Disusun Oleh:
INDAH KARTIKA SARI
PO.71.20.3.18.024
kadar glukosa dalam darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif oleh
insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolism
2011).
bagaimana tubuh kita menggunakan glukosa/gula darah, atau penyakit yang berkaitan
global penderita diabetes melitus pada tahun 2017 mencapai 371 juta orang
(International Diabetes Federation, 2017). Dan sekitar 90-95% dari mereka menderita
diabetes melitus tipe 2 (WHO, 2019). Indonesia merupakan negara di urutan ke-6 dengan
jumlah penderita diabetes mencapai 10,3 juta orang (International Diabetes Federation,
2017).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mengatakan bahwa, sekitar 12
juta jiwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 10,6% di perkotaan dan
11,2% di pedesaan.
Diabetes Melitus terbanyak di Indonesia, pada tahun 2016 sebesar 45%, tahun 2017
sebesar 55%, dan tahun 2018 sebesar 62,6% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, 2018).
Data yang didapat dari Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau yang
menderita Diabetes Melitus pada tahun 2018 sebanyak 498 jiwa, pada tahun 2019
sebanyak 505, dan pada tahun 2020 sebanyak 517 jiwa (Data Puskesmas Citra Medika
diabetes, seperti gaya hidup yang kurang aktif, pola makan yang tidak sehat (Fareed,
2017), obesitas, konsumsi alcohol, genetic dan merokok (Wu, et al 2014). Jika penyakit
diabetes ini tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan banyak komplikasi, seperti
Ketoasidosis, gagal ginjal, neuropati di kaki yang mengakibatkan ulkus kaki, infeksi dan
jika tidak ditangani secara cepat akan terjadi amputasi kaki, risiko penyakit jantung dan
stroke, dan kematian penderita diabetes biasa menjadi dua kali lipat dibandingkan bukan
Diabetes Melitus memiliki gejala, seperti rasa haus yang berlebihan, sering kencing
(terutama pada malam hari), sering merasa lapar, berat badan turun dengan cepat,
kesemutan pada tangan dan kaki, penglihatan menjadi kabur, luka sulit sembuh,
keputihan, dan penyakit kulit akibat jamur dibawah lipatan kulit (Riskesdas, 2013).
Menurut Sudiharto (2012) Salah satu upaya untuk mengurangi timbulnya gejala
serta mencegah terjadinya diabetes melitus, yaitu dengan melakukan pemeriksaan gula
darah secara rutin. Pemeriksaan gula darah biasanya sering dilakukan masyarakat di
puskesmas. Puskesmas memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu dan
daya saing sumber daya manusia di Indonesia maupun internasional, serta bertanggung
menanamkan budaya hidup sehat kepada setiap keluarga. Untuk mencapai tujuan
dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI, 2010).
rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai
Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah kadar glukosa darah yang bervariasi
dimana kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang normal (Standar Diagnosis
tersebut ada cara lain untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes, diperlukan juga
pengontrolan yang terapeutik dan teratur melalui perubahan gaya hidup yang tepat dan
tegas.
Selain gaya hidup, aktivitas fisik akan membuat metabolisme tubuh bekerja lebih
optimal, akibatnya kadar glukosa dalam darah akan terkontrol. Oleh karena itu, latihan
fisik sangat diperlukan untuk meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam membrane
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Damayanti, 2015).
Glukosa akan diubah menjadi energy saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat
mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar glukosa dalam darah akan
berkurang.
Latihan fisik adalah bagian penting dari manajemen diabetes melitus. Banyak cara
yang dapat digunakan dalam latihan fisik, contohnya Progressive Muscle Relaxation atau
bentuk mind-body therapy (terapi pikiran dan otot tubuh) dalam terapi komplementer
(Moyad, 2009). Dalam relaksasi otot, individu akan diberikan kesempatan untuk
Teknik relaksasi otot progresif adalah suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi
pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan tegangan pada kelompok otot,
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Jumlah orang yang mengalami penyakit diabetes melitus terus meningkat setiap
tahunnya. Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes tidak dapat dihindari jika
tidak dilakukan pencegahan. Banyak penderita diabetes yang hanya fokus pada
penanganan diet dan obat-obatan. Seharusnya, penanganan diet tersebut harus diiringi
dengan aktivitas/latihan fisik (relaksasi otot progresif) untuk mengontrol kadar glukosa
darah. Tetapi, penderita penyakit diabetes melitus ini masih saja kurang melakukan
aktivitas tersebut.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang dapat diketahui permasalahannya,
yaitu “Bagaimana Penerapan Progressive Muscle Relaxation (Relaksasi Otot Progresif)
Untuk Mengatasi Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2021?”.