Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN DIAGNOSA

HIPOGLIKEMIA DI RUANG MADINAH RSI PKU

MUHAMMADIYAH TEGAL

Disusun Oleh:

Riya Ayu Agustin

RSI PKU MUHAMMADIYAH KABUPATEN TEGAL

Jl. Raya Singkil Km 0,5 Kec.Adiwerna,Kab.Tegal, Jawa Tengah

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam BAB I penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan

dengan latar belakang masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan.

A. Latar Belakang

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

dibawah normal (<70mg/dl) (ADA, 2016). Hipoglikemia adalah efek samping

yang paling sering terjadi akibat terapi penurunan glukosa darah pada pasien

DM dan pengontrolan glukosa darah secara intensif selalu meningkatkan

risiko terjadinya hipoglikemia berat (Gruden et al., 2019). Hipoglikemia lebih

sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10% - 30% pasien per

tahun dengan angka kematian nya 3% - 4% ( Goldman &

Shcafer, 2012), sedangkan pada DM tipe 2 angka kejadiannya 1,2 % pasien

per tahun (Berber et al., 2013). Rata-rata kejadian hipoglikemia meningkat

dari 3.2 per 100 orang per tahun menjadi 7.7 per 100 orang per tahun pada

penggunaan insulin ( Cull et al., 2001). Menurut penelitian lain didapatkan

data kejadian hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per tahun pada pasien yang

mengonsumsi obat hipoglikemik oral seperti sulfonilurea (Self et al., 2017).

Sebagai penyulit akut pada DM tipe 2, hipoglikemia paling sering disebabkan

oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea (PERKENI,2019).

Pasien-pasien yang menggunakan insulin atau obat hipoglikemik oral

dapat mengalami hipoglikemia ringan, yang dapat ditangani sendiri, dimana

1
episode hipoglikemiknya terjadi sekitar dua kali per minggu. Hipoglikemia

berat, yang membutuhkan bantuan orang lain untuk mendapatkan kembali

euglikemia, minimal terjadi sekali per tahun sebesar 27% pada pasien yang

diobati dengan regimen insulin intensif. Hipoglikemia merupakan penyebab

kematian padasekitar 3% dari penderita diabetes yang bergantung pada insulin

(Self et al., 2017).

Menurut data WHO (World Health Organization) kasus penyakit

hipoglikemia meningkat empat kalinya dari 108 juta orang di tahun 1980

menjadi 422 juta orang di tahun Tingkat gula darah yang tinggi menjadi

penyebab utama kematian, terkait dengan 3,7 juta kematian di dunia setiap

tahunnya.

Jumlah pasien hipoglikemia pada tahun 2015 telah mencapai 2 juta

orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, maka pada tahun 2040 akan

meningkat menjadi 642 juta orang. Satu dari 11 orang telah mengidap

penyakit DM dan setiap 6 detik 1 orang meninggal akibat DM (International

Diabetes Federation, 2015).

Pasien Hipoglikemia di Asia Tenggara berjumlah 78,3 juta orang dan

diperkirakan pada tahun 2040 akan meningkat menjadi 140,2 juta orang. ¾

orang dari pasien DM hidup di negara berkembang dengan penghasilan

rendah (International Diabetes Federation, 2015). Data dari WHO pada tahun

2016, Indonesia menempati urutan ke dua setelah India, pada tahun 2010

pasien DM mencapai 8,4 juta orang dan pada tahun 2030 akan meningkat

sebanyak 21,3 juta orang (Riskesdas, 2013). Indonesia merupakan negara

2
berkembang, diperoleh proporsi penyebab kematian akibat DM pada

kelompok usia 45-54 tahun didaerah perkotaan menduduki ranking ke 2 yaitu

14,7% dan didaerah pedesaan menduduki ranking ke 6 yaitu 5,8% (Riskesdas,

2013).

Beberapa provinsi di Indonesia dengan prevalensi DM yang tinggi

yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI

Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan

Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara (Kemenkes RI, 2007).

Proporsi DM di provinsi Jawa Tengah mencapai 16.53%. Menurut profil

kesehatan Dinkes Jawa Tengah tahun2015, pasien DM di Jawa Tengah pada

tahun 2013 sebanyak 110.860 orang, di tahun 2014 meningkat menjadi

121.203 orang. Menurut profil kesehatan Dinkes kota Semarang tahun 2014,

dari tahun ke tahun pasien DM di kota Semarang mengalami peningkatan,

ditahun 2014 pasien DM yang tergantung insulin sebanyak 1.010 orang

sedangkan penderita DM non insulin sebanyak 15.464 orang. Pasien DM

tertinggi tahun 2014 di kota Semarang berada di wilayah Tlogosari Wetan dan

urutan kedua berada di wilayah puskesmas Kedungmundu. Salah satu wilayah

di puskesmas Kedungmundu dengan kejadian DM tertinggi adalah di

kelurahan Sendang Mulyo (Dinkes Kota Semarang,2015).

BulanJanuarisampaiDesember 2020 jumlahkasushipoglikemia di RSI

PKU MUHAMMADIYAH yaitu 71 orangpada pasien DM, hipoglikemia

merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa

darah normal. Hipoglikemia yang terjadi pada DM merupakan suatu keadaan

3
yang terjadi ketika insulin dan glukosa darah dalam keadaan tidak seimbang.

Hal ini dapat terjadi setelah menggunakan insulin atau obat anti diabetik

lainnya, tidak cukup makan atau waktu jeda antar makan yang lama (biasanya

pada tengah malam), latihan fisik tanpa asupan makanan yang cukup

sebelumnya, atau tidak cukup konsumsi karbohidrat (ADA,2012) dimana

gejala yang di timbulkannya dapat berupa gejala otonom seperti berkeringat,

gemetar, palpitasi, dll, dan/atau gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang,

lethargi, hingga koma (Self et al.,2017).

Selain faktor-faktor risiko diatas, usia juga menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia, disebabkan oleh kerusakan respon

hormon kontra regulasi akibat usia (Kenny, 2013). Sedangkan berdasarkan

studi epidemiologi oleh American Diabetes Association memperlihatkan

bahwa hipoglikemia merupakan komplikasi metabolik yang paling sering

terjadi pada orangtua di Amerika Serikat, dimana pasien DM tipe 2 lanjut usia

yang mengalami hipoglikemia menunjukkan lebih lama dirawat di rumah sakit

dan menghabiskan biaya yang lebih besar. Hipoglikemia ini disebabkan oleh

berkurangnya fungsi ginjal dan aktivitas enzim hati yang berkaitan dengan

metabolisme sulfonilurea dan insulin yang dipengaruhi oleh usia (Seaquist et

al., 2019).

Menurut Goldman & Shcafer(2015), hipoglikemia merupakan keadaan

yang sangat berbahaya dan dapat mengancam jiwa penderita karena glukosa

darah adalah sumber energi satu- satunya pada otak, sehingga jika mengalami

penurunan kadar dari normal dapat mempengaruhi dan mengganggu fungsi

4
otak tersebut secara langsung. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis

tertarik untuk menjadikan kasus ini sebagai bahan studi kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Ny.P Dengan Hipoglikemi Di Ruang

Instalasi Gawat Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui

gambaran umum mengenai asuhan keperawatan pada Tn. C dengan

Hipoglikemi.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran tentang biografi informasi tentangAsuhan

Keperawatan Pada pasien dengan Hipoglikemi di ruang Instalasi Gawat

Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal.

b. Memberikan gambaran tentang proses pengkajian pada Asuhan

Keperawatan Pada pasien dengan Hipoglikemi di ruang Instalasi Gawat

Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal.

c. Memberikan gambaran tentang rumusan diagnosa masalah pada Asuhan

Keperawatan Pada pasien dengan Hipoglikemi di ruang Instalasi Gawat

Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal.

d. Memberikan gambaran tentang rencana dan tujuan yang akan dilakukan

pada Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Hipoglikemi di ruang

Instalasi Gawat Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal.

5
e. Memberikan gambaran tentang implementasi dan evaluasi yang telah di

lakukan pada Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Hipoglikemi di

ruang Instalasi Gawat Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat studi kasus ini adalah:

1. Bagi penulis sendiri, hasil studi kasus dapat digunakan sebagai

pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien

Hipoglikemi.

2. Bagi pasien dan keluarga pasien, dapat digunakan sebagai ilmu

pengetahuan dan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada

pasien-pasien Hipoglikemi.

3. Bagi Rumah Sakit, hasil karya tulis diharapkan menjadi informasi,

evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih kepada pasien

Rumah Sakit yang akan datang.

4. Bagi pembaca, sebagai ilmu pengetahuan tentang dan bagaimana

melakukan asuhan keperawatan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Dalam BAB II (Bab ini, Tinjauan Teoritis) penulis akan menjelaskan


beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan teoritis, yaitu definisi, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pengelolaan kasus dan asuhan keperawatan teoritis.
A. Definisi
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung
lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga
dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kediia, 2018)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa
dalam darah <50/60 mg/dl (Standards of Medical Care iin Diiabetes, 2019;
Cryer, 2005; Smeltzer& Bare,2011)
Menurut McNaughton (2011), Hipoglikemia merupakan suatu
kegagalan dalam mencapai batas normal kadar glukosa darah dibawah normal
yaitu <60 mg/dl
Jadi kesimpulannya, Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di
mana kadar glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.

B. Etiologi
Menurut Sabatine (2010, Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita
Diabetes dan Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut :
1. Pada diabetes
a. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
(Overdose insulin)

7
b. Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu
sedikit, output yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan
diare, serta diet yang berlebih).
c. Kelainan pada kelenjar hipofise atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)
Aktivitas berlebih, gagal ginjal
2. Pada non diabetes
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di
hati pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas, paska aktivitas,
komsumsi makanan yang sedikit kalori, konsumsi alkohol, paska
melahirkan, post gastrectomy, penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih
(misal salisilat, sulfonamide).

C. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen
di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan
kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara
terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf
pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,
penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun
hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun
hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

8
D. Pathway

DM Type I DM Type II

Reaksi Autoimun Ideopatik, usia, genetik dll

Sel β Pancreas Hancur Jmh sel pancreas menurun

Definisi Insulin

Hiperglikemia Hipermetabolisme
Katabolisme protein meningkat seluler

Penyerapan
Glukosa Vaskuler
Jaringan Otak Jaringan Otot

Unmetabolisme Pemecahan Glikolisis dan


Otak Glikogen hepar inadekuat

Iskemik Jaringan Otak Metabolisme Gangguan


Anaerob Keseimbangan
Nutrisi
Penurunan Fungsi Nyeri Kepala
kesadaran

Gangguan fungsi Gangguan rasa


sensorik nyaman

Menghasilkan
asam laktat
Menghasilkan
bahan keton
Penumpukan Asam
laktat pada otot

9
E. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :


1) Fase I : gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga
hormon epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan
karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang
perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
2) Fase II  : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,
karena itu dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh memberikan
respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin
(adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan
gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan,
gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak
dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang
tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan
koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan
fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini
paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin,
gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika
cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan
pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu,
tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Pada hipoglikemi ;
a) Neuroglikopeni : pusing, bingung, bicara tidak jelas,
□ perubahan perilaku, dan koma
b) Neurogenic : Adrenergic ( tremor halus, jantung
berdebar, cemas, bingung ), Kolinergik (berkeringat, lapar terus,
tingling)

10
c) Penurunan Berat Badan
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2) Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa ataumakandengan nilai normal <
140 mg/dl/2 jam
3) HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4)  Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
5) Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
G. Penatalaksanaan
Untuk terapi hipoglikemik adalah sebagai berikut :
1) Hipoglikemi : Beri pisang/ roti/ karbohidrat lain, bila gagal, Beri teh
gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
2) Koma hipoglikemik : Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%,
bila belum sadar dapat diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum
6x), bila gagal beri injeksi efedrin bila tidak ada kontraindikasi jantung
dll 25-50 mg atau injeksi glukagon 1mg/IM, setelah gula darah stabil,
infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop.

11
H. Asuhan Keperawatan Teoritis
Tinjauan teoritis menurut Tarwototahun 2010:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit, nomer register, diagnosa
medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan adalah adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai
bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh
dan berbau, adanya nyeri pada luka
c. Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita..
e. Riwayat penyakit keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung..
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.

12
g. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi

13
2. Diagnosis Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan menurut NANDA (2011) dan
intervensi keperawatan NIC NOC, menurut Judith (2010) antara lain :
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi pusat pernafasan.
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (defisit nutrisi) berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder.

3. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan
perencanaan keperawatan pada klien dengan Hipoglikemi adalah :
Dx 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya depresan pusat pernapasan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit pola
nafas kembali efektif
Kriteria hasil : RR 16-24 x/menit, ekspansi dada normal, sesak nafas hilang /
berkurang, tidak suara nafas abnormal
Intervensi keperawatan
1. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan
R/ frekuensi dan kedalaman pernapasan menunjukan usaha pasien
mendapatkan oksigen
2. Auskultasi bunyi napas
R/ bunyi napas mungkin terjadi redup karena penurunan aliran udara
3. Berikan posisi semi fowler
R/ untuk mengurangi sesak yang dialami pasien
4. Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernapasan
R/ mengindikasikan adanya kemajuan dalam pengobatan
5. Kolaborasi pemberian terapi oksigen

14
R/ Membantu memenuhi kebutuhan oksigen

Dx 2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan : Kadar glukosa darah stabil
Kriteria hasil : GDS normal 70-120 mg/dl
Intervensi keperawatan
1. Kaji keadaan umum dan TTV
R/ tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Kaji kadar GDS sebelum dan 1 jam sesudah pemberian terapi
R/ mengetahui kadar gula darah pasien
3. Berikan informasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
penanganannya
R/ menambah pengetahuan pasien dan keluarga
4. Anjurkan keluarga memberikan pasien minum manis
R/ meningkatkan kadar gula darah pasien
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi glukosa 5%, 10% atau 40% per-IV
R/ membantu meningkatkan kadar gula darah pasien

Dx 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : Peningkatan nafsu makan, menunjukkan tingkat energi, BB
stabil/meningkat.
Intervensi keperawatan
1. Kaji intake nutrisi
R/ kemauan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Observasi tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab, denyut nadi cepat, lapar, cemas, sakit kepala dan pusing
R/ hipoglikemia dapat terjadi karena metabolisme karbohidrat yang kurang

15
3. Berikan makanan yang mengandung nutrien kemudian uapayakan
pemberian yang lebih padat dapat ditoleransi
R/ pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi
gastrointestinal baik
4. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan sesuai indikasi
R/ memberikan informasi pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien
5. Kolaborasi pemeriksaan GDS dengan finger stick
R/ memantau gula darah lebih akurat untuk mendeteksi fluktuasi
6. Kolaborasi pemberian terapi glukosa maupun diit pasien
R/ meningkatkan kadar gula darah pasien

Dx 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat


peningkatan kebutuhan metabolik sekunder.
Tujuan : Aktivitas dapat ditoleransi
Kriteria hasil : Pasien dapat beraktivitas normal, tidak mengalami kelelahan.
Intervensi keperawatan
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, catat peningkatan kelelahan dan
perubahan TTV
R/ menetapkan kemauan pasien beraktivitas
2. Dorong penggunaan management stress
R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3. Bantu pasien melalui posisi yang nyaman untuk istirahat
R/ melancarkan sirkulasi darah
4. Ajarkan pasien metode penghematan energi untuk aktivitas
R/ memberikan bantuan sesuai kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas
5. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga dengan menjelaskan hubungan
antara keletihan dan proses atau kondisi penyakit
R/ meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai efek
penyakitnya

16
4. N. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien.

5. O. Evaluasi Keperawatan
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan
keperawatan melalui proses keperawatan pada pasien dengan kegawatdaruratan
diabetes mellitus mengenai hipoglikemi berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
1. Pola nafas kembali efektif
2. Kadar glukosa darah stabil
3. Nutrisi tubuh seimbang
4. Aktivitas mandiri

17
BAB III
LAPORAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang identitas diri pasien,
pengkajian, rumusan diagnosa keperawatan, tujuan tindakan keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.Pengelolaan pasien
dilakukan pada hari Kamis, 15April 2021.
A. Primer Survey( Survey Awal )
1. Airway
Kondisi airway paten tidak ada obstruksi, tidak ada sumbatan, tidak ada
snoring/stridor dan pasien masih dapat berbicara
2. Breathing
Nafas  spontan, frekuensi nafas 25x/menit, tidak ada whezing, tidak ada
ronchi,
3. Circulation
Tekanan darah saat diperiksa 120/80 mmHg, pulsasi nadi kuat, frekuensi
nadi 145 x/menit, suhu 39˚Celcius, frekuensi nafas 25 x/menit,SPO2=
92%,  irama jantung teratur, kulit dan membran  mukosa tidak  pucat,
seluruh permukaan tubuh teraba hangat
4. Disability
Pasien dalam kondisi sadar dan  masih bisa berkomunikasi ( GCS 15 )
=E4V5M6
5. Eksposure / environment / event
Tidak Terdapat fraktur,terdapat ulkus di jempol kanan, pasien merasa
kakinya sangat nyeri bila berjalan.

18
B. Secondary Survey
1. Riwayat kesehatan sekarang
Sebelum masuk ke rumah sakit, Suami Ny.P mengatakan Istrinya lemas
sejak 2 hari yang lalu, Pusing, mual, muntah ,Sesak, demam ,Riwayat
diabetes sudah 3 tahun, terdapat luka debridement ulkus DM 3 bulan yang
lalu. Kemudian Ny.P dibawa oleh keluarganya ke IGD (Instalasi Gawat
Darurat) RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal pada Selasa malam
tanggal 15 April 2021. Pasien tidak memiliki riwayat jatuh sebelumnya.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Suami pasien mengatakan bahwa istrinya sudah menderita diebetes selama
3 tahun yang lalu ,pernah dirawat di RSI Muhammadiyah kurang lebih 6
bulan yang lalu , rutin memeriksakan klinik monas tiap 3 hari sekali.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.P mengatakan dikeluarga Ny.Pada ada yang mempunyai penyakit yang
sama seperti dirinya yaitu neneknya.
4. Anamnesa singkat ( AMPLE )
Alergi : Pasien tidak pernah mengalami alergi baik obat obatan
maupun     makanan
Medikasi : Pasien rutin kontrol luka di klinik monas tiap 3 hari sekali
dan konsumsi obat metformin dari klinik monas
Past Ilness : Pasien 3 tahun yang lalu menderita diabetes dan Ada luka
di jempol kaki kanan 3 bulan yang lalu. .
Event : Pasien  mengeluh nyeri di kaki kanan  sejak 3 hari
yang  lalu dan badan terasalemas.
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaanumum
Keadaan umum pasien saat pengkajian lemah dan kesadaran Cm.GCS :
Eye: 4, Verbal :5, Motorik : 6.

19
b. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital pasien, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 145x/menit,
respiratory rate 25 x/menit, suhu tubuh 39oC, SPO2= 92%, berat badan 40 kg
dan tinggi badan 169cm.
c. Kepala/leher
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentuk kepala mesosepal, rambut hitam
dan putih lurus, tidak ada jejas atau luka pada daerah kepala, wajah bulat,
telinga bersih tidak keluar cairan, konjungtiva mata tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ada stomatitis (sariawan), mukosa mulut lembab. Leher
tampak tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
d. Dada
1) Paru-paru
a) Inspeksi: terlihat tidak ada jejas atau luka, bentuk dada sama kanan dan kiri
(simetris)
b) Palpasi: getaran dada kanan dan kiri sama,pegerakan dinding dada
sama
c) Perkusi: Bunyi Sonor
d) Auskultasi: Suara vesicular, tidakada wheezing atauronchi.
2) Jantung
a) Inspeksi: tidak tampak ictus cordis jantung
b) Palpasi: ictus cordis teraba
c) Perkusi: Bunyi pekak
d) Auskultasi: Bunyi lup dan dup, tidak ada suara tambahan
3). Abdomen
Inspeksi: abdomen terlihat tidak ada jejas atau luka pada perut, tidak ada
pengeluaran pada umbilicus, tidak ada jaringan parut, kulit berwarna coklat.
Auskultasi: terdengar bising usus 10 x/ menit,
Palpasi:keempat kuadran peruttidak ada nyeri tekan pada pasien
e) Perkusi: didapatkan suara tympani.

20
e. Genitalia
Genitalia Ny.P terpasang selang kencing.
f. Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas gerak atas dan bawah pasien didapatkan
turgor kulit baik agak keriput , CRT< 3 detik, warna kulit sawo matang,
kulit tampak lembab, bersih dan tidak ada edema, terdapat luka operasi
debridement 3 bulan yang lalu oleh dr.wahyu.Sp.B pada daerah punggung
kaki kanan
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah
4 4
4 4
Keterangan:
1. Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
2. Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah, misalnya
telapak tangan di perintah telungkup atau lurus bengkok, tapi jika ditahan
sedikit saja sudah tak mampu bergerak.
3. Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat
menggerakan telapak tangan dan jari
4. Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
5. Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal.
Gerak ekstremit atas dan bawah
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan tonus otot pasien pada ektremitas kanan atas dan bawah 4 dan
ruang gerak terbatas,dan pada ekstremitas kanan atas dan bawah 4.
g. Pengkajian neurologis
Pemeriksaan neurologis, tidak ada tanda gangguan kejang , tremor,
reflek tendon baik, tidak terdapat kaku kuduk, indera penciuman normal,

21
pakekuatan tonus otot pada ekstremitas kiri 4 gerak terbatas dan pada
ektremitas kanan 4 gerak terbatas.

h. Pengkajianresikojatuh

Faktor Skala Point Skor Pasien

Riwayat jatuh Ya 25 0

Tidak 0
Diagnos sekunder/ ≥ 1 Ya 15 15

diagnosa medis Tidak 0


Alat bantu Perabot 30 0

Tongkat, 15

kruk, walker 0

Tidak ada/

kursi roda/

tirah baring
Terpasang infuse dan Ya 20 20

atau heparin Tidak 0


Gaya berjalan Terganggu 20 10

Lemah 10

Normal/ tirah 0

baring/

imobilisasi

22
Status mental Sering lupa/ 15 0

respon tidak

sesuai 0

perintah

Orientasi baik

terhadap diri

sendiri

Kriteria resiko jatuh : tinggi 45

TABEL 2.1 PENGKAJIAN RESIKO JATUH


Menurut Buku Saku Akreditasi RSI PKU Muhammadiyah Kab. Tegal(2020) :
Resiko tinggi : > 45
Resiko sedang : 25-44
Resiko rendah : 0-24
1. Apabilascor resiko jatuh tinggi, maka ditempat tidur/bed pasien
dipasang segitiga kuning (triangle), stiker kecil di status / RM pasien,
dan stiker kuning (fall risk) digelang pasien
2. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga cara untuk pencegahan
jatuh

Assesmen ulang resiko jatuh dilakukan oleh perawat secara berkala :


- Resiko jatuh ringan : dikaji 3 hari sekali
- Resiko jatuh sedang : dikaji sehari sekali / per 24 jam
- Resiko jatuh tinggi : dikaji setiap shift

23
2. Pemeriksaan penunjang
a. Program terapi
Program terapi rehidrasi cairan infus D10 % 20 tetes per menit,
Ekstra D 40% 2 flash loading.
Nama obat Dosis Cara Fungsi
Pemberian

D40% 2 Flash loading IV Cairan infus yang


digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
glukosa dalam tubuh

D10 % 20 TPM IV Sumber kalori cairan


tubuh pengganti carian
dan kalori dibutuhkan

Ketorolac 2x 1 Ampul Intravena Untuk mengatasi nyeri


akut derajat sedang
smpai berat

SanmolInfus 1 gr( extra ) Intravena Untuk mengatasi rasa


sakit termasuk sakit
kepala,gigi,demam,dise
rtai influenza

Omeprazole 1x40 mg IV Mengatasi ulkus


doudenal dan lambung,
refluks esofagitis.

Ondansentron 2x 4 mg IV Mengatasi mual


dan muntah
Ceftriaxone 3x1 gr IV Untuk mengatasi
infeksius pada
pasien dengan

24
gangguan
kekebalan tubuh,
THT sepsis,
meningitis, dan
jaringan lemak
Levofloxacin 1x 500 mg IV Sinusitis
maksilaris,
brochitis chronis
secara mendadak
akibat bakteri, isk,
infeksi nasokomial
Infus RL 500 ml IV Mengatasi
dehidrasi,
mengganti cairan
extraseluler tubuh
dan ion Cl yang
hilang,
mengembalikan
keseimbangan
elektrolit
Aminophylin 1 ampul IV(drip) Meringankan dan
mengatasi serangan
asma bronkial
Novorapid 3x 8 unit SC Terapi DM tipe 1
dan 2
TABEL 3.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG

b. Radiologi
Dilakukanpemeriksaan Rontgen Thoraks pada tanggal15 April 2021.
 Thoraks:

25
Hasil pemeriksaan: Apex tenang
Infiltrat parabronchial (+)
Cot CTR <0,5
Kesimpulan: Bronchitis
c. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah pada tanggal 15 April
2021.
Jenis Hasil Nilai Fungsi
Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
HEMATOLOGI
HB (Hemoglobin) 8,2g/dl 12.0 – 16.0g/dl Untuk mengetahui
konsentrasi Hb
AL (Leukosit) 15800/ul 4.000-10.000/ul Evaluasi infeksi
AT (Trombosit) 451000/ul 150.000-400.000/ul Mengevaluasi
gangguan
pembekuan darah
AE (Eritrosit) 2,90juta/mm 4,50-5,50 juta/mm Untuk mengetahui
kandungan oksigen
dalam tubuh
HT (Hematokrit) 21,7% W: 37-43 % Mengetahui
L: 40-48 % pemeriksaan pada
plasma darah
DIFFICOUNT
LYM (Limfosit) 8,4% LYM 15.0-5.0/ Untuk mengetahui
GRA (Granulosit) 82,2% GRA 35.0-80.0/ respon imun tubuh
MID 2.0-15.0 % Untuk mengetahui
MID (Minimum 9,4% jumlah sel darah
Inhibitor Dilusi) putih dalam tubuh

KIMIA KLINIK
Glukosa low g/dl 70-120 g/dl Untuk mengetahui
kadar gula dalam
tubuh
Ureum 53mg/dl 16-41 mg/dl Untuk mengetahui

26
fungsi ginjal
Creatinin 0,88mg/dl 0.6-1.3mg/dl Untuk mengetahui
fungsi ginjal
SGOT (Serum 55U/L 5-40U/L Untuk mengetahui
Glutamic kadar enzim hati
Oxaloacetate yang terdapat di
Transaminase) dalam sel
parenkim
SGPT (Serum 34U/L 5-41U/L Untuk mengetahui
Glutamic kadar enzim dalam
Pyruvate sel hati
Transaminase)
Hasil Antigen: Negatif
TABEL 3.2 RADIOLOGI

A. Rumusan Masalah

No Tanggal Data Masalah Penyebab

1 15April 2021 DS : Risiko penurunan produksi


Jam Pasien mengatakan ketidakstabilan energi metabolik
19.50 kepala pusing cenat- kadar glukosa
cenut, mengantuk dan

27
lemas darah
Do :
Pasien tampak lemas,
mengantuk dan
memegang kepala
TTV :
 TD = 120/80 mmHg
 N = 145x/mnt
 Spo2 = 92%
 RR = 25x/mnt
 GDS = 49 mg/dl
 4 4
4 4
 Ekstremitas kanan atas
dan bawah sebelah kiri
gerakan terbatas,
ekstremitas kiri atas dan
bawah gerakan terbatas
 Pasienterpasang O2
nasal kanul 3L/menit
 GCS = Compos Mentis
E : 4, V : 5, M : 6 = 15

2
15April 2021 DS : Hipertermia Ketidak adekuatan
Ny.P mengatakan termoregulasi suhu
Jam 19.50
badannya terasa panas
sejak 2 hari yang
lalu.Pasien mengeluh
pusing.
Do :

28
SB = 390 C
RR= 25 x/menit
HR = 145 x/menit
Pasien teraba panas

3
15April 2021 DS : Resiko nutrisi intake yang tidak
Jam 19.50  Ny.P mengatakan mual kurang dari adekuat.
dan muntah kebutuhan
Ny.P mengatakan tubuh
Sebelum sakit BB=45
KG dan selama sakit
BB= 40 kg.
Pasien tampak tidak
nafsu makan
DO :
 Pasien tampak lemas
 Pasientampakmual dan
muntahsebanyak 2 kali
selama di igd BB=40
kg.

4
15April 2021 DS : Intoleransi kelemahan
Jam 19.50 Ny.P mengatakan ingin aktivitas fisik akibat
bangun dan duduk peningkatan
kebutuhan
DO : metabolik
a. Ny.P tampak sekunder
lemas
b. GDS : 49 mg/dl

29
c. 4 4
4 4
 Penilaian resiko
jatuh 45 = resiko tinggi
Ekstremitas kanan atas
dan bawah sebelah kiri
gerakan terbatas,
ekstremitas kiri atas
dan bawah gerakan
terbatas
 Terdapatlukaulk
us di punggung kaki
kanan

TABEL 4.1 RUMUSAN MASALAH

B. Diagnosa Keperawatan Sesuai Priorotas


1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik
2. Hipertermia berhubungan dengan ketidak adekuatan termoregulasi suhu
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder

30
C. Perencanaan
No Dx Tanggal Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil

1 15 April Setelah dilakukan 1) Observasi 1) Keadaan


2021 tindakan keadaan umum umum pasien
keperawatan pasien merupakan
Jam 20.00
selama 1x2 jam 2) Kaji tanda – modal utama
diharapkan Risiko tanda vital dalam
ketidakstabilan 3) Kaji tingkat pengkajian
kadar glukosa kesadaranpasien 2) Adanya
darah dapat teratasi dengan GCS perubahan
dengan kriteria 4) Kaji kadar GDS tanda vital
hasil: sebelum dan dapat
satu jam setelah menunjukan
a. GDS = 70 -130
pemberian kerusakan
mg/Dl
terapi pada batang
b. Tekanan systol
5) Beri kebutuhan otak
dan diastol
oksigen 3) Tingkat
dalam rentang
6) Kolaborasi kesadaran
normal
pemberian merupakan
c. Pasien tidak
cairan intra vena indikator
merasa lemas
D 10% 20 tpm, teraik adanya
d. Komunikasi
cairan D40% 2 perubahan
jelas
flash:Ketorolac neurologi
e. Menunjukkan
2x1 mg 4) Pengkajianpe
konsentrsi dan
(iv)Omeprazole1 nyebabkeletih
orientasi
x 40mg (iv) an
f. Bebas dari
7) Kolaborasi 5) Mempertahan
aktifitas kejang
pemeriksaan kan
diagnostic adekuatnya
oksigen

31
dalam tubuh
sehingga
kebutuhan
untuk otak
terpenuhi
6) Obat-
obatanperluu
ntukmengontr
olkadar gula
darah
7) Pasien
Hipoglikemia
perlu
pemeriksaan
diagnostic
untuk
menentukan
tindakan
lebih lanjut

2 14April 2021 Setelah dilakukan 1) Anjurkan pasien 1) Untuk


tindakan menggunakanpak menjaga agar
Jam 20.00
keperawatan aian tipis dan pasien merasa
selama 1x2 jam menyerapkeringat nyaman,
diharapkan suhu 2) Anjurkanpasienu pakaian tipis
tubuh normal / ntukminum 7-8 akan
terkontrol dengan gelas perhari membantu
kriteri 3) Memberikan mengurangi
kompres hangat penguapan
a hasil:
dikening dan tubuh
a. Pasien kedua ketiak 2) Peningkatan

32
melaporkan 4) Kolaborasi suhu tubuh
demam dengan dokter mengakibatka
menurun dalam n penguapan
b. Turgor kulit pemberian  antibi tubuh
membaik otik dan meningkat
antipiretik sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan yang
banyak
3) Untuk
membantu
menurunkan
suhu tubuh
4) Antibiotik
untuk
mengurangi
infeksi dan
antipiretik
untuk
mengurangi
panas

3 14 April Setelah dilakukan 1) Anjurkan makan 1) Untuk


2021 tindakan sedikit tapi sering mendapatkan
keperawatan 2) Anjurkan makan asupan gizi
Jam 20.00
selama 1x2 jam selagi hangat dalam tubuh
diharapkan Resiko 3) Libatkan 2) Agar
nutrisi kurang dari keluarga pasien maningkatkan
kebutuhan tubuh pada perencanaan nafsumakan
teratasi. makan ini sesuai 3) Agar keluarga
dengan indikasi. pasien ikut

33
4) Kolaborasikan mendukung
dengan ahli gizi rencana
dalam keperawatan
perencanaan 4) Untuk
makan mendapatkan
menu gizi
yang sesuai.

4 14 April Setelah dilakukan 1) Libatkan 1) Terlibatnya


2021 tindakan keluarga dalam keluarga
keperawatan pola makan dan membuat
Jam 20.00
selama 1x2 jam pengawasan pasien merasa
diharapkan aktivitas pasien lebih aman
Intoleransi 2) Beri lingkungan dan terpenuhi
aktivitas teratasi yang aman untuk nutrisi.
dan terbebas dari pasien 2) Lingkungan
resiko jatuh 3) Pasang pengaman yang aman
tempatt idur memperkecil
4) Beri tanda resiko resiko cedera
jatuh pada 3) Untuk
identitas pasien memperkecil
5) Lakukan resiko pasien
medikasi pada jatuh dari
luka di punggung tempat tidur
kaku kanan 4) Penandaan
mempermudah
dalam
pengawasan
pasien
5) Untuk
membersihkan

34
luka diabetes
agar terhindar
dari infeksi

35
D. Implementasi

NoDx Tanggal dan jam Implementasi Respon

1 15 April 2021 jam a. Mengobservasi a. DSS: pasien


20.10 keadaan umum berbicara dengan
pasien suara pelan.
b. Melakukan DO : KU Cukup,
20.15 pemeriksaan Compos Mentis
kesadaran b. DS: Pasien bisa
dengan GCS berbicara
(eye, verbal, DO:
motorik)
GCS : Compos
mentis

Eye: 4

Verbal : 5

c. Melakukan Motorik : 6
pemeriksaan
c. DS: Pasien
20.20 tanda – tanda
mengatakan iya
vital.
mas

DO:

TD = 120/80
mmHg

N = 145x/menit

RR = 25x/menit

S = 39˚C

36
20.25 d. Memasang infus SPO2: 92%
D10% 20 TPM
GDS: 49
IV
Pasien terpasang
O2 nasal kanul
20.30
e. Memberikan 3L/menit
ekstra D40 % 2
d. DS: -
Flash
DO: pasien tampak
tenang, infus D10%
terpasang

e. DS: -

f. Kolaborasi DO: pasien tampak


20.45
pemeriksaan tenang, Infus D40
EKG terprogram

GDS = 53 mg/dl

SPO2: 95%

f. DS : -

DO : EKG Borderline
Abnormal :

842 PVC (Premature


20.50
Venticular
Contraction)

812 Sinus
Tachycardia

401 Short P-R Interval


21.00

37
g. Memberikan HR : 154 x/mnt
Infus sanmol 1
g. DS: pasien
gr/iv
mengatakan iya

O:- pasien tampak


tenang

terapi terprogram.

h. Mengukur ulang
h. S: Pasien
21.10 tanda-tanda vital
mengatakan iya
pasien dan
keadaan umum O: KU cukup, compos
mentis

 GCS = E:4 M:6 V:5


 TD = 110/70 mmHg
 N = 120 x/menit
 RR = 20x/menit
 SPO2: 98%

i. Kolaborasi  GDS : 131 mg/dl


pemeriksaan i. S: Pasien dan
Rontgen Thorax keluarga setuju
untuk
dilakukan
pemeriksaan

O:

 Thoraks:

Hasil pemeriksaan:
Apex

38
tenang Infiltrat
parabronchial
(+), Cot CTR
<0,5
Kesimpulan:

Bronchitis
2 15 April 2021 a. Mengkolaborasi a. DS: Pasien bersedia
kan dengan diberikan obat penurun
20.40
dokter dalam panas
pemberian
DO: Sanmol 1 gr masuk
antipiretik
(IV),
Sanmol 1 gr (IV)
21.00 b. Menganjurkan b. DS: Pasien mengatakan
pada pasien akan meminum air
untuk banyak putih lebih banyak
minum air putih
DO: Pasien terlihat minum
21.34 air putih

c. Mengukur suhu c. DS : pasien


ulang mengatakan
bersedia diukur
suhu tubuhnya

DO : S = 38,4°C

3. 15 April 2021 a. Mengajurkan makan a. DS: -


selagi hangat
22.10 DO:pasien dan keluarga
bersedia

b. Menganjurkan b. DS: -
22.15

39
makan sedikit tapi DO: Keluarga pasien
sering tampak menyuapi ny.p

c. DS:-
22.20
c. Libatkan DO: Keluarga
keluarga pasien bersedia bekerja
pada sama.
perencanaan
makan ini sesuai
indikasi.

4 22.20 a. Memasangkan a. DS: Keluarga


pengaman mengerti fungsi
tempat tidur pengaman tempat
tidur
DO: pengaman
tempat tidur
dipasang pada
kedua sisi bed
b. Memberikan pasien
22.15 tanda resiko b. DS: pasien
jatuh gelang mengatakan nggih
identitas pasien mas.
DO: gelang
identitas pasien
sudah diberi stiker
warna kuning dan
dipasangkan di
tangan kanan.

22.15
Terpasang segitiga

40
kuning di strecer dan
status pasien
c. DS: Keluarga
pasien
c. Melibatkan mengatakan
keluarga dalam bersedia menjaga
pola makan dan merawat
pasien dan pasien
pengawasan
DO:
aktivitas pasien
Keluargapasien
merawat dan
menjaga pasien
22.15
dengan baik
d. Memberikan
edukasi kepada d. DS: keluarga
keluarga dalam pasien mengerti
upaya menjaga tentang stiker
keadaan warna kuning pada
22.20 keamanan gelang pasien dan
pasien: mengerti cara
1. Orientasikan menjaga pasien
pasien terhadap DO :Keluarga
ruangan pasien memahami
2. Selalu pasang edukasi yang
pengaman diberikan.
tempat tidur
3. Rendahkan
tempat tidur
4. Selalu awasi
aktivitas pasien
5. Jangan

41
tinggalkan
pasien
S: pasien mengatakan
sendirian
aw sakit
6. Bantu pasien
dalam O: Pasien tampak
kebutuhan kesakitan dan luka
sehari hari diabetes banyak pes
seperti toileting berwarna kuning.
dan mobilisasi
7. Jaga lantai
jangan sampai
licin
Tempatkan
barang
kebutuhan
pasien dekat
dengan
jangkauan
pasien.

e. Melakukan
medikasi sedang
di luka
punggung kaki
sebelah kanan

42
E. Evaluasi

No. Dx Tanggal / waktu Evaluasi

DS:
1 15 April 2021
Pasien mengatakan masih lemas
Jam 23.00
Pasien mengatakan pusing

DO :

KU cukup, Compos mentis

GCS : 15

Eye: 4

Verbal : 5

Motorik : 6

TD = 110/70 mmHg

N = 120 x/menit

RR = 20x/menit

S = 38,4˚C

SPO2: 98%

GDS : 131 mg/dl

43
Terpasang infus D10 20 tetes/menit

Posisi pasien supinasi dengan semi


fowler 30°

Pasien menggunakan oksigen 3 liter


per menit menggunakan nasal kanul

EKG Borderline Abnormal :

842 PVC (Premature Venticular


Contraction)

812 Sinus Tachycardia

401 Short P-R Interval

HR : 154x/mnt

Hasil pemeriksaanradiologi

Thoraks:

Hasil pemeriksaan: Apex


tenang
Infiltrat parabronchial (+)
Cot CTR <0,5
Kesimpulan: Bronchitis
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Observasi keadaan umum pasien


2. Kaji tanda – tanda vital
3. Posisikan pasien dengan posisi tidur
20 sampai 30 derajat
4. Beri kebutuhan oksigen 3 liter per

44
menit
5. Kolaborasi pemberian obat di
bangsal:

Ketorolac 2x1 ampul (iv)

Omeprazol 2x 1 gr (iv)

6. Konsul dokter Spesialis penyakit


dalam atau spesialis penyakit bedah
untuk program terapi selanjutnya

DS:
2 15 April 2021
. 1. Pasien mengatakan pusing kepala
Jam 23.00
membaik
2. Pasien mengatakan suhu tubuh
menurun
3. Pasien mengatakan sudah meminum
air putih lebih banyak
4. Pasien bersedia untuk diukur suhu
tubuh ulang

DO:

1. Pemberian sanmol 1 gr (IV) sudah


masuk
2. Pasien terlihat sudah minum air
putih setengah botol air mineral
3. Suhu : 38,4°C

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Anjurkan pasien menggunakan

45
pakaian tipis dan menyerapkeringat
2. Anjurkanpasienuntukbanyakminum
3. Anjurkan keluarga untuk kompres
hangat pasien
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian  antibiotik dan antipiretik

Paracetamol 3x500 mg (oral) jika suhu


badan lebih dari 37,6°C

S: Keluarga pasien mengatakan mual


3 15 April 2021
dan muntah berkurang
.
Jam 23.00
O:

Pasien tampak lemas

Pasien tampak mual dan muntah


berkurang 3-2x

Penilaian resiko jatuh 45 =


resikosedang

Ekstremitas kanan atas dan bawah


sebelah kiri gerakan terbatas,
ekstremitas kiri atas dan bawah
gerakan terbatas

A: Masalahteratasisebagian

P: Lanjutkan Intervensi

Anjurkan makan selagi hangat

Anjurkan makan sedikit tapi sering

46
DS:
4 15 April 2021
. a) Keluarga pasien mengerti
Jam 23.00
meningkatkan pola makan pasien
b) Keluarga mengerti fungsi
pengaman tempat tidur
c) Keluarga pasien mengerti tentang
stiker warna kuning pada gelang
pasien dan mengerti cara menjaga
pasien
d) Keluarga pasien mengatakan
bersedia merawat pasien
DO:

a) Pasien ditempatkan ditempat


yang dekat dengan jangkauan
perawat
b) Keluarga yang mendampingi
pasien yaitu istri dan adiknya
c) Keluarga pasien merawat pasien
dengan baik
d) Pengaman tempat tidur dipasang
pada kedua sisi bed pasien
e) Gelang identitas pasien sudah
diberi stiker warna kuning dan
dipasangkan di tangan kanan
f) Luka diabetes di punggung kaki
kanan tampak rapat dan bersih

A: Masalah tertatasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

47
1. Anjurkan makan selagihangat
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
3. Libatkan keluarga dalam pola makan
pasien
4. Beri lingkungan yang aman untuk
pasien
5. Pasang pengaman tempat tidur
6. Kaji ulang resiko jatuh pasien di
ruangan
7. Beri tanda resiko jatuh pada tempat
tidur pasien
8. Libatkan keluarga dalam upaya
menjaga keadaan keamanan pasien
9. Edukasi penananganan pasien
dengan resiko jatuh tinggi di ruangan

48
DATA PROGRAM DI RUANGAN ZAM-ZAM KAMAR 319 RSI PKU
MUHAMMADIYAH

1. MONITORING PENGAWASAN GULA DARAH SEWAKTU DAN


TERAPI

Hari/tanggal Jam HasilGDS Therapi


Selasa,15/04/2021 20.20 53 mg/dl D40% 2 flash,
dilanjut D10% 20 tpm
21.30 131 mg/dl D10% 20 tpm
Rabu,16/04/2021 16.00 107 mg/dl
Rabu,16/04/2021 22.00 51 mg/dl D10% 2 flash
Rabu,16/04/2021 23.15 108 mg/dl
Kamis,17/04/202 03.00 53 mg/dl D40% 2 flash
1
Kamis,17/04/202 04.00 148 mg/dl
1
Kamis,17/04/202 08.00 116
1
Kamis,17/04/202 18.00 35 D40% 2 flash
1
Jumat,18/04/2021 11.10 165

Keterangan :

49
Pasien sampai ruangan jam 23.00 WIB dengan diagnosa awal
Hipoglikemia, pasien mengeluh sesak nafas, lemas, demam,nyeri pada
kaki kiri, TD : 90/80 mmHg, N : 132 x/mnt, RR :32 x/mnt, S : 38.9 ᵒC,
SPO2 : 93 %, GDS : 131 mg/dl (21.31WIB) terpasang cairan infus
D10% 20 tpm.

2. MONITORING TERPASANG INFUS DAN OBSERVASI TANDA-


TANDA VITAL

Tanggal/jam Jenis cairan Dosis IV/IM Monitoring Tanda-


tanda vital
27/04/202 D10% 20 Iv TD : 90/80
1 tpm mmHg, HR :iv
20.30 WIB x/mnt
RR : 32x/mnt,
S:38,9 C, Spo2:
93%
20.35 WIB D40% 2 Iv TD :
Flash 90/80mmHg, HR
: 131 x/mnt
RR : 32x/mnt,
S : 38,9C,Spo2:
93%
20.40 WIB Sanmolinfus I gr Iv TD :
e 90/80mmHg, HR
: 131 x/mnt
RR : 32x/mnt,
S : 38,9 C,Spo2:
93%
21.37 WIB D10% 20 Iv TD : 100/60
tpm mmHg, HR :
130x/mnt
RR : 28 x/mnt,

50
S : 38,4 C,spo2:
95%

Ketengan :
Ny.P dibolehkan pulang pada hari Senin,tanggal 18/03/2019 oleh DPJP
dengan diagnosa utama DM Hipoglikemia, dan kondisi umum pasien
cukup baik.TD : 120\80, N : 68x/mnt, RR : 24x/mnt, S : 36,5 C, Spo2 :
98%, GDS : 116 mg/dl (jam 07.00 WIB). Program terapi yang diberikan
selama di Rumah Sakit oleh DPJP yaitu O2 nasal kanul 3 L/mnt.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Primer Survey


Primary survey merupakan suatu pengkajian untuk menentukan tingkat
keberhasialan penanganan dalam pasien gawat darurat, Kristanty(2009). dalam
pembahasan ini penulis megkaji kodisi pada pasien berupa airway, breathing,
circulation, disability, expossure.Kondisi airway paten tidak ada obstruksi, tidak
ada sumbatan, tidak ada snoring/stridor dan pasien masih dapat berbicara,
breathing atau nafas  spontan, frekuensi nafas 25x/menit, tidak ada whezing, tidak
ada ronchi,circulation: tekanan darah saat diperiksa 120/80 mmHg, pulsasi
nadi kuat, frekuensi nadi 145 x/menit, suhu 39˚Celcius, frekuensi nafas 25
x/menit,SPO2=92%,  irama jantung teratur, kulit dan
membran  mukosa tidak  pucat, seluruh permukaan tubuh teraba hangat, disability
pasien dalam kondisi sadar dan  masih bisa berkomunikasi,
eksposure / environment / event Tidak Terdapat fraktur,terdapat ulkus di
jempol kanan, pasien merasakan kakinya sangat nyeri bila berjalan.

51
B. Pengkajian Secondary Survey
Pengkajian secondary survey yang dilakukan pada Ny.P diantaranya
adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, serta anamnesa singkat ( AMPLE ) seperti alergi,
medikasi, past ilnes dan event. Pengkajian secondary survey adalah
pemeriksaan komplit dari kepala sampai kaki (head to toe examination) yang
dilakukan pada pasien yang memiliki hemodinamik stabil (Ali, 1997; legome,
2016; offner 2017). Dalam pengkajian sencondary survey, penulis
menemukan beberapa hasil pemeriksaan seperti riwayat kesehatan sekarang,
dalam riwayat kesehatan sekarang Ny.P mengeluh lemas sejak 2 hari yang
lalu,disertai mual dan muntah, sesak, serta demam. Ny.P memiliki riwayat
luka debridement ulkus Dm 3 bulan yang lalu. Pada riwayat kesehatan masa
lalu, Ny.P tidak mengetahui mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetes
Melitus. Ny.P rutin memeriksakan klinik monas tiap 3 hari sekali
C. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny.P mendapatkan hasil

diantaranya pemeriksaan anda-tanda vital pasien, pada Ny.P didapatkan

tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 145x/menit, respiratory rate 25x/menit,

suhu tubuh 39oC, SPO2= 92%, berat badan 40 kg dan tinggi badan 169cm.

D. DiagnosaKeperawatan

Pada pemeriksaan fisik yang di lakukan pada Ny. P ditemukan 3 diagnosa


diantaranya Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan penurunan produksi energi metabolik, Hipertermia berhubungan
dengan ketidak adekuatan termoregulasi suhu,Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder. diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
di peroleh dari masalah utama pada Ny. P.
E. IntervensiKeperawatan

52
Dalam menegakan diagnosa keperawatan pada masalah Ny. P, penulis
juga meencanakan intervensi yang akandilakukan pada Ny.P di antaranya
mengkaji keadaan umum pasien untuk mengetahui adanya perubahan tanda-
tanda vital pada pasien terutama pemeriksaan GDS (gula darahsewaktu).
dalam hal ini penulis juga memberikan terapi pemberian obat sesuai advis
dokter penanggung jawab pasien.
F. Implementasikeperawatan
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan mengkoordinasikan
aktivitas pasien dan keluarga dan anggota tim kesehatan yang lain untuk
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah di lakukan (Nettina, 2002) dalam hal ini perawat melakukan
implementasi dari intervensi yang sudah di tentukan.

G. Evaluasikeperawatan
Dalam evaluasi keperawatan penulis melakukan evaluasi pada tanggal
15 april 2021 dan mendapatkan hasil pasien mengatakan masih merasa lemas
serta pusing, masalah teratasisebagian dan penulis melakukan intervensi
lanjutan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

53
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka diperoleh

kesimpulan tentang Hipoglikemia Di RSI PKU Muhammadiyah

Tegal”sebagai berikut:

1. Primary survey merupakan suatu pengkajian untuk menentukan tingkat

keberhasialan penanganan dalam pasien gawat darurat.

2. Pengkajian secondary survey yang dilakukan pada Ny.P diantaranya

adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat

kesehatan keluarga, serta anamnesa singkat ( AMPLE ) seperti alergi,

medikasi, past ilnes dan event. Pengkajian secondary survey adalah

pemeriksaan komplit dari kepala sampai kaki (head to toe examination)

yang dilakukan pada pasien yang memiliki hemodinamik stabil (Ali, 1997;

legome, 2016; offner 2017).

B. Saran
1. Bagi Pasien dan keluarga
Diharapkan pasien mengerti mengalami penyakit DM hipoglikemia
diharapkan pasien dapat mengetahui cara penanganan bila penyakitnya
kambuh, mampu mengetahui penyebab kambuhnya penyakit DM
Hipoglikemia, tanda gejala hipoglikemia, cara pencegahan dan
penanganannya

2. Bagi Pelayanan kesehatan

54
Diharapkan RSIPKU Muhammadiyah Tegal mampu meningkatkan mutu

asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis dan cara penanganan

farmakologi maupun non famakologi.

3. Bagi Perawat
Diharapkan mampu menerapkan teori tentang asuhan keperawatan pengaruh

pada pasien gastritis secara komprehensif dan diharapkan dapat menambah

pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam memanfaatkan serta

mempraktikkan ilmu yang telah di dapatkan

DAFTAR PUSTAKA

55
American Diabetes Association (ADA). 2016. Stress. Dilansir dari

http://www.diabetes.org/living- with-diabetes/complications/stress.html

American Diabetes Association (ADA). 2015. Diabetes Care. Dilansir dari

http://care.diabetesjournals.org/content/27/supp11/s5. Full

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2010. National

Diabetes Fact Sheet: General Information and National Estimates on

Diabetes in the United States, 2010. Dilansir dari

http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/ndfs2010.pdf.

Goldman shcafer, JM, 2017. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC.

Jakarta.

Gruden, R. S. 2018. Principle of Nutritional Asessment 2nd ed. Oxford

University Press. New York

https://www.scribd.com/doc/289282673/LP-Hipoglikemia

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2016. Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

Tahun 2006. Dilansir dari http://www.perkeni.net.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

Tahun 2011. Dilansir dari http://www.perkeni.net.

56
Rahmawati, Aminuddin Syam, Healthy Hidayanti. 2011. Pola Makan Dan

Aktifitas Fisik Dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes

Sumujatun, (2010)..konsepdasarmenujukeperawatanprofesional. jakarta :

trans info medika

57

Anda mungkin juga menyukai