Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses
menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi
sering ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air
besar. Konstipasi dapat menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan
konstipasi jika tidak segera diatasi dapat terjadi haemoroid (Herawati, 2012).
Di Indonesia lebih dari 2,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi,
hingga prevelensinya mencapai sekitar 2%. Konstipasi diperkirakan menyebabkan 2,5
juta penderita berkunjung ke dokter setiap tahunnya. Kasus konstipasi yang diderita
wanita hamil sekitar 4- 30%, ternyata wanita hamil mengeluh kesulitan buang air besar
(Sulistiyowati, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi konstipasi ?
2. Bagaimana definisi konstipasi ?
3. Bagaimana etiologi konstipasi ?
4. Bagaimana patofisiologi konstipasi ?
5. Apa saja manifestasi klinis konstipasi ?
6. Apa saja komplikasi konstipasi ?
7. Apa saja penatalaksanaan konstipasi ?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik konstipasi ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan konstipasi ?
10. Apa saja komplementer konstipasi ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang anatomi fisiologi konstipasi.
2. Mengetahui tentang definisi konstipasi.
3. Mengetahui tentang etiologi konstipasi.
4. Mengetahui tentang patofisiologi konstipasi.
5. Mengetahui tentang manifestasi klinis konstipasi.
6. Mengetahui tentang komplikasi konstipasi.
7. Mengetahui tentang penatalaksanaan konstipasi
8. Mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik konstipasi.
9. Mengetahui tentang asuhan keperawatan konstipasi.
10. Mengetahui tentang komplementer konstipasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
1. Usus halus

Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara


lambung dan usus besar. Usus halus menjadi salah satu organ-organ penyusun sistem
pencernaan manusia. Struktur usus halus terdiri dari tiga bagian utama yakni usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Fungsi usus halus tidak hanya untuk mencerna makanan dan melanjutkannya ke
organ pencernaan berikutnya saja. Ada beberapa kegunaan dan manfaat usus halus
lainnya bagi manusia, termasuk untuk menyerap kandungan nutrisi dan energi yang
ada pada makanan.

3
2. Usus besar

Usus besar dilapisi oleh membran mukosa tanpa lipatan, kecuali pada bagian
rektum. Fungsi utama organ ini adalah mengabsorpsi air, membentuk masa fases, dan
membentuk lendir untuk melumasi permukaan mukosa. Didalam usus besar terdapat
bakteri escherichin coli yang hidup pada makanan yang tidak dapat dicerna oleh
manusia, misalnya selulosa, dan menghasilkan vitamin K dan biotin. Banyak bakteri
yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

3. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir dianus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan
ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
buang air besar.

4
Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya
dari usus. Suatu cicin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

B. Definisi Penyakit
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus
besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi
akibat tidak adanya gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya
buang air besar dan timbul perasaan tidak nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang
keluar jadi terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal dengan
istilah sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar, feses
(tinja) yang keras, rasa buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi
tidak dapat mengeluarkannya), atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir
bahwa mereka mengalami konstipasi apabila mereka tidak buang air besar setiap hari
yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu
(Herawati, 2012).

C. Etiologi
Adapun etiologi dari konstipasi sebagai berikut :
1. Pola hidup ; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak
teratur, kurang olahraga.
a. Diet rendah serat
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga
menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi. Makan rendah serat seperti ; beras, telur dan daging segar
bergerak lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan
seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut (Siregar, 2004).

5
Diet rendah serat : Dietary Reference Intake (DRI) serat berdasarkan National
Academy of Sciences (Drummond and Brefere, 2007):
1) Anak-anak
a) 1 – 3 tahun : 19 gram/hari
b) 4 – 8 tahun : 25 gram/hari
2) Pria
a) 9 – 13 tahun : 31 gram/hari
b) 14 – 18 tahun : 38 gram/hari
c) 19 – 30 tahun : 38 gram/hari
d) 30 – 50 tahun : 38 gram/hari
e) >50 tahun : 30 gram/hari
3) Wanita
a) 9 – 13 tahun : 26 gram/hari
b) 14 – 18 tahun : 26 gram/hari
c) 19 – 30 tahun : 25 gram/hari
d) 30 – 50 tahun : 25 gram/hari
e) >50 tahun : 21 gram/hari
b. Kurang cairan/minum : Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses.
Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah)
yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air
dari chyme ketika ia lewat di sepanjang kolon. Dampaknya chyme menjadi lebih
kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal,
sehingga meningktakan reabsorbsi dari chyme (Siregar, 2004).
c. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur :
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan
BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan,
refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan
diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini; orang dewasa
mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.

6
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buar air besar karena malu
menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang tidak nyaman. Perubahan
rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk
menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB teratur dalam kehidupan
(Siregar, 2004).
2. Obat – obatan ; banyak obat yang menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di
antaranya seperti ; morfin, codein sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan
antikolinergik, melambatkan pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada sistem
syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi,
mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus
untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat
menyebabkan diare pada sebagian orang (Siregar, 2004).
3. Kelainan struktural kolon ; tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum, magakolon.
4. Penyakit sistemik ; hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus.
5. Penyakit neurologik ; hirschprung, lesi medulla spinalis, neuropati otonom.
6. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
7. Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronis.
8. Irritable Bowel syndrome tipe konstipasi (Djojoningrat, 2009).

D. Patofisiolgi

Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang


tidak dapat dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar
( kolon ) sebagai massa yang tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam sisa-
sisa makanan tersebut diserap oleh tubuh. Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum
( dubur ), yang dalam keadaan normal mendorong terjadinya gerakan peristaltik usus
besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi sekali atau dua kali setiap 24 jam
( Akmal, dkk, 2010 ).

7
Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan efek samping yang tidak
nyaman dari kehamilan. Sembelit terjadi karena hormon-hormon kehamilan
memperlambat transit makanan melalui saluran pencenaan dan rahim yang membesar
menekan poros usus ( rektum ). Suplemen zat besi prenatal juga dapat memperburuk
sembelit. Berolahraga secara teratur, menyantap makanan yang kaya serat serta minum
banyak air dapat membantu meredakan masalah tersebut ( Kasdu, 2005 ).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan gejala yang umum ditemukan
pada sebagian besar atau terkadang beberapa penderita sembelit sebagai berikut:
a. Perut terasa begah, penuh dan kaku;
b. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas mengerjakan
sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk;
c. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi, mengakibatkan stress,
rentan sakit kepala bahkan demam;
d. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak
bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan produktivitas
kerja;
e. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada biasanya;
f. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan tubuh
berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan atupun menekannekan perut
terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang feses ( bahkan sampai
mengalami ambeien/wasir );
g. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu disertai
rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena
mengalami wasir sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman;
h. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
i. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), ada
bunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih
lambat daripada biasanya;
j. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar;

8
Adapun untuk sembelit kronis ( obstipasi ), gejalanya tidak terlalu berbeda hanya sedikit
lebih parah, diantaranya:

a. Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas;


b. Feses sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil;
c. Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu;
d. Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat;
e. Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri;
f. Tetap merasa lapar, tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika
hamil perut akan tersa mulas ) karena ruang dalam perut berkurang dan mengalami
mual bahkan muntah.

F. Komplikasi
Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali konstipasi tersebut dalam jangka
panjang atau kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

1. Hemoroid atau wasir, yaitu pembengkakan dinding anus akibat pelebaran pembuluh


darah yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama.
2. Fisura ani. Mengejan terlalu lama dan tinja yang keras atau besar dapat
mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding anus.
3. Impaksi feses, yaitu menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat
konstipasi yang berlarut-larut.
4. Prolaps rektum. Pada kondisi ini, rektum pindah dari posisinya di dalam tubuh dan
menonjol keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.

G. Penatalaksanaan
Sebagian tergantung pada pandangan pasien mengenai masalahnya.
1. Diet dan Hidrasi
Pada pasien dengan gejala yang menggangu, langkah pertama adalah
mengoptimalkan asupan serat dan cairan.

9
2. Obat-obat pencahar, ada 4 tipe golongan obat pencahar
a. Memperbesar dan melunakkan masa feses, antara lain : Cereal, Methyl Selulose,
Psilium.
b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan
permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contoh Minyak Kasto,
Golongan docusate.
c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman digunakan, misalnya
pada penderita gagal ginjal, antara lain : Sorbitol, Lactulose, Glycerin.
d. Merangsang peristaltik sehingga meningkatkan motilitas usus besar (Pranaka,
2009).

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh, serperti hormon tiroid.
2. Kolonoskopi, untuk memeriksa kondisi usus dan rektum dengan alat kolonoskop,
seperti penyumbatan dalam usus.
3. Manometri anorektal, untuk mengetahui koordinasi otot yang menggerakkan anus.
4. Defacography atau foto Rontgen rektum dengan barium, untuk mengetahui masalah
pada fungsi dan koordinasi otot pada rektum.
5. MRI defacography, sama dengan defacography namun menggunakan teknologi MRI.
6. Tes pendorong balon, untuk mengukur lamanya balon berisi air, yang sebelumnya
dimasukkan melalui dubur, untuk dikeluarkan dari rektum, sehingga dapat
diperkirakan berapa lama seseorang buang air besar.

10
I. Asuhan Keperawatan
Dignosa keperawatan : konstipasi b/d penurunan motilitas gastrointestinal, ketidak
adekuatan pertumbuhan gigi, ketidakcukupan diet, ketidakcukupan asupan serat,
ketidakcukupan asupan cairan, aganglioni, kelemahan otot abdomen.
Intervensi :
1. monitor tanda dan gejala konstipasi
2. monitor pergerakan usus
3. monitor bising usus
4. konsultasi dengan dokter mengenai penurunan atau peningkatan frekuensi bising usus
5. dukung peningkatan asupan cairan
6. sarankan penggunaan laksatif atau pelembut fases, dengan cara yang tepat.

J. Komplementer
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan
tinggi serat salah satunya pepaya dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung
dalam keadaan penuh. Mengkonsumsi pepaya ketika lambung terasa penuh dapat
merangsang gerak peristatik usus, jika ibu sudah mengalami dorongan maka segeralah
untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi (Walyani, 2015).
Pepaya sangat dianjurkan untuk dikonsumsi penderita sembelit (sulit buang air besar)
karena kandungan serat makanannya tinggi (Sulihandri, 2013).

Referensi : Ardhiyanti, Y. 2017. Jurnal : Hubungan Konsumsi Buah Pepaya dengan


Kejadian Konstipasi pada Ibu Hamil di Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses
menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi
sering ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang
air besar. Konstipasi dapat menimbulkan stres berat bagi penderita akibat
ketidaknyamanan konstipasi jika tidak segera diatasi dapat terjadi haemoroid
(Herawati, 2012).
Pepaya sangat dianjurkan untuk dikonsumsi penderita sembelit (sulit buang air besar)
karena kandungan serat makanannya tinggi (Sulihandri, 2013).

12

Anda mungkin juga menyukai