Anda di halaman 1dari 32

Kejang demam pada anak

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat
darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya tidak pernah
mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya
gangguan neurologis, keadaan tersebut merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin
sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau
merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis
yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejng tidak
terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Dengan penangggulangan
yang tepat dan cepat tidak perlu menyebabkan kematian.
Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat
ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan faktor
lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat
dijumpai pada kejang demam, epilepsi, dan lain-lain.
Priguna (1999: 134) menjelaskan bahwa epilepsi adalah suatu gangguan
serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya
serangan paroksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron serebral secara
eksesif.

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya,


misalnya Lumban Tobing (1975) mendapatkan 6 %, sedangkan Livingstone (1954) dari
golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9 % yang menjadi epilepsi, dan
golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir
kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit
kejang dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
kepada anak.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Kejang.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Kejang dan dapat
menegakkan diagnosa keperawatan.
b. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Kejang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kejang (konvulsi) adalah akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel
saraf korteks serebral yang ditandai dengan erangan tiba-tiba terjadi gangguan
kesadaran ringan, aktivitas motorik, dan gangguan fenomena sensori (Doenges, 2000:
259)
a. Kejang Demam

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 165: 2005).
A. Aziz Alimul Hidayat (99: 2008) mengemukakan bahwa kejang demam merupakan
bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses
ekstrakranium dengan ciri terjadi antarusia 6 bulan-4 tahun, lamanya kurang dari 15
menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
b. Epilepsi
John Rendle(1992) menyatakan, bahwa epilepsi adalah suatu gangguan serebral
khronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh tmbulnya serangan
paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron serbral secara eksesif.
Lebih lanjut Kumala (1998) menjelaskan bahwa epilepsi adalah setiap kelompok
sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksimal yang
dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang episodik,
fenomena motorik yang abnormal, gangguan psiki, sensorik dan sistem otonom
disebabkan aktivitas listrik otak.
Seeorang dianggap sebagai pasien epilepsi bila ia telah lebih dari 1 kali menderita
bangkitan kejang spontan epilepsi atau gangguan yang ringan (Ngastiyah, 2005).
A. Etiologi
a.

Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Ngastiyah (2005) antara lain:
S Suhu yang tinggi
S Metabolisme anaerobik
S Metabolisme otak yang meningkat
S Infeksi di luar saluran susunan saraf pusat
S Infeksi ekstrakranial

b.

Epilepsi
Penyebab epilepsi menurut Fransisca (2008) antara lain :
S Faktor fisiologis
S Faktor biokimiawi

S Faktor anatomis
S Gabungan faktor-faktor di atas
S Penyakit yang pernah diderita
B. Patofisiologi
a.

Patofisiologi Kejang Demam ( Ilmu Kesehatan Anak, hal:47)


Peningkatan suhu tubuh

Metabolisme basal meningkat

Risiko tinggi

Kebutuhan Nutrisi
O2 ke otak menurun

Kejang Demam

TIK

meningkat
Kejang demam sederhana Kejang demam komplek

Gangguan perfusi jaringan

Risiko injuri
Risiko tinggi gangguan tumbuh kembang

Risiko tinggi berulang

a.

Patofisiologi epilepsi
Kelompok sel neuron yang abnormal melepas muatan secara berlebihan dan menyebar
melalui jalur-jalur fisiologi-anatomis dan melibatkan daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih
jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum bagian bawah
batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepas muatan listrik berlebihan,
namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi.

A. Manifestasi Klinis
a.

Kejang Demam
Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan umumnya kejang akan terhenti sendiri.
Begitu terhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik
atau menit anak akan terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.

b. Epilepsi
Manifestasi klinis pada berbagai jenis epilepsi :
M Grandmal, pasien tidak ingat adanya serangan sejak semula, hilangnya kesadaran, kejang
tonik 20-60 detik disusul dengan kejang klonik kira-kira 40 detik setelah itu terbaring dalam
keaadaan koma kira-kira 1 menit, lalu tertidur selama 2-3 jam jika dibangunkan mengeluh sakit
kepala. Produksi air liur bertambah, disertai kesukaran bernapas dan terlihat mulut anak
berbusa.
M Petit mal, berlangsung 5-15 detik, kesadaran menurun, tiba-tiba berhenti melakukan apa
yang sedang ia lakukan, staring, mata berkedip 3 kali/ detik.
M Status petit mal, anak dalam keadaan bengong, disorientasi, kesadaran menurun dan reaksi
lambat, berlangsung sampai 24 jam atau lebih, umumnuya hanya beberapa menit.
M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari badan dan
anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan, gerakan kejut disertai jeritan,
biasanya anak menderita retardasi mental
M Sinkop, sebelum kehilangan kesadaran pasien merasa badannya dingin atau panas dan
berkeringat dingin, telingan berdengung, pandangan kabur atau benda yang dilihatnya tampak

hitam, pusing, rasa tidak enak di perut, dan pucat hingga hilangnya kesadaran sepintas.
Umumnya sinkop hanya terjadi pada waktu sikap tegak.
B. Pemeriksaan Penunjang
a.

Pemeriksaan Fisik
$Pemeriksaan pediatrik seperti keadaan umum, TTV, kepala, jantung, paru, abdomen anggota
gerak, dsb.
$ Pemeriksaan neurologis seperti tingkat kesadaran, sistem motorik dan sensorik, dll.
$ Konsul ke bagian mata, THT, hematologi, endokrinologi.

b. Pemeriksaan laboratorium
$ Pemeriksaan darah tepi secara rutin
$ Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah
$ Pemeriksaan CSS ( cairan serebro spinalis) bila perlu
c.

Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)


Untuk membantu menegakkan diagnosis.

d. Pemeriksaan Psikologis dan Psikiatri


Pasien perlu mendapat perhatian dan melibatkan orang tua dalam perawatannya serta
melibatkan psikiater dan psikolog.
e.

Pemeriksaan Radiologis
$ Foto tengkorak
$ Pneumoensefalografi
$ Ventrikulografi
$ Arteriografi

C. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Kejang
1. Medis
Pada kejang demam faktor yang perlu dikerjakan adalah :
a.

Memberantas kejang secepat mungkin


Pemberian obat diazepam (IV) dengan dosis sesuai berat badan juga dapat di berikan melalui
rektum, jika tidak tersedia berikan fenobarbital (IM)/(IV) sesuai dosis atau difenilhidantoin. Bila
kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut sebaiknya anak dibawa ke ICU dan di
anestesia dengan tiopental.

b. Pengobatan Penunjang

Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring, lakukan hibernasi dengan kompres alkohol
dan es. Berikan kortikosteroid ataupun glukokortikosteroid.
c.

Pengobatan Rumat
Pemberian obat antiepileptik, fenobarbital, sodium valproat(evilin, depakene), fenitoin (dilantin)

d. Mencari dan Mengobati Penyebab


Pemberian antibotik, pemeriksaan fungsi lumbal, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah:
a.

Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat kejang:
J Baringkan pasien di tempat yang rata, pasangkan guedel
J Singkirkan benda-benda disekitar pasien
J Isap lendir sampai bersih, berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt
J Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif
J Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat

b. Suhu yang meningkat diatas normal


Berikan obat anti piretik dengan antikonvulsan. Paasien perlu diberi banyak minum jika suhu
tinggi sekali kompres dingin ecara intensif.
c.

Risiko terjadi bahaya/komplikasi


Setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya, berikan mikrodrip,
observasi passien, catat dengan cermat atau gunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat

d.

Gangguan rasa aman dan nyaman


Walaupun pasien ketika kejang tidak sadar perlakukan lemah lembut dan kasih sayang perlu
dilaksanakan

e.

Kurangnya pengetahuan orang tua


Orang tuanya perlu dijelaskan mengapa anak kejangterutama yang berhubungan kenaikan
suhu tubuh, perlu diajari bagaimana cara menolong pada saat anak kejang dan mencegah
timbulnya kejang.
Penatalaksanaan Epilepsi

1. Medis

a.

Pengobatan kuratif (kausal)


Selidiki adanya penyakit yang masih aktif (tumor otak, hematoma subdural kronis) pada lesi
aktif atau progresif yang belum ada obatnya, lesi, atau lesi yang sudah inaktif.

b. Pengobatan preventif ( rumat)


Pasien epilepsi diberikan obat antikonvulsan secara rumat, selama pengobatan harus diperiksa
gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratorium secara berkala. Berikan obat seperti
fenobarbital, diaepam, diamox, dilantin, mysolin, prednison, deksametason, adrenokortikotropin.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam penatalaksanaan keperawatan perlu memerhatikan masalah pasien antara lain, risiko
terjadi bahaya, gangguan rasa aman dan nyaman risiko terjadi gangguan psikososial,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit anaknya.

3. Intervensi dan Evaluasi

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan
kriteria

Intervensi

Rasional

evaluasi
Risiko tinggi - Serangan

-Gali bersama

cidera b/d

kejang dapat

pasien, keluarga

dan stimulassi lain dapat

serangan

terkontrol

berbagai

meningkatkan aktivitas

stimulasi yang

otak, yang selanjutnya

kejang

- Alkohol, berbagai obat

(Fransisca,

Mengungkapka dapat menjadi

meningkatkan risiko

2008).

n pemahaman

terjadinya kejang

pencetus kejang

faktor yang

- Mengurangi trauma saat

menunjang

kejang

penghentian

-Pertahankan

pernapasan

bantalan lunak

dan mengambil pada

- Memberikan perlindungan

langkah untuk

penghalang

tambahan terhadap pasien

memperbaiki

tempat tidur

kejang berat

situasi

yang terpasang - Meningkatkan keamanan


dengan posisi

ps

tempat tidur
rendah
-Evaluasi

- Mencatat keadaan

kebutuhan u/

keadaan dan waktu

perlindungan

penyembuhan pada

pada kepala

keadaan normal

-Tinggalah

- Memberikan intervensi

bersama ps

yang segera dibutuhkan u/

dalam waktu

mengendalikan kejang

beberapa saat
selama/setelah

- Menstabilkan membran

kejang

sel saraf

-Lakukan
penilaian
neurologis/TTV
setelah kejang
-Observasi
munculnya
tanda-tanda
status
epileptikus
Kolaborasi:
-Berikan obat
sesuai indikasi
seperti obat
antiepilepsi
(fenitoin)
-Fenobarbital
-Diazepam
-Glukosa, tiamin
-Pantau/catat
kadar obat
antiepilepsi
-Pantau kadar
sel darah,
elektrolit dan
glukosa

- Menurunkan efek
samping dari obat
antiepilepsi
- Menekan status kejang
- Mempertahankan
keseimbangan
metabolisme
-Mengetahui kadar
terapeutik standar
-Mengidentifikasi faktorfaktor yang
memperberat/menurunkan
kejang

NO
2

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Risiko tinggi pola

Kriteria Evaluasi
-Mempertahankan pola

- Anjurkan ps u/

-Menurunka

napas tak efektif b/d

pernapassan efektif

mengosongkan mulut dari

atau masuk

kerusakan

dengan jalan napas

benda tertentu jika fase aura

ke faring

neuromuskular

paten/ aspirasi dicegah

terjadi

-Meningkatk

- Letakkan ps pada posisi

mencegah l

miring, permukaan datar,

menyumbat

(Diah, 2009)

miringkan kepala selama


serangan kejang

-U/ mem fas

-Tanggalkan pakaian pada

bernapas/ e

daerah leher/dada dan


abdomen

-Menurunka

Kolaborasi:

sebagai akib

-Berikan tambahan oksigen/

yang menur

ventilasi manual sesuai


kebutuhan pada fase posiktal -Munculnya
-Bantu melakukan intubasi,

berkepanjan

jika ada indikasi

posiktal mem

dukungan ve
NO
3

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Koping individu/

Keperawatan
-Setelah dilakukan

Kriteria Evaluasi
- Kaji perasaan takut, asing,

keluarga tidak

intervensi

depresi, dan tidak pasti

diasingkan dar

efektif b/d stres

keperawatan

- Kaji adanya masalah psikologis

-U/ penangana

akibat epilepsi

koping individu/

(Fransisca, 2008)

keluarga membaik

-Lakukan konseling terhadap

-Konseling aka

-Dapat mengatasi

individu dan keluarga

individu/keluar

-Klien dengan

mental yang ko

masalah yang

kondisi dan ke

dihadapi

- Berikan pendidikan mengenai

diakibatkan ep

-klien/ keluarga

penyebab, pencegahan dan cara -Pendidikan ep

dapat memahami

perawatan epilepsi

untuk mengub

kondisi dan

-Ajarkan keluarga cara perawtan

dengan keluar

keterbatsan yang

bila terjadi serangan kejang

penyakitnya se

diakibatkan epilepsi

-Dengan meng
-Beritahukan keluarga untuk

bila terjadi sera

melakukan kontrol secara teratur

mencegah risik

ke unit pelkes

-Meningkatkan

-Beritahukan ps/ keluarga u/

ps

mengonsumsikan obat yang


direspkean dokter

-Mencegah ps

obat yang dap

keamanan dan
klien

Diagnosa

Tujuan

O
4.

Keperawatan
Kurang

Intervensi
Kriteria Evaluasi
-Tujuan:
- Jelaskan kembali

pengetahuan

Pemahaman

mengenai patofisologi

kesempatan u/

mengenai

terhadap proses

penyakit dan perlunya

mengklarifikasi

kondisidan

penyakit, dan

pengobatan dalam

kesalahan

aturan

pengobatannya

jangka waktu yang

persepsidan keadaan

pengobatan

-Kriteria

lama sesuai indikasi

penyakit yang ada

b/d kurang

evaluasi:

- Tinjau kembali obat-

pemajanan,

Mengungkapka

obat yang didapat,

kurang

n pemahaman

dan tidak

pemahaman terhadap

mengingat

tetntang

menghentikan

obat-obat yang

(Doenges,

gangguan dan

pengobatan tanpa

didapat merupakan

2000)

berbagai

pengawasan dokter

penyebab dari kejang

rangsang yang
dapat

Rasional
- Memberikan

- Tidak adanya

yang terus menerus


- Berikan petunjuk yang

meningkatkan/

jelas pada ps u/

berpotensial

minum obat

- Dapat menurunkan
iritasi lambung,

pada aktivitas

bersamaan waktu

kejang

makan jika
memungkinkan
- Anjurkan ps u/
menggunakan gelang
identifikasi yang
memberitahukan

mual/muntah

- Mempercepat
penanganan dan
menentukan diagnosa
dalam keadaan
darurat

bahwa Anda penderita


epilepsi

- Kebutuhan terapeutik
dapat berubah dan

- Tekankan perlunya u/

efek samping obat

melakukan evaluasi

yang serius dapat

yang teratur

terjadi

CONTOH ASKEP

Selasa, 15 Juli 2008


ASKEP ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. TEORI
Pengertian
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal
di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:
229)
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)
Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang
ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba


yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori
yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala
dengan demam (Walley and Wongs edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di
jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley
and Wong (1995: 1929)
1. Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi
kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam
atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas.
Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
Patofisiologi
1. Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra
ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge,
Sindrom Smith Lemli Opitz.
2. Ekstra kranial
Gg. metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia,
gangguan elektrolit (Na & K),
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.

Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino,


ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
3. Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan


hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme.
Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat
proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan
keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi
oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan
permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena
itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat
perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang
anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan
orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion
K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas

keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang
akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
Manifestasi Klinik
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh
infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut,
bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonikklonik.
Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin
timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan
anak menderita epilepsy.
untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2
golongan yaitu :
4. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)
5. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever
Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah
dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang
demam sederhana, yaitu :
6. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
7. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
8. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4
kali
9. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
10.Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
11.Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan.
Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan

dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik,


kejang tonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi
dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa
pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan
dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat
karena infeksi selaput otak atau kernikterus
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis
kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik,
tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase
tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi
lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya
cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini
merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
Diagnosa Banding Kejang Pada Anak
Adapun diagnosis banding kejang pada anak adalah gemetar, apnea dan
mioklonus nokturnal benigna.
1. Gemetar
Gemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering
membingungkan terutama bagi yang belum berpengalaman. Keadaan
ini dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan lapar seperti
hipoglikemia, hipokapnia dengan hiperiritabilitas neuromuskular, bayi
dengan ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah
gerakan tremor cepat dengan irama dan amplitudo teratur dan sama,
kadang-kadang bentuk gerakannya menyerupai klonik .
2. Apnea
Pada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti
napas 3-6 detik dan sering diikuti hiper sekresi selama 10 15 detik.
Berhentinya pernafasan tidak disertai dengan perubahan denyut
jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk pernafasan
ini disebut pernafasan di batang otak. Serangan apnea selama 10 15

detik terdapat pada hampir semua bagi prematur, kadang-kadang


pada bayi cukup bulan.
Serangan apnea tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR
perlu di curigai adanya perdarahan intrakranial dengan penekanan
batang otak. Pada keadaan ini USG perlu segera dilakukan. Serangan
Apnea yang termasuk gejala kejang adalah apabila disertai dengan
bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.
3. Mioklonus Nokturnal Benigna
Gerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua
orang waktu tidur. Biasanya timbul pada waktu permulaan tidur berupa
pergerakan fleksi pada jari persendian tangan dan siku yang berulang.
Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat dapat
disalahartikan sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik.
Mioklonik nokturnal benigna ini dapat dibedakan dengan kejang dan
gemetar karena timbulnya selalu waktu tidur tidak dapat di stimulasi
dan pemeriksaan EEG normal. Keadaan ini tidak memerlukan
pengobatan
Penatalaksanaan
Pada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang
merupakan tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang
memerlukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.
Penatalaksanaan Umum terdiri dari :
4. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati
5. Memonitor pernafasan dan denyut jantung
6. Usahakan suhu tetap stabil
7. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain
8. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena
Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera
dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis
2 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan
larutan glukosa 10 % sebanyak 60 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca
glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat
menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai
kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa
10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk
larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg
SO4 (IV) sebanyak 2 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala
hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.

Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik


seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan
utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang,
mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak
sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital
dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.
Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk
memberantas kejang pada BBL dengan alasan
o

Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang


berikutnya

Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi


pusat pernafasan

Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat


menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah.

Pemeriksaan fisik dan laboratorium


1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan
neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan
seperti berikut :

hakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada


kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang
biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.

Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut


dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi
deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan
terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya
perdarahan intraventikular.

Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase


kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun ubun
besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya
peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh
pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir
dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas
tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan
karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.

Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan


kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan
kortex serebri.

Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan


perdarahan retina atau subhialoid yang merupakan gejala
potogonomik untuk hematoma subdural. Ditemukannya
korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi
sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan
pelebaran vena yang berkelok kelok di retina terlihat pada
sindom hiperviskositas.

Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh


penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti
parensefali atau hidrosefalus.

Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya


sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis
iskemia otak.

2. Pemeriksaan laboratorium
Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan
gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk
menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis
bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu

Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan


darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan
intraventikuler.

Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea,


nitrogen, amonia dan analisis gas darah.

Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan,


pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah,
sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan
berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk
mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di
kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi
cairan serebro spinal

Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia

Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang.


EEG juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi
cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang
abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan
brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis
yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai /
menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat
juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG

pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan


prognosis.

Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk


mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
a. Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
b. Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis
rubella, citomegalovirus dan virus herpes.
c. Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil
atau lebih besar dari aturan baku
d. USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan
subepedmal, pervertikular, dan vertikular
e. Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark,
perdarahan intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan
otak.Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal
bila transluminasi positif dengan ubun ubun besar
tegang, membenjol dan kepala membesar.

Tumbuh kembang pada anak usia 1 3 tahu


3. Fisik

Ubun-ubun anterior tertutup.

Physiologis dapat mengontrol spinkter

4. Motorik kasar

Berlari dengan tidak mantap

Berjalan diatas tangga dengan satu tangan

Menarik dan mendorong mainan

Melompat ditempat dengan kedua kaki

Dapat duduk sendiri ditempat duduk

Melempar bola diatas tangan tanpa jatuh

5. Motorik halus

Dapat membangun menara 3 dari 4 bangunan

Melepaskan dan meraih dengan baik

Membuka halaman buku 2 atau 3 dalam satu waktu

Menggambar dengan membuat tiruan

6. Vokal atau suara

Mengatakan 10 kata atau lebih

Menyebutkan beberapa obyek seperti sepatu atau bola dan 2


atau 3 bagian tubuh

7. Sosialisasi atau kognitif

Meniru

Menggunakan sendok dengan baik

Menggunakan sarung tangan

Watak pemarah mungkin lebih jelas

Mulai sadar dengan barang miliknya

Dampak hospitalisasi
Pengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis,
perasaan hilang kontrol menunjukkan temperamental, menunjukkan regresi,
protes secara verbal, takut terhadap luka dan nyeri, dan dapat menggigit
serta dapat mendepak saat berinteraksi.
Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :
a. Rasa takut

Memandang penyakit dan hospitalisasi

Takut terhadap lingkungan dan orang yang tidak dikenal

Pemahaman yang tidak sempurna tentang penyakit

Pemikiran yang sederhana : hidup adalah mesin yang


menakutkan

Demonstrasi : menangis, merengek, mengangkat lengan,


menghisap jempol, menyentuh tubuh yang sakit berulang-ulang.

b. Ansietas

Cemas tentang kejadian yang tidakdikenal

Protes (menangis dan mudah marah, (merengek)

Putus harapan : komunikasi buruk, kehilangan ketrampilan yang


baru tidak berminat

Menyendiri terhadap lingkungan rumah sakit

Tidak berdaya

Merasa gagap karena kehilangan ketrampilan

Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang


berseragam dan yang memberi pengobatan atau perawatan

Regresi dan Ansietas tergantung saat makan menghisap jempol

Protes dan Ansietas karena restrain

c. Gangguan citra diri

Sedih dengan perubahan citra diri

Takut terhadap prosedur invasive (nyeri)

Mungkin berpikir : bagian dalam tubuh akan keluar kalau selang


dicabut

ANALISA DATA
NO
1

TGL / JAM
Diisi pada saat tanggal pengkajian

DIAGNOSA KEPERAWATAN
o

Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran,


kehilangan koordinasi otot.

Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan


neoromuskular

Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh

Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan

Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO

DIAGNOSA KEPERA

Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan k

Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/

Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh

Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurun

Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

Diposkan oleh Ariyanto Susetyo di 21.34


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: Askep Anak, Kumpulan Contoh Askep

Reaks
i:
3 komentar:
1.

Chui Mihho22 April 2011 00.20

blognya sangat membantu tugas KTI saya mas, terima kasih atas artikelnya. Salam dari
Cirebon
BalasHapus

2.
omedika7 Mei 2012 07.40

ulasannya simple tp berbobot,thanks...BLUD Palabuhanratu,smi


BalasHapus

3.
Asuhan Keperawatan NANDA14 Desember 2012 01.21

Askep yang bagus.


harap ditingkatkan lagi.
BalasHapus
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Entri Populer

ASKEP KLIEN DM DENGAN GANGREN


Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagaii jaringan nekrosis atau
jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besa...

ASKEP ANAK DENGAN THYPOID


TEORI Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini m...

ASKEP HIPERTENSI
TEORI Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm
Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Ro...

ASKEP KLIEN DENGAN TUBERKULOSIS ( TBC )


TEORI Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang ...

ASKEP BAYI BBLR


TEORI Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih
rendah (WHO 1961) BBLR adalah bayi baru lahir y...

Contoh Judul Skripsi FKM-Epidemiologi 1/2


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA DI
POSYANDU XXX FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA RETENSIO
PLASENTA PADA IBU ...

ASKEP BAYI DENGAN RDS


TEORI Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane
Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defi...

ASKEP ANAK DENGAN DHF


TEORI Pengertian Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang
ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kep...

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : MORBUS BASEDOW


a. Pengertian Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit
graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang muda aki...

ASKEP KLIEN DENGAN APPENDICITIS AKUT


Definisi Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain : Appendiks
akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupak...

Best Friends
About Me

Contoh Askep

Contoh Askep

Medikal Bedah

Anak

Maternitas

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Contoh kasus

Anak K usia 6 tahun, agama islam, suku bangsa melayu. Alamat tinggal Jln.
Anggrek no.24 Telanaipura Jambi, masuk ruang IGD RS Raden Mattaher Jambi pada
tanggal : 12/12/2010, pukul 13:12 WIB. Klien masuk rumah sakit karena sering
mengalami kejang. Pasien tidak sadar, terlihat kelenjar ludah yang keluar disertai mulut
yang berbusa. Sebelumnya klien pernah dirawat di ruang anak RSUD, tetapi setelah
terlihat pulih ps dibawa pulang. Saat pengkajian keluarga klien mengeluh nafas
anaknya sesak, CRT 3 detik. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh :
TD : 90/60mmHg, N : 84x/mnt, RR: 32x/mnt, S : 37,50C , terdapat luka lecet pada
bagian punggung belakang, kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua
muncul dengan perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit
dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam. Dari keterangan orang tua
klien diketahui bahwa sebelumnya anaknya pernah menderita penyakit seperti ini,
kejang terjadi secara mendadak sehingga anak takut untuk bermain bersama temantemannya. Pada keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien, orang tua sering mengajak anaknya berlibur jika ada waktu luang.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
a.

Pengkajian

1. Riwayat kejang
Ps telah mengalami kejang pada umur 5 tahun
2. Faktor yang menimbulkan kejang
Kejang yang ditimbulkan spontan
3. Asupan alkohol
Anak tidak mengkonsumsi alkohol
4. Efek epilepsi terhadap gaya hidup
Anak terbatas untuk bermain di lingkungan, sehingga anak merasa minder ketika mendengar
ejekan teman-temannya
5. Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh kejang
Ada, saat mengalami kejang ps tidak dapat mengontrol diri sehingga membutuhkan
keluarga/orla untuk memberikan bantuan
6. Apakah ps mempunyai program rekreasi
Ps dapat berekreasi jika orang tuanya mempunyai waktu luang
7. Kontak sosial
Ps sering berada di rumah karena merasa malu untuk melakukan kontak sosial
8. Apakah pengalaman dalam beraktivitas positif
9. Mekanisme koping yang dipergunakan
10. Pengamatan dan pengkajian selama dan setelah kejang
Kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua muncul dengan perkiraan 40 detik
hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga
mencapai 3 jam.
b. Diagnosa Keperawatan
1. pola napas tak efektif b/d kerusakan neuromuskular
2. Cidera b/d serangan kejang
3. Koping individu tidak efektif b/d stres akibat epilepsi
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisidan aturan pengobatan b/d kurang pemajanan, kurang
mengingat

BAB IV
PENUTUP

IV.1.
a.

Kesimpulan

Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus tergantung
kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.

b.

Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah :


Gangguan harga diri b/d stigma berkenaan dengan kondisi
c. Semua intervensi pada teoritis ditampilkan pada perencanaan kasus.

d. Dalam impelementasi kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk mengkonfirmasi ulang


terapi pengobatan.
e.

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi pasie
tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.
IV.2. Saran
Bagi perawat :

1. Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat membekali


diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik.
2.

Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.

3.

Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada klien epilepsi dilakukan secara kontiniu
dan berkesinambungan.

4.

Mahasiswa/i

keperawatan dapat

menerapkan asuhan keperawatan yang telah

didapatkan secara teoritis pada kasus epilepsi.

DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Behrman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai