Anda di halaman 1dari 14

JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah

HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

HUBUNGAN ANTARA SELF CARE DENGAN INSIDENSI NEUROPATY PERIFER


PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
RSUD CIBABAT CIMAHI 2018

Sri Indriani, Irma Nur Amalia, Hamidah

STIKes Dharma Husada Bandung

irma.nuramalia@yahoo.com

Abstrak

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan kadar
glukosa dalam darah dan dapat menyebabkan komplikasi akut ataupun kronik jika tidak
ditangani. Neuropati Perifer merupakan komplikasi kronik yang banyak terjadi pada pasien DM.
Perawatan diri (Self Care) yang baik dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Self Care dengan kejadian komplikasi
Neuropati Perifer pada pasien DM tipe II. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi
dengan sampel 69 responden, yang diperoleh melalui teknik Accidental sampling. Pengumpulan
data menggunakan modifikasi kuesioner Summary Diabetes Self Care Activity (SDSCA) dan
kuesioner kejadian komplikasi Neuropati Perifer. Hasil penelitian menggunakanujikorelasi Chi
square ini menunjukkan terdapat hubungan antara self care dengan kejadian komplikasi
neuropati perifer pada pasien DM tipe II dengan p value 0,010 (p<0,05). Dari 69 responden, 33
responden memiliki self care baik, 24 diantaranya menunjukkan tidak terjadi komplikasi
neuropati perifer dan 9 diantaranya menunjukkan terjadi komplikasi neuropati perifer. Sebanyak
36 responden memiliki self care kurang, 14 diantaranya menunjukkan tidak terjadi komplikasi
neuropati perifer dan 22 diantaranya menunjukkan terjadi komplikasi neuropati perifer. Peran
perawat sebagai edukator sangat penting untuk membekali pasien DM agar memiliki perawatan
diri yang baik.

Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe II, Neuropati Perifer, Self care

Pendahuluan (ADA), 2004 dan Smeltzer & Bare, 2008).


Menurut Brunner & Suddarth (2013)
Diabetes Melitus (DM) merupakan Diabetes Melitus ada 2 tipe yaitu DM tipe I
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas dan DM tipe II. DM tipe I yaitu diabetes
tidak menghasilkan insulin yang cukup atau yang tergantung insulin karena tubuh tidak
ketika tubuh tidak dapat secara efektif bisa menghasilkan insulin, adapun DM tipe
menggunakan insulin, ditandai adanya II yaitu diabetes mellitus yang disebabkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena menurunnya jumlah produksi insulin
(Hiperglikemia) disertai munculnya gejala dan terjadi karena pola hidup penderita.
khas yakni urin yang keluar dalam jumlah Penderita DM tipe II paling banyak di dunia
banyak (American Diabetes Association dengan jumlah penderita tahun 2010

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 54


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

sebanyak 285 juta jiwa dari total populasi komplikasi Mikrovaskuler, 42% retinopati
dunia sebanyak 7 miliar jiwa dan diabetikdan 7,3% nefropati diabetik, serta
diperkirakan akan meningkat menjadi 439 jumlah komplikasi terbanyak yaitu 63,5%
juta jiwa pada tahun 2030 dari total adalah neuropati diabetik.
populasi dunia sebanyak 8,4 miliar jiwa Neuropati perifer merupakan salah
(WHO, 2011 dalam Nurman, 2015). satu komplikasi mikrovaskuler dari diabetes
Menurut Brunner & Suddarth (2013) melitus yang paling sering terjadi dan dapat
komplikasi yang timbul dari DM memperburuk kualitas hidup penderitanya.
digolongkan menjadi dua, yaitu komplikasi Neuropati perifer sangat berbahaya karena
akut dan kronis. Komplikasi akut terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah
akibat intoleransi glukosa yang berlangsung diantaranya frekuensi jantung dapat
dalam jangka waktu pendek seperti meningkat, menimbulkan ulkus kaki
Hipoglikemia, Diabetes Ketoasidosis bahkan sampai amputasi, disfungsi seksual,
(DKA), dan Hyperglycemic Hyperosmolar impotensi, gangguan sistem saraf lain
Nonketotic Syndrom (HHNS). Sedangkan termasuk retinopati diabetik, serta dapat
komplikasi kronis terjadi dalam jangka mengakibatkan kematian (Smeltzer, 2013).
waktu panjang sekitar 10-15 tahun setelah Penderita DM yang mengalami neuropati
awitan Diabetes Melitus, komplikasi jangka perifer sebanyak 25% dari seluruh jumlah
panjang meliputi penyakit Makrovaskuler penderita diabetes mellitus didunia (The
yang menyerang pembuluh darah besar Foundation For Peripheral Neuropathy,
(penyakit jantung koroner, penyakit 2016). Indonesia sendiri yang mengalami
serebrovaskuler, dan penyakit arteri neuropati perifer sebanyak 43% dari 16.800
perifer), penyakit Mikrovaskuler (retinopati penderita DM yang terbukti beresiko
diabetik, nefropati diabetik), penyakit mengalami neuropati (PERKENI, 2015).
neuropati diabetik yang mempengaruhi Komplikasi-komplikasi tersebut dapat
saraf sensori, motorik dan otonom serta diminimalisir dengan melakukan berbagai
muncul masalah lain seperti impotensi dan upaya pencegahan seperti mengatur pola
ulkus kaki diabetik atau Ulkus Diabetikum makan (diet rendah gula dan makan dengan
(Brunner & Suddarth, 2013). gizi seimbang yang cocok untuk pasien
Hasil penelitian Zhaolan et al pada DM), mengikuti kegiatan olahraga,
tahun 2010 menunjukkan prevalensi mengikuti pendidikan kesehatan terutama
komplikasi DM di daerah China berupa bagi pasien DM, dan rutin kontrol ke
gangguan Kardiovaskuler mencapai 30,1%, pelayanan kesehatan untuk mengatur gula
Serebrovaskuler 6,8%, Nefropathy 10,7%, darah tetap stabil (PERKENI, 2015). .Hal
Lesi okuler 14,8% dan Masalah kaki 0,8% tersebut dapat diminimalisir juga jika
(Zhaolan, 2010 dalam Pratiwi, 2017). penderita DM memiliki kemampuan dan
Menurut Soewondo, dkk (2010) terdapat pengetahuan yang cukup untuk mengontrol
1.785 penderita DM di Indonesia yang penyakitnya, salah satu cara yang bisa
mengalami komplikasi yakni 16% dilakukan yaitu dengan selfcare
komplikasi Makrovaskuler, 27,6% (Kusniawati, 2011).

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 55


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Menurut Orem (1971), self care dalam pelaksanaan self care DM meliputi
merupakan kegiatan individu untuk pengaturan pola makan (diet), latihan fisik
melakukan perawatan diri dan membentuk (olahraga), perawatan kaki, minum obat
perilaku mereka dalam upaya memelihara diabetes, dan monitoring glukosa darah.
kesehatan, mempertahankan kehidupan dan Hasil penelitian Yessy Mardianti
kesejahteraan serta penyembuhan dari Sulistria tentang Tingkat Self care Pasien
penyakit dan mengatasi komplikasi Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di
penyakit tersebut yang penatalaksanaannya Puskesmas Kalirungkut Surabaya pada
dilakukan secara mandiri dan terus menerus tahun 2013 dengan menggunakan kuesioner
(Orem, 1971 dalam Vocilia, 2015). Self SDSCA (The Summary of Diabetes Self-
care pada penderita DM bertujuan untuk Care Activities) pada 25 responden
mengontrol kadar glukosa darah secara menyebutkan Tingkat self care pasien rawat
optimal dan mencegah komplikasi yang jalan Diabetes MellitusTipe 2 pada aktivitas
timbul (Wattana, 2007).Self careDMyang pengaturan pola makan, olahraga dan terapi
efektif dapat menurunkan resiko penderita (minum obat) sudah baik, namun dalam
DM mengalami komplikasi, selain itu self aktivitas pengukuran kadar gula darah dan
care juga dapat mengontrol kadar gula perawatan kaki self care pasien masih
darah agar tetap normal, mengurangi kurang. Hasil penelitian Silvia Junianty
dampak masalah akibat DM, serta tentang Hubungan Tingkat Self Care
mengurangi angka mortalitas dan dengan Kejadian Komplikasi Pada Pasien
morbiditas akibat DM. Adapun Self care DM Tipe 2 Di RSUD Sumedang 2011 pada
yang bisa dilakukan penderita DM meliputi 55 responden, didapatkan hasil bahwa
diet atau pengaturan pola makan, olahraga pasien dengan tingkat self care tinggi atau
atau melakukan aktifitas fisik, pemantauan rendah dapat menyebabkan kejadian
kadar gula darah, penggunaan obat komplikasi diabetes mellitus yang
diabetes, dan perawatan kaki (Suantika, ditunjukkan melalui hubungan yang rendah.
2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Hasil penelitian Linda Riana Putri di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
tentang Gambaran Self Care penderita Cibabat Kota Cimahi, didapatkan jumlah
Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas kasus lama Diabetes Mellitus tipe II dari
Srondol Semarang 2017 kepada 135 bulan Januari-Desember 2017 sebanyak
responden menyebutkan antara perilaku self 7.410 kasus. Berdasarkan hasil wawancara
care kurang dan perilaku self care baik pada 5 orang pasien DMtipe II yang kontrol
memiliki hasil yang hampir sama, akan ke Klinik Penyakit Dalam, 2 responden
tetapi lebih banyak responden dalam mengatakan tidak pernah melakukan diet
penelitian ini memiliki perilaku self care ataupun mengatur pola makan, 3 responden
baik sebanyak 68 responden. Self care DM mengatakan bahwa pasien DM tidak boleh
merupakan tindakan mandiri yang harus banyak mengkonsumsi makanan manis,
dilakukan oleh penderita DM dalam nasi juga dikonsumsi dalam jumlah yang
kehidupannya sehari-hari. Komponen sedikit. Dari ke 5 responden tersebut,3

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 56


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

responden mengatakan olahraga penting Sampel Dan Metode


bagi pasien DM akan tetapi ketiga
responden jarang melakukan olahraga Jenis metodologi yang digunakan
karena sibuk bekerja, dan 2 responden dalam penelitian ini adalah Kuantitatif,
mengatakan sering mengikuti senam rutin 1 dengan menggunakan deskriptif korelasi
minggu sekali yang diadakan puskesmas yaitu metode yang digunakan untuk
terdekat. 4 responden mengatakan sering mempelajari hubungan dua variabel atau
kontrol ke rumah sakit sebulan sekali lebih. Fokus penelitian ini yaitu untuk
melakukan cek gula darah dan rutin minum melihat Hubungan antara Self Care dengan
obat sehari sekali. 2 responden selalu Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer
melakukan perawatan kaki dirumah dengan pada pasien Diabetes Melitus tipe II.
cara memotong kuku rutin, membersihkan Adapun Variabel bebas dalam penelitian ini
kaki, merendam kaki dan menggunakan yaitu Self Care pada pasien Diabetes
pelembab kaki, sedangkan 2 responden Melitus tipe II dan Variabel terikat dalam
mengatakan mengetahui tentang perawatan penelitian ini yaitu Kejadian Komplikasi
kaki tetapi jarang merawat kakinya, dan 1 Neuropati Perifer. Pendekatan waktu dalam
responden mengatakan tidak pernah sama pengumpulan data menggunakan
sekali merawat kakinya. pendekatan Cross Sectional. Populasi
Dari ke-5 responden, 3 responden dalam penelitian ini adalah Jumlah pasien
mengatakan sering mengeluh kesemutan DM tipe II yang mengalami DM > 1 tahun
pada kedua kaki sampai tidak bisa berjalan, yang melakukan kunjungan ataupun kontrol
sering merasakan baal atau kebas pada ke Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat
kedua anggota gerak, merasa kelelahan kota Cimahi pada bulan Januari-Maret 2018
apabila melakukan aktifitas sehari-hari dan berada pada rentang usia 45-64 tahun
seperti mencuci pakaian, mengepel dan yang berjumlah 2.083 kasus, kemudian
sebagainya.1 reponden mengatakan diambil rata-rata setiap bulannya berjumlah
terkadang kakinya tidak bisa merasakan 694 kasus Diabetes Melitus tipe II. Teknik
sensasi dingin ataupun sentuhan jika gula sampling pada penelitian ini adalah
darahnya tinggi, kulit kaki pasien tersebut menggunakan teknik Accidental sampling,
juga terlihatkering dan kasar serta bagian yaitu teknik pengambilan sampel yang
tepi luka tampak menghitam, sedangkan 1 dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden lagi mengatakan tidak responden yang kebetulan ada atau tersedia
mengalami keluhan tambahan terkait di suatu tempat sesuai dengan konteks
penyakit DM tersebut. Penelitian ini penelitian (Notoatmodjo, 2014). Jumlah
bertujuan untuk mengetahuiHubungan Self sampel pada penelitian ini sebanyak 69
Care dengan Kejadian Komplikasi responden yang didiagnosa Diabetes
Neuropati Periferpada pasien Diabetes Melitus tipe II. Kuesioner yang digunakan
Melitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam untuk mengukur Self Care dalam penelitian
RSUD Cibabat Kota Cimahi tahun 2018. ini adalah Modifikasi Kuesioner Summary
of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA),

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 57


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

terdiri atas 15 pertanyaan yang meliputi dengan cara melihat angket yang telah diisi
pengaturan pola makan (diet), latihan fisik oleh setiap pasien DM tipe II, dan data
(olahraga), perawatan kaki, minum obat, sekunder diperoleh dari dokumentasi status
dan monitoring kadar gula darah. atau Rekam Medik pasien DM tipe II.
Sistem penilaian (skoring) pada Analisa data dilakukan dengn melakukan
kuesioner ini adalah menggunakan skala uji normalitas terlebih dahulu dengan data
Ordinal, dengan rentang penilaian 1 minggu yang berdistribusi normal (p > 0,05) maka
yang diisi menggunakan Skala Likert digunakan nilai rata-rata mean (nilai 37
dengan skor dari 1-4. Instrumen yang untuk Self Care, dan nilai 5 untuk Kejadian
digunakan untuk mengukur kejadian Komplikasi Neuropati Perifer). Nilai mean
komplikasi neuropati perifer terdiri dari 12 tersebut dipakai untuk menentukan “cut of
pernyataan positif yang diisi menggunakan point”. Analisa Bivariat menggunakan uji
Skala Guttman. Pengujian validitas statistik Chi square dengan hasil p value =
konstruk (constructvalidity) di RSAU Dr. 0,010 (p < 0,05) maka Ha diterima yang
M. Salamun kepada 20 Responden dengan artinya terdapat hubungan yang signifikan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang antara variabel independen dengan variabel
telah ditentukan (r = 0,452-0,670). dependen.
Adapun hasil uji realibilitas
Kuesioner Self Care dalam penelitian ini Hasil
yaitu r alpha Cronbach 0,828 yang berarti
instrumen reliabel, sedangkan hasil uji Karakteristik responden sebagian
realibilitas kuesioner kejadian komplikasi besar responden (63,8%) berumur antara
Neuropati Perifer dalam penelitian ini yaitu 55-64 tahun dengan jenis kelamin
r alpha Cronbach 0,813 yang berarti terbanyak pada perempuan (66,7%) dan
instrumen reliabel. Data yang dikumpulkan lama sakit Diabetes Melitus sebagian
dalam penelitian ini adalah data primer dan besar (82,6%) antara 1-10 tahun
data sekunder. Data primer diperoleh

Karakteristik Responden Penelitian Pasien Diabetes Mellitus tipe II


di Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Jenis Kelamin Laki-laki 23 33,3%
Perempuan 46 66,7%
Umur 45-54 tahun 25 36,2%
55-64 tahun 44 63,8%
Lama sakit DM 1-10 tahun 57 82,6%
11-20 tahun 12 17,4%

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 58


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Mengenai Self care pada Pasien sebagaimana berikut:


Diabetes Mellitus tipe II didapatkan hasil

Self care pada Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam
RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018
Self care pada Pasien Diabetes Frekuensi Presentase
Mellitus tipe II
Self care Baik 33 47,8%
Self care Kurang 36 52,2%

Dari hasil tersebut sebagian besar self care baik (sistem dukungan
responden (52,2%) memiliki perilaku Self pendidikan). Dengan rincian komponen self
care kurang (sistem bantuan sebagian), dan care adalah sebagai berikut:
sebagian lagi (47,8%) memiliki perilaku

Komponen Self Care Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam
RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018
Kelima Komponen Self care Frekuensi Presentase
pada Pasien Diabetes
Mellitus tipe II
Pola makan (diet) Baik 40 58,0%
Kurang 29 42,0%
Olahraga/aktivitas fisik Baik 44 63,8%
Kurang 25 36,2%
Perawatan kaki Baik 35 50,7%
Kurang 34 49,3%
Minum obat Baik 37 53,6%
Kurang 32 46,4%
Monitoring kadar gula darah Baik 39 56,5%
Kurang 30 43,5%

Dari hasil tersebut dapat dilihat Pada komponen Self Care perawatan kaki,
bahwa sebagian besar responden (58,0%) frekuensi antara yang baik dan kurang
pada komponen Self Care pola makan (diet) hasilnya hampir sama, sebagian responden
sudah baik, dan juga sebagian besar (50,7%) pada perawatan kaki sudah baik.
responden (63,8%) pada komponen Self Begitu juga pada komponen Self Care
Care olahraga/aktivitas fisik sudah baik. minum obat sebagian responden (53,6%)

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 59


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

sudah baik dan pada komponen Self besar dari responden (55,1%) menunjukkan
Caremonitoring kadar gula darah sebagian tidak terjadi komplikasi neuropati perifer,
responden (56,5%) juga sudah baik. dan sebagian lagi (44,9%) menunjukkan
Mengenai komplikasi yang terjadi terjadi komplikasi neuropati perifer.
pada pasien menunjukan hasil sebagian

Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer pada Pasien Diabetes Mellitus tipe II di


Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018
Kejadian Komplikasi Neuropati Frekuensi Presentase
Perifer pada Pasien Diabetes
Mellitus tipe II
Terjadi Komplikasi 31 44,9%
Tidak terjadi Komplikasi 38 55,1%

Hubungan Self Care dengan terjadi komplikasi Neuropati perifer, dan


Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer sebanyak22 responden (61,1%)
terdapat 33 responden yang memiliki menunjukkan terjadi komplikasi Neuropati
Selfcare baik, dimana perifer. Berdasarkan hasil analisa
sebanyak24responden(72,7%) statistikChi squarediatas dapat dilihat
menunjukkan tidak terjadi komplikasi bahwa p-value = 0,010 dibawah nilai α=
Neuropati perifer dan sebanyak 9 responden 0,05 (p < 0,05), maka Ha diterima. Artinya
(27,3%) menunjukkan terjadi komplikasi terdapat hubungan yang signifikan antara
Neuropati perifer, Sedangkan responden Self Care dengan Kejadian Komplikasi
yang memiliki self care kurang sebanyak Neuropati Perifer. Yang dapat dilihat
36 responden, dimana sebanyak 14 melaui table berikut ini :
responden (38,9%) menunjukkan tidak

Hubungan Self Care dengan Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer pada Pasien
Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat kota
Cimahi tahun 2018
Self care Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer Chi Square Test
pada OR
Pasien Terjadi Tidak terjadi p-
Total Value (Odds
Diabetes Komplikasi Komplikasi Value
Ratio)
Mellitus
tipe II f % f % f %

Baik 9 27,3% 24 72,7% 33 100 6,659 4,190 0,010

Kurang 22 61,1% 14 38,9% 36 100


Total 31 55,1% 38 44,9% 69 100

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 60


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Diskusi jadwal minum obat, jadwal kontrol dan juga


membantu pasien dalam melakukan
Berdasarkan hasil penelitian tentang perawatan kaki. Sedangkan untuk Self Care
Self care pada pasien diabetes mellitus tipe baik dapat diartikan pasien DM
II di Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat membutuhkan sistem dukungan Pendidikan
kota Cimahi tahun 2018, hasil penelitian dari perawat untuk meningkatkan Self
menunjukkan sebanyak 36 responden yang Caredengan cara perawat memberikan
diteliti (52,2%) menunjukkan perilaku self edukasi atau Pendidikan mendalam terkait
care kurang (sistem bantuan sebagian), dan Self Care DM tersebut.
sebanyak 33 responden yang diteliti Self Care pada penderita DM
(47,8%) menunjukkan perilaku self care merupakan tindakan mandiri pasien DM
baik (sistem dukungan Pendidikan). Dari mencakup diet, latihan fisik, pemantauan
hasil penelitian yang dilakukan pada 69 kadar gula darah, pengobatan dan
responden yang diteliti tersebut, hasil perawatan kaki yang bertujuan mencegah
penelitian menunjukkanself care kurang komplikasi lanjut dan mengontrol gula
dan self care baik hampir sama hasilnya, darah agar tetap stabil (Tomey & Alligood
akan tetapi dalam hasil penelitian ini dalam Kusniawati, 2011).Kegiatan Self
menunjukkan bahwaself care kurang lebih care penting untuk dipahami dan
banyak jumlahnya dari padaself care baik. dilaksanakan oleh pasien DM, karena
Dari kelima komponen Self Care yang merupakan caraefektif untuk memantau
diteliti dalam penelitian ini,semua kadar glukosa darah. Pasien DM
komponen Self Care menunjukkan hasil diharapkan mampu melakukan aktivitas
yang sudah baik, akan tetapi komponenSelf Self care dengan konsisten setiap hari
Careyang masih kurang dan perlu sehingga dapat tercapai kadar glukosa darah
ditingkatkan terdapat pada komponen stabil dan meminimalisasi terjadinya
perawatan kaki sebanyak 34 responden komplikasi.
(49,3%) yang masih kurang, pada Perilaku Self care dapat terlaksana
komponen minum obat sebanyak 32 dengan baik apabila pasien memiliki
responden (46,4%) yang masih kurang, dan kesadaran dan kemauan menjalankan
pada komponen monitoring kadar gula aktivitas Selfcare tersebut. Kegiatan Self
darah sebanyak 30 responden (43,5%) yang care dapat dilaksanakan mandiri oleh
masih kurang. Adapun jika dikaitkan pasien apabila pasien tersebut memiliki
dengan teori Orem, untuk Self care kurang pengetahuan tentang pengertian dan
dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa pemahaman yang diperoleh melalui
pasien DM membutuhkan sistem bantuan edukasipenatalaksanaan DM yang diberikan
sebagian dari perawat untuk melaksanakan oleh tenaga kesehatan seperti dokter, ahli
Self Care dengan cara perawat membantu gizi, petugas laboratorium dan perawat
pasien memenuhi kelima komponen Self yang memiliki keterampilan dalam
Careseperti membantu dalam dietnya, memberikan edukasi diabetes (Orem,
membantu mengingatkan jadwal olahraga, 2001).

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 61


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Berdasarkan hasil penelitian tentang komplikasi Neuropati Perifer. Sedangkan


Kejadian komplikasi Neuropati Perifer pada responden yang memiliki Self care kurang
pasien Diabetes Mellitus tipe II di Klinik sebanyak 36 responden, dimana sebanyak
Penyakit Dalam RSUD Cibabat kota 14 responden (38,9%) menunjukkan tidak
Cimahi tahun 2018, hasil penelitian terjadi komplikasi Neuropati Perifer, dan
menunjukkan bahwa dari 69 responden sebanyak 22 responden
yang diteliti, sebanyak 38 responden (61,1%)menunjukkan terjadi komplikasi
(55,1%) menunjukkan tidak terjadi Neuropati Perifer.
komplikasi Neuropati Perifer, dan 31 Dari hasil penelitian ini, didapatkan
responden (44,9%) menunjukkan terjadi hasil OR (Odds Ratio) sebesar 4,190 yang
komplikasi Neuropati Perifer. Meskipun artinya orang yang mempunyai Self Care
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurang berpeluang 4 kali lebih besar
komplikasi Neuropati Perifer jumlah mengalami kejadian komplikasi Neuropati
kejadiannya sedikit (44,9%) yang didapat Perifer dibandingkan orang yang
dari 69 responden tersebut, akan tetapi jika mempunyai Self Care baik. Hasil penelitian
dibiarkan maka dikhawatirkan angka ini juga dapat disimpulkan bahwa
kejadiannya akan semakin bertambah dan responden yang memiliki Self Care baik
akan memperparah kondisi pasien diabetes maka akan terhindar dari terjadinya
tersebut. Adapun komplikasi Neuropati komplikasi Neuropati Perifer, sedangkan
Perifer yang paling sering dikeluhkan oleh responden yang memiliki Self Care kurang
pasien dalam penelitian ini yaitu pasien akan beresiko mengalami komplikasi
sering merasa kebas, merasa kesemutan, Neuropati Perifer. Hasil penelitian ini
merasakan pegal-pegal pada kaki, mudah selaras dengan penelitian Silvia Junianty
merasa lelah, dan mudah merasakan kram (2011) yang menyebutkandari 55
otot. responden, 29 responden memiliki tingkat
Hubungan Self Care dengan Self Care tinggi dan 26 respondenmemiliki
Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer tingkat Self Care rendah. Meskipun Self
pada Pasien Diabetes Mellitus tipe II. Care tinggi lebih banyak, didapatkan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat sebanyak 41 responden (74,55%)
hubungan yang signifikan antara Self Care mengalami komplikasi akibat DM tipe 2.
dengan Kejadian Komplikasi Neuropati Komplikasi yang munculantara lain:
Perifer pada Pasien Diabetes Melitus tipe II hipoglikemia, komplikasi serebrovaskuler,
di Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat nefropati diabetik, ulkus diabetik,
kota Cimahi tahun 2018. Dalam penelitian komplikasi kardiovaskular, neuropati,
ini didapatkan hasil dari 69 responden, retinopati.
terdapat 33 responden yang memiliki Self Dalewitz, dkk serta Rubin &Peyrot
care baik, dimana sebanyak 24 responden (dalam Keers, dkk, 2014) menyebutkan
(72,7%) menunjukkan tidak terjadi bahwa banyak pasien mengalami kesulitan
komplikasi Neuropati Perifer dan sebanyak melakukan manajemen diri sehingga
9 responden (27,3%) menunjukkan terjadi mengakibatkan kontrol glukosa buruk atau

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 62


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

mengalami masalah menghindari terjadinya komplikasi


psikososial.Berdasarkan kenyataan tersebut, khususnya Neuropati Perifer yang paling
maka perlu dilakukan upaya pencegahan banyak dikeluhkan.
agar penyakit DM tidak semakin
memburuk. Menurut WHO (2010), upaya Daftar Pustaka
pencegahan bagi pasien DM perlu
dilakukan untuk menghindari atau American Diabetes Association. 2012.
memperlambat terjadinya komplikasi. Diagnosis and Classification of
diabetes mellitus. Diabetes care.
Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan
Arikunto. 2009.
pengawasan metabolik yang ketat, MetodologiPenelitianKesehatan.
pendidikan dan pengobatan yang efektif. Yogyakarta: NuhaMedika.
Berdasarkan hasil analisa Arikunto. 2013.
statistikChi Squarediatas dapat dilihat ProsedurPenelitianSuatuPendekatan
bahwa p-value = 0,010 dibawah nilai α = Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
0,05 (p<0,05), maka Ha diterima, artinya Azwar, Saifuddin 2010.
ReliabilitasdanValiditas. Yogyakarta:
terdapat hubungan yang signifikan antara
Pustaka Pelajar.
Self Care dengan Kejadian Komplikasi Bai, et al. 2009.Self-care Behaviour and
Neuropati Perifer di Klinik Penyakit Dalam Related Factors in Older People With
RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018. Type 2
Dari hasil tersebut, peneliti juga Diabetes. Journal Clinical Nursing,
menyimpulkan bahwa Self care DM yang 18(23), 3308-3315.
efektif dapat menurunkan resiko pasien DM
Bilous, Rudy danDonelly, Richard. 2014.
mengalami komplikasi Neuropati Perifer,
BukuPegangan Diabetes Edisike 4.
selain itu Self care juga dapat mengontrol Bumi Medika: Jakarta.
kadar gula darah pasien agar tetap stabil
Brunner &Suddarth. 2013.
ataupun normal, dapat mengurangi adanya
KeperawatanMedikalBedahEdisi 13.
komplikasi lain akibat DM, serta Jakarta: EGC
mengurangi angka kesakitan dan kematian Corwin E.J. 2009. Handbook of
yang ditimbulkan akibat DM. Adapun Self
Patophysiology (Terjemahan) 3rd ed.
Care yang bisa dilakukan pasien DM secara
mandiri meliputi diet atau pengaturan pola Jakarta: EGC.
makan, olahraga atau melakukan aktifitas Dahlan, M S. 2013. Langkah-langkah
fisik, pemantauan kadar gula darah yang Membuat Proposal Penelitian Bidang
bisa dilakukan secara mandiri dengan Kedokteran danKesehatan. Jakarta:
bantuan petugas kesehatan dirumah atau Sagung Seto.
DEPKES. 2013. Profil Kesehatan Jawa
dengan rutin memeriksakan diri ke
Barat Tahun 2012. Tersedia dari:
pelayanan kesehatan, penggunaan obat http://www.depkes.go.id/resources/do
diabetes secara rutin, dan melakukan wnload/profil/PROFIL_KES_PROVI
perawatan kaki agar Self Care pasien N
tersebut meningkat lebih baik lagi dan bisa SI_2012/12_Profil_Kes.Prov.JawaBar
at_2012.pdf.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 63


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. rumahsakitumumtangerang. Depok:


2012. Pedoman Standar Pengelolaan Universitas Indonesia.
Penyakit Berdasarkan Kewenangan Lobmann, R&Thole, M V. 2016.Review
Tingkat PelayananKesehatan.Jawa Neuropathy and Diabetic Foot
Barat. Syndrome. Available at:
DINKES ProvinsiJawabarat. 2013. www.mdpi.com/journal/ijms.
ProfilDinasKesehatan 2011-2016. Diaksespadatanggal 27 April 2018.
Bandung. Magdalena, et all. 2013.Mechanisms and
Eva, Rahayu. 2014. Pengaruh Program Pharmacology of Diabetic
Diabetes Self Management Education Neuropathy-Experimental and
Berbasis Clinical Studies. Poland: Institute of
Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pharmacology Polish Academy of
Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di Sciences.
Wilayah Mahmud. 2011.
MetodePenelitianPendidikan.
Puskesmas II
Bandung: CV PustakaSetia.
Baturraden.JurnalKeperawatanSoedir Maulana, Mirza. 2009. Mengenal Diabetes
man (The Soedirman Journal of Mellitus. Jogjakarta: Katahati
Nursing), Volume 9, No.3.
Hadibroto, et al. 2010. Diabetes Medikal Dictionary. 2009. Self
:InformasiLengkapuntukPenderitadanKelu Management Approach. Available at:
arganya. http://medical-
Jakarta: GramediaPustaka. dictionary.thefreedictionary.com/self-
Ignatavicius, et al. 2006.Medical management+approach.
Surgical Nursing : Critical thinking Diaksespadatanggal 10 April 2018.
MisyaVocilia. 2015. PerbedaanPerilaku
for collaborative care. Fifth edition.
Self-Care padaPenderita Diabetes
St. Louis, Missouri: Elsevier MelitusDengan Tingkat
Saunder. PendidikanMenengah Dan
Internasional Diabetes Federation. 2013. Tinggi.FakultasPsikologiUniversitasK
Self-Monitoring of Blood Glucose in atolik Indonesia Atma Jaya
NonInsulin-Treated Type 2 Diabetes. Muhammad RifqiSyafi’i. 2018.
Diambilkembalidari: www.idf.org. GambaranKlinisNeuropatiPeriferPad
Jonathan, S & Ely, S. 2010. aPenyandang Diabetes Melitus Di
RisetAkuntansiMenggunakan SPSS Wilayah PuskesmasPurwosari.
edisipertama. Bandung: GrahaIlmu. FakultasIlmuKesehatanUniversitas
Junianty, Silvia. 2011. Hubungan Tingkat Muhammadiyah Surakarta. Available
Self Care dengan Kejadian At:
Komplikasi pada Pasien DM Tipe 2 http://Eprints.Ums.Ac.Id/60080/15/N
Di Ruang Rawat Inap RSUD askah%20publikasi%20muhammad%
Sumedang. Fakultas Ilmu 20rifqi%20syafi%27i%20%20j21016
Keperawatan Universitas Padjadjaran: 1005%202018%20baru%20di%20per
Bandung. pus.Pdf.DiaksesPadaTanggal 28 April
Kusniawati. 2011. Analisisfaktor yang 2018.
berkontribusiterhadap self-care
diabetes
padaklien Diabetes Melitustipe 2 di

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 64


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Notoatmodjo. 2014. erita Diabetes


MetodologiPenelitianKesehatan. MelitusterhadapKepatuhanPengendal
Jakarta: PT. RinekaCipta. ianGulaDarah di Wilayah
Nurman. PuskesmasCilongok I.
2015.PerbandinganEfektivitasMadu FakultasIlmuKesehatan UMP.
+ Nacl 0,9% denganNacl 0,9% Price & Wilson. 2006.
sajaterhadapPenyembuhan Luka PatofisiologiKonsepKlinis Proses-
GangrenpadaPasien Diabetes proses PenyakitEdisi 6. Jakarta: EGC.
Melitustipe II di Wilayah Putri, L R. 2017. Gambaran Self Care
kerjaPuskesmasBangkinangkotatahun Penderita Diabetes Melitus (DM) Di
2015. Available at: Wilayah KerjaPuskesmasSrondol
journal.stkiptam.ac.id. Semarang.
Nursalam. 2014. DepartemenKeperawatanFakultasKed
MetodePenelitianKuantitatifdanKuali okteranUniversitasDiponegoro:
tatifdalamilmukesehatan. Jakarta: Semarang.
SalembaMedika. RiskesdasKemenkes RI. 2013. Infodatin
Nursalam. 2016. :SituasidanAnalisis Diabetes.
MetodologiPenelitianIlmuKeperawat Tersedia
anPendekatanPraktisEdisi 3. Jakarta: dari:http://www.depkes.go.id/downlo
SalembaMedika. ad.php?file=download/pusdatin/info
Nwanko, C.H., et al. 2010. Factors datin/indodatin-
Influencing Diabetes Managemen diabetes.pdf.Diaksespada 10 Februari
Outcome Among Patients Attending 2018.
Government Health Facilities in Rosyida, K. 2016.
South East, Nigeria. International GambaranNeuropatiPeriferPadaDiab
Journal of Tropical Medicine, 5(2), etisi Di Wilayah
28-36. KerjaPuskesmasKedungmundu
Orem, Dorothea E. 2001. Nursing Concept Semarang. Semarang:
of Practice. Sixth Edition. ST. Louis. FakultasKedokteranUniversitasDipon
Mosby A Harcout Health Science egoro.
Company. Smeltzer, et al. 2008. Brunner &Suddarth’s
PERKENI. 2006.Diagnosis Textbook of Medical Surgical
danPenatalaksanaan Diabetes Nursing,11th ed. Philadelpia:
Melitus. Available at: Lippincott Williams & Wilkins, a
http://dokteralwi.com/diabetes.html. wotterkluwe business.
Diaksespadatanggal 5 Maret 2018.
Perkeni. 2011. Smeltzer, S. C., &Bare , B. G. 2011. Buku
http://evaluasimanajemen.com.Diakse Ajar KeperawatanMedikalBedah
spadatanggal 2 Maret 2018 Brunner &Suddart (8 ed., Vol. 2).
PerkumpulanEndokrinologi Indonesia. Jakarta: EGC.
2011. Smeltzer. 2013. Buku Ajar
Konsensuspengelolaandanpencegaha KeperawatanMedikal – Bedah
ndiabetes melitustipe 2 di indonesia. Brunner &Suddarth. Vol. 2. Edisi 8.
Jakarta. Jakarta: EGC
Pratiwi, P A. 2017.
HubunganFaktorDemografipadaPend

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 65


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

Soegondo, dkk. 2004. Diabetes Melitus, Sukardji. 2009. PenatalaksanaanGizipada


PenatalaksanaanTerpadu. Jakarta: Diabetes Melitus. Jakarta:
BalaiPenerbitan FKUI. BalaiPenerbit FKUI.
Soegondo, S. 2005. Buku Ajar Sulistria, Y M. 2013. Tingkat Self
PenyakitDalam.Jakarta carePasienRawatJalan Diabetes
:PusatPenerbitan. mellitus tipe 2 di
Soegondo, S., &Sukardji, K. 2008. PuskesmasKalirungkut
DiabetesMelitusKencingManisSakitG Surabaya.JurnalIlmiahMahasiswaUni
ula. Jakarta: FKUI. versitas Surabaya Vol.2 No.2.
Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. Sutjahjo, dkk. 2006.
2005.Penatalaksanaan Diabetes KonsensusPengelolaandanPencegaha
Mellitus Terpadu, n Diabetes Melitustipe 2 di Indonesia
SebagaiPanduanPenatalaksanaan tahun 2006. Available at:
Diabetes Mellitus http://www.kedokteran.info.
BagiDokterMaupunEdukator. Jakarta: Diaksespadatanggal 10 Maret 2018.
BalaiPenerbit FKUI. Suyono, dkk. 2011.
Sousa, et al. 2005. Testing a conceptual KecenderunganPeningkatanJumlahP
framework for diabetes self-care asien Diabetes. Jakarta: FKUI.
management. Available Tandra, H. 2007. SegalaSesuatu yang
at:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm harusAndaKetahuitentang Diabetes
ed/15776752. Diaksespdatanggal 28 Melitus. Jakarta: PT
Maret 2018. GramediaPustakaUtama.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Toobert, D., Hampson, S., & Glasgow, R.
IlmuPenyakitDalam - Jilid III Ed. IV. (2000). The summary of diabetes self-
Jakarta: care activities measure: results from
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPeny 7 studies and revised scale. Diabetes
akitDalam FKUI. care, 943-950.
Sugiyono. 2012. Vocilia, Misya. 2015. PerbedaanPerilaku
MetodePenelitianPendidikan.Bandun Self-Care PadaPenderita Diabetes
g :Alfabetha. MelitusDengan Tingkat
Sugiyono. 2013. PendidikanMenengah Dan
MetodePenelitianKombinasi (Mixed Tinggi.FakultasPsikologiUniversitasK
Methode). Bandung: Alfabetha atolik Indonesia Atma Jaya: Jakarta.
Sugiyono. 2015. Available at:
MetodePenelitianKuantitatif. http://www.academia.edu/17591184/
Bandung: Alfabeta. PERBEDAAN_PERILAKU_SELF-
Sugiyono. 2016. CARE_ANTARA_PENDERITA_DI
MetodePenelitianKuantitatif, ABETES_MELITUS_DENGAN_TI
Kualitatif, dan R&D. Bandung: NGKAT_PENDIDIKAN_TINGGI_S
Alfabeta. EDANG_DAN_MENENGAH.
Sugondo. 2009. Buku Ajar PenyakitDalam. Washilah, W. 2013.Hubungan lama
Jakarta: Menderita Diabetes
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPeny MelitusdenganPengetahuanPencegah
akitDalamFakultasKedokteranUniver anUlkusDiabetik di
sitas Indonesia. PuskesmasCiputatTahun 2013.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 66


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di bawah
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.

FakultasKedokterandanIlmuKesehata mellitus and intermediate


n UIN SyarifHidayatullah: Jakarta. hyperglycemia, Repot of
Waspadji. 2009. ManajemenHidupSehat WHO/IDFConsultation 2015.
Diabetes Melitus. Yusra, A. 2010.
Jakarta:BalaiPenerbit FKUI. HubunganAntaraDukunganKeluarga
World Health Organization (WHO). 2011. denganKualitasHidupPasien
Definition and diagnosis of Diabetes Diabetes MelitusTipe 2 di
Mellitus and intermediate PoliklinikPenyakitDalamRumahSakit
Hyperglycemia. Tersediadari: UmumFatmawati Jakarta. Jakarta:
http://www.who.int/diabetes/en/. FIK UI. Available at:
Diaksespada 25 Februari 2018. www.lib.ui.ac.id.Diaksespadatanggal
25 Maret 2018.
World Health Organization. 2015.
Definition and diagnosis of diabetes

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 67

Anda mungkin juga menyukai