Diajukan Oleh:
EKA ROZIKA
ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh
defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Insulin adalah
aliran darah ke sel-sel tubuh tempat glukosa diubah menjadi energi (Aceh
Diabetes melitus di Indonesia sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, tingginya
Timur mengalami kenaikan sebesar 8,4% pada tahun 2013 dan pada tahun
sebesar 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan penyebab
2019).
yang dapat mengubah fungsi otonom, motorik dan sensorik. Neuropati perifer
yaitu bentuk paling umum dari neuropati diabetes yang mempengaruhi distal
saraf tungkai, terutama kaki. Ini terutama mengubah fungsi sensorik secara
simetris dan menyebabkan perasaan tidak normal, mati rasa progresif yang
eksternal dan atau distribusi tekanan pada telapak kaki yang tidak normal
oleh neuropati, akn tetapi tidak secara langsung menyebabkan ulkus kaki
perubahan bentuk kaki, atrofi otot kaki, pembentukan kalus, penurunan aliran
darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan (Smeltzer & Bare.
Bila perfusi perifer pada luka tersebut baik maka semakin cepat proses
(capillary refill time/CRT) dan juga saturasi oksigen yang normal. Perawat
memiliki peran penting dalam perbaikan ulkus diabetik. peran perawat adalah
balutan yang lebih modern. Prinsip dari menejemen perawatan luka modern
terhadap warna dasar luka, eksudat, dan ada tidaknya infeksi. Balutan yang
digunakan dapat bertahan lebih lama dalam menjaga kelembaban sekitar luka
sehingga dapat berdampak pada pengobatan dan terapi yang sedang dijalani
(Rahmat, 2010).
memiliki kualitas hidup yang rendah (81,8%). Kualitas hidup juga penting
dapat merasa nyeri tungkai pada saat berjalan atau sesudah berjalan
Bakteri ini akan menghasilkan gas, yang disebut dengan gas gangren
(Kartika, 2017).
lain:
sensasi kesemutan atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes mellitus
diabetes mellitus)
makanan dan tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada
malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari 80% berat
Defisiensi insulin
lemak
karbohidrat protein
Lipolysis meningkat
lipolysis meningkat
Glikolisis menurun Anabolisme protein
Glukogenelisis menurun
meningkat
Melebihi batas
Resiko infeksi b/d
ambang ginjal
trauma pada
Nutrisi kurang jaringan
dari kebutuhan
Glukosuria b/d gangguan
diuresis osmotik keseimbangan Lemak bebas
insulin meningkat
poliuria
1. Akut
retinopati, nefropati
kardiovaskuler
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren
neuropati diabetik.
atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu ulserasi pada
d. Derajat III : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
2. Debridement
3. Terapi diabetes
Pemberian antibiotik per oral bersifat menghambat kuman
gram positif dan gram negatif. Apabila tidak dijumpai perbaikan
pada luka tersebut, maka terapi antibiotik dapat diberikan per
parenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman.
4. Nutrisi
Nutrisi merupakan salah satu faktor penting berperan
dalam penyembuhan luka. Yaitu 60 % kalori karbohidrat, 20%
kalori protein.
5. Pemilihan jenis balutan
Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis
balutan yang dapat mempertahankan suasana lingkungan luka
keadaan lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50
%. Absorbsi eksudat/cairan luka yang keluar, membuang
jaringan nekrosis / slough (support autolysis), kontrol rasa
sakit saat mengganti balutan menurunkan jumlah biaya dan
waktu perawatan. Jenis balutan : absorbent dressing,
hydroactive gel, hydrocoll. Untuk mencegah terjadinya ulkus
kaki diabetik dibutuhkan kerjasama antara dokter, perawat dan
penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini serta
terapi yang rasional bisa dilaksanakan dengan harapan biaya
yang besar, morbiditas penderita gangren dapat ditekan
serendah-rendahnya.
Upaya untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara edukasi
masing-masing profesi mempunyai peran yang saling
menunjang. (Wijaya dan Putri, 2013).
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Usia
Kualitas Hidup 2. Tingkat
pendidikan
3. Pekerjaan
4. Jenis kelamin
5. Dukungan
keluarga
6. komplikasi
Akbar G.T, Karimi J, Anggraini D. (2014). Pola Bakteri dan Resistensi Antibiotik
pada Ulkus Diabetik Grade Dua di RSUD Arifin Achmad Periode 2012, 1
(2), 1-15
Arif M. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI
Bryant, R.A, & Nix, P.N. (2007). Acute And cronic wound : current management
concepts. St Louis. Mosby Elsevier, (online). (http://www.proquest.com)
diakses pada 18 Maret 2022.
Hidayat A.A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan (buku 1). Jakarta: Salemba
Medika
Jeffcoate W.J & Harding K.G (2005). Diabetic Foot Ulcers. The Lancet. DOI:
http;//dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(03)1369-8
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Perawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC
Ndraha S .(2014). Diabetes Melitus tipe 2 dan Tata Laksana Terkini. Medicinus
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Krida
Wacana, Vol. 27, (9-16)
Wilkinson, J.M, & Ahern, N.R. (2015). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi
9. Jakarta : EGC
Yuhelma, Yesi Hasneli, Fathra Annis Nauli. (2015). Identifikasi Dan Analisis
Komplikasi Makrovaskular Dan Mikrovaskular Pasien Diabetes Melitus.
Biblyography