Anda di halaman 1dari 46

DEFINISI

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan
penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.

Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan
sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai
fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara
fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian,


sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan
perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.

JENIS

Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi:

Perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena.

perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya hubungan atau


pengaruh antara dua atau lebih fenomena.

FUNGSI

Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu

Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan
kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.

Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan
masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai
di lapangan.

Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan
harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh
peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan
peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana
yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan

fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian,
maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi
populasi dan sampel penelitian.

KRITERIA

Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah
penelitian yaitu

Kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat
kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang
memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala
di dalam kehidupan manusia.

Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya
pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan
dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun
sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.

Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di
dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan
implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan
masalah bagi kehidupan manusia.

POSISI/PENEMPATAN

Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara lain

Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika peneliti,

Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang penelitian

Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.

Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak
akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari
kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya
memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada.

Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan
permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.

Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan
faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Arti teori adalah sebuah
kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang
timbul antara beberapa variabel yang diobservasi

Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan
dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan
proposisi. Secara defenitif, teori harus berlandaskan fakta empiris karena tuijuan utamanya adalah
menjelaskan dan memprediksikan kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang
baik akan membantu mengarahkan si peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti.

Konsep adalah sejumlah pengertian atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi,
situasi, dan perilaku tertentu. Secara sederhana konsep adalah pendapat abstrak yang digeneralisasi
dari fakta tertentu. Konsep sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu riset yang tergantung dari:

�� Seberapa jelas kita mengkonseptualisasikan sesuatu

�� Seberapa jauh orang lain dapat memamahami konsep yang kita pergunakan.
Konstruk adalah jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari
pada konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu, yang dapat berupa sebuah pandangan atau
pendapat yang biasanya ditemukan untuk sebuah penelitian atau pembentukan teori.

Proposisi adalah pernyataan yang berkaitan dengan hubungan antara konsep‐konsep yang ada dan
pernyataan dari hubungan universal antara kejadian‐kejadian yang memiliki karakteristik tertentu.
Pembentukan teori adalah sebuah peningkatan abstraksi.

Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada
waktu berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau nilai lain dapat berbeda dalam waktu yang
sama untuk objek atau orang yang berbeda. Secara konseptual, variabel dapat dibagi menjadi empat
bagian utama yaitu:

1. Variabel dependen adalah variabel yang dapat menjadi perhatian utama dalam sebuiah
pengamatan. Pengamat akan dapat memprediksikan ataupun menerangkan variabel dalam variabel
dependen beserta perubahannya yang terjadi kemudian.

2. Variabel independent adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel
dependen dan mempunyai hbungan yang positif ataupun yang negative bagi variabel dependen
nantinya. Variabel dalam variabel dependen merupakan hasil dari variabel independen.

3. Moderating variabel adalah variabel yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan
variabel independent dan variabel dependen.

4. Intervening variabel adalah factor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang diamati
tetapi tidak dapat dilihat, diukur atau dimanipulasi, namun dampaknya dapat disimpulkan
berdasarkan dampak variabel independent atau moderating terhadap fenomena yang diamati.
Internening variabel ini dapat membantu dalam menjelaskan bagaimana megkonsepsi hubungan
antara variabel independent dan variabel dependen.

Kerangka teoritis adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan. Hal ini
merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan
dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui wawancara, observasi, dan
survei literature. Hubungan antar survei literature dan kerangka teoritis adalah survei literature
meletakkan pondasi yang kuat untuk membangun kerangka teoritis. Ada lima hal yang harus dipenuhi
dalam membangun kerangka teoritis:

1. Variabel yang relevan harus dapat dijelaskan dan disebutkan dalam diskusi.

2. Diskusi haruslah dapat mewujudkan bagaimana dua atau lebih variabel itu berhubungan satu sama
lain.

3. Jika jenis dan arah hubungan tadi dapat diterima secara teori berdasarkan atas penelitian
sbelumnya, maka harus ada indikasi pada diskusi apakah hubungan tadi bersifat positip atau negative.

4. Harus ada penjelasan secara jelas kenapa kita akan mengharapkan hubungan tersebut terus
bertahan.

5. Skema diagram yang menjelaskan kerangka teoritis harus dapat diperlihatkan sehingga pembaca
dapat melihat dengan mudah dan memahami bagaimana hubungan antar variabel secara teoritis.
Bab 2

A. Penentuan Metode Penelitian

Keguanaan metodelogi penelitian dalam sebuah penelitian sangat penting, mengingat dengan
motode penelitian yang realbility terhadap obejek penelitian,akan menghindarkan masuknya faktor
subjektifitas penelitian dalam sebauh penelitian, untuk menentukan apakah sebuah penelitian layak
dilakukan, dapat juga dilihat dari aspek metodologi penelitian yang digunakan, metodologi penelitian
merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang dapat digunakan dalam penelitian efek media
dalam ilmu komunikasi. Pada dasarnya didalam penggunaan metode penelitian dalam suatu
penelitian tidak ada yang mutlak, artinya suatu metode penelitian baik itu metode kualitatif ataukah
metode kuantitatif tidak dapat dikatakan sama benar dan lebih unggul dari yang lainnya. Oleh sebab
itu, adalah cukup naif manakala mengemukakan tentang keunggulan yang didasarkan pada
penonjolan angka-angka, tanpa memperhatikan jenis bentuk, atau hakekat penelitian atau yang lebih
jauh lagi yaitu, manfaat bagi hakekat kemanusian.

Dengan demikian, penggunaan suatu metode penelitian yang cocok dalam sebuah penelitian terletak
pada tujuan penelitian itu sendiri serta sejauh mana penelitian itu berdaya guna untuk memecahkan
persoalan kemanusiaan serta meningkatkan kesejahteraan insaniah, bukanlah semata-mata
bertumpuh pada metode penelitian yang digunakan. mengemukakan bahwa penelitian seorang
ilmuwan bukan hanya terletak pada kemampuan berpikirnya belaka, tetapi seharusnya termasuk pada
kedewasaan sikap dan tindakan.

Dalam membaca etnografi dengan kritis memerlukan perhatian pada konsep-konsep yang digunakan
dan referensinya. Peneliti yang mengambil cara pemikiran (Modes of Thought) pada teori atau
kebudayaan sebagai fokus analisis dan deskripsinya itu mengemukakan suatu sistem ide atau gagasan
yang memandu tindakan-tindakan para individu dan mempersiapkannya sebagai tolak ukur
penafsiran atau pemberian makna pada tingkah lakunya sendiri dan tingkah laku orang lain.

Bagi peneliti yang menggunakan cara tindakan (Modes of action) atau proses, maka dari fokus
studinya itu mengungkapkan tingkah laku nyata dari para individu, menafsirkan tingkah laku seperti
itu dengan referensi pada ide yang terkait dengan individu dan juga

faktor lainnya seperti tekanan lingkungan terhadap tingkah laku. langkah berikutnya ialah penentuan
metodologi penelitian yang akan digunakan, sehingga masalah-masalah tadi dapat terjawab secara
tepat dan teradalahkan keshahihannya. Penentuan metodologi penelitian ini, sering pula disebut
dengan”strategi pemecahan masalah” karena pada tahap ini, mempersoalkan “bagaimana” masalah-
masalah penelitian tersebut hendak dipecahkan atau ditemukan jawabannya.

Pada tahap ini, yang perlu di tentukan adalah :

1. Jenis, atau format penelitian yang akan digunakan. Mengenai jenis, atau format penelitian yang
digunakan, pada dasarnya menunjuk pada tipe pendekatan penelitian yang akan digunakan; apakah
studi kasus, ataukah untuk tujuan eksplanasi; dan apakah unit studinya individu, ataukah unit studinya
kelompok. Format penelitian kuantitatif tergantung pada permasalahan dan tujuan penelitian itu
sendiri. Dalam metodologi penelitian kuantitatif terdapat dua format penelitian, yaitu

a. format deskriptif

b. format eksplanasi.

Format Deskriptif : Penelitian kuantitatif dengan mengunakan format deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di
masyarakat, yang menjadi obyek penelitian ini, berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat
ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut. Pada
umumnya penelitian ini menggunakan statistik induktif untuk menganalisis data penelitiannya.
Format deskriptif ini dapat dilakukan pada penelitian studi kasus dan survei, sehingga terdapat format
deskriptif studi kasus dan format deskriptif survei.

Format deskriptif studi kasus memiliki ciri-ciri yang tidak menyebar, tetapi lebih memusatkan diri pada
suatu unit tertentu dari berbagai variabel, sehingga memungkinkan studi yang dilakukan dapat
mendalam terhadap sasaran penelitian. Untuk mencapai maksud tersebut, peneliti membutuhkan
waktu yang relatif lama dalam penelitiannya. Disamping itu, ciri lain dari deskriptif studi kasus adalah
merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan
hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variabel yang diteliti. Penelitian ini sesungguhnya
hanya menggunakan kasus tertentu atau sebuah wilayah tertentu sebagai obyek penelitian, sehingga
bersifat kasuistik terhadap obyek penelitian.

Format deskriptif survei memiliki ciri yang berlainan dengan studi kasus, tetapi sifatnya yang deskriptif
membuat penelitian ini tidak jauh beda dengan studi kasus. Pada survei ciri penyebaran ditonjolkan
dihampir semua pengungkapannya, dan karena populasinya yang luas menyebabkan penelitian ini
tidak mampu mencapai data yang mendalam, sebagaimana studi kasus. Ketidakmampuan tersebut
menyebabkan survei bersifat dangkal dan hanya dipermukaan saja, akan tetapi dengan survei
memungkinkan mengeneralisasi suatu gejala tertentu terhadap gejala yang populasinya lebih besar.
Dengan populasi yang besar tersebut maka dimungkinkan untuk menggunakan sampel dalam suatu
penelitian sehingga akan meringankan peneliti.

Format Eksplanasi : Format Eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel
terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh dari satu variabel
terhadap veriabel yang lain. Oleh karena itu, dalam format eksplanasi peneliti menggunakan sampel
dan hipotesis penelitian. Beberapa pendapat para ahli juga mengatakan bahwa penelitian eksplanasi
dapat digunakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teori, dan disamping itu penelitian
eksplanasi juga memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab akibat dari dua atau
lebih variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial (induktif). Penelitian dengan format
eksplanasi dapat dilakukan dengan survei dan eksperimen.

Dalam format eksplanasi survey, peneliti diwajibkan membangun hipotesis penelitian dan mengujinya
di lapangan, karena format ini bertujuan mencari hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang
diteliti. Dengan demikian, alat utama yang digunakan untuk analisis data adalah statistik inferensial.
Sedangkan format eksplanasi eksperimen, disamping memiliki sifat-sifat yang hampir sama dengan
eksplanasi survei, juga lebih bersifat laboratoris, artinya dalam eksperimen mengutamakan cara-cara
memanipulasi obyek penelitian yang dilakukan sedemikian rupa untuk tujuan penelitian.

Dalam penelitian eksplanasi eksperimen terdapat variabel yang dimanipulasi dan variabel yang tidak
dimanipulasi, selain itu untuk mengontrol pengaruh kedua varibel tersebut digunakan variabel
kontrol.

2. Metode, sumber, dan alat pengumpulan data (untuk survai disertai teknik pengambilan sample, dan
untuk eksperimen disertai pola eksperimen yang akan dilakukan). Ini juga perlu ditentukan; apakah
metode pengumpulan datanya wawancara, ataukah angket, ataukan documenter, ataukah tes,
ataukah observasi, atau lainnya; apakah sumber datanya (kalau orang, siapa orangnya dan untuk
mendapatkan data yang mana; kalau dokumen, dokumen apa saja, dan untuk mendapatkan data yang
mana; kalau situasi atau kondisi, situasi atau kondisi apa saja, dan untuk mendapatkan data yang
mana); apa dan bagaimanakah alat pengumpulan datanya (apakah pedoman wawancara, ataukah
panduan observasi, ataukah form isian dokumentasi, ataukah, ataukah angket, ataukah soal-soal tes;
dan bagaimanakah alat-alat tersebut disusun atau dikembangkan, sehingga memenuhi persyaratan
validitas dan reliabilitas). Masih dalam hubungan ini, bila survai yang digunakan,perlu ditegaskan
populasinya, serta tekhnik pengambilan sampel yang akan dilakukan. Bila hasil penelitian akan di
generalisasikan (kesimpulan data sample yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sample yang
digunakan sebagai sumber data harus representative dapat dilakukan dengan cara mengambil sample
dari populasi secara random sampai jumlah tertentu. dan bila eksperimen yang digunakan, perlu
dinyatakan secara tegas pola eksperimen yang akan dilakukan.

3. setrategi analisis data. Pada dasarnya menunjuk pada bagaimana data (yang hendak dikumpulkan)
akan diolah, dianalisis, dan diinterpresentasikan untuk menjawab masing-masing masalah dan
hipotesis.

Hasil tahap pertama (pemilihan dan analisis masalah ) dan hasil tahap kedua (penentuan metodologi
penelitian), lazimnya dituangkan dalam dessain atau rancangan penelitian; semacam “cetak
biru”(blue print) suatu penelitian yang akan dilaksanakan. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun
kelapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan
bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan
data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari
pada setelah selesai pengumpulan data.

B. Penentuan Metode dan Instrumen

Telah di pahami beberapa metode dan instrument pengumpulan data. Masing-masing metode dan
instrument mempunyai kebaikan dan keburukan. Dalam melaksanakan satu penelitian biasanya
digunakan lebih dari satu metode atau instrument, agar kelemahan yang satu dapat ditutup dengan
kebaikan yang lain.kadang-kadang suatu metode merupakan keharusan untuk dipakai dalam
penelitian. Tetapi kadang-kadang merupakan salah satu alternative saja, sehingga pilihan metode
yang dapat digunakan dapat dipilih-pilih.

Tidak sedikit peneliti yang mengacaukan pengertian metode dengan instrument. Sebetulnya kedua
hal tersebut berkaitan, dan peneliti juga harus dapat memahami kaitannya.

• Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitinya.
Variasi metode dimaksud adalah: angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes,dokumentasi.

• Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah dioalah. Variasi jenis instrument penelitian adalah: angket,
ceklis(check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Ceklis sendiri
memiliki wujud yang bermacam-macam.

Dengan demikian maka dapat dikatakan : “ peneliti di dalam menerapkan metode penelitian
menggunakan instrument atau alat, agar data yang diperoleh lebih baik”.

Pemilihan metode dan instrument penelitian sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: objek
penelitian, sumber data, waktu dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan
digunakan untuk mengolah data bila suddah terkuumpul. Mungkin saja seseorng ingin sekali
menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data tetapi karena waktu yang tersedia
sempit, lalu menggunakan angket. Demikian juga mungkin peneliti ingin menggunakan mmetode
pengamatan secara cermat terhadap objek, tetapi metode pengamatan memerlukan waktu lama dan
keterampilan yang memmadai.

Dibandingkan antara wawancara dan pengamatan metode angket memang lebih praktis. Angket juga
memiliki kelemahan. Oleh karena itu penentuan metode penelitian memerlukan pemikiran dan
pertimbanagan yang matang.

Untuk melengkapi penjelasan tentang hubungan antara metode dengan instrument, berikut ini
disampaikan uraian tentang metode dan instrument dalam kaitannya sumber data.

Contoh: misalnya penelitian dengan variabeel :

“kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas”.

Agar diperoleh data yang lengkap yang betul-betul menjelaskan kualitas belajar-mengajar dari
berbagai segi, peneliti, mengumpulkan data dari beberapa sumber data, antara lain : guru (orang),
siswa(orang), proses belajar-mengajar yang sedang beralngsung (tempat), kondisi dan sarana fisik
(tempat), catatan yang dimiliki oleh siswa(kertas), dan daftar nilai(kertas). Pada prinsipnya meneliti
adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena social maupun alam. Meneliti dengan data yang
sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun
demikian dalam skala yang palin rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian.

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.
Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument peneliitian. Jadi instrument penelitian
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomene alam maupun social yang diamati. Secara
speesiffik semua fenomena ini disebut variable penelitian. Jika peneliti ingin cermat, maka perlu
digunakan tabel kisi-kisi tentang hubungan hal-hal tersebut.

Dalam menentukan sumber data, jenis metode pengumpulan data dan instrument penelitian, peneliti
sangat perlu mempertimbangkan beberapa hal lain, yaiitu tenaga, waktu, dana dan factor-faktor
pendukung maupun penghambat. Namun untuk langkah awal, agar pada akhirnya diperoleh metode
dan instrument yang tepat, sebaiknya peneliti berfikir ideal dahulu, sesudah itu baru
mempertimbangkan factor-faktor tersebut.

Jenis Analisis Data

1. Analisis non-statistik

– Analisis ini lebih tepat digunakan pada data kualitatif.

– Data kualitatif biasanya diolah atau dianalisis berdasarkan isinya (subtansinya).

– analisis non statistik ini sering juga disebut dengan analisis isi (content analysis), yang mencakup
analisis deskriptif, kritis, komparatif, dan sintesis.

– Penelitian yang menggunakan data kualitatif disebut penelitian kualitatif.

2. Analisis Statistik

– Analisis ini tepat digunakan pada data kuantitatif.

– Mencakup analisis deskriptif dan analisis inferensia


– Analisis deskriptif digunakan untuk membantu memaparkan (menggambarkan) keadaan yang
sebenarnya (fakta) dari satu sampel penelitian->penelitian deskriptif

– Penelitian deskriptif tidak untuk menguji suatu hipotesis.

– Analisis inferensia digunakan untuk mengolah data kuantitatif dengan tujuan untuk menguji
kebenaran suatu teori baru yang diajukan peneliti yang dikenal dengan hipotesis->penelitian
inferensial

– Dalam penelitian inferensial, teknik analisis statistik yang digunakan mengacu kepada suatu
pengujian hipotesis.

– Analisis inferensia dibagi menjadi dua yaitu parametrik dan nonparametrik. Syarat dilakukannya
analisis inferensia adalah sampel diambil secara random.

Langkah-langkah pokok dalam pengujian hipotesis:

– Membuat asumsi->kondisi-kondisi yang harus dipenuhi dalam pengujian hipotesis.

– Menentukan statistik uji

– Memilih suatu tingkat Signifikansi

– Menghitung nilai statistik uji

– Membuat keputusan pengujian (diterima / ditolak)

Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan teknik analisis:

– Tipe penelitian (deskriptif, inferensial)

– Jenis variabel (terikat, bebas)

– Tingkat pengukuran variabel (nominal, ordinal, interval, rasio)

– Banyaknya variabel (satu, lebih dari satu )

– Tujuan Penelitian (kecenderungan memusat, variabilitas, hubungan (korelasi, asosiasi),


pembandingan (komparasi), interaksi, kecocokan, dan sebagainya).

B. Pembahasan

Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan atas hasil dari analisa dan
interprestasi data yang dilengkapi dengan saran-saran. Penarikan kesimpulan sangat berguna dalam
merangkum hasil akhir suatu penelitian, selain sebagai landasan rumusan pengambilan keputusan
bagi pihak peneliti juga digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.

Kesimpulan adalah intisari dari hasil eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil
eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil
eksperimen berbeda dengan hipotesis. Jika perlu kesimpulannya dapat diakhiri dengan memberikan
masukan-masukan untuk pengujian selanjutnya.
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan
dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data
yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap
kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang
digunakan.

Penyusunan bab tentang kesimpulan ditujukan untuk memberi ringkasan tentang:

o Apa yang telah dipelajari (biasanya di bagian awal kesimpulan)

o Apa saja yang masih harus dipelajari (arah penelitian berikutnya)

o Hasil yang diperoleh dalam penelitian (evaluasi)

o Manfaat, kelebihan, dan aplikasi temuan penelitian (evaluasi)

o Rekomendasi

Kesimpulan seharusnya ringkas saja. Sebagai gambaran, pada banyak publikasi hasil penelitian bagian
kesimpulan mencakup hingga 2,5% dari keseluruhan laporan.Kesimpulan yang terlalu panjang
seringkali disebabkan memuat rincian yang tidak perlu. Bab tentang kesimpulan bukanlah tempat bagi
rincian tentang metodologi atau hasil penelitian. Walaupun peneliti harus memberikan ringkasan
tentang apa yang telah dipelajari dalam penelitian, ringkasan tersebut tidak harus panjang karena
penekanan pada bagian kesimpulan terletak pada implikasi, evaluasi, dlsb.

Bila pada bagian pendahuluan dimaksudkan untuk bergerak dari umum (bidang kajian) ke khusus
(topik penelitian), maka dalam bagian kesimpulan kamu harus bergerak dari yang lebih khusus
(penelitian kita) kembali ke umum (bidang kajian, bagaimana penelitian kita akan mempengaruhi
dunia). Dengan kata lain, dalam kesimpulan kita harus meletakkan penelitian kita ke dalam konteks.

Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat bukti yang cukup untuk mendukung hipotesis, maka
hipotesis itu diterima. Sebaliknya jika dalam proses pengujian tidak terdapat bukti yang cukup
mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari
pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai
kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, serta telah teruji
kebenarannya. Teruji kebenarannya berarti tidak ditemukan bukti yang bertentangan.
Dalam metode ilmiah seluruh langkah-langkah diatas harus dilakukan agar suatu penelitian dapat
disebut ilmiah. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut dan benar, karena langkah yang
satu merupakan dasar bagi langkah berikutnya. Langkah-langkah yang telah disebutkan diatas harus
digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian, walau terkadang terjadi berbagai variasi yang
berkembang sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.

Aspek negatif dari penelitian kita seharusnya tidak diabaikan. Masalah, kelemahan, dan lain-lain
sejenisnya dapat dimasukkan ke dalam bagian kesimpulan sebagai suatu cara untuk
mengkualifikasikan kesimpulan yang kamu buat (memperlihatkan aspek-aspek negatif, bahkan
seandainya hal tersebut lebih bermakna dibandingkan dengan aspek-aspek positifnya)

Sering terjadi tujuan penelitian mengalami perubahan ketika penelitian sedang dijalankan. Hal
tersebut tidak menjadi masalah sepanjang peneliti tidak lupa untuk kembali dan menyusun ulang
tujuan yang telah ditulis pada bagian pendahuluan sehingga secara akurat merefleksikan apa yang
sedang penelliti selesaikan dalam penelitian.

Ada tiga metode atau cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan, yaitu:

1. Modus Ponens (Kaidah Pengasingan)

Jika diketahui premis-premisnya p→q dan p maka dapat diambil konklusi q.

2. Modus Tollens (Kaidah Penolakan)

Jika diketahui premis-premisnya p→q dan ̴ q maka dapat diambil konklusi ̴ p.

3. Silogisme

Silogisme menggunakan sifat menghantar atau transitif dari pernyataan implikasi. Jika diketahui
premis-premisnya p→q dan q→r maka dapat diambil konklusi p→r.

Bab 3

Pengertian Latar Belakang Masalah adalah menceritakan hal hal yang melatarbelakangi mengapa
peneliti memilih judul penelitiannya. Dalam latar belakang masalah ini, peneliti seolah-olah sebagai
detektif yang sedang mengamati situasi lingkungan tempat kejadian perkara. Untuk memunculkan
berbagai alasan mengapa memilih judul tersebut, maka seorang peneliti dalam hal ini dapat mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, akan tetapi belum efektif pada pelaksanaannya.

Latar belakang Masalah dapat juga mengacu pada krisis ideologi, ekonomi, sosial, politik, budaya,
pertahanan dan keamanan. Latar belakang ditutup dengan kalimat kunci yang menekankan
pentingnya masalah tersebut untuk segera diteliti dan dampaknya jika penelitian itu ditunda-tunda
untuk tidak diteliti. Yang menjadi pertanyaan, berapa halaman jumlah latar belakang masalah ?.
Jawabannya yaitu proporsional, tergantung jumlah halaman seluruh proposal penelitian atau laporan
penelitian. Perlu digaris bawahi bahwa jangan sampai latar belakang masalah yang ada pada proposal
atau yang ada pada Bab 1 pada laporan penelitian jumlahnya lebih banyak dari bab-bab lainnya,
kecuali bab terakhir, yaitu kesimpulan dan saran.

Jadi sebelum menentukan judul penelitian, maka seorang peneliti diwajibkan untuk menemukan
suatu masalah. Masalah tersebut kemudian dijadikannya sebagai latar belakang diangkatnya sebuah
judul yang nantinya akan diteliti oleh peneliti. sekian dari informasi ahli mengenai pengertian latar
belakang masalah, semoga tulisan informasi ahli mengenai pengertian latar belakang masalah dapat
bermanfaat

1. Sumber permasalahan penelitian

Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian slalu ada tersedia dan cukup banyak,
tinggalah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya, dan merumuskannya. Walaupun demikian,
agar seorang ilmuan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia
haruslah cukup berlatih. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:

a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian

b. Seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah

c. Pernyataan pemegang otoritas

d. Pengamatan sepintas

e. Pengalaman pribadi

f. Perasaan intuitif [1].

2. Menentukan pokok masalah penelitian

Peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik. Berikut ini
dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat) dijadikan permasalahan
penelitian sebagai berikut:

a. Topik atau judul yang dipilih adalah sangat menarik.

b. Pemecahan permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.

c. Permasalahan yang dipilih merupakan sesuatu yang baru.


d. Mengundang rancangan yang lebih kompleks.

e. Dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.

f. Tidak bertentangan dengan moral.

Kriteria atau ciri dalam memilih dan menentukan masalah penelitian adalah:

1. Masalah yang dipilih harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyisyaratkan adanya
kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian hubungan atau
hubungan-hubungan yang dinyatakannya.

2. Masalah yang dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian, (b).
merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu hubunngan antara 2 atau
lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam bentuk kalimat pertanyaan.

3. Masalah yang dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya bahwa :
(a). data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia, (b). biaya untuk memecahkan
masalah relative harus dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk memecahkan masalah harus
wajar, (d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan sponsor harus kuat, dan (f). tidak
bertentangan dengan hukum dan adat.

4. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang dipilih
sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b). cocok dengan kualifikasi ilmiah si
peneliti.[2]

Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari berbagai
permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, dan perumusan masalah.

A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian yang memuat :

1. Penalaran pentingnya pembahasan masalah atau alasan yang mendorong pemilihan masalah.

2. Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.

3. Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam skripsi, serta

4. Perumusan masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit dalam
bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian membaca.

Masalah ilmiah memiliki ciri-ciri minimal sebagai berikut:


1. Masalah harus fleksible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui
sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.

2. Masalah harus jelas yaitu semua orang yang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah
tersebut.

3. Masalah harus memiliki batas/ ruang lingkup tertentu.

4. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.[3]

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah upaya peneliti untukk mengeksplorasi berbagai kemungkinan pertanyaan
yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variable penelitian yang dipilih. Jumlah butir
pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memiliki relevansi dengan variabel penelitian tersebut.[4]

Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah
sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan
lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb). Masalah penelitian bisa
didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara
variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda
antara sesuatu dengan yang lain.

D. Pembatasan Masalah

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak terlalu luas
sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiri, tersedia sumber teori atau peraturan
yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah hasil penelitian berpotensi untuk
memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas, penelitian
dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.[5]

E. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan istilah
pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi panduan dalam menyusun
instrument penelitian. Pertanyaan research problem ini disusun setelah peneliti melakukan
pembatasan masalah, sehingga pertanyaan penelitian terfokus pada masalah yang ingin dibuktikan
atau diteliti lebih lanjut.

Ada beberapa persyaratan dalam menyusun research problem:

1. Pertanyaan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitian kuantitatif
biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan lain-lain yang berorientasi hasil,
sedangkan pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya bagaimana, mengapa, dan
lain-lain yang berorientasi pada proses).

2. Pertanyaan harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi (feasible).

3. Jawaban bersifat critical incidence artinya dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu
(minimal bagi peneliti).

4. Bisa diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga dapat diukur
(measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).[6]

Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan
masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengungkapkan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan
mendalam.

2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.

3. Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti
untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang lainnya.
Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris, kausal, dan reciprocal atau
interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga
bukan meupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang
bersifat sebab dan akibat. Selanjutnya, hunbungan reciprocal adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukann adalah
hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.

Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dngan variabel penelitian,
sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan bagi
peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik analisa data.

Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan focus penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi social tertentu. Namun
demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah.
Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks
dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang menggunakan pendekatan
kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang
aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan focus penelitian sambil
mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut ”emergent design” .

Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah dalam proposal penelitian tantang suatu peristiwa:

1. Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau seting tertentu? (rumusan masalah
deskriptif)

2. Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu? (rumusan masalah
deskriptif)

3. Apakah peristiwa itu diorganisir dalam pola-pola organisasi social tertentu? (rumusan masalah
asosiatif/ hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu kejadian)
4. Apakah peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama atau
situasi social lain? (rumusan masalah asosiatif)

5. Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (rumusan masalah komparatif)[7]

3. Merumuskan judul penelitian

Judul penelitian adalah suatu kalimat singkat dan padat yang menggambarkan suatu penelitian.
Sebenarnya pembuatan judul penelitian adalah urutan kesekian dalam tahapan-tahapan penelitian.
Judul bisanya dibuat setelah seorang peneliti telah berhasil menentukan topik penelitian. Bahkan ada
dosen pembimbing penelitian yang menyarankan agar judul penelitian dibuat setelah penulisan
penelitian itu selesai. Mengapa ? karena judul penelitian merupakan bagian dari topik penelitian,
sedangkan topik penelitian adalah pokok permasalahan penelitian, sehingga bila sudah mengetahui
topik penelitian, maka judul bisa belakangan disusun.

Namun demikian tetap saja judul penelitian sangat menarik untuk dibicarakan dan ditelaah. Karena
selain akan jelas tertulis di cover depan, dalam judul penelitian biasanya terdapat penekanan, kata-
kata yang menarik, batasan penelitian, metode penelitian dan variable penelitian yang akan diteliti.
Masih pusing menentukan judul penelitian ? Berikut adalah cara membuat judul penelitian yang
menarik dan berbobot. Judul sebaiknya :

1. Singkat, jelas dan berbobot. Usahakan jumlahnya tidak lebih dari 25 kata. Judul penelitian harus
singkat karena menggambar efektivitas dan efisiensi. Judul jangan terlalu panjang karena akan
membingungkan, dan membuat orang berfikir panjang tentang apa focus penelitiannya

2. Harus sesuai dengan topik penelitian. Judul yang baik harus merupakan perwujudan dari topik
penelitian. Pembaca akan akan dapat mengetahui atau membayangkan isi dari penelitian, teori yang
digunakan, metodologi yang dipakai.

3. Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. Judul penelitian berbeda dengan judul judul koran
atau headline suatu majalah yang begitu bombastis dan provokatif agar laku dijual. Judul juga tidak
boleh bertentangan dengan norma yang berlaku seperti norma agama, sosial, budaya dan etika,
misalnya adanya unsur penghinaan terhadap kelompok, agama atau nabi tertentu. Judul yang
mengandung kata yang tidak sopan juga dilarang.

4. Tidak menimbulkan interpretasi Ganda. Misalnya judul “ Analisis Kultur Budaya dan pengaruhnya
terhadap kecenderungan terjadinya Pengangguran di daerah X. Judul ini banyak menimbulkan
prasangka “ Apakah yang dimaksud pengangguran adalah unemployment (tidak bekerja) atau
underemployment (kadang bekerja, kadang tidak ) ?

5. Tidak provokatif. Judul penelitian haruslah netral dan hanya merupakan dugaan, yang kemudian
diteliti dengan menjunjung nilai ilmiah yang tinggi dan tidak memihak atau mengarahkan pembaca.

6. Bukan merupakan kalimat Tanya. Bila menggunakan kalimat Tanya ini adalah judul yang tidak lazim,
sangat jarang ditenui karena ini dapat menggambar keraguan dari peneliti. Misalnya judul “ Analisis
pengaruh cover majalah terhadap minat baca ?” Perhatikan tanda tanya menunjukkan keraguan.[8]

Pengertian Formulasi Masalah

Setiap proses meneliti harus memiliki masalah penelitian untuk dipecahkan. Perumusan masalah
penelitian merupakan langkah kerja yang tidak mudah, termasuk para peneliti yang sudah
berpengalaman sekalipun. Padahal, apabila dicermati, masalah itu selalu ada di lingkungan sekeliling
kita. Pemecahan yang dirumuskan dalam penelitian, sangat berguna untuk membersihkan
kebingungan kita terhadap berbagai hal atau fenomena, untuk mengatasi rintangan ataupun untuk
menutupi celah antar kegiatan atau fenomena. Oleh karena itu, peneliti harus dapat memilih suatu
masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap masalah
tersebut. Perumusan masalah merupakan hal yang paling penting dari penelitian, dan merupakan
langkah awal yang penting sekaligus sebagai pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Masalah
dalam dapat terjadi secara individual maupun secara kelompok dihadapi oleh guru sehingga dalam
penetapan masalah penelitian harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Masalah tersebut harus menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik yang dihadapi
guru dalam menjalankan tugas kesehariaannya.

2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicarikan Alternative solusi melalui tindakan yang konkrit

Formulasi masalah merupakan upaya untuk mengungkap berbagai hal berkaitan dengan masalah yang
akan dijawab atau dipecahkan setelah tindakan dilakukan. formulasi masalah merupakan titik tolak
hipotesis yang akan dikemas menjadi judul penelitian, sehingga harus jelas, padat dan tidak bertele-
tele serta berisi implikasi menunjukkan adanya data untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi
masalah ini, hendaknya peneliti menghindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit,
bersifat local atau terlalu argumentative.

Masalah yang telah dipilih perlu diformulasikan secara komprehensif, jelas, spesifik dan operasional,
sehingga memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. formulasi masalah dapat
dilakukan dalam kalimat pernyataan, pertanyaan atau menggabungkan keduanya. Sebagai pedoman
dalam memformasikan masalah.

Dilihat dari segi isi (content) rumusan masalah, ataupun dari kondisi penunjang yang diperlukan dalam
pemecahan masalah yang telah dipilih. Apabila dikalsifikasikan, setidaknya ada tiga ciri masalah yang
baik, sebagai berikut:

a. Masalah harus memiliki nilai penelitian, artinya:

· Mempunyai nilai keaslian

· Menyatakan suatu hubungan (setidaknya memiliki 2 variabel)

· Merupakan hal yang penting

· Dapat diuji

· Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

b. Masalah harus memiliki kelayakan (feasible), artinya:

· Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia

· Biaya, sesuai kemampuan

· Waktu

· Biaya dan hasil harus balance

· Administrasi dan sponsor harus kuat

· Tidak bertentangan dengan hukum & adat.


c. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti

· Menarik bagi si peneliti

· Sesuai dengan kualifikasi

Lebih lanjut herawati mengemukakan beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai pertimbangan
dalam memformulasikan masalah sebagai berikut:

1. Masalah hendaknya diformulasikan secara jelas, artinya tidak mempunyai makna ganda.

2. Masalah peneliti dapat dituangkan dalam kalimat Tanya.

3. Formulasi masalah umumnya menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih.

4. Formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empiris. Maksudnya, dengan formulasi maslah
itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.

5. Formulasi masalah menunjukkan secara jelas subjek dan atau lokasi penelitian.

B. Penulisan formulasi masalah

Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan


beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:

1. Aspek substansi

2. Aspek formulasi

3. Aspek teknis.

Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat
pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah
serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan
dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran
yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan
suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya
merupakan pengulangan atau replikasi saja.

Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif
(pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya
dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara
eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.

Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan
metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan,
kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap
masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan
sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu,
dan tenaga yang besar.
C. Petunjuk Menulis Rumusan Masalah

Pemilihan dan penetapan masalah penelitian merupakan langkah awal yang paling krusial dan penting
dalam suatu penelitian karena masalah penelitian mempengaruhi strategi yang akan diterapkan
dalam pemecahan masalah. Dalam mengidentifikasi dan memformulasikan masalah haruslah tepat
dan memenuhi karakteristik sebagai berikut (Ishariwi, 2008):

1. Identifikasi dan formulasi masalah harus memungkinkan untuk diteliti melalui

2. Formulasi masalah dirumuskan secara baik dan benar serta jelas agar peneliti dapat dengan
mudah meletakkan dasar teori atau kerangka konseptual dalam pemecahan masalah dan alternative
solusi tindakan yang tepat.

3. Formulasi masalah dan tindakan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi akan
memudahkan peneliti dalam menyusun hipotesis tindakan dan mengumpulkan data penelitian.

4. Formulasi tindakan harus mencerminkan kesesuaian dengn masalah yang diteliti dan
menunjukkan perubahan atau peningkatan yang lebih baik.

5. Masalah dalam penelitian tindakan berbeda dengan masalah penelitian pada umumnya
(konvensional) karena dalam peneliti terlibat langsung.

6. Pemilihan masalah memenuhi kriteria : (a) untuk melakukan perubahan, peningkatan atau
perbaikan proses kinerja (proses pembelajaran); (b) memiliki dampak langsung terhadap peneliti yaitu
menumbuhkan sikap dn kemauan untuk selalu melakukan upaya perbaikan dan (c) menumbuhkan
budaya meneliti dan menjadikan guru seorang peneliti.

Sebagaimana yang ditulis oleh Sukajati (2008), bahwa pada intinya, rumusan masalah seharusnya
mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan
masalah, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto
(1997) dan Sukarnyana (1997). Beberapa petunjuk tersebut antara lain:

1. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada
umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;

2. Formulasi masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya
dengan variabel lain;

3. Formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu
memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).

Selain itu, Wardhani, dkk (2007) mengingatkan bahwa Formulasi Masalah harus dirumuskan secara
operasional sehingga perbaikan pembelajaran saat dilaksanakan dapat terarah. Wiriatmadja (2008)
menyarankan agar terhapus keraguan bahwa guru telah benar-benar memfokuskan permasalahan
untuk diteliti, ada baiknya guru melakukan diskusi dengan guru teman sejawat, atau meminta bantuan
dosen yang telah terbiasa menggunakan model penelitian tindakan ini.

D. Sumber dan cara perumusan masalah

Masalah perlu dirumuskan secara jelas dan spesifik. Apabila ditentukan beberapa macam masalah,
maka harus dipilih masalah yang dihadapi sebagian besar siswa, masalah yang dapat dipecahkan,
masalah yang apabila dipecahkan akan memberikan manfaat yang banyak. Dengan pembatasan
masalah secara jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar sehingga dapat
diidentifikasi (diagnosis) dengan seksama faktor-faktor penyebabnya sehingga tindakan atau
treatment/ terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah. Jika
dieksplorasi secara cermat, sebenarnya banyak sekali permasalahan yang berada di lingkungan sekitar
kita. Namun persoalannya kemudian adalah keterbatasan kemampuan peneliti dalam
mengidentifikasi berbagai persoalan yang harus dipecahkan.

Terdapat beberapa sumber untuk memperoleh dan menemukan masalah:

1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia

2. Pengamatan terhadap alam sekitar

3. Bacaan/referensi

4. Analisis bidang pengetahuan

5. Replikasi hasil penelitian

6. diskusi ilmiah

7. Catatan dan pengalaman pribadi

Sesudah masalah dipilih dan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah.
Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis pada langkah selanjutnya, dan
dari rumusan masalah dapat dihasilkan topik penelitian, atau bahkan judul penelitian. Pada umumnya,
masalah dirumuskan dengan mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut:

1. Biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

2. Rumusan masalah harus jelas dan padat

3. Harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah

4. Harus merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis

5. Harus menjadi dasar judul penelitian

Contoh pertanyaan penelitian:

1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentrasfer ketrampilan dari satu mata pelajaran satu ke
mata pelajaran lain?

2. Apakah siswa dapat mentransfer ketrampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang
disukai?

3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?

4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran
multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dapat kelas mata pelajaran tunggal?

E. Tujuan dan Manfaat Formulasi Masalah

Formulasi masalah ditulis untuk menspesifikasikan masalah yang akan dibahas dalam karangan.
Masalah yang diformulasikan harus merupakan hasil penspesifikasian atau pengkhususan masalah
utama yang harus dijawab pada bab kesimpulan. Jawabannya diperoleh dari hasil analisis data.
Menurut Nasir (1999:133-134) tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:

1. Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademik seseorang.

2. Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru.

3. Melatakkan dasar untuk memecahkan penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk
penelitian selanjutnya.

4. Memenuhi keinginan sosial

5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.

Tujuan penelitian adalah mendapatkan suatu rumusan hasil dari suatu penelitian melalui proses
mencari, menemukan, mengembangkan, serta menguji suatu pengetahuan.

Selain itu, penelitian digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang
ada.

Suatu penelitian dapat dikategorikan baik bila memenuhi unsur seperti spesifik, terbatas, bisa diukur,
dan bisa diperiksa dengan menunjukkan hasil penelitian.

Berikut ini beberapa tujuan penelitian secara yaitu:

Untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam beberapa bidang.

Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

Menguji kebenaran dari pengetahuan sudah ada.

Untuk tujuan penelitian secara rinci terbagi menjadi 2 jenis. Untuk penjelasan selengkapnya sebagai
berikut:

Tujuan penelitian ilmiah

Secara ilmiah, penelitian merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu hal.

Namun, pengetahuan yang didapat tidak dapat dimanfaatkan secara langsung.


Nama lain dari kegiatan ini adalah basic research atau juga pure research.

Tujuan penelitian praktis

Tujuan praktis dalam penelitian adalah hasil yang bisa dimanfaatkan langsung dalam kehidupan.

Penelitian ini disebut juga dengan applied research, sebuah penelitian untuk menetapkan nilai
terhadap suatu barang.

Contohnya adalah dalam penentuan harga barang yang akan dijual. Selain itu ada beberapa tujuan,
yaitu:

Tujuan eksplorati

Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam rangka menemukan pengatahuan yang baru dan belum
pernah ada.

Tujuan verivikatif

Untuk menguji kebenaran yang didapatkan dari kegiatan penelitian yang telah ada.

Tujuan pengembangan (development)

Untuk mengembangkan dan menggali lebih dalam suatu konsep yang sedang dikembangkan.

Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau
masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya
ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain. Dengan melakukan studi
kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan
dengan penelitiannya.

Peranan studi kepustakaan sebelum penelitian sangat penting sebab dengan melakukan kegiatan ini
hubungan antara masalah, penelitian-penelitian yang relevan dan teori akan menjadi lebih jelas.
Selain itu penelitian akan lebih ditunjang, baik oleh teori-teori yang sudah ada maupun oleh bukti
nyata, yaitu hasil-hasil penelitian, kesimpulan dan saran.

Studi kepustakaan adalah tugas yang terus menerus dilakukan selama kegiatan penelitian. Sebuah
penelitian akan menghasilkan suatu karya ilmiah, karena itu haruslah mampu memberi sumbangan
kepada kemajuan ilmu pengetahuan. Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan, dari mulai memilih
judul, agar jangan sampai terjadi duplikasi terhadap masalah yang sudah diteliti oleh orang lain.
Meskipun masalah yang sama sekali baru (original) sangat jarang, namun studi atau hasil penelitian
yang terdahulu tidak harus ditiru seutuhnya, kecuali teknik-teknik yang dipergunakan terbukti tidak
tepat atau hasil penelitian dan kesimpulannya meragukan, atau telah diketemukan informasi baru
yang dapat memberikan pemecahan lain.

Bila judul telah kita tentukan, maka akan sangat penting meninjau kembali semua materi yang relevan
dengan judul tersebut. Di dalam studi atau tinjauan kepustakaan diperlihatkan bagaimana
permasalahan yang sedang diteliti terkait dengan hasil penelitian atau studi sebelumnya. Untuk subjek
tertentu, diperlukan melihat permasalahannya dan suatu kerangka teori, sehingga perlu meninjau
teori-teori lain yang diperlukan.

Tujuan Studi Kepustakaan

Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia melakukan penelitian.
Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya
yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi
mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian bertujuan untuk:

Menemukan suatu masalah untuk diteliti.

Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah dan
pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian.

Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang akan diteliti.Mengkaji hasil-
hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

Menelaah basil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau seluruh dari unsur-unsur
penelitian yaitu: tujuan penelitian, metode, analisis, hasil utama dan kesimpulan. Mendapat informasi
tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar
tidak meneliti hal yang sama

Selama penelitian berlangsung, studi kepustakaan juga perlu dilakukan, tujuannya adalah:

Mengumpulkan informasi-informasi yang lebih khusus tentang masalah yang sedang diteliti.

Memanfaatkan informasi yang ada kaitannya dengan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang
sedang dilakukan.
Mengumpulkan dan memanfaatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan materi dan
metodologi dan penelitian tersebut.

Istilah variabel dapat diartikan bermacam – macam. Dalam tulisan ini variable diartikan sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabeL penelitian
itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

Kalau ada pertanyaan tentang apa yang akan di teliti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel
penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel dapat didefiisikan sebagai atribut seseorang, atau objek
yang mempunyai “Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain
(Hatch dan Farhady,1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya.

Menurut Y.W Best yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-
serenteristik yang oleh peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian.
Sedang Direktorat Pendidikan Tinggii Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua
pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti.

Apa yang merupakan variabel dalam sesuatu penelitian ditentikan oleh landasan teoritisnya, dan
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Karena itu apabila landasan teoritisnya berbeda, variabel-
variebel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel yang dijadikan objek pengamatan akan
ditentukan oleh sofistikasi rancangan penelitiannya. Makin sederhana sesuatu rancangan penelitian,
akan melibatkan variabel-variabel yang makin sedikit jumlahnya, dan sebaliknya.

engertian Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka
untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah
didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran rancangan penelitian yang meliputi
antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan
dengan langkah apa data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis.

Dalam pembahasan kali ini, pertama-tama kami coba menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian,
pengertian tentang metode sebuah penelitian termasuk pengertian metode penelitian menurut para
ahli/pakar. Dan yang terakhir adalah kita jelaskan contoh metode dari penelitian. Maksudnya ialah
bahwa pembahasan kali ini akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang penelitian.
Dan selanjutnya akan kami jelaskan macam-macam metode tentang penelitian secara terperinci.

Semoga penjelasan kami disini dapat memberikan jawaban bagi para mahasiswa yang butuh rujukan
untuk tugas akhirnya, baik dalam pembuatan skripsi, tesis maupun disertasi.
Indikator adalah sebuah ukuran dari suatu kondisi tidak langsung yang sudah atau telah terjadi.

Pengertian Indikator Menurut Para Ahli :

Pengertian tentang Indikator banyak dijelaskan oleh para ahli. Salah satunya adalah Wilson dan
Sapanuchart yang menyatakan bahwa indikator adalah ukuran dari sebuah status atau kondisi secara
tidak langsung yang telah terjadi. Misalnya saja kondisi massa atau bobot bayi yang telah disesuaikan
dengan usianya. Dimana usia dan bobot bayi adalah indikator dari tingkat gizi bayi. WHO juga
menjelaskan bahwa arti indikator adalah variabel yang dapat membantu manusia untuk melakukan
pengukuran terhadap berbagai macam perubahan baik yang terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.

indikator adalah

Arti indikator juga dikemukakan oleh Darwin Syah. Pengertian yang dijelaskan cenderung fokus pada
indikator dalam kegiatan pembelajaran. Dimana dia menuturkan bahwa indikator adalah ciri ataupun
tanda yang menunjukkan bahwa peserta didik telah berhasil memenuhi standar kompetensi
pendidikan yang berlaku atau yang telah ditetapkan. Departemen Kesehatan, Pendidikan dan
Kesejahteraan yang ada di Amerika Serikat juga memberikan pendapatnya tentang indikator.

Menurut departemen Amerika Serikat tersebut, indikator adalah sebuah statistik yang dapat
membantu manusia untuk membuat penilaian yang komprehensif, imbang dan ringkas untuk berbagai
macam kondisi. Penilaian tersebut juga harus bersifat normatif dan meliputi aspek penting dalam
kehidupan masyarakat. Sementara itu, Green menyatakan bahwa indikator merupakan kumpulan
variabel yang dapat mengindikasikan atau menunjukkan kepada penggunanya suatu kondisi tertentu.
Indikasi terhadap kondisi tertentu tersebutlah yang kemudian digunakan untuk mengukur semua
perubahan yang terjadi.

Setelah membahas beberapa pengertian indikator yang dikemukakan oleh para ahli seperti di atas,
bisa disimpulkan bahwa penjelasan tentang apa itu indikator adalah setiap ciri, ukuran, ataupun
karakteristik yang bisa menunjukkan sekaligus mengindikasikan adanya perubahan yang terjadi untuk
suatu bidang tertentu. Dalam hal ini, indikator memiliki manfaat yang sangat besar untuk manusia
melakukan sebuah kegiatan sekaligus mengetahui sejauh mana aktivitas atau kegiatan yang sudah
dilakukan tersebut berubah atau berkembang.

Baca juga : Teknik Sampling


Indonesia indicator umumnya berkaitan dengan keberhasilan pemerintah untuk menjalankan
pemerintahan demi kesejahteraan rakyatnya. Jadi indikatornya adalah kesejahteraan rakyat. Indikator
sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari objek yang akan diukur. Di bawah ini adalah
beberapa jenis indikator yang perlu Anda pahami.

Jenis Jenis Indikator :

1. Indikator pendidikan

Indikator pembelajaran atau indikator pendidikan adalah penjabaran secara keseluruhan dari
kompetensi dasar. Dimana penjabaran ini menunjukkan respon yang diberikan peserta didik terkait
dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik.

2. Indikator kerja

Indikator kinerja karyawan adalah tolak ukur seorang karyawan dalam menjaga kualitas pekerjaannya
sesuai dengan standar kebutuhan perusahaan. Dalam mengukur kinerja karyawan, terdapat beberapa
indikator yang sering digunakan yakni ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, kemandirian, efektivitas
dan lain sebagainya. Dalam dunia kerja indikator adalah pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memberikan apresiasi atau insentif kepada karyawan yang bersangkutan.

3. Indikator penelitian

Indikator dalam penelitian lebih sering digunakan dalam dunia sains. Salah satu indikator yang banyak
diaplikasikan untuk penelitian adalah indikator asam basa. Dimana seorang peneliti mengukur tingkat
keasaman atau basa suatu sampel menggunakan indikator tersebut. Demikianlah ulasan mengenai
pengertian indikator beserta jenis jenis indikator yang telah kami paparkan. Semoga informasi di atas
bisa menambah wawasan Anda.

KERANGKA TEORI

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori

yang mendukung permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah

himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan

pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,

untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori

berguna menjadi titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau

menyoroti masalah. Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan,

memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis

(Effendy, 2004: 224).

Untuk memberi kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan


beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori teori yang

digunakan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai Media

Massa, Teori S–O–R, dan Motivasi Diri.

Metode penelitian

adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan
informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode
penelitian memberikan gambaran rancangan penelitian yang meliputi antara lain: prosedur dan
langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-
data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono. 2005 : 90).

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam. 2003).

Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun
kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini
Usman. 2006 : 181)

Populasi adalah seluruh individu yang menjadi wilayah penelitian akan dikenai generalisasi” (I.B.
Netra, 1974 hal 10)

Pengertian Sampel

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Soekidjo. 2005 : 79).

Kemudian menurut Issac dan Michael didapatkan dari tabel penentuan jumlah sampel dengan taraf
signifikan 5%, bila populasinya sebanyak 25 maka sampel sebanyak 23 orang. (Sugiyono. 2005 : 98)

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. ( Notoatmojo, 2003 )

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Suharsimi Arikunto. 2002 : 109).

Pengertian Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam. 2003 : 97).

Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono.2006 : 56)

Tehnik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mengambil sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2002).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel. Anggota populasi
manapun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah
ditetapkan dapat dipenuhi (Notoatmodjo, 2005).

3.3. Kriteria Sampel

3.3.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam. 2003 : 96).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian

Tidak buta huruf.

3.3.2. Kriteria Eksklusi

Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
berbagai sebab (Nursalam. 2003 : 97).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

Ibu pasca nifas yang berhalangan (sakit atau bepergian saat dilakukan penelitian)

Ibu pasca nifas yang mengalami gangguan jiwa

Cara menghitung jumlah sample

Cara menghitung jumlah sample

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam rangka
mengumpulkan data. Berhubung ada beberapa macam variabel dan banyak metode untuk
mengumpulkan data, maka jenis instrumen penelitiannya juga banyak. Menurut jenis variabel yang
akan diukur secara garis besar instrument dapat dibedakan dua jenis yaitu :

1. Instrumen untuk mengukur variable dengan skala nominal dan ordinal (data kualitatif)

2. Instrumen untuk mengukur skala interval dan rasio (data kuantitatif).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dengan skala interval dan rasio biasanya
merupakan alat standard dan sudah ditera. Contoh alat-alat dalam golongan ini adalah timbangan,
pengukur panjang, thermometer, tensimeter, alat-alat laboratorium dan lain sebagainya.

Banyak diantara orang yang belum paham benar akan penelitian, mengacaukan dua pengertian yang
sering salah dilakukan yakni menyebutkan “metode pengumpulan data adalah pedoman wawancara
“. Jelas ini salah. Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode, yang
kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama dengan nama metodenya. Contoh, instrumen
untuk metode tes adalah tes atau soal tes, instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah
angket atau kuesioner, tiga instrumen untuk metode observasi adalah check-list, instumen untuk
metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga check-list.

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya
dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevalusi tidak lain adalah memperoleh data tentang status
sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi
adalah juga mengadakan pengukuran. Jadi mendasarkan pada pengertian ini, maka apabila kita
menyebut jenis metode dan alat atau instrument pengumpulan data, maka sama saja dengan
menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.

. Langkah Penyusunan Instrumen

Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di bawah ini akan
disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilengkapi
dengan bagan proses penyusunan item-item instrumen suatu penelitian. Menurut Muljono (2002:3-
4) langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut :

a) Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak
diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah
bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.

b) Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang


sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah
pertama.

c) Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator,
nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.

d) Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari
suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif,
dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.

e) Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.Biasanya


butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok
butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang
positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau
keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.

f) Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi,
baik validasi teoretik maupun validasi empirik.

g) Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran
yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan
seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.

h) Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.

i) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah
penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.

j) Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui ujicoba
tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba yang
mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau
respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas
empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.

k) Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun
kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang
dijadikan kriteria sedangkan kriteria eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar
instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.

l) Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir
atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor total instrumen
sebagai kriteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrumen dan
proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus lainnya, yakni jika kita menggunakan
kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan
kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen
sebagai suatu kesatuan.

m) Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir
yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid
dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya
berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau
memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan
digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.

Jenis Istrumen dan Contoh

1. Instrumen Tes

a). Pengertian

Menurut (Arikunto: 2006) tes adalah seretetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kepompok.

Keunggulan metode ini adalah a) lebih akurat karena test berulang ulang direvisi, b) instrument
penelitian yang objektif.

Sedangkan kelemahan metode ini adalah a) hanya mengukur satu aspek data, b) memerlukan jangka
waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, c) hanya mengukur keadaan
siswa pada saat test itu dilakukan.

b).Jenis-Jenis Tes

1) Tes Intelegensi

Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama berkaitan dengan
potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability Test;
Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat diambil dari
tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.

2) Tes Bakat

Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi
tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih
terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan
khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang
bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil
manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.
3) Tes Minat

Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes macam ini
bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai
baginya (Test of Vocational Interest).

4). Tes Kepribadian

Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat
karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi social
dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian
diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi- reaksinya terhadap suatu
kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian
seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk
menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu.

Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam
menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya.

5. Tes Perkembangan Vokasional

Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak akan
memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam memikirkan hubungan antara memangku
suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis; dan dalam
menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri. Kelebihan
tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri bagi
partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity).

6) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data yang dapat
diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.

Dalam penulisan soal penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan atau kaidah penulisan soal.
Kaidah tersebut adalah

a) Pilihan Ganda

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah a) soal harus sesuai dengan indikator, b)setiap soal hanya
ada satu jawaban, c) pengecoh harus berfungsi, d) rumusan soal tegas dan jelas, e) pokok soal
jangan memberi petunjuk kepada jawaban, f) pokok soal jangan mengandung pernyataan negative
ganda, g) pilihan jawaban harus homogen dan logis, h) jawaban diurutkan dengan kaidah dari kecil
ke besar; dari a ke z., i) rumusan jawaban seharusnya relative sama panjang, j) gunakan bahasa yang
sesuai dengan EYD.

Perhatikan contoh soal berikut ini.

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti
pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir,
perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb).
Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi
kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan
jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan
produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam
makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni :
kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.

Masalah utama yang dibahas dalam wacana di atas yang tepat adalah…

A. Kanaikan air laut akibat pemanasan global.

B. Gangguan terhadap permukiman penduduk.

C. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik

D. Punahnya flora dan fauna tertentu.

E. Gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan

b) Esai/ bentuk isian

Kaidah penulisan soal esai yang baik adalah a) soal harus sesuai dengan indicator, b) materi yang
diukur sesuai dengan tubtutan jawaban, c) pernyataan disusun denganbentuk pertanyaan langsung
agar siswa lebih mudah merumuskan jawaban, d) hindari pernyataan yang menggunakan kata-kata
yang langsung mengutip dari buku, e)jika jawaban yang dikehendaki adalah mentut satuan urutan,
maka ungkapkanlah secara rinci dengan pernyataan, f)bahasa harus komunikatif sesuai dengan
jenjang pendidikan siswa, g) gunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.

Perhatikan contoh soal berikut ini.

Perhatikan paragraf berikut!

Tanaman Kecipir sebenarnya sudah dikenal walaupun belum tersebar di seluruh Indonesia. Ini
disebabkan kecipir mempunyai nama khusus di masing-masing daerah, misalnya di Jawa Barat diberi
nama jaat, di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut kecipir atau cipir, di Bali Diberi nama Kaongkang,
di Sumantra Barat namanya Kacang Belimbing, dan di Minahasa disebut dengan biraw.

a. Tentukan ide pokok paragraf!

b. Tentukan ide penjelas paragraf!

Instrumen penelitian

adalah: Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang
bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu
penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan
peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau
hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi
sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.

Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-
langkah tersebut adalah:

1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam
membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam
pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris
berdasarkan pengamatan lapangan.

2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable / subvariabel / indikator-
indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu
instrumen.

3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-
kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan,
waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel.
Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas
yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.
Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek
dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap
seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.

4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis
instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari
yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat
peneliti.

5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya
membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan
redaksi/bahasannya.[1]

Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya
data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.[2] Beberapa jenis instrumen
dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

a) Tes

Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur
keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

b) Kuesioner

Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

c) Wawancara (Interview)

Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap sesuatu.

d) Observasi

Mengadakan pengamatan secara langsung,observasi dapat dilakukan dengan tes,kuesioner, ragam


gambar, dan rekaman suara.Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati.

e) Skala bertingkat (ratings)


Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang
kasar tetapi cukup memberikan informasi tettentu tentang program atau orang.Instrumen ini dapat
dengan mudah memberikan gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam orang
menjalankan tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala,
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang harus ditanyakan
harus apa yang diamati responden.

f) Dokumentasi

Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi,
penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen peraturan-
peraturan, notulen rapat,dan sebagainya.

2. Pengujian Instrumen penelitian

Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :a. Valid, Valid adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya
misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena
meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur
berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti. b. Reliable,reliable adalah
konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen
yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data
yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
hasil penelitian yang valid dan reliable.[3]

3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya

Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari sumber data. Sumber data
adalah subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat
penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam
pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan. Jika pengumpul data
melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya dapat salah. Apabila
menyusun instrument merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting
lagi mengumpulkan data terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar
celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.w

Ada 2 sumber data yaitu:

1) Data Primer

Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.Ada 3 cara
pengumpul data primer:

a. Observasi

b. Wawancara
c. Kuesioner

2) Data Sekunder

Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang dimiliki perusahaan, Data
BPS, Browsing di internet dan sebagainya.

Pengertian Pengumpulan Data

Menurut Gulo (2002:110) pengumpulan data merupakan aktivitas yang dilakukan guna
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dari suatu penelitian.
Adapun tujuan penelitian adalah jawaban dari rumusan masalah ataupun hipotesis penelitian, untuk
dapat menjawabnya diperlukan data atau informasi yang diperoleh melalui tahapan pengumpulan
data. Informasi atau data mempunyai karakteristik yang berbeda beda sehingga membutuhkan
metode yang berbeda-beda pula.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini
merupakan stategi ataupun cara yang dipakai oleh peneliti guna mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitiannya. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan guna
mendapatkan bahan, keterangan, kenyataan, dan informasi yang bisa dipercaya. Untukmendapatkan
data seperti yang dimaksudkan tersebut, dalam penelitian bisa dipakai berbagai macam metode, di
antaranya yaitu dengan memakai angket, observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen.

1. Angket

Kuesioner atau angket adalah metode pengumpulandata yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna. Angket sangat cocok jika digunakan untuk responden yang dalam
jumlah besar dan tersebar di wilayah yang luas. Angket bisa diberikan kepada responden secara
langsung maupun dikirim melalui pos, atau internet. Jika wilayah penelitian tidak terlalu luas angket
bisa diantarkan langsung kepada responden sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Dengan
adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang baik,
sehingga kemungkinan besar responden dengan senang hati memberikan data objektif dan cepat.

a. Dasar Penggunaan Angket

Angket dipakai berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self report dari responden, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan , sikap, ataupun keyakinan pribadi responden. Pemakaian
angket sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian berdasarkan pada anggapan:

1) Subjek adalah orang yang paling mengerti tentang dirinya sendiri.

2) Apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah benaradan bisa dipercaya.

3) Interpretasi responden tentang pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang
dimaksudkan oleh peneliti (Sutrisno Hadi.1984:157)
b. Kelebihan dan Kekurangan Angket

Pemakaian angket sebagai metode pengumpulan data memberikan kelebihan untuk peneliti,
kelebihan itu diantaranya:

1) Tidak membutuhkan kehadiran peneliti secara langsung.

2) Waktu pelaksanaan lebih cepat, karena bisa dibagikan secara serentak pada banyak responden.

3) Bisa dijawab sesuai dengan kecepatan dan waktu senggang responden.

4) Bisa dibuat anonim sehingga responden lebih bebas, jujur, dan tidak malu dalam memberikan
respon.

5) Bisa dibuat terstandar sehingga semua responden bisa mendapatkan pertanyaan yang benar-
benar sama.

6) Biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan metode yang lainnya.

Selain mempunyai kelebihan, angket juga mempunyai kelemahan. Berikut ini kelemahan angket
diantaranya:

1) Responden seringkali kurang teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak
dijawab, padahal sukar diulang .

2) Sering kali sulit dicari validitasnya, karena responden mempunyai situasi dan kondisi

3) Meskipun dibuat anonim, tidak jarangresponden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak
jujur.

4) Bila dikirim lewat pos, sering kali tidak kembali. Berdasarkan penelitian, angket yang dirim lewat
pos angka pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 % (Suharsimi, 2006:153).

5) Waktu pengembaliannya tidak bersamaaan, bahkan kadang kala ada yang terlalu lama.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, peneliti perlu melakukan cross-check dengan data yang
diperoleh melalui metode lain.

c. Fungsi angket

Pada umunya angket mempunyai dua fungsi, yaitu deskripsi dan pengukuran.

1) fungsi deskripsi, infromasi yang diperoleh melalui angket dapat memberikan gambaran atau
deskripsi mengenai karakteristik dari individu atau sekelompok responden.

2) Fungsi pengukuran, berdasarkan pada respon yang diberikan oleh responden peneliti mampu
mengukur variabel individual atau kelompok tertentu, misalnya variabel sikap.

d. Jenis-jenis angket
Angket dapat dibedakn atas beberapa jenis tergantung dari sudut pandangnya.

1) Dipandang dari cara menjawabnya, angket dapat dibedakan menjadi angket terbuka dan tertutup.

a. Angket terbuka, merupakan angket yang bisa dijawab secara bebas oleh responden.

b. Angket tertutup, merupakan angket yang jumlah item dan alternatif jawabannya sudah
ditentukan.

2) Dipandang dari jawaban yang diberikan, angket dibedakan menjadi angket langsung dan tidak
langsung.

a. Angket langsung, merupakan angket yang mana responden menjawab tentang keadaan dirinya.

b. Angket tak langsung, merupakan angket yang menjawab mengenai keadaan orang lain.

e. Prinsip penulisan Angket

Penulisan angket yang baik perlu memperhatikan beberapa prinsip. Menurut sugiyono (2010:142-
144) ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan dalam menulis angket.

1) Isi dan Tujuan Pertanyaan

Memberikan makna apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan?,
kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan
harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang akan
diteliti.

2) Bahasa yang digunakan

Dalam menuliskan angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Bahasa
yang dipakai dalam angket harus memperhatikan tingkat pendidikan responden, keadaan sosila
budaya dan “frame Of reference” dari responden.

3) Tipe dan bentuk Pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam angket bisa terbuka maupun tertutup, dan bentuknya bisa memakai kalimat
positif atau negatif.

Pertanyaan terbuka, merupakan pertanyaan yang mengaharapkan responden untuk menuliskan


jawabannya berbentuk uraian mengenai suatu hal.

4) Pertanyaan tidak mendua

Setiap pertanyaan dalam angket tidak boleh mendua (double barreled) sehingga menyulitkan
responden untuk memberikan jawaban.

5) Tidak menanyakan yang sudah lupa

Setiap pertanyaan hendaknya tidak menanyakan hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan berfikir berat.

6) Pertanyaan tidak menggiring

Sebaiknya pertanyaan tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja.
7) Panjang pertanyaan

Sebaiknya pertanyaan tidak terlalu panjang, bila terlalu panjang responden mudah jenuh dan kurang
konsentrasi.

8) Urutan Pertanyaan

Pertanyaan sebaiknya diurutkan dari yang umum ke yang khusus atau speifik, atau dari yang mudah
menuju yang sulit.

9) Prinsip pengukuran

Angket yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengukur variabel yang akan diteliti. Sehingga angket harus dapat digunakan untuk memperoleh
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.

10) Penampilan fisik angket

Penampilan fisik angket sangat mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi
angket. Angket yang berwarna lebih menarik responden dari pada angket dari kertas buram.

2. Wawancara (Interview)

Merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewancara dengan responden
atau orang yang diwawancari dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat,
keyakinan, perasaan, motivasi dan sebagainya. Wawancara dipakai bila jumlah responden relatif
sedikit.

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus infromasi dalam wawancara, yaitu
pewawancara, responden, pedoman, wawancara, dan situasi wawancara.

- Pewawancara (interviewer), petugas pengumpul informasi yang diharapkan bisa menyampaikan


pertanyaan denga jelas dan merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan
mencatat semua informasi yang diperlukan dengan benar.

- Orang yang diinterviu (interviewee), pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua
pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Diperlukan kesediaan dari responden untuk menjawab
pertanyaan dan keselarasan antara responden dengan pewawancara.

- Pedoman wawancara berisi tentang uraian data yang akan diungkapkan yang umumnya dituangkan
dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara berjalan dengan baik.

- Situasi wawancara berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat yang
tidak tepat bisa membuat diinterviu (interviewee) merasa canggung dan enggan menjawab
pertanyaan.

a. Dasar Penggunaan Wawancara


Dasar penggunaan wawancara sama dengan angket, yaitu mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri (self report) dari responden, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, sikap
pribadi responden.

b. Fungsi Wawancara

Pada dasarnya fungsi wawancara dapat dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) Sebagai
metode primer, (2) sebagai metode pelengkap, dan (3) sebagai kriterium (Sutrisno Hadi.1984:193)

Bilamana wawancara dijadikan sebagia satu-sautnya alat pengumpulan data, atau sebagai metode
pengumpulan data yang utama dalam rangkaian metode perngumpulan data lainnya, ia akan
mempunyai fungsi sebagai metode primer. Sebaliknya bila wawancara dipakai sebagai alat untuk
mencari informasi yang tidak bisa diperoleh dengan cara lain, maka ia berfungsi sebagai metode
pelengkap.

Pada saat tertentu metode wawancara dipakai peneliti untuk menguji kebenaran atau memverifikasi
data yang telah diperoleh menggunakan metode alain, seperti angket dan observasi. Dalam hal ini
wawancara berfungsi sebagai kriterium untuk mengecek kebenaran data yang telah diroleh dengan
metode lain.

c. Jenis-jenis Wawancara

Wawancara berdasarkan sifat pertanyaannya dapat dibedakan menjadi, wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur.

1. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Merupakan wawancara yang dilakukan dengan memakai pedoman wawancara yang sudah disusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Dalam melakukan wawancara pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis. Dengan wawancara
terstruktur setiap responden diberikan pertanyaan yang sama, dan penelitia mencatat atau
merekam setiap jawaban dari responden.

2. Wawancara Tidak terstruktur (Unstructured Interview)

Merupakan wawancara bebas, di mana pewawancara tidak memakai pedoman wawancara dalam
pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Penyampaian pertanyakan disampaikan secara tidak
terstruktur, akan tetapi selau berpusat pada satu pokok persoalan tertentu yang berhubungan
dengan variabel yang diteliti. Wawancara tidak terstruktur tidak jarang digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau bahkan untuk penelitian yang lebih mendalam.

3. Observasi

Sebagai metode pengumpulan data, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap unsur yang tampak dalam suatu grjala pada objek penelitian. Unsur yang
tampak itu dinamakan dengan data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan
lengkap. Metode ini dipakai untuk mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

Observais sebagai metode penelitian data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
metode yang lainya, yitu angket dan wawancara. Jika angket dan wawancara berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak hanya pada orang saja melainkan terhadap objek-objek alam yang lain.
Metode pengumpulan data dengan observasi digunakan jika penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala alam dan jika responden yang diamati tidak terlaumbesar.

Jenis-jenis Observasi

Observasi bisa dikelompokan berdasarkan pada dua hal, yaitu pada proses pengumpulan data dan
pada instrumen yang digunakan.

1) Observasi Parisipan (Prticipant Observation)

Merupakan suatu observasi di mana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan atau terlibat secara
langsung dalam kegiatan orang-orang yang sedang diobservasi. Misalnya peneliti berperan sebagai
karyawan untuk mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagimana semangat
kerjanya, dan lain sebagainya.

2) Observasi non Partisipan (Non Participant Observation)

Merupakan suatu observasi di mana peneliti tidak ikul ambil bagian dalam kegiatan atau tidak
terlibat langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi.

Misalnya hanya melihat kegitan karyawan tanpa menyamar menjadi karyawan, dalam mengamati
kinerja karyawan.

3) Observasi Sistematis (Systematic Observation)

Merupakan suatu observasi yang telah dirancang secara sistematis, karena obsever telah
mengetahui aspek-aspek yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian. Penelitia telah
mengetahui variabel apa saja yang perlu diamati, kapan dan di mana tempat pengamatan dilakukan.
Dalam hali ini peneliti telah menyiapkan lebih dulu instrumen pengamatan berupa daftar cek (check
list) secara mendetail.

4) Obsevasi tidak Sistematis (Non Systematic Observation)

Merupakanobservasi yang di dalam pelaksanaannya tidak dipersiapkan secara sistematis tentang


apa saja yang akan diamati. Karena peneliti tidak mengetahui secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Dalam pengamatan hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan tidak memakai
instrumen pangamatan atau daftar cek. Pengamat bebas mengamati dan mencatat hal-hal yang
menarik dalam suatu kegitan yang diamati, yang kemudian data pengamatan dianalisis dan diambil
kesimpulan.

4. Analsis Dokumen

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi
dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam arti yang sempit, dokumen
mempunyai arti barang-barang atau benda-benda tulis, sedangkan dalam arti yang lebih luas,
dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja tapi bisa berupa benda-benda peninggalan seperti
prasasti dan simbol-simbol lainnya.

Metode analisi dokuemn dipakai untuk mengumpulkan data yang sudah terseida dalam catatan
dokumen, seperti konsep teori yang berhubungan dengan variabel yang diteliti, catatan penjualan,
notulen rapat, dan lainnya. Metode ini bisa menjadi metode utama atau primer bila peneliti
melakukan pendekatan analisis isi (content analysis). Untuk penelitian dengan pendekatan lain,
metode ini juga memiliki peranan yang penting. Data yang diperoleh dari analisis dokumen bisa
dipakai sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang telah diperoleh.

Pengumpulan Data Penelitian – Pengertian dan Metode

5. Tes

Merupakna salah satu alat untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek. Karakteristik bisa berupa ketrampilan, pengetahuan, bakat, maupun minat
yang dimiliki oleh individu ataupun oleh kelompok. Ditinjau dari segi sasaran atau objek yang akan
diukur maka dibedakan menjadi beberapa macam tes, yaitu:

a. Tes kepribadian (personality test), tes yang dipakai untuk mengukur kepribadian seseorang.

b. Tes bakat (attitude test), test yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.

c. Tes intelegensi (intellegence test), tes yang dipakai untuk mengadakan estimasi atau perkiraan
terhadap tingkat intelektualitas seseorang, melalui pemberian serangkain tugas.

d. Tes sikap (attitude test), tes yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap sesorang.

e. Tes minat (interst test), tes yang dipakai unutk mengkur minat seseorang terhadap sesuatu.

f. Tes prestasi (achievment test), test yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun
kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu.

Pengertian Pengolahan Data

Pengertian dari pengolahan data atau data processing merupakan manipulasi data ke bentuk yang
lebih informative atau berupa informasi. Informasi merupakan hasil dari kegiatan pengolahan suatu
data dalam bentuk tertentu yang lebih berarti dari suatu kegiatan atau suatu peristiwa.

Terdapat empat penggolongan alat pengolahan data yang bisa anda ketahui diantaranya peralatan
manual atau alat sederhana untuk mengolah data dengan factor terpenting adalah dalam
penggunaan alat dengan tenaga tangan manusia. Selanjutnya adalah peralatan mekanik yaitu
peralatan yang sudah lebih modern dan dalam bentuk mekanik dan digerakkan oleh tangan manual.

Peralatan berikutnya adalah dengan peralatan mekanik elektronik yang digerakkkan secara otomatis
dengan motor elektronik. Dan alat yang terakhir adalah peralatan elektronik yang dikerjakan secara
elektronik penuh tanpa bantuan tangan manusia.

Fungsi Pengolahan Data

Ada beberapa fungsi dasar dari pengolahan data, diantaranya :

Pengolahan data untuk mengambil program dan juga data berupa masukan atau input data.
Pengolahan data untuk menyimpan program data dan menyediakan suatu pemrosesan.

Pengolahan data untuk menjalankan proses aritmatika dan juga logika pada suatu data yang
tersimpan.

Pengolahan data untuk menyimpan hasil sampai hasil akhir suatu pengolahan.

Pengolahan data juga bisa berfungsi untuk menampilkan dan juga mencetak data yang sudah
tersimpan.

Dengan demikian maka pengolahan data dapat bermanfaat untuk meminimalkan kebutuhan dari
tenaga manusia. Hal ini tentu dikarenakan pekerjaan yang sudah dapat dilakukan secara otomatis
oleh peralatan dengan bantuan alat seperti computer. Keuntungan lainnya dalam menggunakan
pengolahan data adalah dari kemampuan computer dalam memproses data yang lebih besar dan
akurat serta memiliki kecepatan yang lebih baik dan dapat dilakukan secara otomatis dan juga
serentak.

RENCANA ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Menurut Mudjarad Kuncoro (2003), analisis data merupakan tahapan yang kritis
dalam proses penelitian bisnis dan ekonomi. Dalam proses ini sering digunakan statistik, fungsinya
untuk menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih
sederhana dan lebih mudah untuk dipahami. Kegiatan dalam analisis data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitugan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.

1. Tahapan Pengolahan Data

1.1 Editing

Kegiatan dalam editing adalah kegiatan memeriksa data mentah yang masuk, apakah ada kekeliruan
pengiriman, tidak lengkap pengisiannya, palsu, dan lain-lain. Hal-hal yang perlu diperiksa adalah:

1) Dipenuhi tidaknya instruksi sampling

2) Dapat dibaca atau tidaknya data mentah

3) Kelengkapan pengisian

4) Keserasian (konsistensi)

5) Apakah isi jawaban yang bisa dipahami

Penyuntingan data (editing) adalah suatu proses agar data yang dikumpulkan memberi kejelasan,
dapat dibaca, konsisten dan lengkap. Penyuntingan data membuat data mudah dimengerti.
Konsistensi mengandung arti bagaimana pertanyaan-pertanyaan telah dijawab oleh semua
responden. Pengecekan konsisten dapat mendeteksi jawaban-jawaban yang keliru. Lengkap berarti
seberapa banyak data yang hilang dari kuesioner atau wawancara. Data yang hilang besar
kemungkinan karena responden menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.
(Mudrajad Kuncoro, 2003)
1.2 Coding

Coding adalah pemberian tanda/simbol bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang
sama. Tanda dapat berupa angka atapun huruf. Tujuan dari coding adalah untuk mengklasifikasikan
jawaban ke dalam kategori-kategori yang penting.

Dua langkah penting dalam melakukan coding, yaitu:

1. menentukan kategori-kategori yang akan digunakan

2. mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.

Kumpulan dari kategori-kategori ini disebut dengan coding frame. Pada pertanyaan tertutup
biasanya coding frame sudah dilengkapi namun pada pertanyaan terbuka sukar untuk
merencanakan coding frame yang bersangkutan, mengkonstruksikan coding frame yang benar-benar
mengetahui tujuan peneliti dan mengetahui bagaimana hasil penelitian akan digunakan.

Mengkode adalah menaruh angka pada tiap jawaban. Untuk dapat memberikan kode pada jawaban
tersebut perlu diperhatikan:

a) Kode dan jenis pertanyaan

Dalam hal ini perlu diperhatikan jenis pertanyaan, jawaban, atau pertanyaan yang dapat
dibedakan.

(1) Bila jawaban berupa angka maka kode yang digunakan adalah angka itu sendri.

(2) Bila jawaban untuk pertanyaan tertutup jawabannya sudah disediakan terlebih dahulu dan
responden hanya mengecek jawaban tersebut sesuai dengan instruksi. Responden tidak boleh
menjawab di luar yang telah ditetapkan.

(3) Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain dari jawaban yang telah ditentukan maka jawaban
lain yang dianggap cocok oleh responden masih diperkenankan untuk dijawab. Jawaban tambahan
tersebut perlu diberi kode tersendiri.

(4) Bila jawaban pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan sifatnya bebas. Untuk memberi kode,
jawaban-jawaban tersebut harus dikategorikan terlebih dahulu atau dikelompokkan sehingga tiap
kelompok memiliki jawaban yang sejenis.

(5) Bila jawaban kombinasi, hampir serupa dan jawaban pertanyaan tertutup. Selain ada jawaban
yang jelas, responden masih dapat menjawab kombinasi dari beberapa jawaban.

b) Tempat kode

Kode dapat dibuat pada kartu tabulasi ataupun daftar petanyaan itu sendiri. Jika data diolah
dengan komputer, kode-kode harus dibuat dalam coding sheet.

1.3 Tabulasi

Tahap selanjutnya setelah proses editing dan coding, data disusun dalam bentuk tabel.
Jawaban yang serupa dikelompokkan kemudian dihitung dan dijumlahkan beberapa banyak
peristiwa/gejala/item yang termasuk dalam satu kategori. Kegiatan ini dilakukan sampai terwujud
tabel-tabel yang berguna terutama penting pada data kuantitatif. Dalam tabulasi, angka-angka akan
dimasukkan dalam satu tabel yang terdiri atas kolom-kolom. Sebaiknya susunan kolom disusun
berdasarkan urutan-urutan yang logis dan tiap-tiap kepala kolom diberi keterangan yang
menyatakan isi kolom yang bersangkutan.

Tabel dapat dibedakan beberapa jenis yaitu tabel induk, tabel teks, dan tabel frekuensi. Tabel induk
adalah tabel yang berisi semua data yang tersedia secara terperinci untuk melihat kategori data
secara keseluruhan. Tabel teks adalah tabel yang diringkas sesuai keperluan. Tabel ini biasanya
dibuat langsung dalam teks dan digunakan pada saat membuat penafsiran. Tabel frekuensi adalah
tabel yang menyajikan berapa kali sesuatu hal terjadi. Tabel ini digunakan untuk mengecek
kesesuaian hubungan jawaban antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lain dalam daftar
pertanyaan.

2. Penyajian Data

Data dapat disajikan dalam bentuk tabel baik tabel frekuensi tunggal maupun tabulasi silang.
Selain dalam bentuk tabel, data juga dapat disajikan dalam bentuk gambar/grafik. Dalam tabulasi
silang, setiap kesatuan data dipecah lebih lanjut menjadi dua atau tiga. Setiap penambahan variabel
baru ke dalam tabulasi silang akan memberikan keterangan lebih baik terhadap data yang diolah.

3. Macam-Macam Metode Analisis

Secara umum, terdapat dua metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan pada penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Analisis ini tidak menggunakan alat statistik, namun dengan membaca tabel-
tabel, grafik-grafik, atau angka-angka kemudian melakukan penafsiran. Sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Analisis ini menggunakan alat
statistik.

Terdapat dua macam alat statistik yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dengan maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan statistik nonparametris. Statistik


parametris digunakan untuk menguji parameter pupulasi melalui statistik atau menguji ukuran
populasi melalui data sampel. Statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi
menguji distribusi. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan
jenis data yang akan dianalisis.

4. Pemilihan Metode Analisis

Pemilihan metode analisis menggunakan pendekatan kualitatif atau kuantitaif. Dalam


pendekatan kuantitaif, syarat pertama yang harus terpenuhi adalah alat uji statistik yang akan
digunakan harus sesuai. Pertimbangan dalam memilih alat uji statistik yaitu:

1) ditentukan oleh pertanyaan untuk apa penelitian tersebut dilakukan.

2) ditentukan oleh tingkat/skala, distribusi, dan penyebaran data.


3) luasnya pengetahuan statistik yang dimiliki.

4) ketersediaan sumber-sumber dalam hubungannya dengan perhitungan dan penafsiran data.

Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip umum yang
mendasari perwujudan dan satuan gejala yang ada. Analisis yang dilakukan adalah gejala sosial dan
budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola
yang berlaku. Kemudian pola tersebut dianalisis dengan teori yang objektif.

5. Pemilihan Metode Statistik Menurut Skala Pengukuran

Pemilihan terhadap alat statistika dalam penelitian kuantitatif sangat tergantung pada skala
pengukuran dari variabel yang digunakan. Dalam analisis nantinya apakah menggunakan statistik
parametrik atau statistik non parametrik. Bila dalam analisis kuantitatif tersebut dimana skala
ukuran variabel adalah nominal atau ordinal umumnya menggunakan statistik non parametrik.
Apabila skala yang digunakan adalah interval atau rasio maka statistik yang digunakan adalah
statistik parametrik. Walaupun demikian untuk skala interval atau rasio dapat juga menggunakan
alat statistik non parametrik namun banyak sekali kehilangan informasi yang dimiliki oleh data
interval atau rasio tersebut.

Penggunaan statistik parametrik dan non parametrik untuk menganalisis data khususnya menguji
hipotesis. Untuk menggunakan statistik parametrik dan non parametrik dalam suatu analisis sangat
tergantung pada macam data dan bentuk hipotesis yang diajukan. Contoh statistik parametrik antara
lain: korelasi product moment, korelasi parsial, korelasi ganda, regresi, analisis varian dan
sebagainya. Contoh statistik non parametrik adalah: Chi kuadrat, Mann-Whitney, Mc Memar,
Cochran, Coefisien Contingency. Korelasi Rank Spearman, Kruskal Wallis dan sebagainya.

Menurut Sugiono (2003:47) hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistik parametrik
menggunakan dugaan terhadap nilai dalam satu sample, dibandingkan dengan standar, sedangkan
hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistik non parametrik merupakan dugaan ada tidaknya
perbedaan secara signifikan nilai antar kelompok dalam satu sampel.

Hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai 2
kelompok atau lebih. Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya perbedaan secara
signifikan niai-nilai 2 kelompok atau lebih. Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya
hubungan secara signifikan antara dua variabel atau lebih.

Pengertian Analisis Data adalah suatu proses atau upaya pengolahan data menjadi sebuah informasi
baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi
suatu permasalahan, khususnya yang berhubungan dengan penelitian.

Analisis data juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data
hasil dari penelitian menjadi sebuah informasi baru yang dapat digunakan dalam membuat
kesimpulan.

Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data agar lebih mudah dipahami,
selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan. Suatu kesimpulan dari analisis data didapatkan dari sampel
yang umumnya dibuat berdasarkan pengujian hipotesis atau dugaan.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat bukti yang cukup untuk mendukung hipotesis, maka
hipotesis itu diterima. Sebaliknya jika dalam proses pengujian tidak terdapat bukti yang cukup
mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian
dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, serta
telah teruji kebenarannya. Teruji kebenarannya berarti tidak ditemukan bukti yang bertentangan.

Dalam metode ilmiah seluruh langkah-langkah diatas harus dilakukan agar suatu penelitian dapat
disebut ilmiah. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut dan benar, karena langkah
yang satu merupakan dasar bagi langkah berikutnya. Langkah-langkah yang telah disebutkan diatas
harus digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian, walau terkadang terjadi berbagai variasi
yang berkembang sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.

Aspek negatif dari penelitian kita seharusnya tidak diabaikan. Masalah, kelemahan, dan lain-lain
sejenisnya dapat dimasukkan ke dalam bagian kesimpulan sebagai suatu cara untuk
mengkualifikasikan kesimpulan yang kamu buat (memperlihatkan aspek-aspek negatif, bahkan
seandainya hal tersebut lebih bermakna dibandingkan dengan aspek-aspek positifnya)

Sering terjadi tujuan penelitian mengalami perubahan ketika penelitian sedang dijalankan. Hal
tersebut tidak menjadi masalah sepanjang peneliti tidak lupa untuk kembali dan menyusun ulang
tujuan yang telah ditulis pada bagian pendahuluan sehingga secara akurat merefleksikan apa yang
sedang penelliti selesaikan dalam penelitian.

Ada tiga metode atau cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan, yaitu:

1. Modus Ponens (Kaidah Pengasingan)

Jika diketahui premis-premisnya p→q dan p maka dapat diambil konklusi q.

2. Modus Tollens (Kaidah Penolakan)

Jika diketahui premis-premisnya p→q dan ̴ q maka dapat diambil konklusi ̴ p.

3. Silogisme
Silogisme menggunakan sifat menghantar atau transitif dari pernyataan implikasi. Jika diketahui
premis-premisnya p→q dan q→r maka dapat diambil konklusi p→r.

Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima.Penarikan kesimpulan dalam melakukan penelitian ilmiah merupakan intisari dari hasil
eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga
alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil eksperimen berbeda dengan hipotesis.
Penarikan kesimpulan seharusnya ringkas saja. Sebagai gambaran, pada banyak publikasi hasil
penelitian bagian kesimpulan mencakup hingga 2,5% dari keseluruhan laporan.

Anda mungkin juga menyukai