Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN CONGINETAL TALIPES EQUINO VARUS (CTEV)

Disusun untuk Memenuhi Laporan Tugas Individu Profesi Ners


Departemen Pediatrik

Oleh :
Anggara Novananta Putra
150070300113010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1
LAPORAN PENDAHULUAN
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)

A. Definisi
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa
disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal
yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi
fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan
rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari
kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot)
yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang
Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke
arah dalam/medial).
CTEV adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke dalam garis
tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini disertai dengan
meningginya tepi dalam kaki (supinasi) dan pergeseran bagian anterior kaki
sehingga terletak di medial aksis vertikal tungkai (adduksi). Dengan jenis kaki
seperti ini arkus lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam keadaan equinus (plantar
flexi). CTEV adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi Plantar flexi
talocranialis karena m. Tibialis anterior lemah, Inversi ankle karenam.
Peroneus longus, brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar dan midtarsal.
Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
deformitas umum dimana kaki berubah/bengkok dari keadaan atau posisi
normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut
dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang
berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan
ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya :
-Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
-Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
-Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit
-Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit

2
Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi
dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV)
dimana kaki posisinya melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai
tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe
bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan
sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari
persendian), cerebral palsy atau spina bifida.
Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000
kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada
perempuan. Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan
hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor
genetika

2.2  Klasifikasi CTEV
Literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu :

1. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau


memerlukan latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada
deformitas tulang, tetapi mungkin ditemukan penencangan den
pemendekan jaringan lunak secara medial dan posterior.
2. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti
mielodisplasia atau artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukam
koreksi bedah dan memiliki insidensi kekambuhan yang yang tinggi.
3. Clubfoot idiopatik congenital, atau “clubfoot sejati” hampir selalu
memerlukan intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang.

2.3  Penyebab CTEV
Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum
diketahui pasti tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal
positioning, Genetic, Cairan amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit pada
waktu hamil(oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang kala
ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau

3
displasia dari rongga panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan
berhubungan dengan CTEV:

1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak
dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel
germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang
mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12
kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain
hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar
minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu
deformitasclubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah
minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang.
Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada
faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”.“Cronon” ini memandu
waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif
(lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic
(cronon).
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine
crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom
nomer 18
8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam
kandungan dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)
9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti
spina bifida
10. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung
 

2.4  Patofisiologi CTEV
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui.
Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal

4
atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa
kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.
Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan
deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.

Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 %
kasus. Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000
kelahiran. Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki
belakang, varus kaki belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan dan
berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi
talonavikuler. Pada anak yang lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih nyata
daripada bayi, tanpa memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau
fungsionalnya.

5
2.5  Manifestasi Klinis CTEV
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat
relatif memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau
cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang
equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit
transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan
kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit
dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat
diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari
posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki
equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra
uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas
gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan
ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya
deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi
pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada
kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak
terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat
penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal
anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran
medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat
celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis
bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya
perputaran subtalar ke medial.
8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot
tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur

6
sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor
jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek.
Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya
spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus
diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi.

»        Diagnosis Banding
1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat
dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik
dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali.
2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal
saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat
dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial
casting.

2.6  Pemeriksaan Diagnostic CTEV


Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan
ultrasonography atau terdeteksi saat kelahiran.

2.7  Penatalaksanaan CTEV
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif.
Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

1. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk
penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan
terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi
sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk
mencegah kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial
“cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi
tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi
medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

7
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari
beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir
pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif,
dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan,
memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di
“cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan
koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan


perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak
memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus
meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan
sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus
mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama
dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang
penyembuhan.

Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan


orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada
batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan “cast” meliputi :

o Biarkan cast terbuka sampai kering

o Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal


bantal pada hari pertama atau sesuai  intruksi

o Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan


warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal

o Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur,


observasi adanya rasa nyeri

o Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk


melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan
dibawah cast secara teratur.

o Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk


mencegah trauma

8
o Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast,
jauhkan benda-benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast
oleh anak

o Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit
pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat

Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

2. Operatif
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
o Jika terapi dengan gibs gagal

o Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

1. Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami


kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan
pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
2. Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan
ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada
equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar
kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus.
Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis
medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu
Appley).
3. Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur
10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan
artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga
persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art.
kalkaneokuboid.
2.8  Komplikasi CTEV
1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada
terapi konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus
oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi
mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi
setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah
terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang,

9
sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari
kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu,
dan jarang memerlukan cangkok kulit.
2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi
setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan
tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati
infeksi.
3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah
dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi
terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan
deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan
bertambahnya usia
4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki

2.9  Asuhan Keperawatan
I.       Pengkajian
- Biodata klien :
- Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan
alamat. bayi laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok
daripada perempuan.

- Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4
orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu
berarti perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki
adalah 1:3 dan 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada
kembar dizigot.

- Keluhan Utama :
- Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya
keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan
kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki
ringan.

- Riwayat Penyakit Sekarang

10
- Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya
keadaan yang abnormal pada kakinya.

- Riwayat penyakit keluarga


- Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

- Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal


- Antenatal
- Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.

- Natal
- Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria
dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.
Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis
spontan atau tidak.

- Postnatal
- Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan
dengan gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji
adanya asphyksia, trauma dan infeksi.

- Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir.
Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus,
social, dan bahasa.

- Riwayat Kesehatan Keluarga


- Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah
tangga yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat
istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan  internal dan

11
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan
pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan
dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan.

- Riwayat Imunisasi
- Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi
pada anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi
imunisai BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis.

 Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur
anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan
frekuensi) pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan.
Adakah makanan yan disukai, alergi atau masalah makanan yang
lainnya).
2. Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji
BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau).
Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3. Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
4. Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-
hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
5. Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah
mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau
orang tua.
6. Pemeriksaan Fisik
Pantau status kardiovaskuler
Pantau nadi perifer
Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan sirkulasi
yang adekuat pada ekstremitas tersebut
Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari diantara
kulit ekstremitasdengan gips setelah gips kering
7. Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:
a. Nyeri

b. Bengkak

12
c. Rasa dingin

d. Sianosis atau pucat

8. Kaji sensasi jari kaki


o Minta anak untuk menggerakkan jari kaki

o Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu


berespon terhadap perintah

o Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman


kerusakan sirkulasi

o Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau


kesemutan

Diagnosa Keperawatan
1 Resiko cidera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan
jaringan, kemungkinan kerusakan saraf
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan cidera fisik
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips

Rencana Intervensi

N NOC: NIC
O
1 Mobility (0208) Pressure Management
Setelah dilakukan Tinggikan ekstremitas yang di gips
asuhan keperawatan a.Kaji bagian gips yang terpajan untuk
diharapkan pasien tidak mengetahui adanya nyeri, , nyeri
mengalami kerusakan bengkak, perubahan warna (sianosis
neurologis dengan atau pucat), pulsasi, hangat, dan
keriteria hasil: kemampuan untuk bergerak
- body position b.Rawat gips basah dengan telapak tangan,
performance hindari penekanan gips dengan ujung jari
Gips mengering (gips plester)
dengan cepat, c.Tutupi tepi gips yang kasar dengan ”
tetap bersih dan petal” adesif

13
utuh d.Jangan menutupi gips yang masih basah
e.Jangan mengeringkan gips dengan kipas
pemanas atau pengering
f.Gunakan kipas biasa di lingkungan
dengan kelembaban tinggi
g. .
dengan kain basah dan sedikit
pembersih putih yang rendah abrasive
2 Comfort Status (2008) Enviromental Management: comfort
1. Berikan posisi yang nyaman, gunakan
Setelah dilakukan asuhan bantal untuk menyokong area dependen
keperawatan selama 3x 24 2. Bila perlu batasi aktivitas yang melelahkan
jam diharapkan gangguan 3. Hilangkan rasa gatal dibawah gips deng
rasa nyaman pada pasien udara dingin yang ditiupkan dari spuit asepto,
berkurang dengan keriteria fan, atau pengering rambut.
hasil: 4.Hindari menggunakan bedak atau lotion
- Symptom control dibawah gips
- Psycological well-
being

3 Skin care: graft site


Setelah dilakukan asuhan 1. Pastikan bahwa semua tepi gips halus
keperawatan diharapkan dan bebas dari proyeksi pengiritasi
pasien tidak mengalami 2. Jangan membiarkan anak memasukkan
iritasi dengan keriteria hasil: sesuatu ke dalam gips
- Tidak ditemukannya
3. Waspadai
tanda-
anak yang lebih besar untuk
tanda kerusakan integritas tudak memasukkan benda-benda
kulit kedalam gips, jelaskan mengapa ini
penting
4. Jaga agar kulit yang terpajan tetap bersih
dan bebas dari iritan
5. Lindungi gips selama mandi, kecuali jika
gips sintetik tahan terhadap air
6. Selama gips dilepas, rendam dan basuh
kulit dengan perlahan

14
DAFTAR PUSTAKA :

Bulechek G, dkk.2008.Nursing Interventions Clarification (NIC). Firth Edition.


Mosby : Lowa city.
Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.
Moorhead S, dkk.2000.Nursing Outcames Clasification (NOC).Third
Edition.Mosby : Lowa city.
Wong, Donna L., Whaley & Wong’s Nursing Care of Infants and Children, Fifth
Edition, Mosby Company, Missouri,1995

15

Anda mungkin juga menyukai