- Zaman Kuno.
Seperti juga di Negara-negara lainnya keperawatan diserahkan kepada perempuan yang merawat
keluarganya Penyakit dianggap perbuatan setan yaitu dukun, cara pengobatan dengan
menggunakan daun-daunan
- Zaman penjajahan Belanda.
Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan
Belanda. Perawat Indonesia disebut sbg verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai
penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang
terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara
Belanda. Orang-orang Belanda datang ke Indonesia pertama kali dengan maksud untuk
berdagang. Dalam usaha perdagangannya itu di bentuklah VOC. Sehubungan dengan adanya staf
dan tentara maka dua usaha kesehatan. Untuk itu didirikanlah rumah sakit yang pertama yang
bernama " Binnen Hospital " didirikan pada tahun 1641 bertempat di Batavia ( sekarang Jakarta)
Tenaga perawatannya diambil dari penduduk pribumi ( Bumi Putera ) yang diberi nama Zieken
oppaser ( penjaga orang sakit) Rumah sakit ini dibawah pengawasan dokter militer.
2.1.2 Keperawatan sebagai profesi.
a. ciri ciri profesi.
Menurut Shortridge adalah sebagai berikut :
a. Berorientasi pada pelayanan masyarakat
b. Pelayanan keperawatan yang diberikan di dasarkan pada ilmu pengetahuan
c. Adanya otonomi
d. Memiliki kode etik
Menurut prof. Marifin Husin adalah sebagai berikut :
a. Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan
keterampilan serta kode etik keperawatan
b. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi sehingga diharapkan mampu untuk
bersikap profesional, mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional, memberi pelayanan
asuhan keperawatan profesional, dan menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
C. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang
keseaahatan, yaitu :
1. Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan.
2. Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut.
3. Perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatn
registrasi/legislasi ).
4. Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara singkat keperawatan sebagai suatu profesi setidaknya harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
Mempunyai ilmu pengetahuan dan dikembangkan secara terus menerus melalui penelitian
Memiliki standar pendidikan
Pelayanan dan praktek keperawatan
Memiliki otonomi dan organisasi profesi
Mempunyai kode etik profesi
2.3 Menganalisis prinsip prinsip pendekatan secara holistic dalam konteks keperawatan.
2.3.1 Konsep dan teori keperawatan.
a. Teori keperawatan.
Teori keperawatan didefenisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor. C., 1989). Teori
keperawatan beerperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan
untuk mengambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan dan pelayanan
perawatan yang dilakukan. Menurut Newman (1979), ada tiga cara pendekatan dalam
pengembangan dan pembentukan teori keperawatan yaiti meminjam teori-teori dari disiplin ilmu
lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu
keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang
berkaitan dengan praktik keperawatan, seerta menciptakan suatu kerangka konsep yang
memungkinkan pengembangan teori keperawatan.Tujuan pengembangan teori keperawatan
adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
b. Karakteristik dasar teori keperawatan.
Meskipun banyak penulis yang membahas teori keperawatan, tulisan Torres (1985) dan Chinn
dan Jacob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut
mereka, ada lima karakteristik dasr teori keperawatan yaitu:
Pertama, teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konseo sehat-sakit,
keperawatan dan konsep lingkungan.
Kedua, teori keperawatan harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan
alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis.
Ketiga, teori keperawatan bersipat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat
digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai
dengan situasi praktik keperawatan.
Keempat, teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan
yang dilakukan melalui penilitian.
Kelima, teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktik keperawatan.
c. Konsep dan teori dalam keperawatan.
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan
menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit
dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan,
akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda antara teori yang satu dengan
teori yang lain. Berikut ini diuraikan beberapa teori keperawatan.
-
Pada tahun 1964 model ini banyak di gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan. Model adaptasi roy adalah system model yang esensial dalam
keperawatan. Asumsi dasar model ini adalah:
1. Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan social.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk
dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu
penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinandan
pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespons terhadap kubutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang
positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan
melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara intergritas diri.
4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan
koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Menurut roy, respons yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya
suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui
upaya atau perilaku tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan
sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan , tidur dan istirahat, pengaturan suhu,
hormonal dan fungsi sensoris. Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi
diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih di
fokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi social termasuk kebutuhan akan
dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam
menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.
Singkatnya, Roy menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu
kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaftif terhadap perubahan
lingkungan. Roy mengidentifikasi lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam
menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.
-
1. Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
2. Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan di sekelilingnya.
3. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda dengan
orang lain.
4. Perkembangan manusia dapat di nilai dari tingkah lakunya.
5. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal sifat dan
emosi.
Secara singkat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu kesatuan
yang utuh dalam siklus kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala hal yang berada di
luar diri individu.
-
individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efesien untuk mencegah timbulnya
penyakit. Manusia adalah mahluk yang utuh dan terdiri dari dua system yaitu system biologi dan
tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah system eksternal yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons
adaptif baik pisik, mental, emosi, dan social terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia
sakit.
-
1. Perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air, makanan,
eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainya.
2. Perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia.
3. Perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan.
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau
kebutuhan dan kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat tiga tingkatan dalam asuhan
keperawatan mandiri.
1. Perawat memberi perawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena
tingkat ketergantungan pasien yang tinggi.
2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan.
3. Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat.
Kerangka ini di kenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini
adalah:
1. Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi
kesehatan seseorang.
2. Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, keloompok dan masyarakat.
3. Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan.
Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan pasien
saling bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang
hendak dicapai.
-
1.
2. Perawat bertanggung jawab untuk mengenali respons/reaksi dan perubahan tingkah laku serta
perubahan fungsi tubuh pasien. Respons pasieen terjadi ketika ia mencoba beradaptasi dengan
perubuhan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respons tersebut dapat bearupa khetakutan,
stress, inflamasi dan respons panca indra.
3. Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan terapeutik.
Intervensi keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan mencegah
penyakit serta memperbaiki status kesehatan.
2.3.2 Paradigma keperawatan.
a. Konsep Manusia.
Manusia adalah biopsikososial dan spritual yang utuh, dalm arti merupakan satu kesatuan utuh
dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempuyai berbagai macam kebutuhan sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain
dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pandangan tentang manusia dipengerahi oleh falsafah
dan kebudayaan suatu bangsa. Contoh bangsa rusia terutama penduduk asli dan tradisonal tidak
menganut suatu agama (atheisme ) Sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dan
pratek keperawatan, manusia adalah klien yang dibedakan menjadi individu,keluarga, dan
masyarakat.
b. Individu sebagai klien.
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, sosial, dan spiritual. Peran perawat kepada induvidu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan pisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien.
c. konsep sehat sakit.
Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis
dan selalu berubah dalam setiap waktu. Melalui rentang ini dapat diketahui batasan perawat
dalam melakukan praktek keperawatan dengan jelas.
-
Rentang Sehat
Batasan sehat itu dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
1) Tahap gejala
2) Tahap asumsi terhadap penyakit
3) Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
4) Tahap ketergantungan
5) Tahap penyembuhan
-
Dampak Sakit
6) Perubahan persepsi
d. konsep lingkungan.
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang
termasuk didalamnya. lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Konsep tentang lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dan spritual.
1) Lingkungan Fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan, contohnya adanya daerah-daerah wabah, lingkungan
kotor, pembuangan air limbah, sampah dan lain-lain.
2) Lingkungan Psikologis artinya keadaan yang menjdikan terganggunya psikologis seseorang
seperti lingkungan yang kurang aman, yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan akan
bahaya yang ditimbulkan.
3) Lingkungan Sosial budaya dan spritual dalam hal ini adalah masyarakat luas serta budaya yang
ada juga dapat mempergaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan, spritual juga
mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama serta meningkatkan
keyakinan.
Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas) dapat digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau agenthost-enviroment triangel model yang di kemukakan oleh Leavell 1965. ketiga komponen saling
berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk
Model ini dapat digunakan untuk memprediksi atau memperkirakan penyakit atau faktor yang
beresiko tinggi menyebabkan terjadinya masalah kesehatan sehingga membantu perawat
1. Agen adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Seperti faktor biologi,
kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis ( kuman penyakit seperti bakteri, virus, jamur, dan
cacing). Senyawa kimia yang menyebabkan polusi udara dan air, lingkungan kerja yang
berpontensi menimbulkan kecelakaan kerja, serta stres yang berkepanjangan.
2. Hospes/ Manusia adalah mahluk hidup yaitu manusia, hewan yang dapat terinfeksi atau
dipengaruhi oleh agen. Misalnya balita dan anak usia berisiko tinggi terifeksi cacing
3. Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan perumahan
kumuh, polusi udara, air dan udara; lingkungan kerja yang tidak nyaman; tingkat sosial ekonomi
yang rendah; pendidikan masyarakat yang rendah; terbatasnya jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan; letak fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk dan
sebagainya.
e. teori System.
sistem secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Sistem sebagai suatu wujud
Apabila bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang
ciri-cirinya dapat dideskripsikan dengan jelas. Sistem wujud dapat di bedakan atas dua macam
yaitu :
a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkret
b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak
2) Sistem sebagai suatu metode
Apabila bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metode yang
dapat digunakan sebagai alat dalam melakukan pekerjaan administrasi.
-
Ciri-ciri sistem
Menurut Elias M. Awad (1979)
Sistem bukanlah sesuatu yang berada diruanghampa melainkan selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Bergantung pada pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut sistem di bedakan
atas dua maacam yaitu :
a. Sistem bersifat terbuka
b. Sistem bersifat tertutup
Unsur-unsur sistem
sistem terbentuk atas bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
1) Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2) Proses (proces) adalah kumpulan bagian yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk
mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses sistem
4) Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian yang merupakan keluaran dari sistem
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5) Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem
6) Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Sebuah sistem merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen tersebut saling
berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum untuk membentuk satu kesatuan.
Ada dua jenis sistem, yaitu terbuka dan tertutup. Sistem terbuka, seperti organ tubuh manusia
atau suatu proses seperti proses keperawatan, interaksi dengan lingkungan, serta perubahan
antara sistem dan lingkungan. Sistem tertutup, seperti reaksi kimia dalam suatu tabung uji tidak
berhubungan dengan lingkungan. Layaknya semua sistem, proses keperawatan mempunyai
tujuan khusus. Tujuan proses keperawatan adalah ubtuk mengatur dan menyampaikan
pendekatan individual kepada asuhan keperawatan.
Isi adalah produk dan informasi yang berasal dari sistem. Selain itu, penggunaan proses
keperawatan sebagai sampel, isi merupakan informasi tentang pelayanan keperawatan untuk
klien dengan masalah kesehatan tertentu. Sebagai contoh, klien dengan gangguan mobilitas
memerlukan kebutuhan dan intervensi perawatan kulit ( misalnya higienis dan pengaturan
perubahan posisi tubuh) yang dapat mengurangi resiko terjadinya ulkus akibat tekanan.
Beberapa teori keperawatan menggunakan sistem teori sebagai dasar. Sebagai contoh.
Neuman (1995) menggambarkan sebuah model manusia keseluruhan dan pendekatan sistem
terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan
eksternal maupun internal, dan interaksi manusia terhadap tekanan lingkungan, dapat
mempengaruhi kesejahteraan klien.
f. konsep Berubah.
Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :
1) Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan
keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)
2) Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi
(Brooten,1978)
Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,
individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya. Maka
pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Hersey
dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.
1) Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah
dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan
perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif.
Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan.
2) perilaku individu. Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa
keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya,
tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan, misalnya merasa
tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
3) Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak
orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah
kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.
4) Dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu
perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif akan terjadi bila
perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah
diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek.
Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka
seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam
cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
-
2)
Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan
pekerjaannya
1) Dapat mengatasi/ menaggung resiko. Hal ini berhubungan dengan dampak yang mungkin
muncul akibat perubahan.
2) Komitmen akan keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai kefektifannya
3) Mempunyai pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan data-data
ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan teknik dan
interpersonal.
Fungsi pembaharu sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam proses
berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya :
1) Mudah ditemui oleh mereka yang terlibat dalam proses berubah
2) Dapat diercaya oleh mereka yang terlibat
3) Jujur dan tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah
4) Selalu melihat tujuan dengan jelas
Konsep Caring
Sebuah perilaku perawatan yang didasari dari beberapa aspek diantaranya :
2) Menanamkan kepercayaan-harapan,
3) Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
4) Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya,
5) Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,
6) Sistematis dalam metode pemecahan masalah
7) Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal,
8) Meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual
9) Senang membantu kebutuhan manusia,
10) Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.
- Konsep Holisme
Holisme adalah filsafat yang menganggap manusia sebagai suatu kesatuan yang berfungsi dan
bukan gabungan dari beberapa system Pikiran dan tubuh bukan merupakan bagian yang terpisah,
tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka
akan berpengaruh pada keseluruhan.
-
Konsep Humanisme
Humanisme adalah suatu gerakan filosofis yang berfokus pada alam dan hakikat manusia
sebagai individu. Teori humanistik percaya bahwa manusia memiliki potensi diri untuk sehat dan
kreatif, jika kita mau menerima tanggung jawab bagi kehidupan diri kita sendiri. Humanisme
merupakan salah satu gerakan filosofis utama yang melandasi teori-teori mutakhir mengenai
praktik keperawatan
2.3.3 Pelayanan Keperawatan.
1) Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan/masyarakat sehat
sehingga kesehatan optimal dan sejahtera.
2) Sifat pelayanan kesehatan yaitu berupa pelayanan kesehatan dasar
3) Puskemas, balai kesehatan.
-
1) Untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap tapi tidak dilaksanakan dipelayanan
kesehatan utama.
2) Rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis
-
Masalah kesehatan, baik yang mampu diatasi sendiri oleh orang yang bersangkutan, mampu
diatasi sebagian maupun yang tidak dapat diatasi sama sekali.
Setelah lingkup mobilisasi masyarakat diketahui maka tugas penyelenggara upaya peningkatan
kesehatan puskesmas bekerja sama dengan sektor swasta non-kesehatan antara lain :
1)
Mematangkan kondisi dan menstimulasi individu, keluarga, dan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam upaya peningkatan kesehatan;
2)
Membentuk dan melatih kader serta menhimpunkan dari berbagai sumber potensial dalam
masyarakat;
(2) Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari setiap penyelenggaraan pembangunan
di wilayah kerjanya.
2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat :
(1) Selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memilki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
(2) Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
Menggerakkan dan menjaga kondisi tubuh yang diinginkan dalam berjalan, duduk, dan
berbaring
(2) Pengumpulan data pada masyarakat melalui survei dengan menggunakan daftar pertanyaan.
(3) Analisis data dan perumusan masalah.
(4) Pembahasan hasil analisis dalam forum lokakarya mini dengan masyarakat, untuk kemudian
ditetapkan prioritas masalah serta penyelesaian.
(5) Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil masyarakat.
(6) Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah.
(7) Evaluasi.
(8) Tindak lanjut.
2.3.4 Proses Keperawatan.
2.3.9.1 Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian dilakukan oleh
perawat dalam rangka pengumpulan data klien. Data klien diperlukan sebagai dasar pijakan
dalam melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikutnya. data klien diperoleh melalui
wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik (laboratorium, foto, dan
sebagainya), informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien. Hampir
dipastikan bahwa semua data yang didapat tersebut diperoleh melalui proses komunikasi, baik
komunikasi secara langsung (verbal, tertulis) maupun secara tidak langsung (nonverbal ). Pada
tahap ini dapat dikatakan bahwa proses komunikasi berlangsung paling banyak dibanding
komunikasi pada berikutnya.
Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim/memberikan informasi,
menerima, dan memahami pesan yang diterima klien. Hambatan klien dalam berkomunikasi
yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:
a) Language deficits
Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena
penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dalam menerima
pesan secara adekuat.
b) Sensory deficits
Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting dalam
komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan
sensor klien berfungsi dengan baik. Untuk klien yang mengalami kelemahan mendengar, maka
ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari kepastian
medik yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar, memperhatikan apakah klien
menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan apakah klien mampu
melihat muka dan bibir kita saat berbicara, dan memperhatikan apakah klien mampu
menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non verbal.
c) Cognitive impairments
Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan
klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang
mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat menilai apakah klien merespon ketika ditanya,
apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar, apakah klien dapat mengingat
dengan baik, dan sebagainya.
d) Structural deficits
Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung
dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi
komunikasi.
e) Paralysis
Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektrenitas atas akan menghambat kemampuan
komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan. Perawat perlu memperhatikan apakah ada
kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukkan dalam rangka memberikan informasi pada
perawat.
2.3.7.2 Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam tahap
pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaan perawat dengan
melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang masalah yang dialami
klien. Proses penentuan masalah klien dengan melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya
untuk memvalidasi, memperkuat dan menentukan prioritas masalah klien dengan benar.
Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien dapat berakibat salahnya penilaian
perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien
yang kooperatif merupakan faktor penting dalam diagnosa keperawatan yang tepat.
2.9.3.3 Rencana Keperawatan.
Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan
komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan pilihan rencana keperawatan yang
akan dilakukan. Misalnya, sebelum perawat memberikan diet makanan bagi klien, perawat perlu
mengetahui makanan pilihan, yang disukai, atau yang alergi bagi klien sehingga tindakan yang
dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat perawat merupakan media komunikasi
antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat dievaluasi
atau dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya. Model komunikasi ini memungkinkan
pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur dan efektif.
Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan
keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan
menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga dan
satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan berkomunikasi dilaksanakan
dengan perbandingan 2 : 1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap ini akan
meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.
Relatif rileks saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak membawa
pengaruh yang baik dalam hubungan perawat klien.
meningkatkan kemampuan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
2.7.1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
2.7.2 Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
2.7.3 Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
2.7.4 Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
2.7.5 moral right
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa doctors knows best sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
2.4.2. Isue etik dalam keperawatan.
Setiap orang menghadapi isu moral yang sama dalam lingkungan perawatan kesehatan. Hal ini
berarti bahwa etika keperawatan adalah istilah yang sah hanya selama sah itu mengacu pada sub
kategori dalam etika kedokteran.
2.8.1 Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seseorang atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup
seorang pasien, dan ini untuk kepentingan pasien sendiri. Perkembangan euthanasia tidak
terlepas dari perkembangan konsep tentang kematian.
2.8.1.1 Jenis Euthanasia
Euthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut.Euthanasia dapat dibedakan atas :
1) Euthanasia pasif
2) Euthansia aktif
Di tinjau dari pemerintahan, Euthanasia dapat dibedakan atas :
1) Euthanasia voluntir (atas permintaan pasien)
2) Euthanasia ivoluntir (tidak atas permintaan pasien)
2.8.2. Aborsi
Aborsi didefinsikan sebagai pengeluaran janin atau produk konsepsi secara spontan sebelum
usia kehamilan 24 minggu, yang bisa terjadi keguguran (abortus). Menurut WHO aborsi
merupakan pengeluaran embrio atau janin yang berat badannya 500 gr atau kurang, yang setara
dengan usia kehamilan 22 minggu.
2.8.1.1 Definisi Aborsi
Apa Yang Dimaksud Dengan Pengguguran Kandungan(Aborsi)
Secara medus, aborsi (baik keguguran maupun pengguguran) berarti terhentinya kehamilan yang
terjadi diantara tertanamnya sel telur yang sudah dibuahi dirahim sampaI kehamilan 20 minggu.
Dengan kata lain, keguguran atau pengguguran kandungan adalah keluarnya janin dan rahim
sebelum janin itu mampu hidup mandiri.
tertanamnta telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fesus)
mencapai 20 minggu.
Siapa saja yang melakukan pengguguran kandungan berarti telah membuat dosa dan telah
melakukan tindakan criminal yang mewajibkan pembayaran diyat dari janin yang gugur yaitu
seorang budak laki-laki atau perempuan diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagai mana
telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah tersebut. Rasullulah SAW bersabda :
Rasullulah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bahni
Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, taitu serang budak laki-laki atau
perempuan (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Huairah RA Abdul Qadim Zallum, 1998).
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh
(jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin
karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), sebelum sampai pada
fase penciptaan yang menunjukan cirri-ciri minimal sebagai manusia.
Aborsi tetap saja menjadi masalah controversial, tidak hanya dari sudut pandang kesehatan
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi biasanya dilakukan atas imedis yang
berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada
diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru-paru berat, asma, diabetes, gagal ginjal, hipertens, bahkan
biasanya terdapat dikalangan tercandu atau ibu yang terinpeksi virus.
2.8.1.3. Dasar-dasar aborsi
Aborsi pada dasarnya menghentikan kehamilan sebelum janin mampu hidup mandiri.
Standar aborsi terjadi antara empat sampai dua belas minggu kehamilan, tetapi prosedur ini sah
secara hukum di Amerika Serikat sampai kehamilan dua puluh empat minggu. Memang ada
kasus yang jarang terjadi dimana bayi dapat hidup sejak usia dua puluh minggu kehamilan,
namun sebagian besar diantaranya mendapatkan kerusakan yang permanent dan nyata. Sebagian
besar aborsi terjadi sebelum garis batas dua belas minggu.
Saat ini di Amerika Serikat terdapat dua pilihan ketika menghadapi aborsi. Secara medis
atau operatif. Operatif adalah cara yang tradisional, dimana seorang dokter melebarkan serviks,
mengeluarkan isinya, dan pasien pulang kerumah. Aborsi medis mengharuskan oasien memakan
beberapa pil, yang akan menyebabkan aborsi spontan atau keguguran.
2.8.1.4. Aborsi Operatif
Standar aborsi operatif menyangkut melebarkan serviks secara perlahan-lahan dan
menyedot isinya keluar dengan alat seperti vakum. Kita menyebutnya kuretase isap (suction
curettage). Biasanya cara ini memakan waktu sepuluh menit, dan tergantung dimana Anda
berada, bias menggunakan anestesi umum atau local.
Pertama, dokter melakukan pemeriksaan pelvis untuk menetapkan ukuran dan posisi rahim ,
di mana kedua hal ini , tetapi juga dari minggu ke minggu kehamilan. Dokter kemudian
membersihkan vagina dengan cairanantiseptik untuk mengurangi bakteri.
Alat pertama yang digunakan dalam aborsi adalah tenakulum, yang kelihatannya seperti
penjepit es kecil. Benda ini menahan serviks untuk tetap berada di tempatnya-ini kedengarannya
lebih buruk dari pada yang sebenarnya. Serviks yang tetap diam mengurangi trauma pada
serviks.
Setelah dokter menahan serviks, dia akan mulai melebarkannya dengan dilator. Dilator
adalah batang dengan gradasi ukuran yang digunakan untuk membuka serviks secara perlahanlahan. Dilator dimasukkan kedalam kanal serviks untuk meregangkannya, agar evakuasi isi
rahim dapat dilakukan. Hal ini dilakukan dengan perlahan-lahan dan lembut. Idenya adalah
untuk menghindari robekan otot atau luka permanent pada serviks.
Dilator yang pertama dan terkecil berukuran kurang lebih sebesar batang pengsil. Dan yang
terbesar sebesar ibu jari Anda. Dilatasi serviks yang diingkan tergantung pada seberapa besar
kehamilan si pasien. Pada usia 6 minggu, dilatasi akan sangat kecil karena hanya pada sedikit
jaringandan sifatnya tak terbentu. Pada usia 12 minggu, ada lebih banyak struktur dan jaringan,
jadi, biasanya serviks diperbesar 2 kali lipat.
Setelah memperbesar serviks, dokter memasukan kateter (selang kecil) kedalam rongga
rahim, yang menempel pada alat penyedot. Benda ini membersihkan seluruh isi rahim. Setelah
itu, sendok kuret (alat yang terbuat dari besi, langsing, danmelengkung) dimasukkan untuk
mengerok dengan lembut dinding rahim dan untuk memastikan semua jaringan telah keluar.
Pasien kemudian di bawa ke ruang penyembuhan, dimana dia beristirahat selama kurang
lebih setengah jam, dan kemudian tim dokter akan memastikan tidak ada pendarahan yang
berlebihan atau nyeri. Setelah aborsi operatif, instruksi saya kepada pasien adalah Jangan
menaruh apa pun atau siapa punkedalam vagina Anda selama 2 minggu. Serviks biasanya
tertutup rapat, namun setelah aborsi, serviks akan terbuka lebar dan bakteri apapun di vagina bias
masuk. Aktivitas utama yang di kwatirkan dari perspektif medis adalah seks-ejakulasi yang
mungkin membawa bakteri langsung kedalam rahim adalah ide yang sangat buruk.
Karena vagina adalah tempat yang relative kotor, fasilitas aborsi dan/atau ginekolog akan
memberikan anti biotik pencegahan pascaaborsi selama satu sampai tujuh hari.tingkat infeksi
untuk aborsi kurang lebih dua sampai tiga persen, tetapi anda dapat menguranginya sampai
setengah dengan snit biotik.
Dua minggu setelah aborsi, pasien harus kembali ke ginekolog untuk pemeriksaan ulang
yang akan memastikan bahwa dia tidak masih hamil dan tidak merasakan nyeri atau tanda-tanda
infeksi. Waktu tersebut juga merupakan kesempatan baik untuk mendiskusikan dan
mengevaluasi pilihan kontrasepsi pasien.
2.8.1.5. Komplikasi:
Merupakan kewajiban dokter untuk mengirim semua produk hasil konsepsi (dalam dunia
medis disebut POC kepada ahli potologi untuk mengidentifikasikan jaringan plasenta. Bila ahli
potologi tidak menemukan jaringan plasenta, ini berarti pasiennya 1) tidak hamil; 2) dia masih
hamil disuatu tempat di luar rahim, biasanya di tuba polopii, misalnya pada kehamilan ektopik;
atau 3 dia masih hamil di dalam rahim dan dokternya tidak membersihkannya dengan sempurna.
Kehamilan ektopik yang tidak diterapi dapat menyebbkan pendarahan internal, syok, atau
kematian. Nyeri yang hebat, pusing, pingsan, atau perut kembung dapat menjadi petunjuk
pertama bahwa komplikasi ini terjadi pada Anda. Namun, sudah menjadi standar praktik bagi
ahli patologi untuk memberi tahu dokter bila tidak ditemukan jaringan plasenta, pada saat pasien
datang ke kamar dokter, mengulangi tes kehamilan, dan melakukan sonogram (USG).
Aborsi inkomplit (tidak lengkap) adalah komplikasi lain, yang berarti dokter gagal
mengeluarkan semua jaringan di dalam rahim. Ini dapat terjadi karena doktermelakukannya pada
posisi yang empuk tapi sala
h, karena rahim yang hamil merupakan organ yang lunak dan rapuh. Tindakan yang tepat
tergantung pada ukuran lubang, lokasi, dan saat di mana prosedur itu berlangsung. Terapinya
berkisarantara tidak di apa-apakan sampai operasi reparasi.
Aborsi yang sangat kasar dengan kuretase yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya
jaringan parut di dinding rahim dapat menempel satu sama lain dan menghentikan menstruasi.
Bila Anda melakukan aborsi dan tidak mengalami menstruasi dalam waktu empat sampai enam
minggu, temuilah genekolog Anda. Masalah ini dapat di obati, tetapi semakin cepat didiagnosis
semakin baik. Infeksi setelah aborsi, meskipun jarang, juga dapat menyebabkan terbentuknya
jaringan parut di dalam rahim.
2) Salah satu bentuk kelalaian dan sering disebut sebagai kelalaian profesional.
melakukan tindaakn yang beralasan dan cermat, ia tidak akan bertanggung jawab atas cedera
akibat tindakan atau kelalaiannya. Dalam kasus malpraktik tindakan perawat yang kurang
beralasan akan dinilai sebagai bukti yang diperoleh dari saksi ahli, kebijakan dan prosedur
institusi, UU dan aturan administrative, standar asosiasi professional dan literature professional.
Oleh karena itu, strategi kedua untuk mencegah malpraktik adalah mengetahui dan mematuhi
standar keperawatan.
Perkara hokum malpraktik merupakan risiko yang dapat terjadi dalam berbagai praktik
perawat perioperatif. Risiko ini tidak perlu ditanggapi dengan rasa takut dan cemas, karena hal
ini akan memengaruhi penilaian professional berdasarkan prinsip disiplin lain. Asuhan
keperawatan yang baik bagi klien secara simultan merupakan pelindung perawat yang terbaik
dari perkara hokum malpraktik.
-
1) Senantiasa berpedoman pada standar pelayanan medic dan standar prosedur professional.
2) Bekerjalah secara professional, berlandaskan etik dan moral yang tinggi.
3) Jangan berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan dalam bidang yang ditekuni.
4) Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan, sesame sejawat.
5) Ikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku terutaam tentang memkesehatn.
-
rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau Surat Ijin Praktik(SIP). Tujuannya adalah
untuk penegakkan isiplin dokter, yaitu penegakkan aturan-aturan atau ketentuan penerapan
keilmuan dalam hubungannya dengan pasien.
2.9.2. Neglected
Pengabaian adalah kelalaian individu dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dia
lakukan atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton,1986). Undang undang
tentang ngabaian diruang bedah mencakup identifikasi kesalahan terhadap klien atau lokasi yang
dibedah, maka akibat tekanan karena kesalahan dalam member posisi, cedera akibat alat yang
rusak karena kesalahan pemeriksaan, dan tertinggalnya benda asing. Kompetensi yang kurang
dalam penggunaan alat juga dapat diinterpretasikan sebagai pengabaian.
Kegagalan penggugat memenuhi salah satu elemen untuk menyakinkan hakim, tuntutan
tidak akan berhasil dan tergugat terbebas dari tuduhan. Kasus benda asing yang tertinggal ini
relative mudah dibuktikan dengan kasih perhitungan instrument dan rasa oleh penggugat. Serupa
dengan hal tersebut, kasus kesalahan medikasi lebih bersifat langsung. Ada sedikit silang
pendapat dikalangan perawat mengenai pemberian medikasi yang tepat dengatn dosis dan rute
yang tepat,untuk klien yang tepat. Apabila prosedur pemberian obat ini tidak diikuti dank lien
cedera, relative mudah untuk menetapkan apakah pemberian mediakasi menyebabkan cedara
atau tidak. Luka cedera akibat pemberian posisi juga menjadi kasus yang beresiko menimpa
perawat. Kompleksitas bukti bahwa klien mengalami penderitaan akibat tindakan medis pada
awal penanganan dan semuanya berlangsung simultan belum tentu merupakan tanggung jawab
perawat perioperatif sepenuhnya.
4.4.1.2
Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat atau pihak lain
standar askep.
4.4.2
4.4.2.1
Sistem Dokumentasi
Catatan Berorientasi pada Sumber (Source Oriented Record )
1) Pencatatan menurut sistem ini adalah khas untuk setiap profesi yang memberi kemudahan
dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh. Komponen SOR meliputi:
(1) Lembar penerimaan
(2) Lembar instruksi dokter
(3) Lembar riwayat medik
(4) Catatan perawat
(5) Catatan dan laporan khusus
4.4.2.2
pendelegasian, evaluasi keberhasilan setiap tindakan keperawatan, tindakan kolaborasi dokterperawat, dan kunjungan berbagai anggoata tim kesehatan lain.
2) Lembar alur (Flow Sheet); bentuk format yang mencantumkan angka dan grafik.
3) Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan; mencakup masalah kesehatan aktif, pengobatan
terakhir, tindakan yang harus dilanjutkan, pola makan dan istirahat dan asuhan mandiri.
4.4.4.3
1) lembar alur, yang berisi kesimpulan atau penjabaran terhadap indikator pengkajian dan
temuan klinis.
2) dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan.
3) biasanya ditempatkan diujung tempat tidur klien
4.4.4.4
bahan-bahan
perundang-undangan
untuk
perlindungan
hukum
bagi
tenaga
keperawatan.
Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara
penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang
tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan
pendidikan tingi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan
kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
2.11.1 Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik keperawatan
:
2.11.1.1 UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah
mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan
akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh
dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
2.11.1.4 SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk
bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini
bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.