Di Susun Oleh:
MUJA ASMARA
P2002040
A. Latar Belakang
Abdominal Pain merupakan gejala utama dari acute abdoment yang terjadi
secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan istilah yang
digunakan untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri
tekan yang tidak spesifik tetapi sering terdapat pada penderita dengan keadaan
intra abdominal akut yang berbahaya. Abdominal Pain akan direspon oleh tubuh
dengan meningkatkan pelepasan substansi kimia yang dapat menstimulus
reseptor-reseptor nyeri seperti histamin, prostaglandin, bradikinin dan substansi
P yang akan menimbulkan persepsi nyeri (Muslihat & Syamsiah, 2015).
Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan berkisar 5–10% pada kunjungan
pasien ke unit gawat darurat. Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit
dapat berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. Penyebab tersering
dari akut abdomen antara lain appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis,
obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis
mesenterika dan kolik renal. Di Unit Gawat Darurat RSUD Karawang pasien
yang berkunjung dengan keluhan nyeri abdomen akut dengan berbagai penyebab
mencapai 405 kasus (3,9%) dari total 10.453 kunjungan selama tahun 2012 (Data
Medikal Rekord RSUD Karawang, dalam Muslihat & Syamsiah, 2015)
Nyeri abdomen akut mengacu ke rasa nyeri di abdomen yang berkembang
secara tiba-tiba. Sakit ini mungkin bisa begitu parah sehingga orang tersebut
harus dirawat di rumah sakit. Rasa sakitnya berbeda dari sakit perut pada
umumnya yang dikaitkan dengan masalah kecil, seperti konstipasi. Gejala
konstipasi antara lain scyballum (massa feses keras), nyeri abdomen, nyeri rectal,
peningkatan bising usus, adanya tekanan pada rectum, penurunan nafsu makan,
sakit kepala, fatigue, prolaps rectal dan hemoroid. Konstipasi berdampak
signifikan pada kualitas hidup, mulai dari sakit kepala, fatigue hingga rasa
kembung, penurunan nafsu makan, mual, muntah, disfungsi kandung kemih
(Okuyan & Bilgili, 2019).
Salah satu gangguan eliminasi alvi (fekal) adalah konstipasi. Konstipasi
merupakan masalah kesehatan yang umum dialami manusia dan berpengaruh
terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup pasien dalam praktik klinis. Hal ini
ditunjukkan dengan seperlima populasi mengalami sembelit kronis. 26% wanita
berusia 65 tahun atau lebih dan 16% pria menganggap diri nya menderita
sembelit (Baran & Ates, 2019), dan 26% - 34% pada usia 84 tahun ke atas.
Prevalensi konstipasi meningkat signifikan seiring dengan bertambahnya usia
yakni mencapai 50%, angka ini mencapai 74% pada pasien yang berada di
nursing home dan 2/3 dari penderita konstipasi tersebut adalah wanita usia >60
tahun (Okuyan & Bilgili, 2019). Konstipasi dipengaruhi oleh diet rendah serat,
efek samping medikasi, kelainan neurologis, kurang beraktivitas atau kurang
olahraga, tindakan bedah, proses penyakit (McClurg et al., 2017).
Gangguan saluran pencernaan bisa berupa perubahan eliminasi fekal yang
dikarenakan penurunan motilitas usus akibat menurunnya peristaltik,
menurunnya tekanan otot dibandingkan usus dan juga menurunnya penyerapan
yang mengakibatkan meningkatnya gas didalam usus. Ada dua jenis gangguan
eliminasi fekal yang terjadi pada pasien kritis yaitu konstipasi dan diare (Jevon &
Ewens, dalam Artha dkk, 2018). Hampir 60% pasien ICU mengalami disfungsi
gastrointestinal (GI) karena gangguan motilitas, gangguan mencerna dan
gangguan penyerapan (Ibnu dkk, dalam Artha dkk, 2018).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang
atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras. Eliminasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan
keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sisa
metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang berasal dari
saluran cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati & Rosmalawati,
2016).
Setiap individu memiliki pola eliminasi fekal berbeda yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain usia, diet, cairan, aktivitas, faktor psikologi, obat-
obatan dan faktor-faktor lainnya. Apabila konsumsi serat dalam makanan, asupan
cairan, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan beberapa faktor lainya tidak
terpenuhi maka akan menimbulkan gangguan di saluran pencernaan (Setyani
dkk, dalam Artha dkk, 2018). Selain asupan serat, faktor asupan cairan dapat
mempengaruhi terjadinya konstipasi. Asupan cairan merupakan seluruh cairan
yang masuk ke dalam tubuh yang berasal dari minuman maupun makanan. Air
berfungsi sebagai pelumas yang membantu sisa metabolisme bergerak di
sepanjang kolon. Tubuh akan selalu membutuhkan air untuk menyerap kembali
air yang tersedia di dalam usus. Hal ini dapat dilihat bahwa apabila tubuh
kekurangan asupan cairan, maka feses akan menjadi lebih kering dari normal dan
menghasilkan feses yang keras (Claudina dkk, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kebutuhan dasar mansia
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui konsep dasar Eliminasi Fekal
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan kebutuhan eliminasi fekal pada
Ny. A
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), menyatakan bahwa eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui
ginjal berupa urin maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal. Eliminasi
fekal (defekasi) adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Defekasi juga
disebut bowel movement atau pergerakan usus (Kozier et al.,2011). Sedangkan
menurut (NANDA 2012), eliminasi fekal adalah kondisi dimana seseorang
mengalami perubahan pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik
tidak terkontrolnya buang air besar. Perubahan eliminasi dapat terjadi karena
penyakit gastrointestinal atau penyakit di system tubuh yang lain. Usus
berespons terhadap perubahan bahkan perubahan kecil dalam kebiasaan individu
yang biasa atau perubahan olahraga (Rosdahl & Kowalski, 2012).
B. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi defekasi (Hamidah, 2017) :
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemmapuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda. Pada bayi belum memiliki kemampuan mengontrol
secara secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah
memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut
proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Diet, pola, atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonumsi pun dapat
memengaruhinya. Asupan makanan yang bergizi dan teratur tiap hari
membantu dalam defekasi secara normal, terutama adalah serat. Selulosa,
serat dalam diet memberikan volume feses. Makanan pedas dapat
menyebabkan diare dan flatus karena dapat mengiritasi saluran cerna.
3. Asupan Cairan
Kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang
tidak adekuat, misalnya muntah berlebih sehingga tubuh mengabsorpsi
cairan dari chymus dan menyebabkan feses keras serta eliminasinya
terhambat. Adanya gerak peristaltik yang meningkat, waktu untuk
mengabsorbsi menjadi berkurang yang menyebabkan feses encer dan lunak.
4. Aktivitas
Akivitas dapat memengaruhi proses defekasi melalui aktivitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses
defekasi. Hal ini kemudian membuat proses gerakan peristaltik pada daerah
kolon dapat bertambah baik.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti pengunaan
Laksantif atau Antasida yang terlalu sering. Kedua jenis tersebut dapat
melunakan feses dan meningkatkan peristaltik usus. Penggunaan lama
menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang
responsif terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksantif.
6. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan
melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, ketika
seseorang tersebut buang air besar di tempat yang terbuka atau tempat yang
kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
C. PATOFISIOLOGI
Proses defekasi adalah pembuangan atau pengeluaran sisa-sisa metabolisme
berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Defekasi
dipengaruhi 2 refleks :
1. Refleks Pendek
Feses masuk ke rektum → Distensi dinding rektum → Impuls sampai ke
flexus mesenterikus → Gelombang peristaltik di dalam kolon desending &
sigmoid dalam rectum → Spinkter internal relaksasi → Defekasi
2. Refleks Panjang
Saraf di rektum terstimulasi oleh feses → Sinyal ditransfer ke spinal cord →
Colon desenden, sigmoid dan rektum → Signal parasymphatic gelombang
peristaltik → Relaksasi spinkter internal → Defekasi
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda Klinis Konstipasi :
a. Adanya feses yang keras
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
c. Menurunnya bising usus
d. Adanya keluhan pada rektum
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses
2. Tanda KlinisDiare
a. Adanya pengeluaran feses cair
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
c. Nyeri /kram abdomen
d. Bising usus meningkat.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang eliminasi fekal (Wahyudi & Wahid, 2016) :
1. Spesimen Feses
Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan feses (ambil sekitar 2,5 cm feses
atau 20-30 ml feses jika feses cair).
2. Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test
Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses (skrining kanker kolorektal)
dengan reagen khusus untuk mendeteksi adanya peroxidas
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada eliminasi fekal (PPNI, 2018) :
1. Konstipasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
- Identifikasi factor risiko konstipasi
- Monitor tanda dan gejala rupture usus dan/atau peritonisis
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan massage abdomen
- Lakukan evakuasi feses secara manual
- Berikan enema atau irigasi
- Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan cairan, Latih buang air besar secara
teratur
- Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
- Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar
2. Diare
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala invaginasi
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hipovolemia
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
H. WOC
Gangguan defekasi
Penurunan pengeluaran
cairan di dalam usus
Rangsangan refleks
penyekat rekto anal
NYERI AKUT
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Fokus pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl MRS :
Tgl. Pengkajtan Dx Medis :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan:
Hub. Dgn pasien :
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Perawat difokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta bantuan pelayanan seperti:
a) Apa yang dirasakan klien
b) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan tetjadi secara tiba-
tiba atau lambat dan sejak kapan perasaan
c) bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari hari
2) Adakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mcugganggu klien
Riwayat sekarang . Kaji kondisi yang pernah dipersempit oleh
gangguan yang dirasakan yang mungkin sudah berlangsung lama
bila sekarang disajikan pada usia dan kemungkinan peuyebabnya,
namun karena tidak mengganggu aktivitas klien. kondisi ini tidak
dikeluhkan
3) Riwayat nutrisi:
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
biasa, perubahan terakhir, tidur menjelang tidur dan lingkungan
tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang terjadi
selama terbangun. penyakit fisik yang terjadi secara bersamaan,
status emosional dan mental saat ini
4) Status Sosial Ekonomi Kaji sosial ekonomi klien dengan
menghindarkan pertanyaan status yang mengarah pada jumlah atau
nilai pendapatan yang lebih difokuskan pada Mendiskusikan dan
menyimpulkan kualitas pengelolaan nilai tertentu yang sama-sama
cara upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran
5) Riwavat kesehatan keluarga:
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknva bubungan dengan penyakit yang sedang oleh klien. Pola
Kesehatan Fungsional Pola Gordon
1) Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisn dan metabolik
3) Pola cairan dan metabolik
4) Pola istirahat dan pola tidur
5) pola aktivitas dan latihan
6) pola eliminasi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis
2. Konstipasi b.d Ketidakcukupan asupan serat
3. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Observasi :
Definisi : Setelah dilakukan tindakan
- identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau keperawatan 1x24 jam
karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan dengan diharapkan nyeri menurun
kerusakan jaringan aktual atau Tingkat nyeri : frekuensi, kualitas, intensitas
fungsional, dengan onset 1. Keluhan nyeri [5] nyeri
mendadak atau lambat dan 1. Meringis [5] - Identifikasi skala nyeri
berintensitas ringan hingga berat 2. Gelisah [5] Terapeutik
yang berlangsung dari 3 bulan. 3. Kesulitan tidur [5] - Berikan tehnik
Keterangan : nonfarmakologis untuk
Gejala & Tanda Mayor :
(1) Meningkat mengurangi rasa nyeri (mis,
Subjektif
(2) Cukup meningkat TENS, hipnosis, akupsure,
1. Mengeluh nyeri
(3) Sedang terapi musik, biofeedback,
Objektif
(4) Cukup menurun terapi pijat, aromaterapi,
1. Tampak meringis
(5) Menurun teknik imajinasi terbimbing,
2. Gelisah
kompres hanat/dingin, terapi
3. Frekuensi nadi meningkat
bermain).
4. Sulit tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
1. Kompres dingin
Obervasi
- Identifikasi kontraindikasi
kompres dingin (mis,
penurunan sensasi,
penurunan sirkulasi)
- Identifikasi kondisi kulit
yang akan dilakukan
kompres dingin
- Periksa suhu alat kompres
- Monitor irigasi kulit atau
kerusakan jaringan selama 5
menit pertama
Terapeutik
- Pilih metode kompres yang
nyaman
- Pilih lokasi kompres
- Balut alat kompres dingin
dengan kain pelindung, jika
perlu
- Lakukan kompres dingin
pada daerah yang cedera
- Hindari penggunaan
kompres pada jaringan yang
terpapar terapi radiasi
Edukasi
- Jelaskan prosedur
penggunaan kompres dingin
- Anjarkan cara menghindari
kerusakan jaringan akibat
dingin
Konstipasi Kontinensia Fekal Manajemen Konstipasi
Observasi :
Definisi : Setelah dilakukan tindakan
- Periksa tanda dan gejala
Penurunan defekasi normal yang keperawatan 1x24 jam
konstipasi
disertai pengeluaran feses sulit diharapkan nyeri menurun
- Periksa pergerakan usus,
dan tidak tuntas serta feses Kriteria Hasil :
karakteristik feses
kering dan banyak. a. Defekasi [5]
(konsistensi, bentuk,
b. Frekuensi buang air besar
volume, dan warna)
Gejala & Tanda Mayor : [5]
- Identifikasi faktor risiko
Subjektif Keterangan :
konstipasi (mis: obat-obatan,
1. Pengeluaran feses lama dan (1) Memburuk
tirah baring, dan diet rendah
sulit (2) Cukup memburuk
serat)
Objektif (3) Sedang
Terapeutik :
1. Feses keras (4) Cukup membaik
- Anjurkan diet tinggi serat
2. Peristaltik usus menurun
(5) Membaik - Lakukan masase abdomen,
jia perlu
Edukasi :
- Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan
asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
- Latih buang air besar secara
teratur
- Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
BAB III
ANALISA KETERAMPILAN
4. Genogram
kakek nenek kakek nenek
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
4. Oksigenasi
Tidak ada jejas, RR 20x/menit, pola nafas regular, SpOz : 98%, pernafasan
cuping hidung, terdapat retraksi dinding dada.
a. Palpasi : pergerakan dinding dada simetris tidak ada bagian yang
tertinggal, taktil freminus teraba dikedua lapang dada.
b. Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
c. Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan di
seluruh lobus paru
5. Pola tidur dan istirahat
a. sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang lebih 7-8 jam sehari, dari
jam 21.00-05.00 Wita dengan nyenyak. Klien mengatakan terkadang
juga tidur siang kurang lebih 2 jam sehari.
b. Selama sakit klien mengatakan belum bias tidur nyenyak karena
terganggu akibat merasakan nyeri.
6. Pola persepsual
a. Pengelihatan : klien tidak mengalami gangguan penglihatan
b. Pendengaran : klien tidak mengalami gangguan pendengaran
c. Pengecap : klien tidak mengalami gangguan pengecap
d. Sensasi : klien tidak mengalami gangguan sensansi
7. Pola persepsi diri
a. Harga diri : klien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya
b. Peran diri : klien mengakui perannya sebagai seorang istri dan ibu, klien
mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan berkumpul dengan
keluarga
8. Pola seksualitas dan reproduksi
a. Seksualitas : klien tidak memikirkn kebutuhan seksualnya
b. Genitalia : Jenis kelamin laki-laki kelainan tidak terkaji
9. Pola peran hubungan
a. Hubungan dengan orang lain : klien memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga
b. Kemampuan keuangan : kemampuan keuangan klien baik
10. Pola manajemen koping-stress (perubahan terbesar dalam hidup saat ini)
Klien memiliki koping yang kurang baik, karena rasa cemas akan
penyakitnya.
11. System nilai dan keyakinan
Pandangan klien tentang agama sangat baik, karena klien sangat yakin dan
percaya akan kenyakinannya.
V. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
:-
2. Radiologi
:-
3. Pemeriksaan penunjang lain
:-
VI. TERAPI
Injeksi intravena : Ceftriaxon 1 x 2.000 mg, Ranitidin 2 x 50 mg, Ketorolac 2 x
30 mg, Lanzoprazole 2 x 30 mg
VII.ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Pasien mengatakan nyeri Konsistensi tinja
perut sejak 5 hari yang lalu yang keras Nyeri Akut
↓
DO : Sulit keluar
1. Pasien tampak meringis ↓
Akumulasi dikolon
↓
Nyeri abdomen
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
OPERASIONAL
(rasional)
1. Bahaya yang mungkin Setiap obat merupakan racun yang dapat memberikan efek samping
terjadi dan cara pencegahan yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat
menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu,
kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baik tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri sendiri maupun orang lain.
3. Evaluasi diri Pada saat tindakan pemberian obat melalui rektal, perawat lupa
menggunakan jelly
4. Rencana tindak lanjut Mengevaluasi hasil tindakan
5 Referensi Kusnanto, Ira Suarilah, Candra Panji A, Andri Setiya W (2016) Buku
Standar Prosedur Operasional (SOP) Keperawatana Dasar. Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel (feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet,
asupan Cairan, aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi
Selama Defekasi, Nyeri, Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-obatan,
Pemeriksaan Diagnostik. Dengan kita mengetahui faktor-faktor tersebut akan
mempermudah saat kita melakukan asuhan keperawatan.
B. SARAN
Semoga makalahini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan eliminasi fekal.
DAFTAR PUSTAKA
Ha,idah, SST, MKM, dkk (2017). Buku Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan II.
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. KH Ahmad
Dahlan Cirendeu Ciputat 15419. Cetakan I, 2017. ISBN 978-602-73522-9-2
Kasiati, D. W., & Rosmalawati. (2016). Kebutuhan dasar manusia 1.Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.
Kozier Barbara, Erb Glenora. dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konse, Proses dan Praktik. Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC.
Kusnanto, Ira Suarilah, Candra Panji A, Andri Setiya W (2016) Buku Standar
Prosedur Operasional (SOP) Keperawatana Dasar. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
McClurg, D., Goodman, K., Hagen, S., Harris, F., Treweek, S., Emmanuel,A.,
Manoukian, S. (2017). Abdominal massage for neurogenic bowel dysfunction in
people with multiple sclerosis (AMBER - Abdominal Massage for Bowel
Dysfunction Effectiveness Research): Study protocol for a randomised controlled
trial. Trials. https://doi.org/10.1186/s13063-017-1890-y
Okuyan, C. B., & Bilgili, N. (2019). Effect of abdominal massage on constipation and
quality of life in older adults: a randomized controlled trial. Complementary
Therapies in Medicine, 102219 https://doi.org/10.1016/j.ctim. 2019.102219
Rosdahl & Kowalski. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar: (Dwi Widiarti,
Anastasia Onny Tampubolon, Penerjemah). Edisi 10. Jakarta: EGC
Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.Jakarta:
Mitra Wacana Media.