Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN BERGERAK DAN PERTAHANKAN

POSTUR YANG BAIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Dasar

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi

Dosen Pembimbing : Hj.Mayasyanti Dewi Amir.,M.Kes

Disusun Oleh :

Husnul Fikri Faturahman

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah ta'ala yang telah memberikan


taufik dan hidayah nya kepada kita semua sehingga kita di tetapkan dalam nikmat
Iman dan Islam. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Rasulullah
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassallam kepada para sahabatnya,dan para
pengikutnya hingga hari akhir.

Alhamdulillah dengan limpahan Rahmat dari Allah ta'ala penulis dapat


menulis makalah" Kebutuhan Bergerak Dan Pertahankan Postur Yang Baik" yang
berisikan tentang informasi terkait kebutuhan eliminasi dalam keperawatan.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak sekali kekurangan pada penulisan


makalah ini maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian agar makalah ini menjadi lebih baik.

Sukabumi, 01 September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virginia Henderson, seorang tokoh terkemuka dalam dunia keperawatan,


telah memberikan kontribusi yang berharga dalam mengembangkan pandangan
holistik tentang perawatan pasien. Salah satu aspek penting dalam
pandangannya adalah kemampuan pasien untuk bergerak dan mempertahankan
postur yang baik. Konsep ini merupakan bagian integral dari 14 kebutuhan
dasar manusia menurut Henderson, yang harus dipenuhi untuk mencapai
kesejahteraan fisik dan psikologis. Dalam laporan ini, kami akan menjelajahi
lebih lanjut tentang pentingnya bergerak dan mempertahankan postur yang
baik dalam konteks teori Henderson dan implikasinya dalam praktek
keperawatan.

Kemampuan bergerak merupakan faktor kunci dalam menjaga kesehatan


tubuh manusia. Ini mencakup aktivitas fisik seperti berjalan, berpindah dari
tempat tidur, atau melakukan latihan. Henderson menggarisbawahi pentingnya
peran perawat dalam membantu pasien yang mungkin memiliki keterbatasan
fisik untuk tetap aktif sesuai kemampuan mereka. Selain itu, pemeliharaan
postur yang baik adalah posisi tubuh yang mendukung fungsi organ internal
dengan optimal. Hal ini tidak hanya menghindari masalah kulit seperti
dekubitus tetapi juga memastikan sistem organ dalam berfungsi sebagaimana
mestinya.

Ketika perawat memahami pentingnya bergerak dan mempertahankan


postur yang baik dalam konteks teori Henderson, mereka dapat merencanakan
perawatan yang lebih efektif. Ini melibatkan penilaian pasien secara cermat,
perencanaan perawatan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien,
serta pelaksanaan perawatan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Perawat juga
harus terus memantau kemajuan pasien dan bersedia untuk mengadaptasi
perawatan jika ada perubahan kondisi atau komplikasi. Dengan memahami
konsep ini, perawat dapat memberikan perawatan yang lebih baik dan berfokus
pada pemulihan holistik pasien.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan Pemahaman Awal: Laporan pendahuluan bertujuan untuk


memberikan pemahaman awal kepada pembaca tentang konsep bergerak
dan pemeliharaan postur yang baik menurut teori Virginia Henderson.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan dengan jelas apa yang dimaksud dengan bergerak dan


pemeliharaan postur yang baik menurut Virginia Henderson.
b. Menguraikan peran perawat dalam membantu pasien mencapai
kebutuhan bergerak dan pemeliharaan postur yang baik.
c. Menginspirasi pembaca untuk memahami pentingnya konsep ini dalam
perawatan kesehatan dan dalam meningkatkan kualitas perawatan
pasien.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Konsep "Bergerak dan Pertahankan Postur yang Baik" dalam kerangka teori
Virginia Henderson merupakan elemen kunci dalam pemahaman kebutuhan dasar
manusia dalam konteks perawatan keperawatan. Virginia Henderson, seorang
tokoh terkemuka dalam profesi keperawatan, menjelaskan bahwa kemampuan
individu untuk melaksanakan pergerakan tubuh yang adekuat dan
mempertahankan postur yang optimal memainkan peran penting dalam
memelihara kesehatan dan mengoptimalkan proses pemulihan pasien.

Pada tahap awal, bergerak merujuk pada kemampuan individu untuk


menjalankan aktivitas fisik, seperti berjalan, berpindah tempat tidur, atau
berpartisipasi dalam latihan fisik. Aktivitas fisik ini berperan dalam memelihara
kekuatan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan memelihara integritas sistem
muskuloskeletal. Bergerak juga memiliki implikasi psikologis yang signifikan,
memungkinkan pasien merasa lebih aktif dan independen dalam kehidupan sehari-
hari mereka.

Pentingnya pemeliharaan postur yang baik terletak pada kemampuan


individu untuk mempertahankan posisi tubuh yang mendukung fungsi organ
internal dengan optimal. Hal ini mencakup penghindaran tekanan yang berlebihan
pada kulit, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti dekubitus, serta menjaga
fungsi sistem organ internal seperti pernapasan dan pencernaan.

Perawat memegang peran utama dalam mendukung pemenuhan kebutuhan


ini. Hal ini melibatkan penilaian holistik terhadap kemampuan pasien dalam
bergerak dan mempertahankan postur yang baik, perencanaan perawatan yang
sesuai dengan kondisi individu, serta pelaksanaan tindakan yang mendukung
pemeliharaan kesehatan fisik dan psikologis. Dengan pemahaman yang kuat
tentang konsep ini, perawat dapat memberikan perawatan yang efektif dan
berfokus pada pemulihan menyeluruh pasien.
B. Fisiologi Bergerak Dan Pertahankan Postur Yang Baik

Konsep bergerak dan mempertahankan postur yang baik dalam teori


Virginia Henderson mencerminkan pemahaman tentang aspek fisiologi yang
terkait dengan kemampuan tubuh manusia untuk bergerak dan menjaga postur
yang benar. Di bawah ini adalah beberapa aspek fisiologi yang relevan dengan
konsep ini:

1. Sistem Muskuloskeletal: Kemampuan untuk bergerak dan mempertahankan


postur yang baik sangat tergantung pada sistem muskuloskeletal. Otot, tulang,
dan sendi adalah komponen penting dalam mekanisme gerak tubuh. Otot
memungkinkan kontraksi dan relaksasi untuk menghasilkan gerakan,
sedangkan tulang dan sendi memberikan kerangka yang mendukung tubuh dan
menjaga postur yang baik.

2. Sistem Saraf: Sistem saraf memainkan peran sentral dalam mengatur gerakan
tubuh. Sinyal saraf dari otak mengarahkan otot untuk berkontraksi atau
mengendur. Selain itu, sistem saraf juga terlibat dalam koordinasi gerakan yang
kompleks, seperti berjalan atau menyeimbangkan tubuh.

3. Sirkulasi Darah: Sirkulasi darah adalah faktor penting dalam bergerak. Ketika
otot berkontraksi selama gerakan, mereka membutuhkan pasokan oksigen dan
nutrisi yang cukup yang disediakan oleh sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang
baik juga membantu dalam menghilangkan produk limbah metabolisme dari
otot.

4. Pernapasan: Sistem pernapasan juga memainkan peran penting dalam


bergerak. Selama aktivitas fisik, laju pernapasan dan volume udara yang masuk
dan keluar dari paru-paru meningkat untuk menyediakan oksigen tambahan
yang diperlukan oleh otot.

5. Postur dan Penyusunan Tubuh: Memelihara postur yang baik melibatkan


kerja bersama dari otot-otot postural dan struktur tulang yang memberikan
dukungan. Terutama, otot-otot inti (seperti otot perut dan punggung)
membantu menjaga stabilitas dan postur tubuh.
6. Sistem Sensoris: Sistem sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan
keseimbangan adalah penting dalam memandu gerakan dan menjaga postur
yang tepat. Mereka memberikan informasi tentang lingkungan sekitar, yang
memungkinkan tubuh untuk menyesuaikan gerakan dan postur sesuai
kebutuhan.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bergerak Dan Pertahankan Postur Yang Baik

Faktor-faktor ini melibatkan aspek fisik, psikologis, dan sosial. Berikut


adalah beberapa faktor yang relevan dalam konteks ini:

1. Kondisi Fisik Individu: Kesehatan fisik individu memainkan peran sentral


dalam kemampuan mereka untuk bergerak dan mempertahankan postur yang
baik. Faktor-faktor seperti kekuatan otot, fleksibilitas, mobilitas sendi, dan
kondisi tulang berperan dalam menentukan sejauh mana seseorang dapat
bergerak dengan lancar dan menjaga postur yang benar.

2. Usia: Faktor usia mempengaruhi kemampuan bergerak dan mempertahankan


postur yang baik. Seiring bertambahnya usia, terjadinya perubahan fisik seperti
penurunan massa otot, kehilangan fleksibilitas, dan risiko osteoporosis dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk bergerak dan menjaga postur yang
baik.

3. Kondisi Kesehatan Underlying: Kondisi medis yang mendasari seperti


arthritis, cedera fisik, atau penyakit neurologis dapat membatasi gerakan dan
mempengaruhi postur. Pasien dengan kondisi-kondisi ini mungkin memerlukan
perawatan yang lebih intensif dan adaptasi dalam bergerak dan
mempertahankan postur yang baik.

4. Aspek Psikologis: Faktor psikologis seperti motivasi, kepercayaan diri, dan


tingkat stres dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan baik. Individu yang termotivasi secara positif lebih cenderung untuk
mengambil inisiatif dalam bergerak dan menjaga postur yang baik.

5. Dukungan Sosial: Lingkungan sosial juga memiliki peran dalam konsep ini.
Dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga medis dapat memberikan motivasi
dan bantuan yang diperlukan kepada individu dalam menjaga aktivitas fisik
dan postur yang benar.

6. Perangkat Bantu dan Teknologi: Beberapa individu mungkin memerlukan


perangkat bantu atau teknologi seperti kursi roda, kruk, atau peralatan
rehabilitasi untuk membantu mereka bergerak dan menjaga postur yang baik.

7. Pendidikan dan Pengetahuan: Tingkat pemahaman individu tentang


pentingnya bergerak dan menjaga postur yang baik juga berperan penting.
Pendidikan tentang manfaat aktivitas fisik dan postur yang benar dapat
memotivasi individu untuk melibatkan diri dalam perubahan perilaku yang
lebih sehat.

8. Pain and Discomfort (Nyeri dan Ketidaknyamanan): Rasa sakit dan


ketidaknyamanan fisik dapat menjadi hambatan utama dalam bergerak dan
mempertahankan postur yang baik. Manajemen nyeri yang efektif menjadi
perhatian utama dalam kasus ini.

D. Masalah-Masalah Bergerak Dan Pertahankan Postur Yang Baik

Menurut Virginia Henderson, ada beberapa masalah atau tantangan yang dapat
timbul terkait dengan kemampuan individu untuk bergerak dengan baik dan
menjaga postur yang benar. Beberapa masalah yang mungkin dihadapi oleh pasien
atau individu termasuk:

1. Keterbatasan Fisik: Salah satu masalah utama adalah keterbatasan fisik,


seperti kelemahan otot, penurunan mobilitas sendi, atau cedera fisik. Kondisi
ini dapat menghambat kemampuan individu untuk bergerak dengan bebas dan
mempertahankan postur yang baik.

2. Penyakit Kronis: Pasien dengan penyakit kronis seperti osteoarthritis,


rheumatoid arthritis, atau kondisi neurologis mungkin menghadapi masalah
bergerak dan menjaga postur yang baik karena gejala yang menyertainya,
seperti nyeri dan kekakuan.
3. Gangguan Pernapasan: Pasien dengan gangguan pernapasan seperti penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) atau asma mungkin memiliki kesulitan dalam
melakukan aktivitas fisik karena kesulitan bernapas.

4. Masalah Psikologis: Masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, atau


kurangnya motivasi dapat menghambat kemampuan individu untuk bergerak
dan menjaga postur yang baik.

5. Ketergantungan Terhadap Perangkat Bantu: Beberapa individu mungkin


tergantung pada perangkat bantu seperti kursi roda atau kruk, yang dapat
mempengaruhi kebebasan bergerak dan mempertahankan postur yang baik.

6. Pengetahuan dan Kesadaran yang Kurang: Kurangnya pengetahuan tentang


pentingnya aktivitas fisik dan postur yang benar serta kesadaran tentang
masalah yang mungkin timbul akibat kurang bergerak dapat menjadi masalah
dalam mengadopsi perilaku sehat.

7. Dukungan Sosial yang Terbatas: Individu yang tidak memiliki dukungan


sosial dari keluarga atau teman-teman mungkin merasa kesulitan dalam
menjaga motivasi untuk bergerak dan mempertahankan postur yang baik.

8. Ketakutan akan Cedera atau Kecelakaan: Beberapa orang mungkin


memiliki ketakutan terhadap cedera atau kecelakaan saat bergerak, yang dapat
menghambat partisipasi dalam aktivitas fisik.

9. Kondisi Lingkungan yang Tidak Mendukung: Lingkungan fisik yang tidak


ramah terhadap aktivitas fisik atau postur yang baik, seperti akses yang buruk
atau kurangnya fasilitas yang sesuai, dapat menjadi hambatan.

E. Bergerak dan Pemeliharaan Postur yang Baik dalam Teori Henderson

Menurut Virginia Henderson, bergerak dan mempertahankan postur yang


baik adalah salah satu dari 14 kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk
mencapai kesejahteraan fisik dan psikologis. Henderson percaya bahwa perawat
memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan ini.
1. Bergerak:

 Bergerak mencakup kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas


fisik seperti berjalan, berpindah dari tempat tidur, dan melakukan
latihan fisik.

 Bergerak penting untuk memelihara kesehatan otot dan sendi,


mencegah kekakuan otot, dan meningkatkan sirkulasi darah.

 Perawat harus membantu pasien yang memiliki keterbatasan dalam


bergerak, seperti pasien yang sakit parah atau lanjut usia, untuk
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan mereka.

2. Pemeliharaan Postur yang Baik:

 Postur yang baik adalah posisi tubuh yang mendukung fungsi organ
internal dengan baik.

 Henderson percaya bahwa perawat harus membantu pasien untuk


mempertahankan postur yang baik saat berbaring di tempat tidur atau
duduk di kursi.

 Pemeliharaan postur yang baik membantu mencegah tekanan berlebih


pada bagian tubuh tertentu, seperti tekanan pada kulit yang dapat
menyebabkan dekubitus.

F. Implikasi dalam Praktek Keperawatan

Perawat memiliki tanggung jawab besar dalam membantu pasien untuk


bergerak dan mempertahankan postur yang baik. Hal ini melibatkan:

1. Penilaian Pasien:

 Perawat harus melakukan penilaian terhadap kemampuan pasien untuk


bergerak dan mempertahankan postur yang baik.

 Dengan penilaian yang tepat, perawat dapat merencanakan tindakan yang


sesuai untuk membantu pasien mencapai kebutuhan ini.
2. Perencanaan Perawatan:

 Perawat harus merencanakan perawatan yang mencakup aktivitas fisik


yang sesuai dengan kondisi pasien.

 Perawat juga harus merencanakan perawatan untuk memelihara postur


yang baik, terutama bagi pasien yang rawan terhadap tekanan yang
berlebihan pada kulit.

3. Pelaksanaan Perawatan:

 Perawat harus memberikan bantuan langsung kepada pasien dalam


melaksanakan aktivitas fisik dan mempertahankan postur yang baik.

 Ini dapat melibatkan membantu pasien untuk berpindah tempat tidur,


melakukan latihan fisik, atau mengatur posisi duduk yang nyaman.

4. Evaluasi:

 Perawat harus terus memantau kemajuan pasien dalam mencapai


kebutuhan bergerak dan pemeliharaan postur yang baik.

 Jika ada perubahan atau komplikasi, perawat harus mengubah perencanaan


perawatan sesuai kebutuhan.

G. Pengertian Mobilisasi

1. Mobilisasi merupakan gerak yang beraturan, terorganisasi dan teratur.

2. Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,


mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna
mempertahankan kesehatannya.

3. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.


(Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H., 2008; 10)

4. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan


teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi
yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
(Perry dan Potter, 1994)
5. Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association)
(Nanda)

H. Tujuan Mobilisasi

1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Untuk mencegah terjadinya trauma

3. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan

4. Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari

5. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

I. Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal

Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang
berarti tulang.

1. Otot ( Muskulus / Muscle )

Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah


energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi
untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan
lingkungan.

Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.

a. Fungsi Sistem Otot

1) Pergerakan

2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur

3) Produksi panas
b. Jenis-Jenis Otot

1) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:

 Otot Rangka (Otot Lurik)

Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas


perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang
terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya
sangat cepat dan kuat.

 Otot Polos

Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja


secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan
lamban.

 Otot Jantung

Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai


struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat
pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi
otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali
berdenyut.

2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :

 Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya


bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.

 Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya


saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah.
Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus.
c. Mekanisme Kontraksi Otot

Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron


dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori
kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini
menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set
filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan
miosin.

Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling


menggelincir satu sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek.

Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang


disebut asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin
terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan
aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot
yang melekat pada tulang bergerak.

2. Rangka (skeletal)

Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi,
dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.

Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali


otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena
gerak tidak akan terjadi tanpa tulang.

a. Fungsi Rangka

1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-


ligamen, otot, jaringan lunak dan organ.

2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow


marrow)

3) Produksi sel darah (red marrow)

4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus


dan lunak.
5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak karena adanya persendian.

b. Jenis Tulang

1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:

 Tulang Rawan (kartilago)

a) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung


tulang pipa.

b) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-


cawan (tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.

c) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga,


epiglotis dan faring.

 Tulang Sejati (osteon)

Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai


sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung
fibrosa (periosteum). Lapis tipis jaringan ikat
(endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke
dalam kanalikuli tulang kompak.

2) Berdasarkan matriksnya, yaitu:

 Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan


rapat.

 Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.

3) Berdasarkan bentuknya, yaitu:

 Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran


panjangnya terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.

 Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya


pendek. Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki,
pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
 Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar.
Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.

 Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan


bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang
belakang).

 Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os


maxilla.

c. Organisasi Sistem Rangka

Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk


suatu kerangka tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian
sebagai berikut.

1) Rangka Aksial

Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis


panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala,
leher, dan dada.

 Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22


tulang; 8 tulang kranial dan 14 tulang fasial.

 Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah

 Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U,


terdapat diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai
pelekatan beberapa otot mulut dan lidah 1 buah

 Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat


tubuh dan memungkinkan manusia melakukan berbagai
macam posisi dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau
berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah

 Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-


sama dengan tulang dada membentuk perisai pelindung
bagi organ-organ penting yang terdapat di dada, seperti
paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan
dengan tulang belakang, berjumlah 12 ruas

2) Rangka Apendikular

Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari


tulang-tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak
atas dan bawah terdiri atas 126 tulang.

Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak,


tangan dan kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2
bagian yaitu ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah.

J. Etiologi

Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan
orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun
dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).

Penyebab secara umum:

1. Kelainan postur

2. Gangguan perkembangan otot

3. Kerusakan system saraf pusat

4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular

5. Kekakuan otot

K. Patofisiologi

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan


salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada
pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan
untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem


otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.

Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot


berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan
aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energy
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan
isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard
atau penyakit obstruksi paru kronik).

Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati


seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui
kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang.

Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan
kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang. Ligamen adalah ikatan jaringan


fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu
sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Tendon adalah jaringan ikat
fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang.
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga.

Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh
tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh
secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi
untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada
penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor
tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
L. Pathway

Mobilisasi

Tidak mampu beraktifitas

Tirah baring yang lama

Gangguan
Jaringan kulit Gastrointestinal
Kehilangan daya fungsi paru
yang tertekan
otot paru
Gangguam
Penurunan otot katabolisme
Perubahan sistem
Penumpukan
intragumen kulit
Perubahan sekret
Anoeksia
sistem Kontriksi
muskuluskeletal Sulit batuk pembuluh darah Nitrogen tidak
efektif
Hambatan
Ketidakefektifan Sel kulit mati
mobilitas fisik
bersihan jalan Kemunduran
nafas infekdefekasi
Dekubitus

Kerusakan integritas Konstipasi


kulit
M. Tanda dan gejala
1. Kontraktur sendi
Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.
2. Perubahan eliminasi urine
Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak
lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan
kandung kemih akibat gaya gravitasi.
3. Perubahan sistem integument
Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang
tertekan, darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat
tekanan persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi
selular terganggu dan sel menjadi mati.
4. Perubahan metabolik
Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon
yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.
5. Perubahan sistem muskulus skeletal
Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya
tahan, penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.
6. Perubahan pada sistem respiratori
Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami
komplikasi pada paru- paru.

N. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot

O. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan
mobilitas pasien. Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
c. Mempertahankan kenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
a. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan :
1) Melancarkan peredaran darah ke otak

2) Memberikan kenyamanan

3) Melakukan huknah

4) Memberikan obat peranus (inposutoria)

5) Melakukan pemeriksaan daerah anus


c. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki
Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah
d. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.
3. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan :
a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur

b. Mempertahankan kenyamanan pasien


c. Mempertahankan kontrol diri pasien

d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan


4. Membantu pasien berjalan Tujuan :
a. Toleransi aktifitas

b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi

P. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi
neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal
(mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan
bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
 Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Tipe gerakan Derajat rentang
normal

Leher, spinal, servikal

Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada 45

Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak 45

Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejau mungkin 10

Fleksi lateral : memiringkan kepala sejau mungkin ke arah 40-45


setiap bahu

Rotasi : memutar kepala sejau mungkin dalam gerakan 180


sirkuler

Bahu

Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke 180


depan ke posisi di atas kepala

Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula 180

Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas 180


kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala

Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang 320


tubu sejau mungkin

Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan 90


menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam
dan ke belakang.

Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan 90


sampai ibu jari ke atas dan samping kepala

Lengan bawa

Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak tangan seingga 70-90


telapak tangan menghadap ke atas

Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan 70-90


menghadap ke bawah

Pergelangan tangan

Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan 80-90


bawah

Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, 80-90


dan lengan bawa berada pada arah yg sama

Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan miring Sampai 30


(medial) ke ibu jari

Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan miring 30-50


(medial) ke ibu jari

Jari-jari tangan

Fleksi : membuat pergelangan 90

Ekstensi : meluruskan jari tangan 90


Hiperkstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang 30-60
sejau mungkin

Ibu jari

Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan 90


telapak tangan

Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjau dari tangan 90

Pinggul

Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas 90-120

Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang 90-12 0


lain

Lutut

Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha 120-130

Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130

Mata kaki

Dorsofleksi : menggerakkan sehingga jari-jari kaki menekuk 20-30


ke atas

Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki 45-50


menekuk ke bawah

Skala ADL (Activity Daily Living)

0 : Pasien mampu berdiri

1 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal

2 :Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan


3 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan
alat

4 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan

Kekuatan Otot/ Tonus Otot


0 : Otot sama sekali tidak bekerja

1 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan


sewaktu jatuh

2 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak


jauh

3 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk


menahan berat

4 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk


menahan berat dan melawan tekanan secara stimulan
Q. Diagnosa Keperawatan
1) Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai
dengan keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar dan
keterbatasan rentang gerak sendi
2) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
ditandai dengan ketidakmampuan untuk meakukan pembersihan tubuh.

Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko tonjolan tulang ditandai
dengan imobilisasi fisik.
R. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan NIC Label Exercise Therapy:
berhubungan dengan keperawatan ...x24jam Joint Mobility o Menentukan
intoleransi aktivitas diharapkan pasien dapat batas gerakan
ditandai dengan tetap mempertahankan yang akan
keterbatasan kemampuan pergerakannya, dengan o Kaji keterbatasan gerak sendi dilakukan
melakukan keterampilan criteria: o Motivasi yang
motorik kasar o Kaji motivasi klien untuk tinggi dari
NOC Label : Body
mempertahankan pergerakan pasien dpt
Mechanics Performance
sendi melancarkan
 Menggunakan posisi o Jelaskan alasan/rasional latihan
duduk yang benar pemberian latihan kepada o Agar pasien
 Mempertahankan pasien/ keluarga beserta keluarga
kekuatan otot dapat memahami
 Mempertahankan o Monitor lokasi dan mengetahui
fleksibilitas sendi ketidaknyamanan atau nyeri alasanpemberian
selama aktivitas latihan
o Lindungi pasien dari cedera
selama latihan o Agar dapat
memberikan
o Bantu klien ke posisi yang intervensi secara
optimal untuk latihan rentang tepat
gerak
o Anjurkan klien untuk o Cedera yg
melakukan latihan range of timbul dapat
motion secara aktif jika memperburuk
memungkinkan kondisi klien
o Anjurkan untuk melakukan
range of motion pasif jika
o Memaksimalkan
diindikasikan
latihan

o Beri reinforcement positif setiap


kemajuan klien

o ROM dapat
mempertahankan
pergerakan sendi

o ROM pasif
dilakukan jika
klien tidak dapat
melakukan
secara mandiri

o Meningkatkan
harga diri klien
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam konteks konsep "Bergerak dan Pertahankan Postur yang Baik"
menurut Virginia Henderson, terdapat beberapa aspek penting yang perlu
dipahami. Konsep ini merupakan salah satu dari 14 kebutuhan dasar manusia
dalam teori Henderson yang mencakup kemampuan individu untuk bergerak
dengan baik dan menjaga postur tubuh yang benar. Tujuan laporan pendahuluan
adalah memberikan pemahaman awal tentang pentingnya konsep ini dalam
perawatan keperawatan, dengan tujuan khusus menjelaskan konsep secara rinci,
peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan ini, dan memotivasi pembaca untuk
memahami pentingnya konsep dalam perawatan kesehatan.

Fisiologi yang terkait dengan konsep ini mencakup sistem muskuloskeletal,


saraf, sirkulasi darah, pernapasan, dan sensoris. Ada juga faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan individu, seperti kondisi fisik, usia, kondisi
kesehatan, aspek psikologis, dukungan sosial, perangkat bantu, pengetahuan, dan
lingkungan. Masalah yang mungkin timbul bagi pasien mencakup keterbatasan
fisik, penyakit kronis, gangguan pernapasan, masalah psikologis, ketergantungan
pada perangkat bantu, pengetahuan yang kurang, dukungan sosial yang terbatas,
ketakutan, dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Dalam menghadapi ini,
perawat memiliki peran sentral dalam mengidentifikasi masalah pasien,
merencanakan perawatan yang sesuai, memberikan dukungan, serta memberikan
edukasi kepada pasien tentang pentingnya aktivitas fisik dan postur yang benar
sesuai dengan prinsip-prinsip keperawatan Virginia Henderson. Pemahaman yang
mendalam tentang konsep ini memberikan landasan yang kuat untuk memberikan
perawatan yang berkualitas, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan mendukung
pemulihan yang optimal.
B. Kritik dan Saran

Apa yang kami sampaikan dalam makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari
itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
mendukung makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

14 Kebutuhan Dasar Manusia Virginia Henderson - perawat.org.


https://perawat.org/14-kebutuhan-dasar-manusia-virginia-henderson/.

Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2. Jakarta : Salemba Medika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Konsep Keperawatan Virginia


Henderson .... https://eprints.umm.ac.id/45879/3/BAB%20II.pdf.

Bulechec M.Gloria, Butcher K. Howard, Dochterman Joanne McCloskey. 2004.


Nursing.

Interventions Classification (NIC). Edisi 5. Amerika: Mosby Elseviyer

Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :


Mosby Elseviyer

Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA:
Mosby Elseviyer

NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Jakarta :


Prima Medika

Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2018-2020, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Teori Keperawatan Virginia Henderson - PakMantri.


https://www.pakmantri.com/2020/03/teori-keperawatan-virginia-henderson.html.

Anda mungkin juga menyukai