KETERAMPILAN NEGOSIASI
Pada tahap ini, pihak-pihak terkait juga akan mempertukarkan usulan atau
tuntutan mereka.
3. Penjelasan dan Pembenaran
Di tahap ini, setelah tiap pihak terkait mempertukarkan pendirian dan
keinginan masing-masing, maka pada tahap ini kedua belah pihak saling
menegaskan, memperjelas, memperkuat, dan membenarlkan antar permintaan
masing-masing pihak.
Pada tahap ini, kedua belah pihak memberi informasi mengenai
persoalan, mengapa persoalam ini penting, dan bagaimana keinginan masing-
masing pihak.
4. Tawar-menawar dan Pemecahan Masalah
Di tahap ini lah hakikat dari proses perundingan yaitu beri dan ambil
yang aktual dalam upaya memperbincangkan suatu persetujuan. Di tahap ini juga
kedua belah pihak perlu membuat sebuah konsesi (kontrak).
5. Penutupan dan Pelaksanaan
Langkah terkahir dalam proses perundingan adalah memformalkan
persetujuan yang telah dikerjakan dan dikembangkan di setiap prosedurnya.hal-
hal spesifik diperlukan dalam memfornalkan persetujuan tersebut.
d. Perilaku Manipulatif
Perilaku seperti ini kadang kala disebut sebagai agresi tidak langsung
karena didasari oleh keinginan untuk menang dengan cara apa
pun.Dibandingkan dengan taktik agresif yang mencolok, perilaku tidak
langsung lebih samar dan tersembunyi. Negosiator manipulatif selalu
menyimpan tujuan terselubung, yaitu menempuh cara sendiri. Kebutuhan
untuk memanipulasi berakar dari rasa takut jika tujuan yang dirahasiakan
terbongkar. Rasanya akan jauh lebih aman untuk mengontrol dan
memanipulasi daripada harus menghadapi konfrontasi langsung.
Berlaku manipulatif berarti menipu diri sendiri dan lawan negosiasi.
Berlaku manipulatif juga berarti mendapatkan semua kebutuhan dengan cara
licik, yaitu membuat lawan merasa bersalah jika tidak melakukan apa yang
pelaku inginkan. Dari penampilan luarnya, karakter agresif tidak langsung
mungkin tampak begitu menghormati lawan, tetapi sikap tidak sependapat
yang tersembunyi sekalipun biasanya akan ketahuan. Orang yang berlaku
manipulatif seringkali mematahkan semangat lawan dan menggunakan kata-
kata sinis untuk mengungkapkan ketidaksetujuan mereka. Usaha untuk
memperjelas atau mengklarifikasi mereka tanggapi dengan
penyangkalan,sehingga lawan bingung, buntu, dan merasakan bersalah.
Pelaku manipulatif umumnya tidak efektif digunakan dalam negosiasi
karena lawan tidak akan pernah benar-benar mempercayai negosiator seperti
itu, sehingga tidak ingin bernegosiasi. Negosiator manipulatif akan mencapai
hasil win-lose. Namun biasanya mereka hanya akan berhasil satu kali dengan
cara ini. Orang tidak suka dipermainkan atau dipaksa mencapai kesepakatan
Saya bersikap pasif dalam negosiasi jika:
1. Bersikap tidak langsung dan berharap orang lain mengetahui apa yang
saya inginkan
2. Meninggalkan petunjuk
3. Membujuk, merayu, dan pura-pura memuji
4. Bersikap sarkastik
5. Memanipulasi lawan dengan mempermainkan perasaan mereka
(biasanya perasaan bersalah)
6. Bersikap pasif dengan niat yang agresif
7. Merasa frustasi, marah, dsn tidak berdaya
8. Seringkali mendapat hasil win-lose ketika menghadapi perbedaan
pendapat
2.6 Trend
Berbagai ulasan baik riset experimen atau teoritis lebih banyak
mengarahkan ke negosiasi menang-menang (win-win). Tracy dan Peterson
(dalam Meiyanto & Soedarjo, 1999) dan Jackman (2005) menemukan bahwa
pendekatan atau taktik negosiasi integratif (win-win) menunjukkan hasil yang
lebih berguna dibandingkan dengan negosiasi distributif (win-lose). Negosiasi
Integratif direkomendasikan karena memiliki potensi untuk memperluas alternatif
dan meningkatkan hasil kedua belah pihak. Ditemukan pula bahwa dalam
negosiasi integrati ditunjukkan betapa pentingnya hubungan saling percaya dan
saling menghormati yang dibangun atas dasar kemurnian, keterbukaan dan
komitmen bersama.
Kreitner dan Kinicki (2004) menambahkan bahwa berdasarkan penelitian
negosiasi diketahui bahwa ciri-ciri kepribadian dapat mempengaruhi keberhasilan
bernegosiasi. Begitu pula dengan suasana hati baik dan buruk dapat berdampak
positif atau negatif masing-masing pada rencana-rencana dan hasil-hasil
negosiator. Serta kurang memahami pihak lain membuat negosiasi lintas budaya
lebih sulit daripada negosiasi di dalam negeri.