Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


ELIMINASI

A. Pengertian
Eliminasi merupakan kebutuhan 4 dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui sisa-sisa metabolisme tubuh (Kasiati &
Rosmalawati, 2016).
Eleminasi atau pembuangan normal urine merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus terpenuhi yang sering dianggap enting oleh kebanyakan orang. Pada sistem
perkemihan yang tidak berfungsi dengan baik, hal ini bisa menggangu sistem organ yang
lainnya. Seseorang yang mengalami perubahan eleminasi dapat menderita secara fisik
dan psikologis. Eleminasi atau pembuangan urine normal adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Kebutuhan eleminasi terdiri dari dua, yaitu eleminasi urine (buang air kecil) dan
eleminasi alvi (buang air besar), yang merupakan bagian dari kebutuhan fisiologi dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2010).Secara garis
besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang berasal
dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible waste) serta sampah
metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine,
CO2, nitrogen, dan H2O. (Potter& Perry, Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2,
hal 1679, 2010)

Gangguan Eliminasi Urine

Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Proses


ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-
saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian reseptor). Vesika urinaria dapat
menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450 cc (pada org dewasa)
dan 200-250 cc (pada anak-anak). komposis urine air (96%) dan larutan 4% yang terdiri
dari larutan organic (urea, amoniak, keratin, dan asam urat), serta larutan anorganik
(Natrium, klorida, kalium, sulfat, magnesium, dan fosfor).
Faktor yang mempengaruhi eleminasi urine antara lain : diet dan supan, respons
keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat
perkembangan, kondisi penyakit, sosio cultural, kebiasaan seseorang, tonus otot,
pembedahan, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostic. (Uliyah & Hidayat, 2008).

Retensi urine

Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine dalam
bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab
distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya
adalah 250 - 400 ml. Kondisi ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan,
otot destrusor lemah dan lain-lain.

B. Gejala dan Tanda


1. Gangguan Eliminasi urin
Subjektif :
1. Desakan berkemih (urgensi)
2. Urin menetes (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

Objektif :

1. Ditensi kandung kemih


2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3. Volume residu uurin meningkat
2. Retensi Urin
Subjektif :
1. Sensasi penuh pada kandung kemih
2. Dribbling

Objektif :
1. Disuria/anuria
2. Distensi kandung kemih
3. Inkontinesia berlebih
4. Residu urin 150 ml atau lebih
C. Pohon Masalah

Eliminasi Urine

PROSES BERKEMIH

PENGISIAN/PENYIMPANA PENGOSONGAN
N URINE KANDUNG KEMIH

HAMBATAN SISTEM HAMBATAN Pd ALIRAN


SARAF SIMPATIS SARAF PARASIMPATIS

RELAKSASI OTOT URETRA


TRIGONAL&PROKSIMAL

IMPULS BERJALAN
SEPANJANG NERVEOUS
PUNDEDUS

RELAKSASI OTOT HALUS


DAN SKELET DARI
SPINGTER EKSTERNA

HASIL : KELUARNYA URINE


Dgn RESISTENSI SALURAN
Yg MINIMAL
D. Pemeriksaan Diagnostik
Eliminasi Urine
a. Pemeriksaan urine (urinalisis):
1) Warna (N: jernih kekuningan)
2) Penampilan (N: Jernih)
3) Bau (N: beraroma)
4) pH (N: 4,5- 8,0)
5) Berat jenis (N: 1,005- 1,030)
6) Glukosa (N: negatif)
7) Keton (N: negatif)
b. Kultur urine (N: kuman pathogen negatif).
E. Penatalaksanaan Medis
Eliminasi Urine
1. Non Farmakologi
a. Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Cara pengambilan urine antara lain: pengambilan urine biasa, pengambilan urine
steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
1) Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan
urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya
dilakukan untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2) Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat
steril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan
urine steril bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi pada utera, ginjal, atau
nsaluran kemih lainnya.
3) Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan
dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan
mengukur berat jenis, asupan dan pengeluaran, serta mengetahui fungsi ginjal.
b. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urinal
Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan
keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan tujuan menampung urine (air
kemih) dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
c. Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke
dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantumemenuhi kebutuhan
eleminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi dapat
dilakukan melalui dua cara: intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kakteter).
d. Menggunakan Kondom Kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kondom kateter kepada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih.
Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
2. Farmakologi
Pemberian obat yang meningkatkan kontraksi vesika urinaria dan menurunkan
resistensi uretra yaitu yang bekerja pada:
a. Parasimpatis bersifat kolinergik, asetilkolin bekerja di ‘end organ’ menghasilkan efek
muskarinik (contoh: betanekhol, karbakhol, metakholin)
b. Simpatis (contoh: fenoksibenzamin)
c. Otot polos mempengaruhi kerja otot destrusor (contoh: prostaglandin E2)

F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, no CM, diagnosa medis, sumber biaya. Identitas penanggung
jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
2) Keluhan Utama
3) Kronologi Keluhan
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual
Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual meliputi: bernapas, makan, minum, eleminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman,
sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi, dan ibadah.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit, turgor
kulit, dan kebersihan diri.
b. Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan hasil pemeriksaan laboratorium.

G. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Eliminasi Urine
Gangguan eliminasi urine pada pasien infeksi ginjal dan saluran kemih berhubungan
dengan iritasi kandung kemih yang di tandai dengan gejala dan tanda mayor Subjektif :
desakan berkemih, urine menetes, sering buang air kecil, mengompol dan enuresis.
Objektif : distensi kandung kemis, berkemih tidak tuntas dan volume residu urine
meningkat.
b. Retensi Urin
Retensi urin pada pasien cedera medula spinalis berhubungan dengan peningkatan tekanan
uretra ditandai dengan Sensasi penuh pada kandung kemih, Dribbling, Disuria/anuria,
Distensi kanung kemih, Inkontinensia berlebih, Residu urin 150 ml atau lebih.

H. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan Eliminasi Urine

No. Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan Intervensi Utama: 1.Untuk mengetahui
tindakan Manajemen Eliminasi Urine tanda dan gejala yg
keperawatan
selama 1 x 24 jam Observasi timbul pada saat
diharapkan terjadi retensi
gangguan 1. Identifikasi tanda dan gejala
urine/inkontinensia
eliminasi urin retensi atau inkontinensia urine
dapat teratasi urine
dengan kriteria 2. Identifikasi faktor yang
2.Untuk mengetahui
hasil : menyebabkan retensi atau
1) Sensasi faktor yg dpt
inkotinensia urine
berkemih menyebabkan
menurun (1) 3. Monitor eliminasi urine (mis:
2) Desakan retensi,inkontinensia
frekuensi, konsistensi, aroma,
berkemih urine
(urgensi) volume, dan warna
3.Untuk mengetahui
menurun (5)
3) Distensi perkembangan
kandung frekuensi, konistensi,
kemih
menurun (5) aroma, volume dan
4) Berkemih warna urine
tidak tuntas Terapeutik 1.Untuk mengetahui
(hesitancy)
2.Pembatasan cairan
menurun (5) 1. Catat waktu-waktu dan
5) Volume dapat mencegah
haluaran berkemih
residu urine terjadinya enuresis
menurun (5) 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
6) Nokturia 3. Untuk
3. Ambil sampel urine tengah
menurun (5) mempermudah
7) Mengompol (midstream) atau kultur
melakukan
menurun (5)
8) Enuresis pemeriksaan
menurun (5) laboratorium
9) Disuria
menurun (5) Edukasi 1.Agar pasien
10) Anuria memahami tnda dan
menurun (5) 1. Ajarkan tanda dan gejala
11) Frekuensi gejala infeksi saluran
infeksi saluran kemih
BAK kemih
membaik (5) 2. Ajarkan mengukur asupan
2.Untuk mengetahui
12) Karakteristik cairan dan haluaran urine
urine asupan cairan dan
3. Ajarkan mengambil spesimen
membaik (5) urine midstream haluaran urine
4. Ajarkan mengenali tanda 3.Untuk memudahkan
berkemih dan waktu yang tepat pengambilan spesimen
untuk berkemih urine saat akan
5. Ajarkan terapi modalitas dilakukan
penguatan otot-otot pemeriksaan lab
panggul/berkemih 4.Agar pasien
6. Anjurkan minum yang cukup, mengetahui
jika tidak ada kontra indikasi bagaimana tanda-
7. Anjurkan mengurangi minum tanda berkemih pada
menjelang tidur waktu yang tepat
5.Agar otot-otot
panggul kuat dlm
proses berkemih
6.Agar pasien bisa
mengontrol saat
berkemih
7.Pembatasan cairan
pada malam hari dapat
mencegah terjadinya
enurasis
Kolaborasi 1.Agar pasien
mendapatkan efek
1. Kolaborasi pemberian obat
terapi obat
supositoria uretra, jika perlu
Intervensi Pendukung O:
1.Untuk mengetahui
Dukungan Kepatuhan Program
kesiapan pasien
Pengobatan
menjalani program
Observasi :
pengobatan
1. Identifikasi kepatuhan T :
menjalani program pengobatan 1.Agar pasien
Terapeutik : mematuhi program
pengobatan dengan
1.Buat komitmen menjalani
baik
program pengobatan dengan baik
2.Agar pasien tetap
2. Buat jadwal pendampingan
didampingi saat
keluarga untuk bergantian
melakukan mobilisasi
menemani pasien selama
3.Sebagai bukti bahwa
menjalani program pengobatan,
pasien sudah
jika perlu
melakukan mobilisasi
3. Dokumentasikan aktivitas
4.Untuk kelancaran
selama menjalani proses
program yang
pengobatan
diberikan
4.Diskusikan hal-hal yang dapat
5.Agar pasien
mendukung atau menghamat
terdukung melakukan
berjalannya program pengobatan
mobilisasi
5.Libatkan keluarga untuk
E:
mendukung program pengobatan
1. Agar pasien
yang dijalani
mengetahui
Edukasi :
program yang akan
1. Informasikan program dijalani
pengobatan yang harus dijalani 2. Agar pasien
2. Informasikan manfaat yang terdorong
akan diperoleh jika teratur melakukan
menjalani program pengobatan mobilisasi
3. Anjurkan keluarga untuk 3. Agar pasien tetap
mendampingi dan merawat didampingi selama
pasien selama menjalani mobilisasi
program pengobatan
4. Agar pasien dan
4. Anjurkan pasien dan keluarga
keluarga
melakukan konsultasi ke
mengetahui
pelayanan kesehatan terdekat,
tindakan
jika perlu pengobatan apa
yang tepat untuk
kesembuhan
pasien

2. Retensi urine

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan Intervensi Utama : 1.Untuk mengkaji adanya


tindakan Kateterisasi Urine kecenderungan tingkat
keperawatan
selama 1 x24 jam Observasi : kesadaran
diharapkan pasien 1.Periksa kondisi pasien
dengan retensi
(mis: kesadaran, tanda-
urine dapat teratasi
dengan kriteria tanda vital, daerah
hasil : perineal, distensi kandung
1. Sensasi
kemih, inkontinensia
berkemih
urine, refleks berkemih)
menurun (1)
2. Desakan Terapeutik : 1.Untuk memfasilitasi pasien

berkemih 1. Siapkan peralatan, dalam proses perawatan

(urgensi) bahan-bahan dan 2. Untuk meningkatkan

menurun (5) ruangan tindakan kenyamanan pasien, teutama

3. Distensi 2. Siapkan pasien : dengan ketegangan punggung

kandung kemih bebaskan pakaian belakang

menurun (5) bawah dan posisikan 3.Menurunkan transmisi

4. Berkemih tidak dorsal rekumben mikroorganisme

tuntas (untuk wanita) dan 4.Untuk membersihkan daerah

(hesitancy) supine (untuk laki-laki) perineal atau preposium untuk

menurun (5) 3. Pasang sarung tangan mencegah terjadi infeksi


4. Bersihkan daerah 5.Untuk menjaga kebersihan
5. Volume residu perineal atau kateter dan mencegah
urine menurun preposium dengan terjadinya infeksi
(5) cairan NaCl atau 6.Untuk menampung urine
6. Nokturia aquades pasien
menurun (5) 5. Lakukan insersi kateter 7.Untuk memberikan rasa
7. Mengompol urine dengan nyaman
menurun (5) menerapkan prinsip 8. Agar kateter pasien berada
8. Enuresis aseptik di tempat yg benar dan kateter
menurun (5) 6. Sambungkan kateter tidak mudah jatuh
9. Disuria urin dengan urine bag 9. Untuk memberikan rasa
menurun (5) 7. Isi balon dengan NaCl nyaman pada pasien
10. Anuria 0,9% sesuai anjuran 10. Mengetahui kapan kateter
menurun (5) pabrik dipasang
11. Frekuensi BAK 8. Fiksasi selang kateter
membaik (5) diatas simpisis atau di
12. Karakteristik paha
urine membaik 9. Pastikan kantung uine
(5) ditempatkan lebih
rendah dari kandung
kemih
10. Berikan label waktu
pemasangan

Edukasi : 1.Agar pasien mengetahui


tindakan apa yang dilakukan
1. Jelaskan tujuan dan
oleh perawat
prosedur pemasangan
2. Agar mengurangi rasa nyeri
kateter urine
pada saat pemasangan kateter
2. Anjurkan menarik
napas saat insersi
selang kateter
Intervensi Pendukung : 1. Untuk mengetahui
Dukungan Kepatuhan kesiapan pasien
Program Pengobatan menjalani program
Observasi : pengobatan
1. Identifikasi
kepatuhan menjalani
program pengobatan

Terapeutik : 1.Agar pasien mematuhi


program pengobatan dengan
1. Buat komitmen
baik
menjalani program
2.Agar pasien tetap
pengobatan dengan
didampingi saat melakukan
baik
mobilisasi
2. Buat jadwal
3.Sebagai bukti bahwa pasien
pendampingan
sudah melakukan mobilisasi
keluarga untuk
4.Untuk kelancaran program
bergantian menemani
yang diberikan
pasien selama
5.Agar pasien terdukung
menjalani program
melakukan mobilisasi
pengobatan, jika perlu
3. Dokumentasikan
aktivitas selama
menjalani proses
pengobatan
4. Diskusikan hal-hal
yang dapat
mendukung atau
menghamat
berjalannya program
pengobata
5. Libatkan keluarga
untuk mendukung
program pengobatan
yang dijalani
Edukasi : 1.Agar pasien mengetahui
1. Informasikan program yang akan dijalani
program pengobatan yang 2.Agar pasien terdorong
harus dijalani melakukan mobilisasi
2. Informasikan 3.Agar pasien tetap
manfaat yang akan didampingi selama mobilisasi
diperoleh jika teratur 4.Agar pasien dan keluarga
menjalani program mengetahui tindakan
pengobatan pengobatan apa yang tepat
3. Anjurkan keluarga untuk kesembuhan pasien
untuk mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani program
pengobatan
4. Anjurkan pasien
dan keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
perlu
REFERENSI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/735/498

http://repository.ump.ac.id/1303/3/NINUK%20ANGELIA%20BAB%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24879/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-manusia-
komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai