Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah
persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses
penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan secara
sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengumpulan data empiris,
mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan
harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang
relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut dengan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang
digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan
akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi.
Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun
dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis
dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat
kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis
yang

baik

setidaknya

peneliti

harus

mengacu

pada

kriteria
1

perumusan

hipotesis,

penelitian,

maupun

bagaimana

jenis-jenis

hipotesis

dalam

pemahaman

tentang

penelitian

tanpa

menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus


mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan
membahas mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang
mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1.
Apakah yang dimaksud dengan hipotesis?
1.2.2.
Apa saja jenis-jenis hipotesis?
1.2.3.
Apa saja bentuk-bentuk hipotesis?
1.2.4.
Apa saja kriteria untuk hipotesis yang baik?
1.2.5.
Apa kegunaan hipotesis dalam penelitian?
1.2.6.
Bagaimana tahap-tahap pembentukan hipotesis?
1.2.7.
Bagaimana kesalahan dalam pengambilan keputusan bisa terjadi?
1.2.8.
Bagaimanakah cara menguji hipotesis?
1.2.9.
Bagaimanakah penentuan taraf signifikasi dengan
tingkat penerimaan hipotesis?
1.3. TUJUAN
1.3.1.
Agar memahami apa yang dimaksud dengan hipotesis
1.3.2.
Agar mengetahui jenis jenis hipotesis
1.3.3.
Agar mengetahui bentuk bentuk hipotesis
1.3.4.
Agar mengerti kriteria untuk hipotesis yang baik
1.3.5.
Agar mengerti kegunaan hipotesis
1.3.6.
Agar memahami tahap tahap pembentukan hipotesis
1.3.7.
Agar memahami kesalahan dalam pengambilan keputusan bisa terjadi
1.3.8.
Agar mengerti cara menguji hipotesis
1.3.9.
Agar memahami penentuan taraf signifikan dengan tingkat penerimaan
hipotesis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN HIPOTESIS


Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,
setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang
bersifat eksploratif dan deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah;
thesa=kebenaran, artinya kebenaran yang masih diragukan. Contoh: Apabila terlihat
awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan
(menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung,
maka) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudian
hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut
hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan
keliru.
Jadi, hipotesis dapat disimpulkan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, yang didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik dengan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis, tetapi
justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji
oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statisktik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas.
Selanjutnya hipotesis statistik itu ada bila, penelitian bekerja dengan sampel. Jika
penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.
3

Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti
(pada akhir penelitian).
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang
terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung).
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variable penyebab
dan variabel akibat.
2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan
oleh penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua
penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting
sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau
kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan
penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejalagejala sebanyak-banyaknya. G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian
berhipotesis penting dilakukan bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang
termasuk penelitian hipotesis yaitu:
1. Case studies
2. Causal comparative studies
3. Correlations studies
2.2. JENIS-JENIS HIPOTESIS
Hipotesis dapat di bagi atas dua jenis yaitu
2.2.1.
Hipotesis penelitian (Hipotesis alternatif) atau hipotesis kerja yang
bisa di lambangkan dengan Ha, menyatakan adanya saling hubungan antara
dua variable atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu

pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji


statistic berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
2.2.2.
Hipotesis Nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
saling hubungan antara dua variable atau lebih, atau hipotesis yang
menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain.
2.3. BENTUK-BENTUK HIPOTESIS.
Bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian.
Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada
tiga

yaitu

rumusan

masalah

deskriptif

(variabel

mandiri),

komparatif

(perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
2.3.1.
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh:
1) Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh coffe. Peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh cafein terhadap susahnya tidur seseorang.
Rumusan masalah : Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi Negeri?
Ho : Semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri = 75% dari
kriteria ideal yang ditetapkan.
H1 : Semangat belajar mahasiswa Perguruan Negeri 75% dari kriteria
ideal yang ditetapkan.
2) Kepala desa ingin mengetahui sikap penduduk desanya. Kepala desa ingin
mengetahui apakah terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di
masyarakat dalam menerima kebijakan baru
Rumusan masalah : apakah terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di
masyarakat dalam menerima kebijakan baru?
Ho :tidak terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam
menerima kebijakan baru.
H1 :terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam
menerima kebijakan baru
2.3.2.

Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan


masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampel yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh :
1) Sebuah toko yang menjual donat yang berasa coklat dan strawbery. Penjual
ingin mengetaui apakah konsumen lebih menyukai donat berasa coklat atau
stawbery. Dari semua pembeli dihari senin berjumlah 50 orang. Dari semua
pembeli diketahui 35 orang menyukai donat berasa coklat dan 15 orang
menyukai donat berasa strowbery.
Rumusan masalah : apakah konsumen lebih menyukai donat berasa coklat
atau stawbery?
Ho : tidak ada perbedaan minat konumen yang lebih menyukai donat
berasa coklat atau strawbery.
H1 : ada perbedaan minat konsumen yang lebih menyukai donat berasa
coklat atau strawberry.
2) Peneliti ingin mengetahui manfaat mind map terhadap hafalan siswa di
suatu SMA . Peneliti berasumsi akan ada perbedaan hafalan siswa setelah
dan sebelum memakai mind map dalam menghafal pelajaran.
Rumusan masalah : Apakah akan ada perbedaan hafalan siswa setelah dan
sebelum memakai mind map dalam menghafal pelajaran.
Ho: Tidak ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind
map dalam menghafal pelajaran.
Ha: Ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind map
dalam menghafal pelajaran.
2.3.3.
Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh :
1) Seorang peneliti ingin mengetahui sikap sombong terhadap kekayaan.
Peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh kekayaan dengan sifat
sombong.
Rumusan masalah : apakah ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong?
Ho : tidak ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong.
Ha : ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong.

2) Peneliti ingin mengetahui sikap anak terhadap minat belajar. Apakah ada
pengaruh game online terhadap minat belajar anak.
Rumusan masalah : apakah ada pengaruh game online terhadap kurangnya
minat belajar seorang anak?
Ho : tidak ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar
seorang anak.
Ha : ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar seorang
anak.

2.4. KRITERIA HIPOTESIS


Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
2) Harus jelas, tidak membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif (pernyataan).
3) Harus dapat di uji secara empires, artinya seseorang mengumpulkan data yang
tersedia di lapangan guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
4) Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan para ahli atau hasil
penelitian yang relevan.
2.5. KEGUNAAN HIPOTESIS
Sedangkan perumusan hipotesis berguna untuk :
1) Memfokuskan masalah.
2) Mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk di kumpulkan.
3) Menunjukan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang akan di
gunakan.
4) Menjelaskan gejala sosial.
5) Mendapat kerangka penyimpulan, dan
6) Merangsang penelitian lebih lanjut.
2.6. TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN HIPOTESIS SECARA UMUM
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
2.6.1.
Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang
biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau
tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu
yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
7

2.6.2.

Hipotesis

pendahuluan

atau

hipotesis

preliminer

(preliminary

hypothesis)
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari
semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesis
preliminer, observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak
akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak
relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
2.6.3.
Pengumpulan fakta
Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak
terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis preliminer
yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
2.6.4.
Formulasi hipotesis
Pembentukan hipotesis dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesis diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah apel jatuh
dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa
semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesisnya, yang
dikenal dengan hukum gravitasi.
2.6.5.
Pengujian hipotesis
Artinya mencocokkan hipotesis

dengan

keadaan

yang

dapat

diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi (pembenaran).


Apabila hipotesis terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Terjadi falsifikasi (penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian
hipotesis tidak sesuai dengan hipotesis, dan jika usaha itu tidak berhasil, maka
hipotesis

tidak

terbantah

oleh

fakta

yang

dinamakan

koroborasi

(corroboration). Hipotesis yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi


dapat disebut teori.

2.6.6.

Aplikasi/penerapan
Apabila hipotesis itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan

(dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok
dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan
fakta.
2.7. KESALAHAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam pengujian hipotesis selalu dihadapkan pada suatu kesalahan
pengambilan keputusan. Ada dua jenis pengambilan keputusan dalam uji statistik:
2.7.1.
Kesalahan jenis I
Kesalahan ini merupakan kesalahan menolak Ho, padahal
sesungguhnya Ho benar. Artinya menyimpulkan adanya perbedaan, padahal
sesungguhnya tidak ada perbedaan.
2.7.2.
Kesalahan jenis II
Kesalahan ini merupakan kesalahan tidak menolak Ho, padahal
sesungguhnya Ho salah. Artinya menyimpulkan tidak adanya perbedaan,
padahal sesungguhnya ada perbedaan.
Tabel kesalahan pengambilan keputusan

Keputusan
Menerima H0
Menolak H0

2.8.

Populasi
Ho benar

Ho salah

Tepat
Kesalahan jenis I

Kesalahan jenis II
Tepat

CARA MENGUJI HIPOTESIS

Pengujian

hipotesis

pada

dasarnya

adalah

menaksir

parameter populasi berdasarkan data sampel. Ada dua cara


menaksir parameter, yaitu:
2.8.1.

Penaksiran titik (a point estimate), suatu taksiran

parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rara-rata data


sampel. Sebagai contoh hipotesis yang berbunyi:
1) Rata-rata pegawai PT ABC adalah lulusan S1.
2) Rata-rata lama tidur orang dewasa adalah 6 jam sehari.
2.8.2.
Penaksiran interval (interval estimate), suatu taksiran
parameter populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data
sampel. Sebagai contoh hipotesis yang berbunyi:
1) Rata-rata pegawai PT ABC adalah lulusan D3 - lulusan S2.
2) Rata-rata lama tidur orang dewasa adalah antara 4 - 8 jam.
Menaksir populasi dengan nilai tunggal akan memiliki resiko
kesalahan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan interval.
Makin

besar

interval

taksirannya

maka

akan

semakin

kecil

kesalahannya. Sebagai contoh di atas, menaksir lama tidur orang


dewasa adalah antara 3 - 9 jam akan lebih kecil kesalahannya jika
interval lama tidur orang dewasa adalah 5 - 7 jam.
Dalam

penelitian,

biasanya

interval

taksiran

ditetapkan

terlebih dahulu. Seperti 1%, 5%, atau 10%. Nilai ini disebut taraf
signifikansi / tingkat signifikansi / level of significant. Nilainya adalah
berupa probabilitas atau peluang munculnya suatu kejadian, yaitu
peluang besarnya melakukan kesalahan. Tingkat signifikansi 5%
artinya kita mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan
untuk mengolah hipotesis yang benar adalah sebanyak-banyaknya
5% dan benar dalam mengambil keputusan sedikit-dikitnya adalah
95%. (tingkat kepercayaan).
Atau dengan kata lain, kita percaya bahwa 95% dari
keputusan

untuk

benar. Penentuan

menolak
taraf

hipotesis

signifikansi,

yang

biasanya

salah

adalah

ditentukan

oleh

10

peneliti. Penelitian tertentu yang membutuhkan taraf kesalahan


yang lebih kecil seperti meneliti makanan, penyakit, obat-obatan dll
dibutuhkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi bisa menggunakan
taraf signifikansi 0,5% atau 0,1%. Dalam kurva normal untuk
pengujian dua sisi (2-tail sided), dapat kita lihat daerah taksiran dan
besarnya kesalahan, sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva Pengujian Dua Sisi


Untuk pengujian satu sisi (1-tail sided) menggunakan uji-t
atau uji-F, maka dapat kita lihat daerah taksiran dan besarnya
kesalahan, sebagai berikut:

Gambar 2. Kurva Pengujian Satu Sisi

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data,


bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu
kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam
menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis
alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan
asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika
kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2
11

ekor, maka akan terdapat dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan
di ekor kiri kurva, masing-masing 2%.
Daerah

kritik

merupakan

daerah

penolakan

hipotesis

(hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah


yang terletak di antara dua daerah kritis, yang diarsir, dinamakan
daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Cara
menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari
perhitungan Z-score dengan rumus:
Z=

X X
SD

Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho,


maka Ha yang dirumuskan, tidak diterima.
2.9.

PENENTUAN

TARAF

SIGNIFIKASI

DENGAN

TINGKAT

PENERIMAAN HIPOTESIS
2.9.1.
Pengertian Signifikan
Kebanyakan dari kita selalu berharap bahwa riset yang
sedang dilakukan akan memberikan hasil yang signifikan. Apakah
harus begitu? "Significant implies that it is not plausible that the
research findings are due to chance" adalah definisi dari signifikan
menurut Cramer dan Howitt (2006). Menurut mereka adalah tidak
masuk akal jika hasil / temuan riset merupakan hal yang bersifat
kebetulan. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa hipotesis nol
(H0) yang menunjukkan misalnya tidak ada hubungan atau tidak
ada perbedaan akan ditolak untuk kepentingan hipotesis alternatif
(Ha atau H1) .
Definisi lain mengatakan bahwa "Significant means probably
true do not to chance" (surveysystem.com). Ini berarti bahwa hasil
12

riset yang signifikan berarti benar bukan karena kebetulan. Jika riset
memberikan hasil yang signifikan; maka riset tersebut benar namun
tidak harus berarti penting.
Pengujian signifikansi sebenarnya hanya merupakan sebagian
kecil dari penilaian implikasi-implikasi dalam kajian tertentu. Oleh
karena itu saat peneliti gagal memperoleh hasil yang signifikan
maka sebaiknya peneliti melakukan kajian ulang metode-metode
yang sudah digunakan saat ketentuan ukuran sampel sudah
dipenuhi.
Lebih lanjut jika saat hipotesis dalam riset dianggap penting
untuk kepentingan alasan-alasan teoritis maupun praktis; maka
peneliti harus melakukan kajian ulang terhadap metode-metode
yang sudah dipergunakan dalam riset.
Pada umumnya orang menggunakan tingkat signifikansi
dalam bentuk persen, misalnya sebesar 5% atau 0,05 atau lebih
kecil dari nilai tersebut untuk melakukan penolakan hipotesis nol
(H0). Nilai ini mempunyai maksud bahwa adanya perbedaan atau
hubungan antar variabel kelihatannya akan terjadi secara kebetulan
5 kali dari 100. Besaran probabilitas 0,05 ini secara historis
merupakan pilihan secara arbitrer dan sudah diterima secara
meluas dalam dunia riset.
Dalam praktik riset umumnya orang menggunakan kisaran
nilai signifikansi / probabilitas atau alpha sebesar 1% (0,01) yang
terkecil, 5% (0,05) atau 10% (0,1) yang terbesar. Hal ini tidak
berarti kita tidak boleh menggunakan nilai-nilai di luar nilai
kesepakatan tersebut.
Pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan
tingkat signifikansi ini dalam riset tergantung dari besaran nilai
13

tingkat keyakinan (confidence level) yang dipilih peneliti. Jika yang


bersangkutan menginginkan tingkat keyakinan sebesar 99%, maka
signifikansi akan sebesar 1%.
Jika yang bersangkutan menginginkan tingkat keyakinan
sebesar 95%, maka signifikansi akan sebesar 5%. Jika yang
bersangkutan menginginkan tingkat keyakinan sebesar 90%, maka
signifikansi akan sebesar 10%.

Pertimbangan lain ialah berkaitan dengan ukuran sampel.


Semakin kecil tingkat signifikansi maka peneliti akan membutuhkan
data yang semakin besar. Sebaliknya semakin besar tingkat
signifikansi maka peneliti akan membutuhkan data yang semakin
kecil. Besaran ini dapat dihitung menggunakan rumus ataupun
menggunakan tabel penentuan ukuran sampel.
Lalu

apa

maknanya

jika

hasil

riset

signifikan

dengan

ditolaknya H0? Signifikan di sini mempunyai maksud bahwa efek


pada sampel yang digunakan dalam riset dikatakan secara statistik
signifikan.
Jika pengujian hipotesis membuktikan H0 diterima, maka hasil
riset menjadi tidak signifikan. Tidak signifikan di sini mempunyai
makna bahwa efek pada sampel secara statistik tidak signifikan.
14

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, yang didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik
dengan data. Hipotesis dapat di bagi atas dua jenis yaitu ; hipotesis penelitian

15

(Hipotesis alternatif) atau hipotesis kerja yang bisa di lambangkan dengan Ha, dan
hipotesis Nol (Ho).
Bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian.
Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada
tiga

yaitu

rumusan

masalah

deskriptif

(variabel

mandiri),

komparatif

(perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut;
harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel,
harus jelas, tidak membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif (pernyataan), harus
dapat di uji secara empires, artinya seseorang mengumpulkan data yang tersedia di
lapangan guna menguji kebenaran hipotesis tersebut, dan hipotesis harus didukung
oleh teori-teori yang dikemukakan para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Perumusan

hipotesis

berguna

untuk;

memfokuskan

masalah,

mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk di kumpulkan, menunjukan bentuk


desain penelitian, termasuk teknis analisis yang akan di gunakan, menjelaskan gejala
sosial, mendapat kerangka penyimpulan, dan merangsang penelitian lebih lanjut.

3.2. SARAN
Sebaiknya apabila melakukan penelitian hendaknya didasari oleh suaatu
hipotesis yang dapat dipertanggung jawabkan selanjutnya. Selain itu pengujian
hipotesis harus didasari pada taraf signifikansi agar memperoleh tingkat kepercayaan
secara akurat.

16

DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian. Alfabeta. Bandung
Mualim,

Asep

Saipul.

2011.

Perumusan

Hipotesis

(Online).

http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/perumusan-hipotesis.html. 7 April 2015.


Wikipedia : Uji Hipotesis. Diakses tanggal 7 April 2015.
M.B.A,Riduan.2006.Dasar-dasar Statistik.Bandung:ALFABETA

17

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Sarwono, Jonathan. 2013. 12 Jurus Ampuh SPSS untuk Riset Skripsi.PT. Elex Media
Komputindo : Jakarta
Cramer, Duncan and Howitt, Denis. 2006. The Sage Dictionary of Statistics. Sage
Publication : London
http://fni-statistics.blogspot.com/2014/03/PengertianSignifikan.html
http://arsyil.blogspot.com/2013/02/apa-arti-angka-taraftingkat.html
http://jam-statistic.blogspot.com/2014/01/taraf-signifikansi.html

18

Anda mungkin juga menyukai