Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI FEKAL


A. DEFINISI
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.

( perry potter, fundamental of nursing : 2005 )


B. TANDA DAN GEJALA
1. Usia
a) Pada bayi : tidak dapat mengontrol defekasi karena kurang
perkembangan neuromuskuler.
b) Pada usia 3 tahun : pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat selama
masa remaja.
c) Pada lansia : terjadi penurunan gerakan peristaltik seringdengan
proses melambatnya pengosongan esophagus karena proses penuaan.
2. Diet
Serat adalah residu makanan yang tidak dapat di cerna, memumgkinkan
terbentuknya masa dalam feces. Makanan pembentuk masa mengabsorbsi
cairan sehingga meningkatkan feces.
3. Asupan cairan
Nilai normal asupan cairan dalam tubuh harus minum 6-8 gelas, setara dengan
1400 2000 ml.
4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik, sementara imobilisasi menekan
motilitas kolon.
5. Faktor psikologis
Apabila individu mengalami depresi dan ansietas, sistem saraf otonom
memperlambat impuls saraf dan peristaltik dapat menurun.sehingga terjadi
stres. Mis: ulkus gaster, kolitis ulseratif

6. Kebiasaan pribadi
Jadwal kerja yang sibuk dapat mengganggu kebiasaan dan mengakibatkan
perubahan seperti konstipasi.
7. Posisi defekasi
Untuk klien immobilisasi di tempat tidur, defekasi seringkali dirasakan sulit.
Membantu klien ke posisi duduk yang lebih normal pada pispot akan
meningkatkan defekasi.
8. Nyeri
Dalam kondisi normal, defekasi tidak menimbulkan nyeri.
9. Kehamilan
Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan dan ukuran fetus, akan
mengakibatkan tekanan pada rektum, dan akan mengganggu proses defekasi.
10. Pembedahan dan anestesi
Kerja agen anestesi yang di gunakan pada program anestesi akan
mengakibatkan gerakan peristaltik berhenti sementara waktu.
11. Obat-obatan
Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi antara lain Laksatif dan Katartik
yang sifaynya melunakkan feces dan meningkatkan peristaltik.



( Perry potter, 2006, hal 1742)






C. PATOFISIOLOGI
1. Mulut
a) Pencernaan kimiawa dan mekanisme di mulai di mulut. Gigi mengunyah
makanan, memecahnya menjadi partikel kecil yang dapat di telan.
b) Sekresi saliva mengandung enzim, seperti ptialin, yang mengawali
pencernaan usus-usus makanan tertentu. Saliva akan melunakkan bolus
makanan sehingga mudah di telan.
2. Esophagus
a) Bolus makanan menelusuri esophagus yang panjangnya kira-kira 25 cm.
Makanan didorong oleh gerakan peristaltik lambat yang di hasilkan oleh
kontraksi involunter dan relaksasi otot halus secara bergantian.
b) Pada saat bagian esophagus berkontraksi di atas bolus makanan, otot
sirkular di bawah bolus akan berelaksasi. Kontraksi-relaksasi otot halus
yang saling bergantian ini mendorong makanan menuju gelombang
berikutnya.
3. Lambung ( gaster )
a) Di lambung makanan akan di simpan sementara dan secara mekanis-
kimiawi dipecah untuk di cerna dan di absorbsi. Lambung menyekresi
asam hidroklorida ( HCL ) , lendir, enzim pepsin, dan faktor instrinsik.
Konsentrasi HCL mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan
asam basa tubuh. Lendir akan melindungi mukosa lambung dari keasaman
lambung.
b) Pepsin mencerna protein, faktor instrinsik komponen-komponen untuk
mengabsorbsi vit B12 dalam usus halus dan kemudian di bentuk sel darah
merah. Setelah makanan meninggalkan lambung, makanan di ubah
menjadi semi cair disebut kimus.








D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Guaiak
Tes laboratorium umum yang dapat dilakukan di rumah atau disamping tenpat
tidur dengan menghitung jumlaah darah samar feces secara mikrosopik.
2. Endoskop fiberoptik
Visualisasi langsung dengan menggunakan instrumen optik dilengkapi dengan
lensa pengamat, selang flexibel yang panjang dan sebuah sumber cahaya pada
bagian ujungnya. Biasanya dimasukkan dari mulut (memperlihatkan saluran
G1 atas) atau dimasukkan lewat rektum ( memperlihatkan saluran G1 bagian
bawah).
3. Endoskopi atau gastrokopi
Untuk menginspeksi jaringan abnormal pada organ yang kemudian di
lanjutkan dengan tindakan biopsi (pengambilan jaringan abnormal tersebut).


E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Konstipasi adalah gejala penurunan frekuensi defekasi yang diikuti oleh
pengeluaran feces yang lama biasanya dengan konsistensi feces kering atau
keras.
2. Impaksi adalah kumpulan feces yang mengeras, mengendap di dalam rektum
yang tidak dapat dikeluarkan biasanya timbul karena keadaan konstipasi yang
segera tidak di tangani.
3. Diare adalah peningkatan jumlah feces dan peningkatan frekuensi
peningkatan feces berbentuk cair. Diare merupakan gejala gangguan yang
mempengaruhi proses pencernaan, absorbsi, dan sekresi dalam saluran G1.
4. Inkontinensia adalah ketidak mampuan mengontrol pengeluaran feces dan gas
dari anus.
5. Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri dan
kram yang di sebabkan gas terakumulasi dalam lumen usus, dinding usus
meregang dan berdistensi.
6. Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak pada lapisan
rektum.
7. Diversi usus adalah lubang (stoma) buatan yang sengaja di buat pada tindakan
pembedahan yang berfungsi untuk mengeluarkan feces pada daerah kolon.


F. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi yang berhubungan dengan :
a. Imobilitas
b. Kurang privasi
c. Asupan cairan kurang adekuat
2. Konstipasi kolon yang berhubungan dengan :
a. Asupan serat kurang adekuat
b. Asupan cairan kurang adekuat
c. Penggunaan obat dan enema yang berlangsung lama
3. Konstipasi dirasakan yang berhubungan dengan :
a. Keyakinan atau budaya keluarga tentang kesehatan
b. Gangguan proses fikir
4. Diare yang berhubungan :
a. Stres dan ansietas
b. Asupan diet
5. Inkontinen defekasi yang berhubungan dengan :
a. keterlibatan neuro muskular
b. depresi, ansietas berat
6. Nyeri yang berhubungan dengan :
a. Inflamasi hemoroid
7. Defisit perawatan diri : toileting yang berhubungan dengan :
a. Penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh
b. Intoleransi aktivitas






8. Resiko kerusakan integlitas kulit yang berhubungan dengan :
a. Inkontinensia feses
9. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan :
a. Adanya ostomi
b. Inkontinensia feses


( Perry Potter, 2005, hal 1763 )
G. INTERVENSI
Contoh Intervensi diagnosa keperawatan untuk konstipasi

No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Konstipasi















Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 X 24
jam maka
klien dapat
melakukan
defekasi secara
normal
1.Klien
dapat BAB
denan lancar

2. tidak ada
myeri tekan
abdomen
kuadran
ketiga

3.klien
mengetahui
diet tinggi
serat untuk
memperlancar
BAB nya
1.Kaji
asupan
makanan dan
cairan yang
biasa
dikonsumsi
oleh klien

2.berikan
pendidikan
tentang
asupan
makanan
yang tinggi
serat

1. untuk
mengetahui
pola makan
sehari-hari
klien (Brown,
Everett, 1990).

2. untuk
meningkatkan
pengetahuan
tentang
pentingnya
serat

( Gilpatrik,
1986)














.

4.klien dapat
BAB 1-2 X
sehari dengan
konsistensi
lembek

5.klien
mampu
mengurangi
makanan
bersantan



3.motivasi
klien untuk
defekasi 30-
60 menit
setelah
selesai
sarapan

4.berikan
cairan
adekuat 8
gelas perhari
terutama air
putih dan
buah-buahan

3.reflek
gastrotolik
paling sensitif
di pagi hari

(Goldfinger,
1991)

4.sebagai
lubrikasi
saluran cerna
(Swartz, 1989)









( perry potter, 2006, hal 1765)












DAFTAR PUSTAKA

M. Wilson, Lorraine . 2002. Pathofisiologi. Ed. 4 vol.2.jakarta : EGC
Perry potter. 2005.. Ed.2 Vol.1.Jakarta: EGC
Perry potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan .Ed.4 Vol. 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai