BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat
darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya tidak pernah
mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya
gangguan neurologis, keadaan tersebut merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin
sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau
merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis
yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejng tidak
terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Dengan penangggulangan
yang tepat dan cepat tidak perlu menyebabkan kematian.
Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat
ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan faktor
lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat
dijumpai pada kejang demam, epilepsi, dan lain-lain.
Priguna (1999: 134) menjelaskan bahwa epilepsi adalah suatu gangguan
serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya
serangan paroksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron serebral secara
eksesif.
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 165: 2005).
A. Aziz Alimul Hidayat (99: 2008) mengemukakan bahwa kejang demam merupakan
bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses
ekstrakranium dengan ciri terjadi antarusia 6 bulan-4 tahun, lamanya kurang dari 15
menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
b. Epilepsi
John Rendle(1992) menyatakan, bahwa epilepsi adalah suatu gangguan serebral
khronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh tmbulnya serangan
paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron serbral secara eksesif.
Lebih lanjut Kumala (1998) menjelaskan bahwa epilepsi adalah setiap kelompok
sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksimal yang
dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang episodik,
fenomena motorik yang abnormal, gangguan psiki, sensorik dan sistem otonom
disebabkan aktivitas listrik otak.
Seeorang dianggap sebagai pasien epilepsi bila ia telah lebih dari 1 kali menderita
bangkitan kejang spontan epilepsi atau gangguan yang ringan (Ngastiyah, 2005).
A. Etiologi
a.
Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Ngastiyah (2005) antara lain:
S Suhu yang tinggi
S Metabolisme anaerobik
S Metabolisme otak yang meningkat
S Infeksi di luar saluran susunan saraf pusat
S Infeksi ekstrakranial
b.
Epilepsi
Penyebab epilepsi menurut Fransisca (2008) antara lain :
S Faktor fisiologis
S Faktor biokimiawi
S Faktor anatomis
S Gabungan faktor-faktor di atas
S Penyakit yang pernah diderita
B. Patofisiologi
a.
Risiko tinggi
Kebutuhan Nutrisi
O2 ke otak menurun
Kejang Demam
TIK
meningkat
Kejang demam sederhana Kejang demam komplek
Risiko injuri
Risiko tinggi gangguan tumbuh kembang
a.
Patofisiologi epilepsi
Kelompok sel neuron yang abnormal melepas muatan secara berlebihan dan menyebar
melalui jalur-jalur fisiologi-anatomis dan melibatkan daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih
jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum bagian bawah
batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepas muatan listrik berlebihan,
namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi.
A. Manifestasi Klinis
a.
Kejang Demam
Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan umumnya kejang akan terhenti sendiri.
Begitu terhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik
atau menit anak akan terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.
b. Epilepsi
Manifestasi klinis pada berbagai jenis epilepsi :
M Grandmal, pasien tidak ingat adanya serangan sejak semula, hilangnya kesadaran, kejang
tonik 20-60 detik disusul dengan kejang klonik kira-kira 40 detik setelah itu terbaring dalam
keaadaan koma kira-kira 1 menit, lalu tertidur selama 2-3 jam jika dibangunkan mengeluh sakit
kepala. Produksi air liur bertambah, disertai kesukaran bernapas dan terlihat mulut anak
berbusa.
M Petit mal, berlangsung 5-15 detik, kesadaran menurun, tiba-tiba berhenti melakukan apa
yang sedang ia lakukan, staring, mata berkedip 3 kali/ detik.
M Status petit mal, anak dalam keadaan bengong, disorientasi, kesadaran menurun dan reaksi
lambat, berlangsung sampai 24 jam atau lebih, umumnuya hanya beberapa menit.
M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari badan dan
anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan, gerakan kejut disertai jeritan,
biasanya anak menderita retardasi mental
M Sinkop, sebelum kehilangan kesadaran pasien merasa badannya dingin atau panas dan
berkeringat dingin, telingan berdengung, pandangan kabur atau benda yang dilihatnya tampak
hitam, pusing, rasa tidak enak di perut, dan pucat hingga hilangnya kesadaran sepintas.
Umumnya sinkop hanya terjadi pada waktu sikap tegak.
B. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Fisik
$Pemeriksaan pediatrik seperti keadaan umum, TTV, kepala, jantung, paru, abdomen anggota
gerak, dsb.
$ Pemeriksaan neurologis seperti tingkat kesadaran, sistem motorik dan sensorik, dll.
$ Konsul ke bagian mata, THT, hematologi, endokrinologi.
b. Pemeriksaan laboratorium
$ Pemeriksaan darah tepi secara rutin
$ Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah
$ Pemeriksaan CSS ( cairan serebro spinalis) bila perlu
c.
Pemeriksaan Radiologis
$ Foto tengkorak
$ Pneumoensefalografi
$ Ventrikulografi
$ Arteriografi
C. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Kejang
1. Medis
Pada kejang demam faktor yang perlu dikerjakan adalah :
a.
b. Pengobatan Penunjang
Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring, lakukan hibernasi dengan kompres alkohol
dan es. Berikan kortikosteroid ataupun glukokortikosteroid.
c.
Pengobatan Rumat
Pemberian obat antiepileptik, fenobarbital, sodium valproat(evilin, depakene), fenitoin (dilantin)
Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat kejang:
J Baringkan pasien di tempat yang rata, pasangkan guedel
J Singkirkan benda-benda disekitar pasien
J Isap lendir sampai bersih, berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt
J Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif
J Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
d.
e.
1. Medis
a.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
kriteria
Intervensi
Rasional
evaluasi
Risiko tinggi - Serangan
-Gali bersama
cidera b/d
kejang dapat
pasien, keluarga
serangan
terkontrol
berbagai
meningkatkan aktivitas
stimulasi yang
kejang
(Fransisca,
meningkatkan risiko
2008).
n pemahaman
terjadinya kejang
pencetus kejang
faktor yang
menunjang
kejang
penghentian
-Pertahankan
pernapasan
bantalan lunak
- Memberikan perlindungan
langkah untuk
penghalang
memperbaiki
tempat tidur
kejang berat
situasi
ps
tempat tidur
rendah
-Evaluasi
- Mencatat keadaan
kebutuhan u/
perlindungan
penyembuhan pada
pada kepala
keadaan normal
-Tinggalah
- Memberikan intervensi
bersama ps
dalam waktu
mengendalikan kejang
beberapa saat
selama/setelah
- Menstabilkan membran
kejang
sel saraf
-Lakukan
penilaian
neurologis/TTV
setelah kejang
-Observasi
munculnya
tanda-tanda
status
epileptikus
Kolaborasi:
-Berikan obat
sesuai indikasi
seperti obat
antiepilepsi
(fenitoin)
-Fenobarbital
-Diazepam
-Glukosa, tiamin
-Pantau/catat
kadar obat
antiepilepsi
-Pantau kadar
sel darah,
elektrolit dan
glukosa
- Menurunkan efek
samping dari obat
antiepilepsi
- Menekan status kejang
- Mempertahankan
keseimbangan
metabolisme
-Mengetahui kadar
terapeutik standar
-Mengidentifikasi faktorfaktor yang
memperberat/menurunkan
kejang
NO
2
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
Risiko tinggi pola
Kriteria Evaluasi
-Mempertahankan pola
- Anjurkan ps u/
-Menurunka
pernapassan efektif
atau masuk
kerusakan
ke faring
neuromuskular
terjadi
-Meningkatk
mencegah l
menyumbat
(Diah, 2009)
bernapas/ e
-Menurunka
Kolaborasi:
sebagai akib
yang menur
berkepanjan
posiktal mem
dukungan ve
NO
3
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Koping individu/
Keperawatan
-Setelah dilakukan
Kriteria Evaluasi
- Kaji perasaan takut, asing,
keluarga tidak
intervensi
diasingkan dar
keperawatan
-U/ penangana
akibat epilepsi
koping individu/
(Fransisca, 2008)
keluarga membaik
-Konseling aka
-Dapat mengatasi
individu/keluar
-Klien dengan
mental yang ko
masalah yang
kondisi dan ke
dihadapi
diakibatkan ep
-klien/ keluarga
dapat memahami
perawatan epilepsi
untuk mengub
kondisi dan
dengan keluar
keterbatsan yang
penyakitnya se
diakibatkan epilepsi
-Dengan meng
-Beritahukan keluarga untuk
mencegah risik
ke unit pelkes
-Meningkatkan
ps
-Mencegah ps
keamanan dan
klien
Diagnosa
Tujuan
O
4.
Keperawatan
Kurang
Intervensi
Kriteria Evaluasi
-Tujuan:
- Jelaskan kembali
pengetahuan
Pemahaman
mengenai patofisologi
kesempatan u/
mengenai
terhadap proses
mengklarifikasi
kondisidan
penyakit, dan
pengobatan dalam
kesalahan
aturan
pengobatannya
persepsidan keadaan
pengobatan
-Kriteria
b/d kurang
evaluasi:
pemajanan,
Mengungkapka
kurang
n pemahaman
dan tidak
pemahaman terhadap
mengingat
tetntang
menghentikan
obat-obat yang
(Doenges,
gangguan dan
pengobatan tanpa
didapat merupakan
2000)
berbagai
pengawasan dokter
rangsang yang
dapat
Rasional
- Memberikan
- Tidak adanya
meningkatkan/
jelas pada ps u/
berpotensial
minum obat
- Dapat menurunkan
iritasi lambung,
pada aktivitas
bersamaan waktu
kejang
makan jika
memungkinkan
- Anjurkan ps u/
menggunakan gelang
identifikasi yang
memberitahukan
mual/muntah
- Mempercepat
penanganan dan
menentukan diagnosa
dalam keadaan
darurat
- Kebutuhan terapeutik
dapat berubah dan
- Tekankan perlunya u/
melakukan evaluasi
yang teratur
terjadi
CONTOH ASKEP
A. TEORI
Pengertian
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal
di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:
229)
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)
Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang
ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang
akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
Manifestasi Klinik
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh
infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut,
bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonikklonik.
Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin
timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan
anak menderita epilepsy.
untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2
golongan yaitu :
4. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)
5. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever
Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah
dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang
demam sederhana, yaitu :
6. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
7. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
8. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4
kali
9. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
10.Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
11.Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan.
Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
2. Pemeriksaan laboratorium
Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan
gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk
menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis
bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
4. Motorik kasar
5. Motorik halus
Meniru
Dampak hospitalisasi
Pengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis,
perasaan hilang kontrol menunjukkan temperamental, menunjukkan regresi,
protes secara verbal, takut terhadap luka dan nyeri, dan dapat menggigit
serta dapat mendepak saat berinteraksi.
Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :
a. Rasa takut
b. Ansietas
Tidak berdaya
ANALISA DATA
NO
1
TGL / JAM
Diisi pada saat tanggal pengkajian
DIAGNOSA KEPERAWATAN
o
DIAGNOSA KEPERA
Reaks
i:
3 komentar:
1.
blognya sangat membantu tugas KTI saya mas, terima kasih atas artikelnya. Salam dari
Cirebon
BalasHapus
2.
omedika7 Mei 2012 07.40
3.
Asuhan Keperawatan NANDA14 Desember 2012 01.21
Entri Populer
ASKEP HIPERTENSI
TEORI Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm
Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Ro...
Best Friends
About Me
Contoh Askep
Contoh Askep
Medikal Bedah
Anak
Maternitas
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Contoh kasus
Anak K usia 6 tahun, agama islam, suku bangsa melayu. Alamat tinggal Jln.
Anggrek no.24 Telanaipura Jambi, masuk ruang IGD RS Raden Mattaher Jambi pada
tanggal : 12/12/2010, pukul 13:12 WIB. Klien masuk rumah sakit karena sering
mengalami kejang. Pasien tidak sadar, terlihat kelenjar ludah yang keluar disertai mulut
yang berbusa. Sebelumnya klien pernah dirawat di ruang anak RSUD, tetapi setelah
terlihat pulih ps dibawa pulang. Saat pengkajian keluarga klien mengeluh nafas
anaknya sesak, CRT 3 detik. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh :
TD : 90/60mmHg, N : 84x/mnt, RR: 32x/mnt, S : 37,50C , terdapat luka lecet pada
bagian punggung belakang, kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua
muncul dengan perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit
dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam. Dari keterangan orang tua
klien diketahui bahwa sebelumnya anaknya pernah menderita penyakit seperti ini,
kejang terjadi secara mendadak sehingga anak takut untuk bermain bersama temantemannya. Pada keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien, orang tua sering mengajak anaknya berlibur jika ada waktu luang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Pengkajian
1. Riwayat kejang
Ps telah mengalami kejang pada umur 5 tahun
2. Faktor yang menimbulkan kejang
Kejang yang ditimbulkan spontan
3. Asupan alkohol
Anak tidak mengkonsumsi alkohol
4. Efek epilepsi terhadap gaya hidup
Anak terbatas untuk bermain di lingkungan, sehingga anak merasa minder ketika mendengar
ejekan teman-temannya
5. Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh kejang
Ada, saat mengalami kejang ps tidak dapat mengontrol diri sehingga membutuhkan
keluarga/orla untuk memberikan bantuan
6. Apakah ps mempunyai program rekreasi
Ps dapat berekreasi jika orang tuanya mempunyai waktu luang
7. Kontak sosial
Ps sering berada di rumah karena merasa malu untuk melakukan kontak sosial
8. Apakah pengalaman dalam beraktivitas positif
9. Mekanisme koping yang dipergunakan
10. Pengamatan dan pengkajian selama dan setelah kejang
Kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua muncul dengan perkiraan 40 detik
hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga
mencapai 3 jam.
b. Diagnosa Keperawatan
1. pola napas tak efektif b/d kerusakan neuromuskular
2. Cidera b/d serangan kejang
3. Koping individu tidak efektif b/d stres akibat epilepsi
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisidan aturan pengobatan b/d kurang pemajanan, kurang
mengingat
BAB IV
PENUTUP
IV.1.
a.
Kesimpulan
Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus tergantung
kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.
b.
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi pasie
tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.
IV.2. Saran
Bagi perawat :
Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3.
Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada klien epilepsi dilakukan secara kontiniu
dan berkesinambungan.
4.
Mahasiswa/i
keperawatan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Behrman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC