HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 Lisensi Creative Commons Atribusi-
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.85
Internasional.
irma.nuramalia@yahoo.com
Abstrak
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan kadar
glukosa dalam darah dan dapat menyebabkan komplikasi akut ataupun kronik jika tidak
ditangani. Neuropati Perifer merupakan komplikasi kronik yang banyak terjadi pada pasien DM.
Perawatan diri (Self Care) yang baik dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Self Care dengan kejadian komplikasi
Neuropati Perifer pada pasien DM tipe II. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi
dengan sampel 69 responden, yang diperoleh melalui teknik Accidental sampling. Pengumpulan
data menggunakan modifikasi kuesioner Summary Diabetes Self Care Activity (SDSCA) dan
kuesioner kejadian komplikasi Neuropati Perifer. Hasil penelitian menggunakanujikorelasi Chi
square ini menunjukkan terdapat hubungan antara self care dengan kejadian komplikasi
neuropati perifer pada pasien DM tipe II dengan p value 0,010 (p<0,05). Dari 69 responden, 33
responden memiliki self care baik, 24 diantaranya menunjukkan tidak terjadi komplikasi
neuropati perifer dan 9 diantaranya menunjukkan terjadi komplikasi neuropati perifer. Sebanyak
36 responden memiliki self care kurang, 14 diantaranya menunjukkan tidak terjadi komplikasi
neuropati perifer dan 22 diantaranya menunjukkan terjadi komplikasi neuropati perifer. Peran
perawat sebagai edukator sangat penting untuk membekali pasien DM agar memiliki perawatan
diri yang baik.
Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe II, Neuropati Perifer, Self care
sebanyak 285 juta jiwa dari total populasi komplikasi Mikrovaskuler, 42% retinopati
dunia sebanyak 7 miliar jiwa dan diabetikdan 7,3% nefropati diabetik, serta
diperkirakan akan meningkat menjadi 439 jumlah komplikasi terbanyak yaitu 63,5%
juta jiwa pada tahun 2030 dari total adalah neuropati diabetik.
populasi dunia sebanyak 8,4 miliar jiwa Neuropati perifer merupakan salah
(WHO, 2011 dalam Nurman, 2015). satu komplikasi mikrovaskuler dari diabetes
Menurut Brunner & Suddarth (2013) melitus yang paling sering terjadi dan dapat
komplikasi yang timbul dari DM memperburuk kualitas hidup penderitanya.
digolongkan menjadi dua, yaitu komplikasi Neuropati perifer sangat berbahaya karena
akut dan kronis. Komplikasi akut terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah
akibat intoleransi glukosa yang berlangsung diantaranya frekuensi jantung dapat
dalam jangka waktu pendek seperti meningkat, menimbulkan ulkus kaki
Hipoglikemia, Diabetes Ketoasidosis bahkan sampai amputasi, disfungsi seksual,
(DKA), dan Hyperglycemic Hyperosmolar impotensi, gangguan sistem saraf lain
Nonketotic Syndrom (HHNS). Sedangkan termasuk retinopati diabetik, serta dapat
komplikasi kronis terjadi dalam jangka mengakibatkan kematian (Smeltzer, 2013).
waktu panjang sekitar 10-15 tahun setelah Penderita DM yang mengalami neuropati
awitan Diabetes Melitus, komplikasi jangka perifer sebanyak 25% dari seluruh jumlah
panjang meliputi penyakit Makrovaskuler penderita diabetes mellitus didunia (The
yang menyerang pembuluh darah besar Foundation For Peripheral Neuropathy,
(penyakit jantung koroner, penyakit 2016). Indonesia sendiri yang mengalami
serebrovaskuler, dan penyakit arteri neuropati perifer sebanyak 43% dari 16.800
perifer), penyakit Mikrovaskuler (retinopati penderita DM yang terbukti beresiko
diabetik, nefropati diabetik), penyakit mengalami neuropati (PERKENI, 2015).
neuropati diabetik yang mempengaruhi Komplikasi-komplikasi tersebut dapat
saraf sensori, motorik dan otonom serta diminimalisir dengan melakukan berbagai
muncul masalah lain seperti impotensi dan upaya pencegahan seperti mengatur pola
ulkus kaki diabetik atau Ulkus Diabetikum makan (diet rendah gula dan makan dengan
(Brunner & Suddarth, 2013). gizi seimbang yang cocok untuk pasien
Hasil penelitian Zhaolan et al pada DM), mengikuti kegiatan olahraga,
tahun 2010 menunjukkan prevalensi mengikuti pendidikan kesehatan terutama
komplikasi DM di daerah China berupa bagi pasien DM, dan rutin kontrol ke
gangguan Kardiovaskuler mencapai 30,1%, pelayanan kesehatan untuk mengatur gula
Serebrovaskuler 6,8%, Nefropathy 10,7%, darah tetap stabil (PERKENI, 2015). .Hal
Lesi okuler 14,8% dan Masalah kaki 0,8% tersebut dapat diminimalisir juga jika
(Zhaolan, 2010 dalam Pratiwi, 2017). penderita DM memiliki kemampuan dan
Menurut Soewondo, dkk (2010) terdapat pengetahuan yang cukup untuk mengontrol
1.785 penderita DM di Indonesia yang penyakitnya, salah satu cara yang bisa
mengalami komplikasi yakni 16% dilakukan yaitu dengan selfcare
komplikasi Makrovaskuler, 27,6% (Kusniawati, 2011).
Menurut Orem (1971), self care dalam pelaksanaan self care DM meliputi
merupakan kegiatan individu untuk pengaturan pola makan (diet), latihan fisik
melakukan perawatan diri dan membentuk (olahraga), perawatan kaki, minum obat
perilaku mereka dalam upaya memelihara diabetes, dan monitoring glukosa darah.
kesehatan, mempertahankan kehidupan dan Hasil penelitian Yessy Mardianti
kesejahteraan serta penyembuhan dari Sulistria tentang Tingkat Self care Pasien
penyakit dan mengatasi komplikasi Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di
penyakit tersebut yang penatalaksanaannya Puskesmas Kalirungkut Surabaya pada
dilakukan secara mandiri dan terus menerus tahun 2013 dengan menggunakan kuesioner
(Orem, 1971 dalam Vocilia, 2015). Self SDSCA (The Summary of Diabetes Self-
care pada penderita DM bertujuan untuk Care Activities) pada 25 responden
mengontrol kadar glukosa darah secara menyebutkan Tingkat self care pasien rawat
optimal dan mencegah komplikasi yang jalan Diabetes MellitusTipe 2 pada aktivitas
timbul (Wattana, 2007).Self careDMyang pengaturan pola makan, olahraga dan terapi
efektif dapat menurunkan resiko penderita (minum obat) sudah baik, namun dalam
DM mengalami komplikasi, selain itu self aktivitas pengukuran kadar gula darah dan
care juga dapat mengontrol kadar gula perawatan kaki self care pasien masih
darah agar tetap normal, mengurangi kurang. Hasil penelitian Silvia Junianty
dampak masalah akibat DM, serta tentang Hubungan Tingkat Self Care
mengurangi angka mortalitas dan dengan Kejadian Komplikasi Pada Pasien
morbiditas akibat DM. Adapun Self care DM Tipe 2 Di RSUD Sumedang 2011 pada
yang bisa dilakukan penderita DM meliputi 55 responden, didapatkan hasil bahwa
diet atau pengaturan pola makan, olahraga pasien dengan tingkat self care tinggi atau
atau melakukan aktifitas fisik, pemantauan rendah dapat menyebabkan kejadian
kadar gula darah, penggunaan obat komplikasi diabetes mellitus yang
diabetes, dan perawatan kaki (Suantika, ditunjukkan melalui hubungan yang rendah.
2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Hasil penelitian Linda Riana Putri di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
tentang Gambaran Self Care penderita Cibabat Kota Cimahi, didapatkan jumlah
Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas kasus lama Diabetes Mellitus tipe II dari
Srondol Semarang 2017 kepada 135 bulan Januari-Desember 2017 sebanyak
responden menyebutkan antara perilaku self 7.410 kasus. Berdasarkan hasil wawancara
care kurang dan perilaku self care baik pada 5 orang pasien DMtipe II yang kontrol
memiliki hasil yang hampir sama, akan ke Klinik Penyakit Dalam, 2 responden
tetapi lebih banyak responden dalam mengatakan tidak pernah melakukan diet
penelitian ini memiliki perilaku self care ataupun mengatur pola makan, 3 responden
baik sebanyak 68 responden. Self care DM mengatakan bahwa pasien DM tidak boleh
merupakan tindakan mandiri yang harus banyak mengkonsumsi makanan manis,
dilakukan oleh penderita DM dalam nasi juga dikonsumsi dalam jumlah yang
kehidupannya sehari-hari. Komponen sedikit. Dari ke 5 responden tersebut,3
terdiri atas 15 pertanyaan yang meliputi dengan cara melihat angket yang telah diisi
pengaturan pola makan (diet), latihan fisik oleh setiap pasien DM tipe II, dan data
(olahraga), perawatan kaki, minum obat, sekunder diperoleh dari dokumentasi status
dan monitoring kadar gula darah. atau Rekam Medik pasien DM tipe II.
Sistem penilaian (skoring) pada Analisa data dilakukan dengn melakukan
kuesioner ini adalah menggunakan skala uji normalitas terlebih dahulu dengan data
Ordinal, dengan rentang penilaian 1 minggu yang berdistribusi normal (p > 0,05) maka
yang diisi menggunakan Skala Likert digunakan nilai rata-rata mean (nilai 37
dengan skor dari 1-4. Instrumen yang untuk Self Care, dan nilai 5 untuk Kejadian
digunakan untuk mengukur kejadian Komplikasi Neuropati Perifer). Nilai mean
komplikasi neuropati perifer terdiri dari 12 tersebut dipakai untuk menentukan “cut of
pernyataan positif yang diisi menggunakan point”. Analisa Bivariat menggunakan uji
Skala Guttman. Pengujian validitas statistik Chi square dengan hasil p value =
konstruk (constructvalidity) di RSAU Dr. 0,010 (p < 0,05) maka Ha diterima yang
M. Salamun kepada 20 Responden dengan artinya terdapat hubungan yang signifikan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang antara variabel independen dengan variabel
telah ditentukan (r = 0,452-0,670). dependen.
Adapun hasil uji realibilitas
Kuesioner Self Care dalam penelitian ini Hasil
yaitu r alpha Cronbach 0,828 yang berarti
instrumen reliabel, sedangkan hasil uji Karakteristik responden sebagian
realibilitas kuesioner kejadian komplikasi besar responden (63,8%) berumur antara
Neuropati Perifer dalam penelitian ini yaitu 55-64 tahun dengan jenis kelamin
r alpha Cronbach 0,813 yang berarti terbanyak pada perempuan (66,7%) dan
instrumen reliabel. Data yang dikumpulkan lama sakit Diabetes Melitus sebagian
dalam penelitian ini adalah data primer dan besar (82,6%) antara 1-10 tahun
data sekunder. Data primer diperoleh
Self care pada Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam
RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018
Self care pada Pasien Diabetes Frekuensi Presentase
Mellitus tipe II
Self care Baik 33 47,8%
Self care Kurang 36 52,2%
Dari hasil tersebut sebagian besar self care baik (sistem dukungan
responden (52,2%) memiliki perilaku Self pendidikan). Dengan rincian komponen self
care kurang (sistem bantuan sebagian), dan care adalah sebagai berikut:
sebagian lagi (47,8%) memiliki perilaku
Komponen Self Care Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam
RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018
Kelima Komponen Self care Frekuensi Presentase
pada Pasien Diabetes
Mellitus tipe II
Pola makan (diet) Baik 40 58,0%
Kurang 29 42,0%
Olahraga/aktivitas fisik Baik 44 63,8%
Kurang 25 36,2%
Perawatan kaki Baik 35 50,7%
Kurang 34 49,3%
Minum obat Baik 37 53,6%
Kurang 32 46,4%
Monitoring kadar gula darah Baik 39 56,5%
Kurang 30 43,5%
Dari hasil tersebut dapat dilihat Pada komponen Self Care perawatan kaki,
bahwa sebagian besar responden (58,0%) frekuensi antara yang baik dan kurang
pada komponen Self Care pola makan (diet) hasilnya hampir sama, sebagian responden
sudah baik, dan juga sebagian besar (50,7%) pada perawatan kaki sudah baik.
responden (63,8%) pada komponen Self Begitu juga pada komponen Self Care
Care olahraga/aktivitas fisik sudah baik. minum obat sebagian responden (53,6%)
sudah baik dan pada komponen Self besar dari responden (55,1%) menunjukkan
Caremonitoring kadar gula darah sebagian tidak terjadi komplikasi neuropati perifer,
responden (56,5%) juga sudah baik. dan sebagian lagi (44,9%) menunjukkan
Mengenai komplikasi yang terjadi terjadi komplikasi neuropati perifer.
pada pasien menunjukan hasil sebagian
Hubungan Self Care dengan Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer pada Pasien
Diabetes Mellitus tipe II di Klinik Penyakit Dalam RSUD Cibabat kota
Cimahi tahun 2018
Self care Kejadian Komplikasi Neuropati Perifer Chi Square Test
pada OR
Pasien Terjadi Tidak terjadi p-
Total Value (Odds
Diabetes Komplikasi Komplikasi Value
Ratio)
Mellitus
tipe II f % f % f %