Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD)
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai karakteristik
bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, transplantasi ginjal dan rawat jalan dalam
jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).
Gagal ginjal kronik saat ini telah menjadi suatu masalah kesehatan
publik di seluruh dunia. Hal ini diakui sebagai suatu kondisi umum yang
dikaitkan dengan peningkatan penyakit jantung dan gagal ginjal kronik
(Jevuska, 2012). Gagal ginjal kronik memiliki prevalensi global yang tinggi
dengan prevalensi GGK global yang konsisten antara (11%) sampai (13%)
dengan mayoritas stadium tiga (Hill dkk., 2016). Pada Desember 2014,
terdapat 678.383 kasus ESRD, berdasarkan prevalensi yang tidak disesuaikan
(proporsi kasar) terdapat 2.067 orang per sejuta penduduk Amerika Serikat.
(United State Renal Data System [USRDS], 2016). Pada akhir tahun 2013, ada
sekitar 3,2 juta pasien yang dirawat karena penyakit ginjal stadium akhir
(ESRD) di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat sekitar (6%) setiap tahunnya,
yang secara signifikan lebih tinggi dari pada tingkat pertumbuhan penduduk.
Dari 3,2 juta pasien tersebut, sekitar 2,5 juta orang menjalani perawatan
dialisis (baik hemodialisis atau dialisis peritoneal), dan sekitar 678.000 orang
hidup dengan transplantasi ginjal (Fresenius Medical Care [FMC], 2014).
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-
90%.Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan
0,3 mg/dL kreatinin serum merupakan prognostik penting yang signifikan.
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya
cimetidin dantrimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal.

1
Peningkatan nilai BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal,
seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan, penggunaan steroid,
pemasukan protein. Oleh karena itudiperlukan pengkajian yang hati-hati
dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak.
Di Indonesia gagal ginjal kronik menjadi salah satu penyakit yang
masuk dalam 10 penyakit kronik. Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan
yang pernah didiagnosis dokter sebesar (0,2%) dari penduduk indonesia. Jika
saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248
jiwa yang menderita gagal ginjal kronik. Hanya (60%) dari pasien gagal ginjal
kronik tersebut yang menjalani terapi dialisis. Di provinsi Sumatera Barat
prevalensi gagal ginjal kronik yaitu (0,2%) dari pasien gagal ginjal kronik di
Indonesia mencakup pasien yang yang menjalani pengobatan, terapi pengganti
ginjal, dialisis peritoneal, dan hemodialisis (Kementerian Kesehatan RI
[KemenKes RI], 2013).
Gagal ginjal kronik stadium End Stage Renal Disease (ESRD) dimana
ginjal mengalami kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
kembali, yaitu tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat peningkatan
ureum (Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H., 2010).
ESRD ditandai dengan azotemia, uremia, dan sindrom uremik (Black &
Hawks, 2014).
Saat ini ada tiga terapi modalitas pengobatan yang tersedia untuk gagal
ginjal kronik yang telah mencapai derajat V (End-Stage Renal Desease) yaitu
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Corrigan, 2011).
Data PERNEFRI (2014) menunjukkan (84%) pasien yang menjalani
hemodialisis adalah pasien dengan diagnosa gagal ginjal tahap akhir (ESRD).
Dimana rata-rata penderita menjalani hemodialisis dua kali dalam seminggu,
sedangkan lama pelaksanaan hemodialisis paling sedikit tiga sampai empat
jam tiap sekali tindakan terapi (Melo, Ribeiro & Costa , 2015).
Hemodialisis adalah terapi yang paling sering dilakukan pada pasien
gagal ginjal kronik diseluruh dunia, termasuk di Indonesia yaitu sebesar 82%
(Perkumpulan Nefrologi Indonesia [PERNEFRI], 2014).

2
Hemodialisis merupakan suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari
tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut
dialiser. Frekuensi tindakan hemodialisis bervariasi tergantung berapa
banyaknya fungsi ginjal yang tersisa.
Hemodialisis yang dijalani oleh pasien dapat mempertahankan
kelangsungan hidup sekaligus akan merubah pola hidup pasien juga terdapat
hal yang membuat pasien menjadi kurang nyaman. Pasien yang menjalani
hemodialisis sering dihadapkan dengan pembatasan makanan dan asupan
cairan, bermasalah gejala fisik seperti gatal dan kurang energi, dengan stres
psikologis seperti kehilangan konsep diri dan harga diri, perasaan tidak pasti
tentang masa depan, dan rasa bersalah terhadap anggota keluarga, serta
dengan masalah dalam domain sosial (Mahmoed,S & Abdelaziz, N.A., 2015).
Hal ini menjadi stressor yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan
pasien yang meliputi biologi, psikologi, sosial, spiritual (biopsikososial).
Penderita gagal ginjal kronik tahap akhir harus menjalani hemodialisis
secara intermitten sepanjang hidup klien kecuali dengan transplantasi ginjal
yang berhasil dilakukan (Black & Hawks, 2014). Selain biaya yang mahal dan
harus datang berulang kali dalam seminggu sehingga membuat hidup pasien
tidak nyaman. Pasien penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) yang menjalani
hemodialisis juga ditemukan dengan banyak tekanan fisik dan psikososial
yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien (Masoudrayyani, M.,
L., Forouzi, M.A., dan Razban, F., 2014).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis diharapkan
dapat meningkatkan keyakinan dalam menjalani perawatan mandiri karena
mereka didorong untuk dapat memanajemen penyakitnya secara efektif baik
dari aspek fisik seperti hemodialisis, diet, pengaturan cairan, perawatan akses
vaskuler, istirahat tidur dan olahraga, aspek psikososial seperti stres koping
dan spiritual serta aspek sosial seperti peran dalam keluarga dan hubungan
interpersonal untuk dapat memanajemen penyakitnya. Pasien yang memiliki
keyakinan terhadap kemampuan dalam melakukan perawatan diri akan lebih
mungkin menjalankan tugas-tugas tersebut, oleh karena itu individu dengan

3
efikasi diri yang tinggi akan lebih mampu mengelola penyakitnya (Tsay, S.L
& Healstead, M, 2002).
HD merupakan terapi yang paling sering dilakukan oleh pasien PGK
(Son et al., 2009). Indo-nesian renal registry (IRR) pada tahun 2015 mencatat
sebanyak 30.554 pasien PGK stadium V aktif menjalani dialisis. Tujuan utama
HD yaitu untuk mengendalikan uremia, kelebihan cairan, dan keseimbangan
elektrolit yang terjadi pada pasien PGK (Kallenbach et al., 2015). Hal tersebut
dikarenakan sistem ginjal buatan yang dilakukan oleh dializer memungkinkan
terjadinya pembuangan sisa metabolisme berupa ureum, kreatinin dan asam
urat, pembuangan cairan, mempertahankan sistem buffer tubuh, serta
mengembalikan kadar elektrolit tubuh (Lewis, 2004).
HD terbukti membantu meningkatkan kelangsungan hidup pasien
dengan memperpanjang harapan hidup pasien PGK stadium V (Nurcahyati,
2016). National institute of diabetes and digestive and kidney disesases
(NIDDKD) melaporkan tingkat kelangsungan hidup selama satu tahun untuk
pasien dialisis berada pada angka 80%, sedangkan tingkat harapan hidup
selama dua tahun, lima tahun, dan sepuluh tahun masing-masing sekitar 64%,
33%, dan 10%. HD diketahui dapat memperbaiki beban dan regangan jantung
dengan cara mengeluarkan toksin uremia dan mengurangi volume overload
sehingga fungsi sistolik dan pergerakan dinding segmen ventrikel kiri
membaik (Alhaj et al., 2013).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Kronik
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan GGA dan
GGK
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi untuk klien GGA dan GGK
4. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang telah
dibuat

4
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada klien dengan GGA dan GGK

5
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual)


Dikembangkan di Universitas Rochester oleh George L Engel dan
John Romano tahun 1977. Biopsikososial ini memahami kesehatan manusia
dan penyakit dalam konteks mereka baik secara biologis, psikologis dan
sosial. Biopsikososial adalah metode interkasi biologi, psikologis dan faktor
sosial dalam mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan menjadi lebih
baik.
Hal ini adalah sebuah kombinasi antara tubuh, pikiran dan lingkungan.
Pendekatan model biopsikososial ini melibatkan faktor biologis, psikologis
dan sosial dalam memahami penyakit dan sakitnya seseorang. Sedangkan
konsep biopsikososial sendiri memungkinkan suatu pemahaman tentang
munculnya sakit yang kemudian dihubungkan dengan faktor lingkungan dan
kondisi stres.
Biologis fokus pada obat, psikologis fokus pada psikoterapi, sosial
fokus pada dukungan dan modifikasi sosial, dan spiritual fokus pada
hubungan dengan Tuhan.

1. Biologis
Adanya impairment, disability, functional limitation yang berpengaruh
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga menimbulkan
gangguan seperti merubahnya nutrisi, kenyamanan, kerusakan mobilitas
fisik, resiko cedera, kurang merawat diri dan intoleransi
aktivitas.(Carpenito, 1997)
2. Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka
dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah
laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk,
berjalan. Sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan,
dan berperasaan.(Muhibbin Syah, 2001)

6
3. Sosial
Menurut Enda M. C bahwa arti kata sosial adalah suatu cara tentang
bagaimana para inndividu saling berhubungan satu sama lain.
4. Spiritual
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
a) Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan.
b) Menemukan arti dan tujuan hidup.
c) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri.
d) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang
maha tinggi.

2.2 Kasus
a) Pendekatan Biologis Pada Pasien Gagal Ginjal
Kondisi biologis pada Tn. M saat ini apatis. Tn.M juga merasakan sesak
dan gelisah. Selama sakit, Tn. M tidak bisa tidur karena kondisi sesak
yang dialaminya. Apabila mengkonsumsi air terlalu banyak akan
mengakibatkan kekambuhan pada penyakitnya. Untuk menjaga kondisi
tubuhnya Tn. M makan 2-3 kali dalam sehari namun tidak habis satu
porsi hanya 2-3 sendok makan. Karena pola makan yang tidak seimbang,
maka BAB Tn. M mengalami masalah. Tn. M hanya BAB 1 kali selama
3 hari.
b) Pendekatan Psikologi Pada Pasien Gagal Ginjal
Tn. M mempunyai pikiran yang optimis dan selalu postif thingking
terhadap penyakit yang dideritanya karena adanya dukungan penuh dari
keluarganya.
c) Pendekatan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal
Tn. M mempunyai interaksi sosial yang adaptif.

7
d) Pendekatan Spiritual Pada Pasien Gagal Ginjal
Tn. M mengetahui bahwa penyakit yang dideritanya sudah stadium akhir,
namun Tn. M masih berharap untuk kesembuhannya dengan cara sholat
(keadaan masih sanggup melakukan) dan berdoa.

8
2.3 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2009, pukul 14.00 WIB
Diagnosa Medis : CKD Grade V
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Wonosalam, Demak
Tanggal Masuk : 27 Februari 2009
No. Register : 5966716
Diagnosa Medis : CKD Grade V
b. Penanggung Jawab
Nama : Nn. M
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawati Home Industri
Hubungan Dengan Pasien : Kakak Kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas
b. Riwayat penyakit sekarang
Satu minggu yang lalu pada tanggal 27 Februari 2009 pasien hanya
ingin kontrol penyakit gagal ginjal yang telah dialaminya selama 3
tahund RSDK. Klien mengatakan menngalami kekambuhan jika

9
minum air terlalu banyak. Jika kambuh pasien mengalami sesak nafas
lamanya bisa sehari penuh. Bila sesak nafas yang bisa dilakukan
pasien adalah tidur di dekat kipas angin sehingga lebih cepat masuk
dan sesak berkurang. Selain itu pasien juga mengalami bengkak pada
tangan dan kakinya serta mengalami gangguan dalam BAK, yaitu
BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan warna keruh. Karena pada
saat kontrol kondisi pasien memburuk sehingga dokter memutuskan
untuk rawat inap.
c. Riwayat Perawatan dan Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah melakukan perawatan di rumah sakit
berkali-kali, terakhir dirawat di RSDK. Selama ini pasien masih sering
kambuh walaupun sudah berkali-kali dirawat di rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami sakit
ginjal, jantung dan hipertensi.
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal, tetapi pasien tidak
mengetahui tenntanng gagal ginjal yan dideritanya. Pasien tidak tahu
apa yang menyebabkan gagal ginjal dan tidak tahu bagaimana ccara
perawatannya. Selama ini pasien mengatakan sering minum minuman
keras (alkohol) dan jarang minum air putih. Pasien tidak menghiraukan
tentang kesehatannya. Setelah sakit pasie menyadari dan menyesali
kebiasaan buruknya.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit : pasien makan 3 kali sehari, makan habis 1 porsi
mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, buah, nafsu makan baik, minum 3-4
gelas air putih perhari.
Selama Sakit : pasien makan 3 kali sehari, porsi sedikit, tidak
habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Minum 1 gelas belimbing,
pasien merasakan mual-mual sehingga nafsu makan pasien menurun.

10
c. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : pasien BAB 1 kali perhari, warna kuning,
konsistensi lunak. BAK 3-4 kali perhari, warna kuning jernih.
Selama Sakit : pasien BAB 1 kali per 3 hari, konsistensi agak
keras, BAK lewat selang kateter, jumlah urine dalam 24 jam adalah
35cc, warna keruh.
d. Pola Latihan dan Aktivitas
Sebelum Sakit : pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan tidak ada gangguan rasa sakit.
Selama Sakit : pasien aktivitas dibantu keluarga, karena sesak
nafas pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, selain itu
pasien juga mengeluh lemah, letih dan lesu.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum Sakit : pasien tidur pada malam hari selama 7 jam.
Selama Sakit : pasien tidak bisa tidur karena sesak nafas yang
dialaminya.
f. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Sebelum dan selama sakit daya ingat bagus, tidak ada keluhan nyeri
maupun yang berkenaan dengan kemampuan sensasi.
g. Pola Hubungan dengan Orang Lain
Sebelum dan selama sakit hubungan dengan orang lain baik, orang
terdekat ibu dan kakak.
h. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien mempunyai status belum menikah termasuk usia remaja dan
tidak ada gangguan seksual.
i. Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien merasa gelisah dan cemas, keluarga berusaha memberi
dorongan kepada pasien, supaya pasien cepat sembuh dan segera
pulang kerumah.
j. Pola Mekanisme Koping

11
Bila ada masalah pasien biasanya cenderung diam, tapi terkadang juga
cerita dengan ibu dan temannya. Dalam menghadapi penyakitnya
pasien selalu optimis dan percaya diri.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
Pasien beragama islam, ibadah sholat 5 waktu tidak tentu, jika sholat
berdo’a untuk kesembuhan penyakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : sesak, gelisah
b. Tingkat kesadaran : apatis
c. TTV
TD : 170/130 mmHg
N : 80x/menit
RR : 30x/menit
T : 37,5˚C
d. Pengukuran antropometri
BB : 58 kg
TB : 162 cm
LILA : 30 cm
IMT : 22,13 (normal)

Nilai Kategori
< 20 Underweight
20-25 Berat normal
25-30 Over weight
>30 Obesitas

Pengukuran Balance Cairan


Tanggal Input Output Balance Cairan
Minum 150ml Urin 10
2/3/09
Makan 50ml BAB -
(Jam 14.00 - 21.00
Infuse 200+ IWL 15,75+
WIB)
300ml 25,75ml (+) 276,25ml
Minum 50ml Urin 15
(Jam 21.00 – 07.00
Makan 50ml BAB -
WIB)
Infuse 250+ IWL 15,75+ (+) 319,25ml

12
350ml 30,75ml
Minum 150ml Urin 10
(Jam 07.00 – 14.00 Makan 50ml BAB -
WIB) Infuse 200+ IWL 15,75+
400ml 25,75ml (+) 374,25ml
Total balance cairan selama 24 jam (+) 967,75ml

e. Kepala : Mesocephal, tidak ada luka


1) Rambut : Hitam, bersih
2) Mata : Konjungtiva palpebra anemis
3) Hidung : Bersih, ada pemakaian O2
4) Telinga : Kemampuan mendengar baik
5) Mulut : Bibir pucat
f. Leher dan Tenggorokan
1) Trakea posisi digaris tengah
2) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3) Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe
4) Pembesaran JVP R+1
g. Dada dan Thorak
Dada simetris, tidak ada luka
Paru-paru
I : Simetris Statis Dinamis
Pa : Taktil Fremitus teraba kanan kiri lemah
Pe : Redup
Au : SD Vesikuler Ronkhi basah
Jantung
I : Iktus cordis tak tampak
Pa : Iktus cordis teraba di IC VI linea mid clavicula
Pe : Redup
Au : Terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak terdapat bunyi tambahan
Abdomen
I : Datar
Aa : Bising Usus (+), frekuensi 4x/menit
Pe : Tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Au : Timpani

13
h. Genital
Terpasang kateter tanggal 2 Maret 2009, tidak ada infeksi pada area
pemasangan kateter.
i. Ekstremitas
Kekuatan otot menurun, adanya edema pada kaki dan tangan, CRT >3 detik.
j. Kulit
Kering bersisik pada tangan dan kaki.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis pemeriksaan Tanggal Nilai hasil Satuan Nilai normal Kesimpulan

1. Hematologi 04/03/09
Hemoglobin 8.4 gr/% 12-15 L
Hematokrit 26.4 % 35-47 L
Juta/mm
Eritrosit 3.5 3.9-5.6 L
k
MCH 24 Pg 27-32 L
MCV 75.3 Fl 76-96 L
MCHC 31.9 g/dl 29-36 N
ribu/mm
Leukosit 6.30 4-11 N
k
ribu/mm
Trombosit 241.0 150-400 N
k
RDW 21.9 % 11.6-14.8 H
MPV 9.3 Fl 4-11 N
2. Kimia klinik
Ureum 153 Mg/dl 15-39 H
Kreatinin 9.8 Mg/dl 0.6-1.3 H
Protein total 6.0 g/dl 6.2-8 L
Globulin 2.95 g/dl 2.3-3.5 N
Albumin 3.05 g/dl 3.8-5.4 L
Calcium 8.1 g/dl 8.6-10.3 L
3. Elektolit
Natrium 140 mmol/L 136-145 N
Kalium 3.7 mmol/L 3.5-5.1 N
Clorida 106 mmol/L 98-107 N
4. Analisa gas darah

14
b. Pemeriksaan Radiologi
Hasil Rontgen Thorax
COR:
 CTR tidak dapat dinilai
 Apeks jantung bergeser ke laterokauadal
Pulmo:
 Tampak bercak keturunan pada kedua pulmo
 Diafragma kanan setinggi kosta IX posterior
 Sinus kosofrenikus kanan kiri lancip
 Adanya cairan di rongga alveolus
Kesan:
Suspek kardiomegali (CV). Adanya cairan dalam pulmo
c. Pemeriksaan USG
 Ginjal Kanan
Bentuk dan ukuran normal, batas kortiko meduler tampak tidak
jelas, ekogenitas parenkim hiperechoic, tak tampak batu
pielodiks tak melebar, tak tampak penipisan korteks.
 Ginjal Kiri
Bentuk dan ukuran normal, batas kortiko meduler tampak tidak
jelas, ekogenitas parenkim hiperechoic, tak tampak batu
pielodiks tak melebar, tak tampak penipisan korteks.
 Vesika Urinaria
Dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak
tampak massa.
Kesan:
Gambaran proses kronis kedua ginjal.
6. Diit yang diperoleh
a. Uremia 170 kkal
b. Protein 0,6 hd/Kg BB
c. Rendah garam
7. Therapi
a. O2 3lt

15
b. Injeksi lasix kurang lebih 3x2 ampul
c. Injeksi nitrocyn 20 gr dinaikkan perlahan
d. Hemobion 2x1 (250mg) per oral
8. Analisa Data
Tanggal Data Masalah Etiologi
1. Ds : pasien mengatakan sesak Pola nafas tidak Edema paru
nafas efektif
Do :
TD : 170/130 mmHg
N : 80x/menit
RR : 30x/menit
T : 37,5˚C
Bibir pucat.

Hasil pemeriksaan fisik paru


:
I : simetris statis dinamis
Pa : taktil fremitus teraba
kanan kiri lemah
Pe : Redup
Au : SD vesikular ronchi
basah

Hasil pemeriksaan pulmo:


Adanya cairan di rongga
2 Maret 2009 alveolus

2. Ds : pasien mengeluh lemah, Gangguan perfusi Suplai O2 ke


letih, lesu jaringan perifer jaringan
Do : menurun
TD : 170/130 mmHg
N : 80x/menit
Bibir pucat
Konjungtiva palpebra
anemis.
CRT pada ekstremitas atas
dan bawah >3 detik.
Hemoglobin 8.4 g/dl (Low)
Hematokrit 26.4% (Law)
Eritrosit 3.5 juta/mmk (Law)
PO282 (Law)

3. Ds : pasien mengatakan BAK Kelebihan volume Input cairan >


tidak lancar, air kencing cairan output
sedikit dan warnanya keruh.
Tangan dan kaki

16
membengkak.
Do :
Edema pada tangan dan kaki.
Turgor kulit tidak elastis.
CRT pada ekstremitas atas
dan bawah >3 detik.
BB : 58Kg
Balance cairan (+)967.75
Ureum : 153 mg/dl
Cretinin : 9,8 mg/dl
Natrium : 140 mmol/l
Kalium : 3,7 mmol/l
Clorida : 160 mmol/l
Diit rendah garam.

4. Ds : pasien mengatakan mual Gangguan nutrisi Intake tidak


dan tidak nafsu makan. kurang dari adekuat
Do : pasien makan porsi kebutuhan tubuh
sedikit, tidak habis 1 porsi,
habis 2-3 sendok makan.
Protein total : 6.0 mg/dl
Globulin : 2,95 mg/dl
Albumin : 2.0 mg/dl
BB : 58 kg
TB : 162 cm
LILA : 30 cm
IMT : 22.13 (normal)
Diit protein 0,6 hd/kg BB
Diit uremia 170 kkal

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema paru.
2. Ganngguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 kejaringan
menurun.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan input cairan lebih besar
daripada output.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat.

17
C. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria
Waktu Intervensi Rasional
Dx. Hasil
2 - 3 – 2009 Tujuan : pola nafas a. Auskultasi a. Menyatakan adanya
kembali normal/ bunyi nafas, pengumpulan sekret
stabil. catat adanya b. Membersihkan jalan
Kriteria hasil : pasien crakles nafas dan memudahkan
tidak mengalami b. Ajarkan pasien aliran O2
dispnea batuk efektif c. Mencegah terjadinya
dan nafas sesak nafas
dalam d. Mencegah sesak atau
1 c. Atur posisi hipoksia
senyaman e. Mengurangi edema
mungkin paru
d. Batasi untuk f. Perfusi jaringan
beraktivitas adekuat
e. Anjurkan diit
hipertonis
f. Kolaborasi
pemberian O2
2 - 3 – 2009 Tujuan : perfusi a. Selidiki adanya a. Mengetahui penyebab
jaringan adekuat tanda anemis b. Edema merupakan
Kriteria hasil : CRT < b. Observasi penyebab
2 detik adanya edema c. Meningkatkan sirkulasi
ekstremitas perifer
2 c. Dorong latihan d. Meningkatkan suplai
aktif dengan O2
rentang gerak
sesuai toleransi
d. Kolaborasi
pemberian O2
2 - 3 – 2009 Tujuan : volume a. Kaji status a. Mengetahui status
cairan dalam keadaan cairan dengan cairan meliputi input
seimbang menimbang BB dan output
Kriteria hasil : tidak perhari, b. Pembatasan cairan
ada edema, keseimbangan akan menentukan BB
keseimbangan antar masukan dan ideal, keluaran urin,
input dan output keluaran, turgor dan respon terhadap
cairan kulit TTV terapi
3
b. Batasi masukan c. Pemahaman
cairan meningkatkan
c. Jelaskan pada kerjasama dalam
pasien dan pembatasan cairan
keluarga d. Untuk mengetahui
tentang keseimbangan input
pembatasan dan output
cairan

18
d. Anjurkan
pasien/ ajari
pasien untuk
mencatat
penggunaan
cairan terutama
pemasukan dan
keluaran
2 - 3 – 2009 Tujuan : a. Awasi a. Mengidentifikasi
mempertahankan konsumsi kekurangan nutrisi
masukan nutrisi yang makanan/ b. Menurunkan
adekuat cairan pemasukan dan
Kriteria hasil : b. Perhatikan memerlukan intervensi
menunjukkan protein adanya mual c. Porsi leih kecil dapat
albumin stabil dan muntah meningkatkan masukan
c. Berikan makanan
4 makanan d. Meningkatkan protein
sedikit tapi albumin
sering e. Menurunkan
d. Berikan diit ketidaknyamanan dan
protein 0.6 mempengaruhi
hd/kg BB masukan makanan
e. Berikan
perawatan
mulut

D. Implementasi
No.
Waktu Implementasi Respon Ttd
Dx
2 – 3 – 2009 a. Mengobservasi pola nafas a. S : -
14.20 pasien, mencatat frekuensi O : RR = 30X/menit
14.30 pernafasan b. S : Tn. M mengeluh
14.45 b. Mengkaji keluhan sesak nafas sesak nafas
yang dirasakan pasien O : Pasien gelisah
1
c. Memberikan posisi yang c. S : Pasien mengatakan
nyaman untuk pasien, yaitu lebih nyaman tapi masih
posisi setengah duduk dan dan sesak
memberikan O2 3lt O : Pasien lebih tenang

14.25 a. Mengkaji keluhan pasien a. S : Pasien mengatakan


14.35 tentang adanya lemah, letih, lemah, letih, lesu
15.30 lesu O:-
2 b. Mengobservasi CRT, edema b. S : -
dan ada tidaknya tanda gejala O : Bibir pucat,
anemis konjungtiva palpebra
c. Memeriksa hasil laboratorium anemis, CRT pada

19
ekstremitas atas dan
bawah > 3 detik, edema
(+)
c. S:-
O : Hemoglobin 8.4 g/dl
15.00 a. Mengobservasi keadaan umum a. S : Pasien mengatakan
16.00 pasien, ada tidaknya edema, tangan dan kakinya
tingkat kesadaran dan keluhan masih bengkak
pasien O : Tn. M gelisah,
b. Membatasi dan memantau edema (+),
3 cairan, mencatat input dan komposmentis
output cairan, dan menghitung b. S : Tn. M minum sehari
balance cairan habis satu gelas
belimbing
O : Balance cairan
(+)967.75
17.00 a. Mengkaji adanya keluhan mual a. S : Pasien masih
18.00 dan tidak nafsu makan pada mengeluh mual dan tidak
19.00 klien nafsu makan
b. Memberikan makan dalam porsi O:-
sesuai dengan diit pasien, diit b. S:-
uremia 170 kkal dan diit protein O : Pasien makan habis 2
4
0.6 mg/dl sendok saja
c. Motivasi keluarga untuk selalu c. S : Keluarga mengatakan
memberikan dorongan pada Tn. Tn. M tidak suka dipaksa
M untuk menghabiskan makan
makanannya O : Keluarga tidak
kooperatif
3 – 3 – 2009 a. Mengobservasi keadaan umum a. S : Pasien mengeluh
07.30 pasien dan mencatat frekuensi masih sesak
08.00 pernafasan O : Pasien lebih tenang,
1 b. Memberikan posisi setengah RR 28x/menit
duduk dan memberikan terapu b. S : Pasien lebih nyaman
O2 3lt tapi masih sesak
O : Pasien tenang
08.10 a. Mengobservasi keluhan pasien a. S : Pasien mengeluh
08.30 b. Memantau dan mencatat TTV cepat letih
O : Pasien bibir pucat,
konjungtiva palpebra
2 anemis
b. S:-
O : TD 170/130 mmHg,
N: 100x/menit, RR
28x/menit, S: 37,5˚C
09.00 a. Membatasi pemasukan cairan a. S : Pasien masih
10.00 dan mengobservasi balance mengeluh bengkak pada
3
cairan tangan dan kaki
b. Memberikan terapi lasix 3x2 O : Edema pada tangan

20
amp dan kaki, balance cairan
(+) 824,75
b. S:-
O:-
10.05 a. Mengkaji keluhan mual a. S : Pasien masih
11.30 b. Memberikan diit uremia 170 mengeluh mual
kkal dan diit protein 0.6 hd/kg O:-
4
BB b. S : Pasien malas makan
O : Pasien makan habis
3 sendok
4 – 3 – 2009 a. Mengobservasi frekuensi nafas a. S : Pasien mengatakan
07.30 dan keluhan pasien sesak sedikit berkurang
08.00 b. Memberikan posisi yang O : RR 28x/menit
1 nyaman dan memberikan O2 3lt b. S : Tn. M merasa lebih
nyaman
O : Pasien mulai tenang,
RR 28x/menit
08.10 a. Mengobservasi keluhan pasien a. S : Pasien masih merasa
09.00 dan mengukur TTV cepat letih
b. Memberikan hemobion per oral O : TD 170/130 mmHg,
2 250 mg N: 100x/menit, RR
28x/menit, S: 37,5˚C
b. S:-
O : Obat sudah diminum
09.05 a. Mengkaji edema dan turgor a. S : Pasien mengatakan
09.30 kulit masih bengkak
10.00 b. Mengukur balance cairan dan O : Edema (+), turgor
membatasi pemasukan cairan kulit tidak elastis
c. Memberikan injeksi lasix 3x2 b. S : Pasien minum baru 2
3 amp sendok makan
O : Balance cairan (+)
843.75
c. S:-
O : Obat sudah diberikan
melalui IV
11.00 a. Mengkaji keluhan pasien dan a. S : Pasien masih mual
11.30 menganjurkan pasien untuk O : Pasien lemah
4 menghabiskan makanannya b. S:-
b. Memberikann diit protein 0.6 O : Pasien makan habis
hd/kg BB 2 sendok

21
E. Evaluasi
No Tanggal Masalah Evaluasi TTD
2 – 3 – 2009 Pola nafas tidak efektif S : Pasien mengatakan masih
20.00 sesak
O : Pasien gelisah, RR:
30x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1  Berikan posisi yang
nyaman
 Batasi cairan untuk
mengurangi edema
paru
 Kolaborasi pemberian
O2 3lt
20.15 Gangguan perfusi S : Pasien mengatakan lemah
jaringan O : Bibir pucat, konjungtiva
palpebra anemis, CRT pada
2 ekstremitas > 3 detik
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Pantau tanda vital
20.30 Kelebihan volume cairan S : Pasien mengatakan tangan
dan kakinya masih bengkak
O : Balance cairan (+) 967.75,
edema pada ekstremitas
3 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Awasi balance cairan
 Berikan IV lasix
20.45 Gangguan nutrisi kurang S : Pasien mengatakan tidak
dari kebutuhan nafsu makan
O : Pasien makan habis 2
sendok
4
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Motivasi pasien untuk
menghabiskan makan
3 – 3 – 2009 Pola nafas tidak efektif S : Pasien mengatakan masih
11.00 sesak
O : Pasien gelisah, RR:
28x/menit
1
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Berikan posisi yang
nyaman

22
 Batasi cairan untuk
mengurangi edema
paru
 Kolaborasi pemberian
O2 3lt
11.15 Gangguan perfusi S : Pasien mengatakan lemah,
jaringan perifer letih, lesu
O : TD: 170/130 mmHg, N:
104x/menit, bibir pucat,
konjungtiva palpebra anemis,
CRT pada ekstremitas atas dan
bawah > 3 detik, hemoglobin
2 8.4 (Law), hematokrit 26.4%
(Law), eritrosit 3.5 juta/mmk
(Law)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Kolaborasi pemberian
hemobion 2x1 (250)
per oral
11.30 Kelebihan volume cairan S : Pasien mengatakan tangan
dan kakinya masih bengkak
O : Balance cairan (+) 824.75,
edema pada ekstremitas
3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Awasi balance cairan
 Berikan IV lasix
11.45 Gangguan nutrisi kurang S : Pasien mengatakan tidak
dari kebutuhan nafsu makan
O : Pasien makan habis 3
sendok
4 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Motivasi pasien untuk
menghabiskan
makanannya
4 – 3 – 2009 Pola nafas tidak efektif S : Pasien mengatakan masih
10.00 sesak
O : Pasien gelisah, RR:
28x/menit
A : Masalah belum teratasi
1 P : Lanjutkan intervensi
 Berikan posisi yang
nyaman
 Batasi cairan untuk
mengurangi edema

23
paru
Kolaborasi pemberian O2 3lt
10.15 Gangguan perfusi S : Pasien mengatakan lemah
jaringan perifer O : Bibir pucat, konjungtiva
palpebra anemis, CRT pada
ekstremitas atas dan bawah >
3 detik
2 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Pantau tanda vital
 Dorong latihan rentang
gerak
10.30 Kelebihan volume cairan S : Tn. M mengatakan tangan
dan kakinya masih bengkak
padahal sudah membatasi
minumnya satu hari hanya
satu gelas belimbing
O : Edema pada ekstremitas
atas dan bawah, CRT
ekstremitas atas dan bawah >
3 detik, turgor kulit tidak
elastic, balance cairan (+)
3 843.75, ureum 153 mg/dl,
cretinin 9,8 mg/dl, natrium
140 mmol/l, kalium 3,7
mmol/l, clorida 106 mmol/l
A : Masalah bellum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Catat adanya edema
 Ukur balance cairan
tiap jam
 Konsul untuk program
HD
10.45 Gangguan nutrisi kurang S : Pasien mengatakan sering
dari kebutuhan mual dan tidak nafsu makan
O : Pasien makan 2 sendok
dari porsi diit yang diberikan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4  Berikan diit sesuai
advis doktter
 Berikan diit sedikit
tapi sering
 Konsultasi dengan ahli
gizi tentang pemberian
diit yang tepat

24
BAB 3

NASKAH ROLE PLAY

(GAGAL GINJAL KRONIK)

3.1 Pemeran

a. Sulthon Aris N.W : Pasien


b. Syifa’ul Janah : Istri pasien
c. Yulian Dwi N. : Dokter
d. Ramadhanti Risma : Perawat 1
e. Siti Roiqul Jannah : Perawat 2
3.2 Naskah

Di sebuah desa ada seorang laki-laki Tn.S berusia 40 tahun dan


seorang perempuan 37 tahun. Mereka hidup sebagai pasangan suami istri.
Dalam keluarga tersebut mempunyai seorang anak yang sekolah diluar kota
sehingga mereka hidup berdua dirumahnya. Keluarga ini terkenal sangat
harmonis hingga suatu pagi di teras rumah, mereka berbincang-bincang
sebelum melakukan aktivitas hariannya.

Tn. S : gimana bu? Hari ini mau masak apa?

Ny. S : sayur asem sama ikan laut pak. Atau bapak mau makan apa?

Tn. S : yasudah bu itu saja tidak apa-apa.

Ny. S : iya pak nanti ibu masak.

Tn. S : sebentar ya bu bapak mau ke kamar mandi dulu.

Ny. S : iya pak.

Tiba-tiba terdengar suara dari kamar mandi.

25
Tock... Tock... Tock...

Ny. S : pak bapak kenapa pak? (gelisah dan mengetok pintu)

Tn. S : aduh bu sakit

Pintu terbuka Jeglekkkk....

Tn. S : pinggang bapak sakit banget bu, terus kalau pipis keluarnya Cuma sedikit
dan sakit (terlihat Tn. S pucat)

Ny. S : bapak panas? (sambil memegang dahi suami). Loh bapak panas banget
ini. Ayo kita ke RS pak

Tn. S : tidak usah bu, bapak tidak apa-apa kok

Ny. S : sudah pak nurut saja ayo kita berangkat ke RS

Mereka berangkat ke RS SALSABILA HUSADA untuk memeriksakan Tn.


S. Sesampainya di UGD RS. SALSABILA HUSADA

Perawat 1 : bapak silahkan tidur disini. Untuk keluarganya silahkan ke bagian


administrasi ya.

Ny. S : baik bu.

Ny. S bergegas menuju bagian administrasi untuk mengurus pendaftaran


suaminya.

Rec : selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu ?

Ny. S : siang bu. Saya mau mendaftarkan suami saya yang sekarang ada di ugd.

Rec : baru msuk ya bu?

Ny. S : iya bu.

26
Rec : bisa pinjam ktp suami dan ibu sebagai penanggung jawab?

Ny. S : iya. (sambil mengeluarkan KTP)

Rec : baik sekarang tolong diisi dulu formulirnya ini ya bu?

Ny. S : iya bu. (sambil mengsi formulir)

Setelah beberapa saat

Ny. S : sudah selesai bu

Rec : baik. Tunggu dulu bu ya saya daftarkan dulu bapaknya ke rekam medik.
Silahkan duduk nanti kalau sudah selesai saya panggil.

Ny. S : iya

Rec : keluarga dari Tn. S. Persyaratan pendaftaran sudah selesai diproses.


Silahkan dibawa dan diberikan ke petugas ugd ya bu

Ny. S : iya, terimakasi ya bu

Rec : sama-sama bu

Ny. S langsung menuju ke IGD

Saat di ruang IGD

Perawat 1 : selamat siang pak

Tn. S : siang suster

Perawat 1 : dengan bpk. S ya? Apa yang bapak keluhkan sekarang?

Tn. S : benar sus. Ini pinggang saya sakit sekali suster, saya sering ingin
pipis tetapi pipisnya keluar sedikit-sedikit.

27
Perawat 2 : Sudah berapa lama bapak merasakan keluhan tersebut pak?

Tn. S : Sudah sekitar 1 bulan terakhir ini sus. Awalnya cuma sakit
pinggang, saya kira karena kecapekan. Tetapi 2 minggu terakhir ini pipis sedikit-
sedikit dan sakit.

Perawat 2 : Ada darahnya apa tidak pak di air pipisnya???

Tn. S : Iya ada sus. Hari ini saya merasa lelah dan demam.

Perawat 1 : Baik pak, saya panggilkan dokter untuk memeriksa bapak,


silahkan tunggu sebentar. Mbak, tolong periksa TTV nya ya, saya panggilkan
dokternya.

Perawat 2 : Iya mbak. (Sambil memeriksa TTV pasien).

Perawat 1 segera menuju ruang dokter untuk melaporkan hasil anamnese


dari Tuan S.

Perawat 1 : Siang dokter. Ada pasien yang mengeluhkan sakit pinggang, demam,
serta kencingnya ada darahnya.

Dokter : Baik suster, akan saya periksa.

Setelah beberapa saat. Dokter mendatangi pasien ke UGD

Dokter : Gimana pak, apa yang di keluhkan sekarang??

Tn. S : Pinggang saya sakit dok, kalau pipis keluarnya sedikit-sedikit dan
ada darahnya. Sudah 1 bulanan sebenarnya dokter.

Dokter : Untuk mengetahui lebih lanjut penyakitnya saya sarankan bapak


untuk diperiksa lab,USG, dan IVP ya pak.

Tn. S : Iya baik dokter.

Dokter : Baiklah pak, ditunggu sebentar ya. Suster tolong siapkan blanko
Lab dan USG ya.

28
Perawat 1 : baik dok.

Lalu setelah dokter mengisi blanko Lab dan USG perawat 2 mengantarkan
pasien ke Lab. 1 jam berlalu pasien telah selesai diperiksa. Hasilnya
terlampir di status pasien dan pasien diantar ke UGD kembali.

Dokter : (Membaca hasil pemeriksaan). Dari hasil pemeriksaan yang bapak


lakukan bapak terdiagnosa batu saluran kemih.

Tn. & Ny. S : Haaaaahhh.... apa itu dokter???

Dokter : Iya pak memang begitu menurut hasil lab yang sudah bapak
jalani. .

Ny. S : (sedih). Lalu penyakit suami saya apa bisa disembukan dokter???

Dokter : Bisa bu. Sebenarnya ada 2 cara untuk pengobatannya. Yang


pertama melalui operasi yang kedua melalui terapi ESWL.

Ny. S : Apa itu dokter???

Dokter : ESWL itu prosedur noninfansive untuk menghancurkan batu


setelah batunya pecah dapat dikeluarkan melalui air kencing secara spontan.

Ny. S : Baik saya akan bicarakan dengan suami saya dulu ya dokter.

15 menit kemudian.

Dokter : Iya buk,bagaimana hasil diskusi dengan keluarganya?

Ny. S : setelah saya diskusikan dengan suami saya, kami memilih untuk
pengobatan alternatif saja dokter.

Dokter : apakah ibu sudah yakin dengan keputusan itu?

Ny. S : Iya dok, kami sudah mempertimbangkannya dengan matang.

29
Perawat 2 : begini pak, mungkin memang bapak sudah memutuskan untuk
melakukan pengobatan alternatif, tetapi apa tidak sebaiknya bapak melakukan
tindakan operasi atau ESWL yang sudah dijelaskan oleh dokter?

Tn. S : saya masih takut sus dengan tindakan itu.

Perawat 2 : tetapi pak, tindakan ini sudah pasti dan membuahkan hasil untuk
mengangkat batu yang ada di ginjalnya bapak.

Tn. S : tidak sus saya mau menggunakan pengobatan alternatif saja.

Perawat 2 : baik jika memang itu sudah menjadi keputusan bapak dan juga
keluarga.

Keluarga Tn. S pulang dari RS menuju ke rumah. Tn. S terlihat sedih dan
murung dengan hasil pemeriksaan dokter.

Tn. S : Masa iya bu saya terkena penyakit batu ginjal? Padahal saya tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan yang macam-macam (terlihat tidak percaya
dan menyangkal)

Ny. S : begini saja pak kita langsung mencari pengobatan alternatif saja

Tn. S : bukan begitu bu. Maksud saya ini gaya hidup saya juga baik
aktivitas juga baik tapi kenapa saya terkena penyakit batu ginjal?

Ny. S : iya pak saya paham dengan apa yang bapak rasakan. (berfikir
keras) eh apa mungkin karena bapak sering mengkonsumsi minuman penambah
stamina yang ibu belikan di warung.

Tn. S : apakah mungkin? Seandainya saya tidak mengkonsumsi minuman


itu mungkin saya tidak akan terkena penyakit ini bu

Ny. S : ini ujian untuk keluarga kita pak. Mari kita lalui bersama.

30
Dengan diagnosa yang telah ditentukan dokter Tn. S mengalami depresi
(merenung setiap hari). Namun, dengan dukungan dan motivasi dari istrinya
Tn. S bisa menerima penyakitnya.

Setelah 1 tahun melakukan pengobatan alternatif, penyakit yang diderita


oleh Tn. S malah bertambah parah. Akhirnya keluarga memutuskan untuk
membawanya ke RS lagi.

IGD RS

Perawat 2 : Silakan tidur disini pak

Tn. S : baik sus

Perawat 2 : dengan Tn. S ya? Apa yang bapak keluhkan sekarang?

Tn. S : pinggang saya terasa sangat nyeri mbak

Perawat 2 : (melihat rekam medis pasien). Mbak tolong periksa ttv Tn. S ya.
Saya akan memanggil dokter untuk memeriksa Tn. S.

Perawat 1 memeriksa ttv Tn. S

Perawat 1 : Baik saya akan memeriksa ttv Bapak dulu ya

Perawat 2 memanggil dokter. Setelah dokter tiba dan melihat rekam medis
pasien, dokter menyarankan untuk operasi.

Dokter : tolong siapkan inform consent untuk keluarga pasien Tn. S. Dan
beritahukan untuk pasien agar berpuasa besok akan dilakukan pembedahan.

Perawat 2 : Baik dokter saya siapkan (menyiapkan lembar inform consent)

Setelah pengisian inform consent keluarga pasien segera mengurus


administrasi untuk tindakan operasi esok harinya. Dan esok harinya pukul
16.00 dilakukan tindakan operasi.

31
Persyaratan untuk operasi sudah selesai, Tn. S segera masuk ke ruang
operasi.

Perawat 1 : kita doakan saja bu untuk kelancaran operasi dari Tn. S

Ny. S : iya mbak kita doakan saja

Operasi berjalan kurang lebih 1 jam. Setelah dilakukan operasi pasien


dibawa ke ruang rawat inap.

Ny. S : gimana dok operasi suami saya?

Dokter : operasi dari Tn. S sudah berakhir dan lancar bu

Ny. S : Iya dok terimakasih atas kerja keras dan usahanya untuk suami
saya

Dokter : setelah operasi ini Tn. S harus melakukan terapi hemodialisa.


Karena kondisi ginjalnya membutuhkan terapi itu. Jadi terapi hemodialisa adalah
terapi cuci darah. Jadi nanti Tn. S akan dilakukan pencucian pada darahnya.

Ny. S : lalu waktu terapinya bagaimana dok?

Dokter : untuk waktunya dilakukan seminggu dua kali ya bu soalnya ini


penyakitnya sudah jadi gagal ginjal kronis.

Ny. S : baik dok terimakasih atas penjelasannya.

Dokter : sama-sama ibu, semoga ibu dan bapak diberikan ketabahan dalam
menjalani kehidupan ini.

32
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD)


merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai karakteristik
bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan
berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, transplantasi ginjal dan rawat jalan
dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).
Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, tetapi penderitanya
harus melakukan hemodialisa paling sedikit satu kali dalam seminggu untuk
mengganti kerja ginjal yang sudah tidak efektif lagi. Hanya terapi ini yang
bisa dilakukan oleh penderita hingga akhir hidupnya.

33
4.2 Lembar Penilaian

Nilai
No Nama & NIM
Role Play Wawancara

Sulthon Aris N.W


1
16.09.2.149.036

Syifa’ul Janah
2
16.09.2.149.037

Ramadhanti Risma P.S


3
16.09.2.149.072

Siti Roiqul Jannah


4
16.09.2.149.077

Yulian Dwi Nurmashuda


5
16.09.2.149.084

34

Anda mungkin juga menyukai