tahun
Alamat : Ds. X
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Hubungan dgn px : Istri

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena pada kaki kanan

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD RS Y pada tanggal 18 Mei 2021 jam 17.00 WIB dengan
keluhan pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena pada kaki kanan.
Nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 7-8, pasien juga mengatakan susah
untuk beraktivitas karena kecemasan akan keadaannya.
KU : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36.0o C
RR : 16x/menit

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami sakit seperti kanker, tumor.

E. POLA FUNGSI PENGKAJIAN GORDON


a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Klien mengatakan dulu saat nyeri yang dirasakan kambuh klien hanya
mengganggap hanya nyeri biasa karena asam urat, klien hanya minum obat yang
dibeli di warung karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan jarang
mengunjungi pelayanan kesehatan. Saat nyeri pada paha sudah berat dan terdapat
bengkak yang semakin membesar klien baru mengontrolkan penyakitnya.
b. Pola nutrisi/ metabolisme
Klien mengatakan nafsu makan sedikit menurun karena nyeri yang dirasakan,
klien tidak memiliki alergi makanan. Klien juga mengatakan tidak ada perubahan
berat badan selama 6 bulan terakhir, klien tidak mengalami masalah dalam
menelan.
c. Pola eliminasi
Klien mengatakan belum BAB sejak 2 hari yang lalu, BAB terasa keras.
Kebiasaan berkemih dalam batas normal, klien terpasang kateter urine.
d. Pola aktivitas/ olahraga
Kemampuan perawatan diri :
0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Berpakaian 
Toileting 
Mobilisasi 
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan 
rumah

Keluhan saat beraktivitas tidak bisa menggerakkan kaki kanan, hanya bisa di geser
diatas tempat tidur.
Kekuatan otot

5 5

2 5

c. Pola istirahat tidur


- Sebelum sakit : klien mengatakan biasanya tidur kurang lebih selama 7
jam perhari dan tidak ada gangguan selama tidur. Bangun tidur merasa
segar.
- Saat sakit : klien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri pada paha bagian
kanan, klien sering terbangun di malam hari, tidak bisa tidur nyenyak, dan
merasa kurang segar.
d. Pola kognitif – persepsi
Klien dalam keadaan sadar, keadaan umum pasien adalah compos mentis. Klien
dapat berbicara dengan baik, bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa
indonesia. Klien mengeluh nyeri dan memegang area yang nyeri dan mengubah
posisi untuk mengurangi nyeri dan menggunakan teknik nafas dalam.
e. Pola peran hubungan
Klien bekerja sebagai PNS klien sangat di dukung oleh anak dan istrinya.
Keluarga mengatakan tidak ada masalah keluarga yang berkenaan dengan rumah
sakit, klien mematuhi segala perawatan yang diterapkan kepada dirinya. Selama
dirumah sakit klien ditemani oleh istrinya
f. Pola seksualitas
Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani perawatan
di rumah sakit dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien.
g. Pola koping
Klien mengatakan khawatir dengan keadaannya saat ini. Klien tidak bisa bekerja
seperti biasanya. Klien selalu berdiskusi dengan keluarganya pada saat ada
masalah
h. Pola keyakinan
Klien beragama islam. Ia selalu sholat 5 waktu dan sehabis sholat ia membaca al-
qur’an. Saat ini klien pasrah dan ikhlas atas cobaan yang dialaminya, dia hanya
bisa berdo’a kepada Allah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnostik : Rontgen Femur
b. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Pria Wanita
Hb 14,6 g/dL 14-18’ 12-16’
Leukosit 8.770 Mm3 5000- 10.000
Trombosit 384.000 Mm3 150.000-400.000
Ht 44 % 40-48 37-43
PT 10,3 Detik 9,5-12,7
APTT 35,3 Detik 29,8-40,0
Basofil 0 % 0-10,0
Eosinofil 2 % 1,0-3,0
N. batang 0 % 2,0-6,0
N. segmen 70 % 20-40
Limfosit 23 % 20-40
monosit 5 % 2,0-8,0

Hasil dari laboratorium menyatakan bahwa terdapat adanya kerusakan tulang


dan pembentukan tulang baru.
G. PEMERIKSAAN FISIK
TTV TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
RR :16x/menit
S : 36,0 C
Kulit Turgor kulit baik, tidak ada lesi
Kepala Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi,
rambut pendek, ikal, tidak ada
ketombe, tidak mudah rontok, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan
Mata Mata simetris, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, refleks pupil baik
Hidung Simetris kanan kiri, tidak ada sekret,
tidak ada polip
Telinga Simetris kanan kiri, tidak ada serumen,
pendengaran baik
Mulut Mukosa mulut lembab, bibir tidak
pucat
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran tiroid
Thorax/ dada
 Jantung Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas
normal
Auskultasi : irama reguler
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

 Paru-paru Inspeksi : simetris kanan kiri


Palpasi : fremitus kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen Inspeksi : perut tidak membuncit
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas
 Ekstremitas atas Tidak ada lesi, tidak ada oedema,
pergerakan baik, terpasang infus RL
ditangan kanan

 Ekstremitas bawah Terdapat bengkak di bagian paha


kanan, klien tidak bisa mengangkat
kaki kanan, hanya bisa menggeser di
atas tempat tidur. Kaki kiri pergerakan
baik
Muskuloskeletal Klien mengeluh nyeri pada paha kanan
yang bengkak
Nodus limfe -
Neurologi
- Status mental Compos mentis
Vaskuler perifer CRT < 2 detik
Rectal -
Genetalia Klien terpasang kateter

H. TERAPI MEDIS
1. Infus RL 20 tpm IV
2. Ranitidine 1 amp IV
3. Tramadol 1 amp IV
4. Ketorolac 1 amp IV

I. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Agen cidera Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada biologis
paha bagian kanan
- Klien mengatakan nyeri terasa
di tusuk tusuk
- Klien mengatakan nyeri
dengan skala antara 7-8
DO :
- Klien tampak merintih
- Klien tampak menangis
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak memegang
daerah paha yang nyeri
- Tampak bengkak pada paha
bagian kanan
- Terdapat nyeri tekan pada
paha sebelah kanan
- TD : 100/70 mmHg
RR : 16x/menit
S : 36,0 C
N : 80x/menit
2 DS : Gangguan Hambatan
- Klien mengeluh kaki kanan muskuloskeletal mobilitas fisik
salut untuk digerakkan
- Klien mengatakan nyeri jika
kaki kanan diangkat
- Klien mengatakan tidak bisa
berjalan
- Klien tidak bisa beraktivitas
DO :
- Klien tampak berbaring di
tempat tidur
- Paha kanan klien tampak
bengkak
- Terjadi penurunan otot
5 5
2 5
- Klien tampak sulit merubah
posisi
- ADLs klien dibantu perawat
dan keluarga
3 DS : Perubahan status Ansietas
- Klien mengeluh cemas kesehatan
dengan kondisinya
- Klien mengatakan khawatir
jika tidak bisa berjalan lagi
DO :
- Klien tampak cemas
- Klien sulit tidur
- Klien sering bertanya tentang
tindakan medis yang
dilakukan

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

K. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Mampu 1. Melakukan
berhubungan tindakan memonitor TTV pengkajian nyeri
dengan agen keperawatan paien secara detail
cidera biologis selama 2x24 jam 2. Mampu temasuk lokasi,
diharapkan nyeri mengontrol karakteristik,
akut dapat hilang nyeri durasi, frekuensi,
dengan kriteria 3. mengetahui kualitas, dan
hasil : penyebab nyeri faktor
- Mampu 4. Mengetahui predisposisi
mengontol skala nyeri 2. Observasi reaksi
nyeri, mampu 5. Mengetahui non verbal dari
menggunakan frekuensi nyeri ketidaknyamanan
teknik 6. Mengetahui 3. Gunakan teknik
farmakologis intensitas nyeri terapeutik untuk
- Nyeri mengetahui
berkurang pengalaman
dengan nyeri pasien
menggunakan 4. Evaluasi
manajemen pengalaman
nyeri nyeri pasien
- TTV normal bersama tim
kesehatan yang
lain
Hambatan Setelah dilakukan 1. Klien meningkat 1. Ajarkan dan
mobilitas fisik tindakan dalam aktivitas memberikan
berhubungan keperawatan fisik dukungan pada
dengan selama 2x24 jam 2. Mempergunakan klien untuk
gangguan diharapkan alat bantu melakukan
muskuloskeletal mobilitas fisik 3. Memverbalisasi latihan secara
berjalan dengan perasaan dalam rutin
baik. dengan meningkatkan 2. Mengajarkan
kriteria hasil : kekuatan dan teknik ambulasi
- ADLs kemampuan yang aman dan
meningkat berpindah nyaman
- Mobilitas fisik 3. Memberikan
membaik penguatan positif
- Aktivitas fisik untuk berlatih
meningkat mandiri
4. Menyediakan
alat bantu seperti
walker, kursi
roda
5. Mendorong klien
untuk melakukan
latihan untuk
memperkuat
anggota tubuh
6. Kolaborasi
dengan
fisioterapi untuk
latihan mandiri
Ansietas Setelah dilakukan 1. Klien mampu 1. Menggunakan
berhubungan tindakan mengidentifikasi pendekatan yang
dengan keperawatan dan menenangkan
perubahan dalam selama 2x24 jam mengungkapkan 2. Menjelaskan
status kesehatan diharapkan gejala cemas semua prosedur
ansietas hilang 2. Mengungkapkan yang akan
dengan kriteria dan menunjukkan dilakukan
hasil : untuk mengontrol 3. Pahami
- Ansietas dalam cemas perspektif klien
batas normal 3. Vital sign dalam terhadap situasi
- Koping stres batas normal stes
normal 4. Menemani klien
untuk
mengurangi rasa
takut
5. Mendorong
keluarga untuk
menemani klien

Anda mungkin juga menyukai