BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
enam kali dengan durasi 25-30 menit berpengaruh terhadap penurunan gula
darah pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2. Penelitian ini dilakukan pada
pasien dengan gula darah >160 mg/dl, setelah dilakukan intervensi selama tiga
hari didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan rata-rata kadar gula darah
pasien sebesar 78,12 mg/dl pada saat sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam. Penelitian lain dari Radarhonto, dkk (2015)
menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif efektif terhadap kadar gula
darah pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Penelitian Astuti (2014) mengenai keefektifan terapi relaksasi otot
progresif terhadap kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus menunjukkan
terdapat perbedaan yang berarti mengenai rata-rata kadar gula darah sebelum
diberikan latihan (238,40 mg/dL) dan terdapat penurunan rata-rata kadar gula
darah setelah diberikan latihan relaksasi otot progresif (125,68 mg/dL).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Interne
RSUD Sawahlunto dari tanggal 7-10 Agustus 2020, terdapat 4 dari 5 pasien
Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah tidak terkontrol, 4 dari 5 pasien
Diabetes Mellitus tidak melakukan aktivitas fisik atau aktivitas jasmani untuk
mengontrol kadar gula darah. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut,
peneliti tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan terkait evidence based
nursing dengan pemberian latihan relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kadar gula darah pada pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Silungkang Kota Sawahlunto Tahun 2020.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
adalah untuk memberikan dan melakukan asuhan keperawatan pada lansia
diabetes melitus dengan masalah ketidakstabilan kadar gula darah
menggunakan intervensi terapi relaksasi otot progresif di wilayah kerja
Puskesmas Silungkang tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
5
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan meningkatkan
pengetahuan tentang masalah kesehatan khususnya dalam penerapan
terapi relaksasi otot progressif pada lansia diabetes melitus dengan
masalah ketidakstabilan kadar gula darah di wilayah kerja Puskesmas
Silungkang tahun 2020.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat
6
b. Bagi puskesmas
Diharapkan dapat dijadikan pedoman dan dapat menjadi salah satu bahan
masukan dengan membuat suatu pembuatan kebijakan standar asuhan
keperawatan terhadap keluarga dengan masalah ketidakstabilan kadar
gula darah menggunakan terapi relaksasi otot progresif.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan seseorang yang sudah memiliki umur 60 tahun atau
lebih, yang merupakan faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2017).
2. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2017), batasan-batasan lanjut usia yaitu sebagai
berikut:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia dengan rentang
usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) dengan rentang usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) dengan rentang usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun
3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Menurut (Nugroho, 2017), ada beberapa perubahan yang terjadi pada
lansia diantaranya adalah:
a. Perubahan Fisik
Dimana dalam perubahan fisik ini yang mengalami perubahan sel,
sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem pengaturan temperature tubuh, sistem respirasi,
sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem genitourinaria, sistem
endokrin, sistem kulit dn sistem muskulosketal. Perubahan ini
merupakan perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi masing-
masing.
b. Perubahan Mental
Dalam perubahan mental pada lansia yang berkaitan dengan dua hal
yaitu kenangan dan intelegensi. Lansia akan mengingat kenangan masa
terdahulu namun sering lupa pada masa yang lalu, sedangkan
7
8
4. Patofisiologi DM
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Resiko
infeksi
44
5. Manifestasi Klinis DM
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Pasien – pasien dengan defisiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau
toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat
melebihi ambang ginjal untuk zat ini maka timbul glikosuria yang akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin
(poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan
berkurang. Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai
akibat kehilangan kalori, pasien mengeluh lelah dan mengantuk
(Tjokroprawiro, 2006).
6. Faktor Risiko Diabetes Melitus
Menurut Bustan (2007) faktor risiko utama DM antara lain:
a. Genetik: mempunyai orang tua atau keluarga dengan DM
b. Obesitas terutama central obesity
c. Physical inactivity
d. Pengalaman dengan diabetik intrauterine: ditandai dengan riwayat
kehamilan abnormal, berupa abortus berulang-ulang, lahir mati,
malformasi, toxwmia gravidarum, berat badan bayi lebih 4 kg, glusuria
renal waktu hamil dan DM gestational.
e. Riwayat minum susu formula (cow milk) pada waktu bayi
f. Low Birth Weight (LBW)
Sedangkan kelompok risiko (high risk group) DM dalam
masyarakat antara lain:
1) Usia> 45 tahun.
2) Berat badan lebih (BBR > 110% atau IMT > 25 kg/m).
3) Hipertensi (> 140/90 mmHg).
4) Ibu dengan riwayat melahirkan bayi > 4000 gram.
5) Pernah diabetes sewaktu hamil.
6) Riwayat keturunan DM.
45
Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis (mg/dl)
10. Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan keluhan/gejala DM. sedangkan tujuan jangka panjang
adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan denga
cara menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin. Kerangka utama
penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat
hipoglikemik, dan penyuluhan.
a. Perencanaan makan (meal planning)
Pada konsesus PERKENI telah ditetapkan bahwa standart yang
dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%).
Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi karbohidrat sampai
70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan
ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai
berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hr. jumlah
kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi
garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan
secukupnya.
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±0,5
jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance tranning). Latihan dilakukan terus menerus
tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi ecara teratur,
selang seling antara erak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari
sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan
dalam eaktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah
jalan kaki, jogging, bersepeda, dan mendayung.
c. Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien sudah melakukan pengaturan makanan dan kegiatan
jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum
48
analgesic atau
kortikosteroid
Ketidakstabilan Setelah diberikan asuhan Manajemen
kadar glukosa keperawatan selama ...x Hiperglikemia
darah 60 menit diharapkan 1. Identifikasi
berhubungan kadar glukosa darah kemungkinan
dengan (disfungsi stabil dengan kriteria penyebab hiperglikemi
pancreas, hasil: 2. Monitor kadar glukosa
resistensi insulin, darah
gangguan 3. Monitor tanda dan
toleransi glukosa gejala hiperglikemia
darah, gangguan (polyuria, polydipsia,
glukosa darah polifagia, kelemahan,
puasa) malaise, pandangan
kabur, sakit kepala)
4. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
5. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
6. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
7. Ajarkan pengelolaan
diabetes (penggunaan
insulin, obat oral,
monitor asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan professional
kesehatan)
8. Kolaborasi pemberian
insulin
Intoleransi Setelah diberikan asuhan Manajemen energi:
aktivitas keperawatan selama ....x
24 jam diharapkan 1. Identifikasi gangguan
tolerasi aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat dengan mengakibatkan
kriteria hasil : kelelahan
2. Monitor kelelahan
a. Frekuensi nadi fisik dan emosional
meningkat 3. Monitor lokasi dan
b. Kemudahan dalam ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan
sehari-hari aktivitas
58
dalam aktivitas
7. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Gangguan Setelah diberikan asuhan
persepsi sensori keperawatan selama ...x
60 menit diharapkan
media pendidikan
kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
5. Berikan kesempatan
untuk bertanya
6. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
7. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
Defisit Setelah diberikan asuhan Edukasi Kesehatan
pengetahuan keperawatan selama ...x
60 menit diharapkan 9. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
10. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat
11. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
12. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
13. Berikan kesempatan
untuk bertanya
14. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
15. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
16. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
61
dan sehat
Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama ...x
60 menit diharapkan 1. Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal
dan sistemik
2. Berikan perawatan
kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Kolaborasi pemberian
imunisasi
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari
pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
a. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi.
b. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
63
Gambar 2.1
Gerakan 1
2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian
belakang.
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang.
64
Gambar 2.1
Gerakan 2
Gambar 2.3
Gerakan 3
Gambar 2.4
5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah
(seperti dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gambar 2.5
Gerakan 5 dan 6
Gambar 2.6
Gerakan 7
7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar
mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut,
Gambar 2.7
Gerakan 8
Gambar 2.8
Gerakan 9
Gambar 2.9
Gerakan 10
Gambar 2.10
Gerakan 11
Gambar 2.11
Gerakan 10
Gambar 2.12
Gerakan 13
13) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti
paha dan betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
Gambar 2.13
Gerakan 14 dan Gerakan 15
70
BAB III
A. PENGKAJIANKEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. IdentitasKlien
1) Nama : Ny.H
2) Umur : 65 Tahun
3) Jenis Kelamin :Perempuan
4) Pendidikan :SMP
5) Keluarga yg dapat dihubungi : Tn.N
6) Diagnosis Medis : Diabetes Melitus Tipe II
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama Masuk (waktu pengkajian)
Keluhan utama pasien datang ke Puskesmas Silungkang tanggal 10
Agustus 2020 pukul 10.55 WIB dengan keluhan utama badan terasa
letih, kaki dan tangan kesemutan mual (+) muntah (-) 2 hari yang
lalu, nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun, gula darah puasa 180
mg %, TD 140 / 90 mmHg, pasien juga tidak mengerti tentang
penyakitnya
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien tidak mengingat penyakit yang pernah ia idap semasa anak-
anak. Dalam 10 tahun terakhir klien mengidap diabetes melitus.
Dalam aktifitasnya klien menggunakan tongkat.Klien pernah
terjatuh 3 tahun lalu akibat lantai rumah yang licin.Klien tidak
pernah dirawat di rumah sakit maupun dilakukan tindakan operasi.
71
BAK
Sehat : Pasien BAK 4-5 kali sehari. Tidak ada keluhan saat
berkemih.
Sakit :Pasien BAK 4-5 kali sehari. Tidak ada keluhan saat
berkemih
4) Tidur
Sehat : Saat sehat pasien tidur 7-8 jam sehari dan pasien juga
memiliki kebiasaan tidur siang minimal 1 jam setiap harinya.
Sakit : Selama sakit pasien kurang tidur ± tidur dalam sehari 4-5
jam.
5) Aktifitas pasien
Sehat : Pasien mampu membersihkan rumah, menyapu dan mencuci
piring. Semua pekerjaan mampu dikerjakan tanpa bantuan orang
lain. Namun pasien kurang berolahraga secarateratur.
e. Pemeriksaan Fisik
-Suhu : 36,80C
- Nadi : 68 X /Menit
- Pernafasan : 18 X /Menit
- Toraks
a. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Paru
c. Abdomen
usus13x/menit
Perkusi :Thympani
d. Persyarafan
e. Muskuloskletal
1x seminggu
dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah : 5 Jumlah : 5
ANALISA DATA
S = 36,6 ◦ C
N = 68 x/i
P = 18 x/i
Diagnosa Keperawatan
TERAPI
RELAKSASI
1. Observasi
o Identifikasi
penurunan tingkat
energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi,
atau gejala lain
yang menganggu
kemampuan
kognitif
o Identifikasi teknik
relaksasi yang
pernah efektif
digunakan
o Identifikasi
kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
o Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
o Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
2. Terapeutik
o Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
o Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
o Gunakan pakaian
longgar
o Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
o Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis.
music, meditasi,
napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
o Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
o Anjurkan
mengambil psosisi
nyaman
o Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
o Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik
yang dipilih’
o Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi (mis.
napas dalam,
pereganganm atau
imajinasi
terbimbing )
Pelaksanaan / Implementasi
A. Deskripsi Kasus
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) (L.03022). Perencanaan diharapkan dapat
menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada pasien selama
perawatan. Pada diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d
gangguan toleransi glukosa darah yang diawali dengan menentukan
tujuan keperawatan yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama lima kali 24 jam dengan:
a. Gula darah stabil (dalam rentang normal)
b. Tanda vital dalam keadaan normal
Adapun kriteria hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Pasien dapat menerima status kesehatan
b. Pasien dapat mengontrol gula darah dalam keadaan stabil
c. Pasien mencari informasi tentang diabetes melitus.
Intervensi yang diberikan pada klien dengan masalah
ketidakstabilan kadar glukosa darah meliputi managmen
hiperglikemi untuk mengontrol kadar glukosa darah, managemen
hipoglikemi untuk mengontrol kadar glukosa darah, peresepan diet
untuk mengatur pola makan klien (Herdman & Kamitsuru). dan latih
teknik relaksasi otot progresif.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Beberapa perubahan akibat tehnik relaksasi adalah menurunkan
gula darah, menurunkan frekuensi jantung, mengurangi disritmia jantung,
mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen, mengurangi
ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, meningkatkan gelombang
alfa otak yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan perhatian dan
rileks, meningkatkan kebugaran, meningkatkan konsentrasi dan
memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stresor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada penurunan gula darah pada pasien Diabetes
Melitus pada kelompok intervensi sebelum mendapatkan terapi relaksasi
progesif.
Diabetes Mellitus memerlukan penanganan yang serius,
ketidakpatuhan penderita Diabetes Mellitus terhadap pengobatan dapat
menimbulkan beberapa permasalahan. Menurut WHO (2016) Diabetes
Mellitus merupakan penyebab utama kebutaan, serangan jantung, stroke,
gagal ginjal, dan amputasi kaki. Menurut Smeltzer, dkk (2010) Diabetes
mellitus dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek berupa
hipoglikemia, ketoasidosis diabetikum, dan sindrom HHNK (koma
hiperglikemik hiperosmolar nonketotik), sedangkan komplikasi jangka
panjang dari diabetes mellitus dapat menyerang semua organ tubuh.
Puspitasari (2017) yang mengatakan bahwa dengan melakukan
pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan derajat pengetahuan
seseorang dan meningkatkan status kesehatan. Selain itu, perlunya
pemberian asuhan keperawatan cara mengontrol kecemasan yang salah
satunya dengan teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot
progresif merupakan teknik yang memfokuskan relaksasi dan peregangan
pada sekelompok otot dalam suatu keadaan rileks (Triyanto, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada lansia diabetes melitus
dengan masalah ketidakstabilan gula darah menggunakan intervensi terapi
relaksasi otot progresif di wilayah kerja Puskesmas Silungkang Tahun 2020,
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan keluhan yang dirasakan yaitu badan
terasa letih, kaki dan tangan kesemutan mual (+) muntah (-) 2 hari yang
lalu, nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun, gula darah puasa 180 mg /
dl, TD 140 / 90 mmHg, pasien juga tidak mengerti tentang penyakitnya.
2. Diagnosa yang keperawatan yang muncul pada klien yaitu:
ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d gangguan toleransi glukosa darah
(L.03022).
3. Perencanaan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Perencanaan diharapkan dapat menyelesaikan masalah
keperawatan yang muncul pada pasien selama perawatan. Pada diagnosa
ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d gangguan toleransi glukosa darah
(L.03022) yang diawali dengan menentukan tujuan keperawatan yaitu
setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan terapi relaksasi otot
progresifselama lima kali 24 jam.
4. Implementasi (terapi relaksasi otot progresif) disesuaikan dengan rencana
keperawatan tindakan keperawatan yang telah penulis susun. Dalam
proses implementasi penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara
intervensi yang dibuat dengan implementasi.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari perawatan pada klien
menunjukkan kadar gula darah mulai stabil yaitu 140 mg/dl.
B. SARAN