PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-keduanya (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015. Diabetes mellitus
merupakan salah satu penyakit yang angka morbiditasnya tinggi. Diabetes mellitus
adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia kronis akibat
efek sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya (Kharroubi & Darwish, 2015).
Prevalensi diabetes meningkat terutama dari 5,9% sampai 7,9% (246-380 jiwa)
diseluruh dunia pada kelompok usia 20-79 tahun yang angka kejadiannya meningkat 55%
(Bilous, 2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan, peningkatan
angka prevalensi diabetes cukup signifikan. Prevalensi sebesar 6,9 % pada 2013
meningkat menjadi 8,5 % di tahun 2021. Indonesia berada di posisi kelima dengan
jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta. Dengan jumlah penduduk sebesar 179,72
juta, ini berarti prevalensi diabetes di Indonesia sebesar 10,6% International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia dapat mencapai
28,57 juta pada 2045. Jumlah ini lebih besar 47% dibandingkan dengan jumlah 19,47 juta
pada 2021.Jumlah penderita diabetes pada 2021 tersebut meningkat pesat dalam sepuluh
tahun terakhir. Penderita diabetes tercatat meroket 167% dibandingkan dengan jumlah
penderita diabetes pada 2011 yang mencapai 7,29 juta.
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang mempunyai dampak
negatif terhadap fisik maupun psikologis. Menurut Sutawardana, dkk , (2016),
komplikasi kronik ketika peningkatan gula dalam darah yang berlangsung terus –
menerus, akan berdampak terjadinya angiopatik diabetik, atau gangguan pada semua
pembuluh darah diseluruh tubuh. Dampak psikologis yang dirasakan oleh pasien Diabetes
Melitus meliputi perubahan emosi seperti stres, cemas, takut, merasa sedih, tidak berdaya,
tidak berguna, merasa tidak ada harapan dan putus asa stres (PH et al., 2018). Hal
tersebut berpengaruh secara signifikan pada perilaku ketidakpatuhan pasien DM dalam
menjalankan proses terapi atau pengobatan. Widodo (2014), mengatakan pasien diabetes
melitus harus memahami bahwa stres dapat memicu kenaikan kadar gula darah sehingga
pasien harus berupaya meredamnya. Penelitian yang dilakukan oleh S. A. Nugroho &
Purwanti (2010), mengatakan stres dapat memperburuk kondisi pasien dan berpengaruh
terhadap kadar glukosa darah. Stres dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah
karena dapat menstimulus endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin. Efek dari ephinefrin
mengakibatkan timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati, sehingga melepaskan
glukosa dalam darah dengan jumlah yang besar (Syam dkk, 2014). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusnanto dkk, (2019), keadaan stres dapat memunculkan
dampak negatif yaitu meningkatkan sekresi katekolamin.
Hiperglikemia dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari pasien diabetes
mellitus. Saat hiperglikemia (glukosa dalam darah tinggi) sangat berpotensi mengalami
kondisi khusus yang disebut ketuk asidosis diabetikum (KAD) dan Hiperglikemik
Hiperosmolar Nonketontik (HHNK). Begitupun juga saat hipoglikemia, suplai oksigen ke
otak menjadi kurang (hipoksia), gejala yang dapat muncul seperti berkeringat dingin,
palpitasi / berdebar-debar, gemetar, lapar, penglihatan kabur, sakit kepala, bingung
hingga menimbulkan kejang, bila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan kematian.
Penanganan ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus
dengan hiperglikemi yaitu menormalkan aktivitas insulin dan glukosa darah dengan cara
mengatur diet (pola makan yang benar) juga dibutuhkan dalam tindakan kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian jumlah kalori dan nutrisi, latihan jasmani/olahraga,
injeksi insulin dan terapi obat hiperglikemia seperti glibenclamide dan metformin dalam
upaya menstabilkan kadar glukosa darah. Sedangkan pada pasien hipoglikemia
pertolongan pertama yang bisa dilakukan sebelum dibawa ke Rumah Sakit dengan
memberikan 10 – 15 gram gula yang bekerja cepat per oral. Setelah di Rumah Sakit
diberikan segera 1-2 ml glukosa 50%/ Kg/BB IV, dilanjutkan dengan infus glukosa 10%,
diet tinggi protein, hidrat arang dengan pemberian 4-5 kali per hari.
pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga
penulis merasa tertarik untuk membahas dan menyusun sebagai Karya Tulis Ilmiah
dengan Judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn”I”Dengan Gangguan Sistem
Endokrin: Ketidak stabilan kadar glukosa darah Di RS Universitas Panjung Pura
Pontianak .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka rumusan masalah pada
Ny. I dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes melitus tipe 2 Pontianak dari tanggal
17 mei sampai dengan 21 mei 2022 yaitu: Bagaimanakan gambaran asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem endokrin ( Ketidak stabilan kadar glukosa darah ) di
RS Universitas Tanjung Pura Pontianak.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin (ketidak stabilan
kadar glukosa darah,DM tipe 2 ) Di RS Universitas Tanjung Pura Pontianak.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin (Diabetes melitus).
b. Untuk mengetahui gambaran dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Diabetes militus.
c. Membandingkan antara konsep teoritis dengan fakta yang ada di ruangan tentang
pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ketidak stabilan kadar
glukosa darah khususnya di Ruangan Diamond RS Universitas Tanjung Pura
pontianak.
D. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya pembahasan mengenai masalah Diabetes melitus maka dalam
karya tulis ilmiah ini, membahas pelaksanaan Asuhan Keperawatan (Studi kasus
Klien.Tn,I dengan sistem Endokrin;ketidak stabilan kadar glukosa darah Di Ruangan
Diamond RS Universitas Tanjung Pura Pontianak Tahun 2022)
E. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat bagi penulis
Untuk memperdalam wawasan terhadap pemberian Asuhan keperawatan pada Tn,I
dengan gangguan sistem Endokrin : Diabetes melitus tipe 2 serta untuk membantu
penulis.
2. Bagi bahan praktik
Hasil studi kasus diharapkan dapat memberikan masukan bagi bahan praktek
khususnya bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik
mengenai asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem endokrin: Diabetes
melitus tipe 2
3. Bagi institusi pendidikan
Manfaat bagi institusi pendidikan adalah agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi
sehingga dapat menunjang dalam proses pendidikan di program Diploma III
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
F. Sitematika Studi Kasus
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima bab yaitu:
1. BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang yang berisi alasan mengangkat kasus,
angka kejadian kasus, rumusan masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari:tujuan
umum dan khusus, ruang lingkup penulisan, manfaat penulisan, serta sitematika
penulisan. BAB II Landasan teoritis, terdiri dari konsep masalah, kemudian konsep
teori penyakit yang terdiri dari : definisi penyakit diabetes melitus, pengkajian yang
berisikan tanda dan gejala mayor dan minor, etiologi menjelaskan terkait penyebab
terjadinya penyakit diabetes melitus, phatofisiologi yang menjelaskan terkait proses
terjadinya penyakit diabetes melitus, akibat yang timbul dari masalah diabetes
melitus, diagnosis keperawatan, perencanaan tujuan, intervensi, implementasi, serta
evaluasi. BAB III Asuhan keperawatan, tinjauan kasus keperawatan yang membahas
data yang telah didapatkan pada saat dilapangan yang terdiri dari: pengkajian, analisa
dta, diagnosis, intervensi, implementasi, serta evaluasi. BAB IV Pembahasan,
melakukan pembahasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Resistensi insulin
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat
badan overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat berkerja secara optimal di sel
otot , lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk
memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi isulin oleh sel beta pankreas
tidak adekuat guna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka gadar
glukosa darah akan meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik
pada diabetes melitus tipe 2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan
memperburuk resistensi insulin di sisi lain, sehingga penyakit diabetes melitus
tipe 2 semakin progresi (Decroli, 2019).
b. Disfungsi sel beta pankreas
Sel beta pankreas merupakan sel yang sangat peting diantara sel lainnya seperti
sel alfa, sel delta dan sel jaringan ikat pada pankreas. Dissfungsi sel beta pankreas
terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan faktor lingungan. jumlah dan kulitas
sel beta pankreas dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses regenerasi dan
kelangsungan hidup sel beta itu sendiri, mekanisme selular sebagai pengatur sel
beta, kemampuan adaptasi sel beta ataupun kegagalan mengkompensasi beban
metabolik dan proses apoptosis sel (Decroli, 2019).
Diabetes melitus terjadi karena ketidakmampuan tubuh mengelola gula
dengan baik. Gula dalam drah yang disebut glukosa berasal dari dua sumber yaitu
makanan dan yang diproduksi oleh hati. Gula dari makanan yang masuk melalui
mulut dicernakan dilambung dan diserap lewat usus, kemudian masuk kedalam
aliran darah. Glukosa ini merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh di otot
dan jaringan.
Pemecahan glukosa memerlukan bantuan dari kerja hormon insulin. Hormon
insuin diproduksi sel beta di pulau langerhans (islets of langerhans) dalam
pakreas, selanjutnya pankreas memberi respon dengan mengeluarkan insulin
kedalam aliran darah. Insulin membuka sel agar gula masuk sehingga kadar gula
dalam darah menjadi turun (Tandra, 2017).
Usia Faktor imunologi Genetik Obesitas
Reaksi outoimun
Diabetes melitus
Hiperglikemia
Hipoglikemia
Resiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
4. Implemtasi Keperawatan
Tindakan yang bertujuan mencapai sesuatu yang sudah ditentukan dalam
pelaksanaan, diantaranya pengambilan data selanjutnya observasi timbal balik klien
pada saat melakukan tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan proses terakhir dalam tahap asuhan keperawatan. Evaluasi juga bisa
di artikan Tindakan yang disengaja dan berkelanjutan dengan klien, perawat dan
anggota medis yang terlibat di dalamnya. Upaya menyelesaikan perlu tentang
kesehatan, patofisiologi, dan stategi evaluasi. Evaluasi bertujuan memberikan nilai
apabila tujuan dari asuhan keperawatan terpenuhi atau tidak dan sebagai salah satu
cara untuk pengkajian ulang (Lismidar 1990 dalam Fadilla 2012). Evaluasi dapat
dilakukan dengan SOAP:
S: Data Subyektif
Peningkatan kondisi klien. Perkembangan keadaan klien yang dirasakan,
dikeluhkan. dan di kemukakan oleh klien.
O: Data Obyektif
peningkatan keadaan klien yang dapat diawasi dan diukur oleh tenaga kesehatan.
A: Analisa
Pertimbangan pengamatan dari data subjektif maupun objektif untuk mengetahui
ada peningkatan dari tindakan atau tidak ada perbaikan
P: Perencanaan
Perencanaan tindakan klien didasarkan dari hasil Analisa diatas yang di
dalamnnya harus meneruskan rencana Tindakan sebelum jika masalah atau
keadaan tidak teratasi.
BAB III
LAPORAN STUDI KAS
B. Prinsip Etik
a. O t o n o m i ( A u t o n o m y )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
b. Berbuat baik (Beneficience) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang
baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Menepati janji (Fidelity) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji
dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasiaan (Confidentiality) Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi
tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.
C. Pengkajian
1. Identitas Klien
Klien Bernama Tn,I lahie di Jawa Timur pada Tanggal 10-08-1968,Berjenis keliamin
Laki-laki,Berstatus sudah menikah, Klien beraga Islam,Pendidikan klien SD
sederajat, Klien sudah tidak bekerja,rumah klien berada di Jln.Prof dr.M yamin gg
meronti 3 no 6.Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 14 mei 2022,klien dirawat
diruangan Diamond Universitas Tanjung pura Pontianak.
2. Riwayat penyakit Sekarang
a. Pada saat dikaji Klien mengtakan merasa lemas dan Lelah sejak kemaren sore
dan klien berbicaranya suka meracau klien juga mengatakan sering terjaga
dimalam hari dan sulit tidur malam saat di RS,klien juga tidak begitu
mengetahui tentang penyakit DM, klien sering bertanya tentang kondisinya saat
ini,klien juga mengatakan gulah darah tidak stabil.
b. Lamannya
Klien mengatakan mengalami kelemahan sejak kemaren sore dan punya Riwayat
DM tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu :Faktor predisposes
Klien mengatakan tidak ada factor yang memperberat yang berarti hanya saja
keluhan datang dengan tiba-tiba.
c. TindakanPengobata
d. Harapan Klien
Klien Berharap semoga penyakitnya bisa segera sembuh dan klien bisa beraktifitas
sepeeti biasanya.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu
a. Penyakit
1) Kecelakaan dan Hospitalisasi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami Riwayat kecelakan tapi klien
mengatakan dulu pernah dirawat di klinik karna penyakit DM nya
2) Oprasi
Klien mengatakan 4 tahun yang lalu sudah pernah di oprasi karena penyakit
DM dibagian kaki kirinya
3) Penyakit yang sering di derita
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang berarti yang dialami
b. Alergi
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai alergi baik obat maupun makanan
c. Imunisasi
Klien mengatakan tidak ingat dengan riwayat imunisasinya
d. Kebiasaan
Klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol dan dulu pernah merokok dan
sudah berhenti sekitar 3 taun yang lalu .
e. Pola Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur siang 2-3 jam saja dan tidur malam
sekitaran 5 jam. Sesudah sakit : klien mengatakan tidur siang 2-3 saja dan tidur
malam sekitaran 4 jam saja dan suka terbangun ditengah malam dan sulit umtuk
tidur Kembali
f. Pola Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak pernah berolah raga. Sesudah sakit klien
mengatakan semenjak sakit juga tidak pernah olah raga selama di RS
g. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan makan 2x sehari dan minum 8 gelas perhari .
Sesudah sakit : Klien mengatakan selama sakit karena di jadwalkan di RS makan
3x sehari tapi klien juga susah makan dan hanya makan telur dengan anggur saja
dan klien juga sering merasa haus minum lebih banyak yaitu lebih dari 8 gelas
perhari
h. Pola kerja
Klien mengatakan sudah tidak bekerja berat lagi dia hanya bersih bersih kebun
saja
4. RIWAYAT KELUARGA
a. Kesehatan anggota keluarga
Klien mentakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
Riwayat penyakit yang menular atau penyakit yang berarti seperti DM atau
sejenisnya
b. Genogram
5. RIWAYAT LINGKUNGAN
a. Kebersihan
Klien mengatakan dirumahnya sudah ada yang membersihkan rumahnya dan
halamannya
b. Bahaya Kesehatan
Klien mengatakan tidak ada yang mengancam Kesehatan disekitar lingkungan
tempat tinggalnya
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Bahasa yang digunakan :
Klien mengatakan djika dirumah atau dilingkungan keluarganya menggunakan
Bahasa madura dan jika di lingkungan masyarakat menggunakan Bahasa
Indonesia/melayu
b. Organisasi dimasyarakat:
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti organisasi dimasyarakat
c. Sumber dukungan dimasyarakat :
Klien mengatakan selama sakit banyak dukungan atau semangat dari keluarga
terutama istri dan tentangganya
d. Suasana hati :
Klien mengatakan sangat menerima atas apa yang telah dideritanya saat ini dan
klien juga sabar dan berdoa agar cepat sembuh
7. PEMERIKSAAN FISIK (Data focus )
a. Kepala :
I : Bentuk kepala bulat rambut hitam
P: Tidak ada nyeri tekan disekitar kepala
b. Mata :
I : Mata terlihat simetris kanan dan kiri ada kehitaman di bawah mata
c. Hidung :
I : Lobang hidung terlihat simetris tidak ada sumbatan didalam lobang hidung
P : Tidak ada nyeri tekan disekitar hidung
d. Telinga
I : Telinga simetris anata kiri dan kanan tidak ada sumbatan didalam telinga
telinga terlihat bersih
P : Tidak terdapat nyeri tekan disekitar telinga
e. Mulut dan tenggorokan
I : Mukosa bibir kering dan pucat
P : Tidak ada benjolan ditenggorokan atau di sekitar mulut pasien
f. Leher
I : Tidak terlihat adanya benjolan atau pembengkakan kelenjar disekitar leher
pasien
P : Tidak ada nyeri tekan disekitar leher pasien pergerakan jakun simetris
g. Kelenjar limfe
I : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
P : Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan kelenjar
h. Paru-paru
I : Simetris pergerakan dinding dada
P : Tidak teraba nyeri tekan ,tidak ada nyeri tekan
P: Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru
A : tidak ada suara napas /vesicular
i. Jantung
I : simetris kiri dan kanan,tidak ada bekas luka ,tidak ada pembesaran pada
jantung
P : Tidak ada pembengkakan atau benjolan ,tidak ada nyeri tekan
P : Bunyi suara jantung redup
A : Bunyi suara jantung 1 lup dan bunyi suara jantung 2 dup tidak ada bunyi
suara tambahan jantung seperti mur mur
j. Abdomen/perut
I : Bagian perut tidak ada jejas,pergerakan perut simetris
A : Bunyi bising usus
P : Bunyi abdomen Ketika di perkusi timpani
P : Tidak ada nyeri tekan
k. Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB 3 kali sehari. Sesudah sakit klien
mengatakan BAB 3 kali sehari
l. Ekstremitas atas
I : ekstremitas atas simetris kanan dan kiri untuk jari nya sebelah kiri jari manis
dan tengah tidak ada
P : tidak ada nyeri tekan dibagian ekstremitas atas
m. Ekstremitas bawah
I : Kaki simetris kanan dan kiri tampak ada bengkak di bagian pergelangan kaki
sebelah kiri dan kemerahan
P : adanya nyeri tekan dibagain kaki kiri
n. Kulit
I : Kulit terlihat kering turgor kulit menurun terdapat bengkak dibagian kaki kiri
bawah kulit pasien sawo matang
P : Turgor kulit menurun dan ada nyeri tekan disekitar kaki kiri
o. Genetalia/kemaluannya
Klien enggan untuk dilakukan pengkajian dibagian kemaluannya
p. Eliminasi urin
Sebelum sakit klien mengatakan BAK 4 kali sehari. Sesudah sakit klien
mengatakan sering BAK 7 kali sehari.