FEBRIS KONVULSI
I. PENGERTIAN
Febris Konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Kejang demam adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan – 5 tahun yang
berlangsungkurang dari 15 menit.
Sedangkan menurut Consensus Statement Of Febrile Zeizures (1980) kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan – 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intra kronial atau
penyebab tertentu.
II. ETIOLOGI
Hingga kini belum jelas dietahui. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastra enteritis, dan infeksi saluran kemih.
Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang-kadang demam tidak begitu
tinggi dapat menyebabkan kejang.
Etiologi kejang tidak dapat ditentukan, hal yg dapat menyebabkan kejang pada
anak yaitu, demam tinggi, vaksinasi, cedera kepala, infeksi virus, hidrosefalus,
displasikortikal dan defek waktu lahir.
1. Kejang demam
2. Infeksi: meningitis, ensefalitis
3. Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia,
gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan
metabolik bawaan
4. Trauma kepala
5. Keracunan: alkohol, teofilin
6. Penghentian obat anti epilepsi
7. Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial, idiopatik.
Etiologi dari kejang bervariasi dan diklasifikasikan sebagai idiopatik (defek
genetik, perkembangan) dan didapat.
Penyebab kejang didapat adalah hipoksemia pada beberapa kasus yang mencakup
insufisiensi vaskular, demam (pada masa kanak-kanak), cedera kepala, hipertensi, infeki
sistem saraf pusat, kondisi metabolisme dan toksik (seperti gagal ginjal, hiponatremia,
hipokalsemia, hipoglikemia), tumor otak, kesalahan penggunaan obat, dan alergi. Stroke
dan kanker metastasis ke serebral menunjukkan adanya kasus kejang lansia.
Adapun juga penyebab kejang secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu
intrakranial dan ekstrakranial.
1. Intrakranial
Penyebab intrakranial dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder.
Penyebab intrakranial primer disebut juga idiopatik. Sedangkan sekunder dapat
disebabkan karena neoplasma intrakranial, kelainan kongenital seperti hidrosefalus,
infeksi seperti meningitis dan ensefalitis, dan trauma kepala.
2. Ekstrakranial
Proses Penyakit
KEJANG
IV. GEJALA KLINIS
Dikenal 2 bentuk kejang demam :
1. Kejang demam sederhana.
2. Kejang demam komplikata.
V. FAKTOR RESIKO
1. Demam
2. Keturunan
3. Perkembangan terlambat
4. Masalah-masalah pada neonatus
5. Anak-anak dalam perawatan khusus
6. Kadar nutrien rendah
Resiko meningkat dengan :
1. Usia dini
2. Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam.
3. Temperatur rendah saat kejang
4. Riwayat keluarga kejang demam
5. Riwayat keluarga epilepsi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah cengkop : Glukosa, serum elektrolit, serum kreatinis.
2. Fondostopi
3. Transkeminasi kepala
4. Punksi lumbol terutama pada anak usia < 1 tahun
5. EEG < flektro enchepholo grophy >
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan Fase Akut Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama
adalah menjaga agar jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak
dimiringkan untuk mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri,
tetapi dapat juga berlangsung terus atau berulang. Pengisapan lendir dan pemberian
oksigen harus dilakukan teratur, kalau perlu dilakukan intubasi.2,3,9 Keadaan dan
kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit harus diperhatikan. Suhu tubuh dapat
diturunkan dengan kompres air hangat (diseka) dan pemberian antipiretik2,3,9,10
(asetaminofen oral 10 mg/ kg BB, 4 kali sehari atau ibuprofen oral 20 mg/kg BB, 4
kali sehari).11 Saat ini diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam
fase akut, karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat.12 Diazepam dapat
diberikan secara intravena atau rektal,2,3 jika diberikan intramuskular absorbsinya
lambat.13 Dosis diazepam pada anak adalah 0,3 mg/kg BB, diberikan secara intravena
pada kejang demam fase akut,14 tetapi pemberian tersebut sering gagal pada anak
yang lebih kecil.15 Jika jalur intravena belum terpasang, diazepam dapat diberikan
per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg pada berat
badan lebih dari 10 kg.2,3,16 Pemberian diazepam secara rektal aman dan efektif
serta dapat pula diberikan oleh orang tua di rumah.2,3,9,15 Bila diazepam tidak
tersedia, dapat diberikan luminal suntikan intramuskular dengan dosis awal 30 mg
untuk neonatus, 50 mg untuk usia 1 bulan – 1 tahun, dan 75 mg untuk usia lebih dari 1
tahun.2 Midazolam intranasal (0,2 mg/kg BB) telah diteliti aman dan efektif untuk
mengantisipasi kejang demam akut pada anak.12 Kecepatan absorbsi midazolam ke
aliran darah vena dan efeknya pada sistem syaraf pusat cukup baik;17 Namun efek
terapinya masih kurang bila dibandingkan dengan diazepam intravena.18 Mencari dan
Mengobati Penyebab Kejang dengan suhu badan yang tinggi dapat terjadi karena
faktor lain, seperti meningitis atau ensefalitis. Oleh sebab itu pemeriksaan cairan
serebrospinal diindikasikan pada anak pasien kejang demam berusia kurang dari 2
tahun, karena gejala rangsang selaput otak lebih sulit ditemukan pada kelompok umur
tersebut. Pada saat melakukan pungsi lumbal harus diperhatikan pula kontra
indikasinya.1-3 Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk mencari
penyebab, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit.
Pemeriksaan CT-Scan dilakukan pada anak dengan kejang yang tidak diprovokasi
oleh demam dan pertama kali terjadi, terutama jika kejang atau pemeriksaan post iktal
menunjukkan abnormalitas fokal.19 Pengobatan Profilaksis Terhadap Kejang Demam
Berulang Pencegahan kejang demam berulang perlu dilakukan, karena menakutkan
keluarga dan bila berlangsung terus dapat menyebabkan kerusakan otak yang
menetap.2 Terdapat 2 cara profilaksis, yaitu,2,3,9 • Profilaksis intermittent pada
waktu demam • Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari.
VIII. KOMLPIKASI
1. Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan
gigi.
2. Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda tajam atau keras yang ada di
sekitar anak.
3. Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
1. Epilepsi
2. Retardasi mental
Terjadi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan
perkembangan atau kelainan neurologis
3. Hemiparese
Biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih
dari 30 menit)
4. Gagal pernapasan
1. Kematian
IX. PROGNOSIS KEJANG DEMAM
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian. Living-stone (1954) dari golongan kejanh demam sederhana
mendapatkan 2,9% yang menjadi epilepsy dan golongan epilepsy yang diprovokasi
oleh demam 97% menjadi epilepsy. Resiko yang dihadapi anak sesudah menderita
kejang demam tergantung dari factor:
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut maka dikemudian hari akan
mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, disbanding bila hanya ada 1
atau tidak sama sekali factor diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3%.
Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung
lebih dari 30 menit) baik umum / fokal. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal
yang terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flaksid, tapi setelah 2 minggu timbul
spasitas. Dari penelitian terhadap 431 pasien kejang demam sederhana, tidak terdapat
kelainan pada IQ, tetapi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat
gangguan perkembangan atau kelainan neuroogis akan didapat IQ lebih rendah. Jika
kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan
terjadi 5 kali lebih besar
X. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Anak M, usia 5,5 tahun, laki-laki dibawa oleh orangtuanya ke RS.X pada tanggal 6
Maret 2016 pukul 01.15 WIB karena demam tinggi disertai kejang satu kali. Diketahui S
: 39,4oC, TD : 100/70 mmHg, N : 135 x/menit, RR : 35 x/menit. Mukosa bibir pucat,
kulit kemerahan, konjungtiva anemis, dan tingkat pengetahuan orangtua kurang.
Diagnosa medis : kejang demam.
1. Pengkajian
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan sistemik untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan
pasien tersebut. Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa
dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi
kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien,
keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang
diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama),
literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar). Pengumpulan
data pada kasus kejang demam ini meliputi :
1. Data subyektif:
a. Biodata/ Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau
sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil,
penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan
apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep atau vakum), perdarahan ante
partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah,
tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
a. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat
imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
b. Riwayat Perkembangan
d. Riwayat sosial
2. Pola nutrisi
Asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan kuantitas makanan, makanan yang disukai,
selera makan, dan pemasukan cairan.
3. Pola Eliminasi
Kesenangan anak dalam bermain, aktivitas yang disukai, dan lama berkumpul dengan
keluarga.
Pengkajian menurut Riyadi & Sukarmin (2013) terdapat 3 pengkajian yang harus di
lakukan, antara lain:
1) Riwayat Pengkajian
Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam yang di alami
oleh anak (suhu rektal di atas 38ºC). Demam ini dilatarbelakangi adanya penyakit lain
yang terdapat pada luar kranial seperti tonsilitis, faringitis. Sebelum serangan kejang
pada pengkajian status kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak
masih menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya.
2) Pengkajian Fungsional
Secara umum kejang demam tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ini di pahami dengan catatan kejang yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau
masih dalam batasan yang dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun tidak lebih dari 4
kali) atau penyakit yang melatarbelakangi timbulnya kejang seperti tonsilitis, faringitis,
segera dapat di atasi. Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mudah mengalami
keterlambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang karena ketidak cukupan
nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan yang kurang dari umur semestinya
sebagai akibat penurunan asupan mineral. Selain gangguan pertumbuhan sebagai dampak
kondisi atas anak juga dapat mengalami gangguan perkembangan seperti penurunan
kepercayaan diri akibat sering kambuhnya penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam
diri bersama ibunya kalau di sekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat
dirawat di rumah sakit anak terlihat pendiam, sulit berinteraksi dengan orang yang ada di
sekitar, jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan
perkembangan yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar (meloncat,
berlari).
2.Analisa data
1. Data:
ETIOLOGI :Suhu tubuh naik ->perubahan keseimbangan membran sel neuron -->difusi
K⁺ maupun Na⁺ melalui membran -->lepas muatan listrik yang meluas ke seluruh sel --
>Kejang
MASALAH : Kejang
3. Diagnosa:
4. Intervensi
Dewanto, Gerge, dkk. 2007. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Harjaningrum, Agnes Tri. Smart Patient : Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas.
Jakarta : Mizan Digital Publishing
Lumbantobing SM. 1989. Penatalaksanaan mutakhir kejang pada anak. Jakarta : FKUI
Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi 2. PT. Sagung Seto : Jakarta
Putri, Triloka dan Baidul Hasniah, 2009, Menjadi Dokter Pribadi bagi Anak Kita,Katahati,
Jogjakarta.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2013, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi DalamPraktik.Jakarta:EGC
Wong. (2009), Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.