Anda di halaman 1dari 23

11/19/2019 Strategi dan Kiat-kiat

Mendengarkan Secara
Efektif

Roby Istighfari
UNAS - FTKI - TI – KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI K.01
KATA PENGANTAR

Pertama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Teknologi Informasi dan komunikasi yang berjudul
“STRATEGI DAN KIAT-KIAT MENDENGARKAN SECARA EFEKTIF” dengan baik.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangan zaman pada saat sekarang ini, kepemimpinan merupakan


suatu hal yang sangat penting dalam kemajuan sebuah organisasi. Seorang pemimpin
menciptakan kesempatan untuk mengembangkan suatu hubungan berdasarkan kegiatan
mendengarkan. Mendengarkan merupakan multidimensi yang membutuhkan integrasi
lebih lanjut di dalam studi kepemimpinan. Di dalam aktivitasnya, semua orang
berpartisipasi dalam komunikasi yang dilakukan sehari-hari. Komunikasi adalah tentang
bagaimana orang-orang berbicara dan mendengarkan. Mendengarkan orang lain serta
memahami orang lain sangatlah penting supaya kita dapat menangkap informasi atau
pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita.

Mendengarkan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.


Setiap hari kita mendengarkan orang berbicara, baik langsung maupun melalui media
elektronik. Menurut Richard L. Daft (2005), “Mendengarkan merupakan suatu
keterampilan menangkap dan menafsirkan makna yang sebenarnya dari sebuah pesan”.
Dalam pengertian sempit mendengarkan berarti kita merespon atau menerima bunyi
secara disengaja, memperhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh orang lain yang
mana sudah mulai melibatkan unsur kejiwaan, yang berarti aktivitas mental sudah mulai
muncul. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, mendengarkan tidak hanya
mengerti dan membuat penafsiran tentang pesan atau informasi yang didengarnya, lebih
dari itu ia berusaha dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi,
untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
tidak disampaikan oleh si pembicara melalui bahasa lisan. Inilah yang dinamakan dengan
mendengarkan secara aktif atau menyimak.

Keterampilan untuk mendengarkan adalah salah satu penentu dari kesuksesan


komunikasi antar pribadi yang kita lakukan. Di dalam dunia kerja, keterampilan
mendengarkan sangat dibutuhkan. Bukan hanya untuk dapat melakukan fungsi kerja
dengan baik, keterampilan untuk mendengarkan juga membuat kerja personal maupun
grup menjadi lebih efektif dan efisien. Menurut Goleman (2001), “Kemampuan
mendengarkan yang baik diperlukan secara mutlak demi keberhasilan suatu pekerjaan.
Hasil suatu pekerjaan dapat jauh lebih baik jika kita menyimak dan menghargai sudut
pandang lawan bicara.”

Dalam lapangan pekerjaan apapun kita bekerja dan dalam perbuatan kita sehari-hari
akan lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita dengar daripada yang kita lihat dan kita
rasakan. Seorang buruh yang tidak mampu mendengarkan petunjuk dari majikannya
akan berkemungkinan besar merugikan perusahaan. Begitupun dengan pengusaha yang
tidak mampu menyimak perkembangan perekonomian, akan sulit baginya untuk
memajukan perusahaan. Seorang filsuf Yunani, Epictetus mengatakan, “Manusia
diciptakan dengan dua telinga, tetapi hanya satu lidah, sehingga manusia dapat
mendengarkan secara lebih ketimbang mereka berbicara” (King, 2008). Disini telah
ditekankan bahwa kita sebagai manusia harus lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara. Namun dalam praktiknya, dalam kegiatan komunikasi hanya sedikit yang kita
gunakan untuk mendengarkan. Selain itu di dalam penerapannya juga masih kurang
mendapatkan perhatian, baik itu di tingkat sekolah maupun perkuliahan. Hal ini tidak
terjadi di negara berkembang saja, namun di negara maju sekalipun masih kurang
mendapatkan perhatian.

Oleh karena itu, ketrampilan berkomunikasi pada saat ini sangat penting dan menjadi
perhatian khusus untuk ditanamkan terutama pada para pelajar dan mahasiswa. Dengan
semakin cepat berkembangnya teknologi dan media sosial, jangan sampai kita lupa akan
nilai-nilai penting dari ketrampilan berkomunikasi karena manusia ditakdirkan sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH

 Kajian kajian dari beberapa penelitian

 Landasan konseptual

 Pembahasan lanjut tentang mendengarkan secara efektif

C. TUJUAN PENULIS

 Untuk memahami konsep berkomunikasi secara umum

 Mengetahui lebih lanjut tentang mendengarkan secara efektif

 Dapat mengatasi berbagai kendala dalam mendengarkan secara efektif

D. METODE PENULISAN

Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya adalah Metode
literatur dan pustaka yang artinya metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari
buku dan internet yang mendukung penulisan makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN KAJIAN DARI BEBERAPA PENELITIAN

Pada tahap ini, akan di bahas mengenai penelitian yang sudah di lakukan sebelumnya
dimana terdapat persamaan dan perbedaan yang akan di lihat dari objek dan metode yang
di teliti. Penyusunan penelitian sebelumnya akan di jabarkan melalui bentuk tabel matrik
yang akan memudahkan pembaca dalam memahaminya.

1. Graham D Bodie (2011) : The Understudied Nature of Listening in Interpersonal


Communication: Introduction to a Special Issue

Jurnal ini membahas mengenai Listening yang merupakan komponen penting dari
keberhasilan dalam komunikasi interpersonal, dan dimana para sarjana komunikasi
interpersonal telah mengabaikan teori teori dan pentingnya mendengarkan.

Memang benar kegiatan mendengarkan serasa sulit di lakukan baik di dunia kerja dan
kehidupan sehari hari. Setelah lulus dari sekolah, seseorang akan masuk ke dunia kerja
dan mendapatkan kendala dalam proses Listening.

Maka dari itu di tuntut adanya Active Listening bagi setiap orang baik para pimpinan
perusahaan maupun karyawan yang berada di lapangan kerja. agar hal itu dapat
memudahkan satu sama lain dan berdampak pada kepuasan kerja bagi diri sendiri dan
juga orang lain.

2. Wong, Huerta; Enrique, Juan; Schoech, Richard (2010 ) : Experential Learning and
Learning Environments: The Case of Active Listening Skills

Penelitian ini membandingkan lingkungan virtual dan tatap muka pembelajaran dan
konsep mendengarkan aktif untuk menguji apakah efektivitas lingkungan belajar
tergantung pada teknik mengajar.

Adanya efektivitas dari dua lingkungan belajar (virtual, face-to-face) dan dua teknik
mengajar (pengalaman, ceramah ditambah diskusi) pada kepuasan, persepsi
keuntungan belajar, dan belajar keterampilan mendengarkan. Penemuan ini
mendukung bahwa baik virtual dan tatap muka adalah teknik yang dapat
mengembangkan keterampilan mendengarkan mengajar.

Lingkungan belajar face-to-face memberikan hasil yang lebih baik daripada lingkungan
belajar virtual hanya ketika teknik experiential learning yang digunakan. Meskipun studi
ini tidak memberikan hasil yang diterapkan pada populasi umum, menggabungkan
sistem virtual learning dengan pengalaman belajar bisa menjadi analisa yang efektif
untuk mendidik siswa.

Sama halnya dengan dunia kerja, efektifitas Active Listening dalam jam kerja dapat
meningkatkan kinerja dibandingkan dengan bekerja melalui virtual. Bekerja dengan
proses virtual dapat membantu seseorang dalam bekerja, namun harus diimbangi
dengan proses face to face sehingga pekerjaan lebih mudah dilakukan dan akhirnya
dapat menghasilkan kepuasan kerja karyawan.

3. Harry Weger, Gina R Castle, Mellisa C .Emmett (2010) : Active Listening in Peer
Interviews: The Influence of Message Paraphrasing on Perceptions of Listening
Skill

Tidak ada keterampilan komunikasi yang diidentifikasi dengan cara mendengarkan


secara teratur dan aktif dalam program pelatihan di berbagai disiplin ilmu dan
kegiatan. Namun adanya penelitian empiris kecil telah memeriksa unsur-unsur tertentu
dari respon mendengar aktif dalam hal efektivitas mereka dalam mencapai hasil yang
diinginkan antarpribadi.

Penelitian ini melaporkan percobaan yang dirancang untuk menguji adanya pengaruh
elemen tertentu dari respon mendengarkan secara aktif, yaitu, parafrase pesan. Seratus
delapan puluh mahasiswa berpartisipasi dalam wawancara di mana mereka menerima
baik refleksi lalu diparafrasekan dan adanya pengakuan sederhana dalam menanggapi
pendapat mereka.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa parafrase pesan dikaitkan dengan daya tarik
sosial pendengar tetapi tidak terkait dengan kepuasan percakapan atau persepsi
perasaan yang dimengerti oleh peserta.

Hal ini berkaitan pula dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai Active
Listening dimana parafrase pesan juga akan mempengaruhi kegiatan mendengar, dan
termasuk dalam bagian proses Active Listening yang nantinya akan membentuk puas
atau tidaknya seorang karyawan dalam bekerja.

4. Sukron Makmun (2013) : Memahami Orang lain melalui mendengar secara


empatik

Jurnal ini membahas bagaimana mengembangkan keterampilan mendengarkan


empati untuk memahami orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu
keterampilan saat ini dibutuhkan oleh manusia dan sering luput dari perhatian adalah
keterampilan mendengarkan empatik.
Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam komunikasi dapat disebabkan oleh
kurangnya keterampilan yang memadai dalam hal ini. Oleh karena itu, dengan
mengembangkan keterampilan empati kegagalan komunikasi dapat terungkap dan
mendengarkan kesalahpahaman dapat dihindari dan perselisihan dapat dihilangkan.
Melalui mendengar dan memahami orang lain.

Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan
adanya proses mendengar dan juga berhubungan dengan memahami lawan
komunikasi. Baik itu mendengarkan secara empatik ataupun secara aktif, dapat
membuat lawan bicara akan merasa nyaman dan tentunya seseorang dapat
membangun keterbukaan dan kepercayaan yang memang mutlak dibutuhkan dalam
membangun kerja sama dengan orang lain.

Jika seseorang mendengarkan aktif, maka cenderung juga berempati dan membuat
seorang karyawan mampu untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang
memudahkan lawan bicara yaitu pimpinan perusahaan untuk menerima pesan yang
disampaikan. Oleh karena itu, berusaha untuk mengerti adalah prinsip benar yang
dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan.

Seorang pendengar yang aktif dan empatik dapat membaca hal yang sedang terjadi
secara mendalam dan cepat. Ia dapat menerima dan mengerti orang lain sehingga
orang lain merasa aman untuk membuka hal yang menutupi permasalahan mereka
sebenarnya. Usaha untuk mengerti orang lain adalah satu investasi yang akan
membawa keberuntungan yang besar buat kita.

5. Rita (2012) : Hubungan Kepuasan Kerja dengan Perilaku Citizenship


Organisasional

Kepuasan kerja merupakan perhatian utama organisasi untuk mencapai keefektifan


kinerja. Setiap anggota memiliki perilaku citizenship pada kegiatan yang
dikerjakannya.Kepuasan kerja diyakini berhubungan dengan perilaku para karyawan.
Tujuan penelitian ini menganalisa pengaruh kepuasan kerja pada perilaku citizenship
organisasional.

Penelitian mengenai kepuasan kerja ini mengambil sampel Lembaga Swadaya


Masyarakat di Jawa. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda
dengan teori dan penelitian yang lain karena terkait situasi dan kompleksitas organisasi
atau obyek. Dan akhirnya pembayaran akan kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap perilaku citizenship organisasional.

Dimana perlu dilakukan penelitian yang lain tentang faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian di atas, adanya factor factor yang akan
menghilangkan sisi dari kepuasan kerja itu sendiri baik dari perilaku pekerja,
komunikasi di dalam kerja, dan juga berpengaruh pada Active Listening di tempat kerja.

6. Cecep Hidayat ; Ferdiansyah (2011) : Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja


terhadap Kinerja Karyawan

Pada jurnal terakhir mengenai kepuasan kerja mengungkapkan bahwa seberapa besar
pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan baik secara
parsial maupun simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan.

Berdasarkan penelitian di atas, kepuasan kerja dapat di hasilkan apabila pekerja


memiliki motivasi yang kuat. Kepuasan kerja tidak akan tercapai apabila pekerja tidak
mendapatkan motivasi yang cukup untuk meningkatkan kinerja di perusahaan,
begitupula dengan perusahaan Benindo ini yang mengalami kendala pada kepuasan
kerja dari karyawan – karyawannya.

B. LANDASAN KONSEPTUAL

1. Komunikasi

Sebelum membahas Active Listening dan kepuasan kerja lebih jauh, perlunya
menjabarkan beberapa pengertian mengenai komunikasi. Komunikasi merupakan
proses sosial dimana individu individu menggunakan simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. (West & Turner, 2009 : 5)

Weaver berpendapat bahwa komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran


seseorang dapat mempengaruhi orang lain. (Ardianto & Q-Anees, 2011 : 17) .

Berdasarkan kedua teori menurut ahli di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
komunikasi merupakan suatu proses dimana terdapat dua orang / lebih yang saling
memberikan interaksi baik secara verbal maupun nonverbal dan memberikan dampak
pada lawan komunikasi nya.

Keterkaitan teori komunikasi dalam pembahasan ini dikarenakan komunikasi


merupakan kebutuhan dasar untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama di tempat
kerja. Dan siapapun dalam perusahaan dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan
baik.

Seperti yang sudah diungkapkan oleh West & Turner mengenai definisi komunikasi,
pimpinan perusahaan akan mengkomunikasikan berbagai macam hal yang akan
mendukung kegiatan kerja di perusahaan. Begitu pula dengan karyawan yang harus
melakukan hal yang sama agar alur komunikasi perusahaan menjadi lancar.

Selain itu komunikasi adalah bagian dari cara yang dilakukan dalam Active Listening
yang baik dan sangat bermanfaat dalam mempertahankan kepuasan kerja karyawan
PT Benindo Ekakarya Sempurna. Komunikasi yang baik sangat mendukung perusahaan
dalam melaksanakan Listening yang baik.Pada jurnal terakhir mengenai kepuasan kerja
mengungkapkan bahwa seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan.

a. Bentuk dan cara berkomunikasi

Secara luas, Komunikasi memiliki berbagai macam bentuk yang semuanya


bergantung pada segi kita memandangnya, yaitu : (Nurjaman & Umam, 2012 : 41)

 Penyampaian Pesan
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis atau elektronik
 Kemasan Pesan
Komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.
 Kemasan Keresmian
Komunikasi dapat di kategorikan sebagai komunikasi formal dan
nonformal.
 Pasangan Komunikasi
Komunikasi dapat dilihat sebagai Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi
Interpersonal

Purwanto juga meringkas bahwa ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim
digunakan dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. ( Purwanto,
2006 : 5)

Menurut bentuk bentuk komunikasi yang sudah dipaparkan, terdapat hubungan


mengenai komunikasi verbal dan nonverbal lebih jauh, sehingga penelitian dapat
dilakukan lebih lanjut.

Cara berkomunikasi dalam bukunya (Ruben & Stewart, 2013 : 62-66 ) diungkapkan
dengan 4 cara, yaitu :

 Pesan Penglihatan
 Pesan Sentuhan
 Pesan Penciuman dan Pengecapan
 Pesan Pendengaran
2. Proffesional Image

Proffesional Image banyak diketahui oleh masyarakat namun bahwasanya pengertian


yang muncul biasanya tertuju pada kalangan manajer atau pun pekerja kantoran kelas
atas. Padahal, istilah “professional image” ini berlaku untuk semua kalangan dari
tingkat atas sampai yang paling bawah.

Selain itu, banyak perusahaan yang kurang menerapkan professional image dalam
bekerja sehari-hari yang secara otomatis akan menjatuhkan image perusahaan
tersebut.

Katz menyebutkan bahwa citra adalah cara pihak lain memandang sebuah perusahaan,
produk atau jasa, seseorang atau aktivitas. (Nurjaman & Umam, 2012 : 125).

Mackiewicz percaya bahwa citra korporasi yang kuat adalah aset yang penting dalam
era kompetisi tanpa batas. (Oliver, 2007 : 51)

Menurut pemaparan mengenai citra di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra
adalah suatu penilaian dari pihak luar memandang gambaran pihak dalam perusahaan.

Perusahaan tidak bergantung pada keberhasilan dalam menjual produk ataupun


keberhasilan dalam membangun branding menjadi terkenal. Namun dituntut pula citra
agar mendapat penghargaan dari eksternal Perusahaan.

Citra perusahaan dapat dibangun berdasarkan pengalaman orang yang pernah


berhubungan dengan perusahaan baik itu mantan karyawan, supplier, consumer,
pemegang saham, dan lainnya. Setiap perusahaan mempunyai citra yang melekat
meskipun terkadang keberadaan citra itu sendiri tidak disadari.

Citra merupakan suatu hal yang tidak bisa diukur menggunakan angka karena citra
berada pada pikiran seseorang. Keterkaitan citra professional dalam penelitian ini
karena citra juga merupakan bagian dari dari perusahaan dimana dari Active Listening
yang baik juga dapat memunculkan image yang professional.

3. Komunikasi Interpersonal

Devito mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai penyampaian pesan oleh satu


orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
(DeVito, 2013 : 43)

Menurut McDavid & Harari dalam buku (Maulana & Gumelar, 2013 : 75) menyatakan
“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah suatu proses
komunikasi yang bersetting pada objek objek sosial untuk mengetahui pemaknaan
suatu stimulus yang berupa informasi atau pesan.

Rogers dalam Hidayat mengemukakan pula bahwa komunikasi antarpribadi


merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka
beberapa pribadi. (Hidayat D, 2012 : 42)

Menurut ketiga defisini yang di jabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang di lakukan bersama seseorang
dengan yang lain, dengan cara menyampaikan dan menerima informasi oleh satu
dengan yang lain, bila di kaitkan dengan proses mendengarkan, komunikasi
interpersonal sangat berperan aktif untuk menghasilkan suatu teknik mendengarkan
yang efektif, sehingga menunjukan pengertian lebih di antara keduanya.

a. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Adapun tujuan dari komunikasi interpersonal menurut Purwanto dalam buku :


(Sunyoto, 2013 : 60)

 Menyampaikan informasi kepada orang lain


 Berbagi pengalaman kepada orang lain
 Menumbuhkan simpati
 Melakukan kerja sama
 Membangkitkan motivasi

Maulana & Gumelar juga memaparkan tujuan dari komunikasi Interpersonal yang
antara lain : (Maulana & Gumelar, 2013 : 75)

 Untuk mendapatkan respons / umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda
efektivitas proses komunikasi.
 Melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respons/ umpan balik.
 Melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu dengan melakukan
modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.

Dengan adanya komunikasi interpersonal dari pihak pimpinan dan juga para
karyawan dapat terlihat sehingga memudahkan proses penelitian yang akan
dijalankan pada objek yang akan diteliti.

4. Komunikasi Verbal dan Nonverbal

a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan
dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan pesan bisnis kepada pihak lain baik
secara tertulis maupun lisan. Bentuk komunikasi verbal memiliki struktur yang
teratur dan terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian pesan –
pesan bisnis dapat tercapai dengan baik. ( Purwanto, 2006 : 5 )

Proses penyampaian informasi secara lisan yang dinamakan berbicara. Pada


kenyataannya, bahasa merupakan fungsi utama menjadi alat untuk
mengekspresikan berbagai macam perasaan dan alat komunikasi. Semua perasaan
yang didapatkan diekspresikan melalui ucapan ucapan.

Menurut Nurjaman & Umam, Komunikasi verbal sebagai alat komunikasi dengan
masyarakat, bahasa dapat memperlancar pergaulan, memperluas hubungan,
melahirkan gagasan dan idem menambah pengetahuan dan juga untuk
menyampaikan informasi. (Nurjaman & Umam, 2012 : 55)

Sebenarnya pada saat melakukan komunikasi, seseorang bukan hanya


menyampaikan pesan yang bersifat verbal, namun juga menyampaikan pesan
secara nonverbal. Kualitas proses komunikasi verbal akan menjadi lebih jelas
apabila diimbangi dengan kiat kiat dari komunikasi nonverbal.

b. Komunikasi Nonverbal

Kesadaran akan komunikasi nonverbal penting bukan hanya untuk kemampuan


bertahan, tetapi juga untuk memahami kebutuhan, perasaan, emosi dan pemikiran
orang lain. Di dalam bukunya (Iriantara & Syaripudin, 2013 : 85) , kiat kiat dalam
komunikasi nonverbal, yaitu :

 Sentuhan
Sentuhan sangat efektif digunakan, dalam menggunakan sentuhan, lawan
bicara akan mendapatkan rasa nyaman.
 Postur dan gerak tubuh
Lawan bicara menggunakan postur untuk memperjelas topic yang dibahas
dan memfokuskan perhatian. Postur dan gerak tubuh digunakan untuk
menunjukan sikap, suasana hati, setuju atau tidak setuju, rasa ingin tahu,
keramahan. Dalam hal ini seorang pimpinan perusahaan dapat menilai
komunikasi yang terjalin dari gerak tubuh dan postur karyawan.
 Ekspresi wajah
Diperlihatkan saat berbicara dan menyimak pembicaraan akan
menginformasikan siapa dan bagaimana seseorang pada lawan bicaranya.
 Kontak mata
Kontak mata penting dalam komunikasi. Tatapan mata dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat keseriusan dan juga kebohongan.
 Intonasi Suara dan Gaya bicara
Dalam hal ini, penting menekankan pada intonasi suara karena
dipergunakan untuk menilai komunikasi seseorang.
 Cara berpakaian
Apa yang melekat pada tubuh dapat menginformasikan siapa dan
bagaimana seseorang terhadap yang lainnya. Karyawan akan
memperhatikan secara detail cara berpakaian dari para pimpinan,
begitupula dengan pimpinan perusahaan. Cara berpakaian merupakan
salah satu indikator rasa percara diri dan kredibilitas seseorang, meski
penampilan dari luar memang tidak selalu menjamin kualitas pengetahuan
seseorang.

Selain adanya kiat kiat nonverbal, Maulana & Gumelar memaparkan beberapa
klasifikasi perilaku nonverbal, yaitu : (Maulana & Gumelar, 2013 : 80-81 )

 Body Motion
Adanya gesture ( gerak isyarat ), gerakan tubuh, pernyataan air muka,
perilaku / gerakan mata.
 Physical Characteristic ( karakteristik fisik )
Adanya tanda tanda fisik yang tak bergerak, seperti bau badan, berat, tinggi,
dan lainnya
 Teaching Behavior
Perilaku perilaku dalam kontak dengan orang lain seperti usapan, salaman,
dan lainnya
 Paralanguage
Hal hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa.suara, termasuk kualitas
bahasa, seperti tekanan suara.
 Proxemics
Penggunaan jarak atau pendekatan
 Artifac
Penggunaan lipstik, parfum, kacamata, wig, dan sebagainya.
 Environmental factor
Penggunaan perabotan, dekorasi interior, lampu, dan sebagainya.
C. PEMBAHASAN LANJUT TENTANG LISTENING

1. Listening

Mendengarkan adalah salah satu ketrampilan di tempat kerja. Perusahaan yang


mendengarkan secara efektif selalu mendapatkan informasi dan biasanya akan jauh
dari kesulitan. Mendengarkan secara efektif sangat penting dalam proses membangun
kepercayaan baik dari antar perusahaan lain maupun antar individu,

Di dalam jurnalnya, (Elsevier, 2005 : 159) “Listening is an active process in which


attentive focus on salient acoustic features in auditory tasks can influence receptive
field properties of cortical neurons”, yang artinya “Mendengarkan adalah proses aktif
di mana perhatian fokus pada fitur akustik penting dalam tugas-tugas pendengaran
dapat mempengaruhi sifat lapangan reseptif neuron kortikal”

a. Tujuan listening

Untuk menjadi pendengar yang baik, seseorang dapat memvariasikan cara


mendengarkan agar sesuai dengan situasi yang di hadapi. Terdapat 4 aspek dalam
mendengarkan: (Goodall, Goodall, & Schiefelbein, 2010 : 82)

1. Mendengarkan informasi

Ketika seseorang mendengarkan suatu isi pembicaraan, maka hal hal yang di
butuhkan adalah informasi yang akan menyebabkan pemahaman. Pada tahap ini,
seseorang perlu memahami, bukan mengevaluasi suatu pembicaraan. Fokus pada
informasinya saja.

2. Mendengarkan kritis

Mendengarkan kritis adalah kemampuan pendengar untuk memusyawarahkan apa


yang dikatakan dengan memfokuskan pada logika , alasan , dan sudut pandang si
pembicara. Adanya pertanyaan untuk menyelidiki sudut pandang dan kredibilitas
si pembicara.

3. Mendengarkan refleksi Diri

Pendengar merefleksikan pada bagaimana yang disampaikan, dan menaruhnya


pada kehidupan. Dengan merenungkan apa yang dikatakan dan bagaimana hal itu
akan mempengaruhi si pendengar , bergerak lebih dekat ke mendengarkan sadar.
Pendengar akan mendengarkan untuk mencerminkan identitas di tempat kerja,
tujuan pribadi kita, pemahaman kita tentang sebuah isu atau masalah, dan
kepekaan.
4. Mendengarkan sadar

Pendengar menjadi terbuka akan point point dari pandangan si speaker.


Mengembangkan keterampilan mendengarkan sadar harus menjadi tujuan bagi
siapa pun dalam bisnis. Bahkan, dalam banyak situasi bisnis kita menemukan bahwa
mendengarkan adalah tugas setiap orang. Seberapa baik seseorang
mendengarkan dalam situasi ini, tingkat di mana kita mendengarkan, dan hasil dari
mendengarkan kita semua akan memiliki dampak langsung pada kesuksesan .

Ross Jay mengemukakan terdapat tujuan lain dari mendengarkan dengan saksama,
yaitu : ( Jay, 2007 : 107 )

 Mencengah terjadinya kesalahan akibat kesalahpahaman atau komunikasi


yang buruk
 Membantu seseorang memahami apa yang sedang terjadi.
 Memungkinkan seseorang membaca apa yang tersirat ketika seseorang
berbicara
 Membuat orang lain merasa positif terhadap pendengar.

b. Kendala proses listening

Beberapa kendala yang terjadi saat berkomunikasi akan menjadikan proses


mendengar menjadi tidak efektif. Kelima kendala komunikasi saat proses
mendengar adalah : (Maulana & Gumelar, 2013 : 66 – 69 )

1. Preoccupation

Situasi dimana seseorang sedang sibuk dengan sebuah urusan lain yang tidak
secara langsung berhubungan dengan topic pembicaraan.

2. Preconceived Ideas

Berbagai ide atau pemahaman yang sudah terlanjur medominasi pemikiran


seseorang. Mengakibatkan munculnya penolakan terhadap berbagai input baru ke
dalam pemikiran. Kendala ini berhubungan dengan ego, tidak nyaman, dan malas.

3. Talking too much

Seseorang yang terlalu banyak berbicara cenderung dilatorbelakangi oleh rasa


bersalah, takut, khawatir, tidak nyaman, atau egois.

4. Thinking of Responses
Kesulitan untuk menjaga kesinambungan pernyataan.

5. Lack of interest

Seseorang cenderung mengaitkan sesuatu hanya dengan hal – hal yang di


mengerti, jika sesuatu tidak menarik, maka akan di abaikan. Padahal bisa jadi yang
di abaikan adalah informasi yang penting.

Hambatan komunikasi ialah segala macam bentuk gangguan yang menghalangi


proses komunikasi agar berjalan efektif. Terdapat faktor lain yang menyebabkan
hambatan dalam berkomunikasi, yaitu : (Maulana & Gumelar, 2013 : 64-65 )

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan yang menjadi penghambat jalannya komunikasi, yaitu
gangguan semantik yaitu gangguan tentang bahasa dan gangguan mekanik yaitu
gangguan dari saluran komunikasi berupa alat atau media.

2. Kepentingan

Komunikator yang tidak memperhatikan kepentingan komunikan akan


menimbulkan ketidakseimbangan antara keduanya, sehingga komunikan hanya
akan mau melakukan komunikasi apabila ada kepentingan yang berkaitan
dengannya.

3. Motivasi terpendam

Apabila komunikasi sesuai dengan motivasi seseorang terutama komunikan, maka


komunikasi berjalan efektif.

4. Prasangka

Prasangka akan menjadi penghambat komunikasi dan juga dapat memperburuk


keadaan. Tetapi apabila komunikasi mampu memberi kesan yang baik dan mampu
meyakinkan komunikan, maka komunikasi dapat berjalan efektif.

c. Cara mengatasi kendala listening

 Cara mengatasi kendala - kendala dalam mendengarkan, menurut ,


(Goodall, Goodall, & Schiefelbein, 2010 : 84)
 Kendalikan hambatan terhadap penerimaan fisik sebanyak mungkin.
 Hindari mendengar secara selektif. Mencoba berfokus pada pembicara dan
menganalisa apa yang didengar
 Pertahankan pikiran yang terbuka. Menghindari setiap prasangka atau tidak
mendengarkan secara defensive
 Menguraikan dengan kata sendiri mengenai ide dari pembicara
 Rekam / Tulis informasi ( jangan hanya mengandalkan daya ingat )
 Tingkatkan daya ingat jangka pendek. Dengan cara mengulang informasi,
dan mengatur dalam suatu daftar.
 Tingkatkan daya ingat jangka panjang.

Chris Battell dalam bukunya mengemukakan bagaimana meningkatkan


kemampuan mendengarkan untuk menjadi pendengar yang lebih baik yang
dimana membutuhkan beberapa persiapan mental, yaitu : ( Battell, 2006 : 3 - 4 )

 Menilai keterampilan mendengarkan diri sendiri yang sedang berlangsung


untuk mengidentifikasi adanya bidang untuk perbaikan. Fokus pada area
yang dimana ingin adanya perbaikan.
 Mengembangkan kesadaran diri. Menjadi lebih sadar akan suara internal
kita sendiri dalam artian mengontrol emosi diri sendiri akan memberi
dampak besar dari kemampuan mendengarkan.
 Belajar cara untuk melatih diri sendiri. Adanya suara hati yang memutuskan.
 Mengembangkan empati yang lebih besar untuk orang lain.

2. Active Listening

Mendengarkan dengan aktif berarti mendengar untuk memahami maksud yang di


katakan di balik pesan. Menurut Ratna, mendengar aktif adalah memahami, meyimak
secara objektif apa yang sepenuhnya ingin disampaikan oleh si pembicara. ( Mahdi &
Sulistami, 2006 : 124 )

Menurut jurnal oleh Davidhizar, mendengarkan aktif adalah strategi yang di sengaja
yang dapat memberikan jembatan di seluruh hambatan budaya, memungkinkan bias
budaya yang harus ditangani secara konstruktif dan membantu agar memastikan
semua kebutuhan terpenuhi. (Davidhizar & Ruth, 2004 : 22)

Apabila tidak mendengarkan dengan aktif, yang terjadi adalah ketidakmengertian


bahasa yang digunakan, sulit dan kurangnya waktu untuk menerjemahkan pesan
dalam bentuk kata kata, atau mengabaikan komunikasi nonverbal.

Banyak kekurangan dapat dihindari dengan cara mendengarkan secara aktif. Orang
yang mendengarkan dengan aktif harus mengetahui juga perasaan yang
melatarbelakangi pesan itu, artinya harus dapat mengetahui pesan yang di terima
secara keseluruhan.
a. Cara active listening

Nurjaman & Umam mengungkapkan beberapa cara dalam mendengarkan secara


aktif., yaitu : (Nurjaman & Umam, 2012 : 60-61 )

1. Menangkap ungkapan nonverbal

Pada saat mendengarkan aktif, penerima menangkap isyarat verbal lalu


menguraikan sendiri melalui kata kata tentang pesan yang disampaikan oleh
pengirimm dan mengulang kembali dengan cara sendiri.

2. Mengecek kembali

Penerima pesan mengecek kembali hal hal yang ada di balik pesan yang di
terimanya untuk mengerti pesan yang diterima.

3. Gambaran perilaku

Mengamati orang lain tanpa membuat keputusan tentang latar belakang,


perilaku, dan sifat merupakan upaya untuk memahami gambaran perilaku dari
seseorang. Setiap orang mempunyai ciri atau tanda yang lain yang dapat
meningkatkan keaktifan mendengarkan.

Mendengar aktif merupakan salah satu kemampuan atau keterampilan yang dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi. Cara meningkatkan kemampuan
mendengarkan aktif, yaitu : ( Mahdi & Sulistami, 2006 : 124 )

 Sediakan waktu, dengan suasana hati yang mau mendengar


 Gunakan bahasa tubuh yang tepat.
 Hindari terlalu sibuk dengan diri sendiri.
 Ajukan pertanyaan
 Hindari menginterupsi pembicara
 Jangan terlalu banyak bicara
 Ciptakan transisi halus antara peran si pembicara dan pendengar.

Dari kedua sumber mengenai cara mendengarkan aktif, seseorang akan sangat
terbantu jika dapat memahami siapa yang sedang diajak berbicara. Hal ini dapat
terjadi ketika di perusahaan, yang dimana pimpinan dan pekerja dapat saling
memahami agar tercipta komunikasi yang efektif.

b. Proses active listening


Perkembangan kemampuan mendengarkan membutuhkan pengidentifikasian dari
berbagai elemen individu dan kemampuan tertentu yang dapat meningkatkan
keefektifan mendengarkan.

Brownell menyatakan bahwa efektivitas mendengarkan dapat dimengerti melalui


indikator perilaku bahwa seseorang merasa berhubungan dengan mendengarkan
secara efektif dengan menekankan 6 unsur yang dikenal dengan HURIER Model :
(Nurjaman & Umam, 2012 : 61 )

Gambar C.2.b : Proses mendengarkan aktif

1. Hearing / Mendengar

Memberi perhatian tentang apa yang akan di katakan. Dengan kata lain
mendengarkan dengan sungguh pesan yang disampaikan oleh seorang
komunikator.

2. Understanding

Memahami pesan pesan yang dikirim. Melakukan pengulangan isi pesan dengan
kata-kata sendiri guna menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan

3. Remembering

Dapat memanggil kembali pesan yang sudah dikirimkan.

4. Interprenting

Tidak membaca apapun dari pesan yang pengirim pesan komunikasikan. berusaha
mengintrepretasikan maksud sang pembicara. Dalam arti lain adanya kemampuan
dalam mengintrepretasikan maksud si pembicara.

5. Evaluating
Tidak segera memeberikan tanggapan atas pesan yang dikirimkan. mengevaluasi
apakah persepsi penerima pesan sudah sesuai dengan si pemberi pesan.

6. Responding

Menjawab ke pengirim pesan dan memberitahukan ke sender agar tahu bahwa


receiever memberi perhatian.

Mengungkapkan komponen dari Mendengarkan yaitu Model Brownell yang


berupa HURIER. Model ini memiliki 6 komponen yang bila dikombinasikan
membentuk proses dari mendengarkan yaitu : Hearing, Understanding,
Remembering, Interpreting, Evaluating, Responding. Model ini juga sebagai proses
dinamis yang berkelanjutan, akan berkolaborasi antara dari speaker dan listener. (
Coopman & Lull, 2012 : 55-56 )

1. Hearing : Penerimaan fisik dari suara. Ketika seseorang mendengar, maka akan
selektif dalam menerima dan mengikuti suara dan stimuli lainnya. Mendengarkan
selektif dapat membantu seseorang mengidentifikasi apa yang penting dan apa
yang tidak dari semua informasi yang diterima setiap hari.

2. Understanding : Memahami apa yang sudah didengar. Mendengarkan secara


efektif dan juga aktif membutuhkan niat yang sadar untuk fokus pada si pembicara
dan berusaha untuk mengerti arti pesan dari si pembicara.

3. Remembering : Proses ini memperkenankan seseorang untuk berpikir dan


memanggil kembali informasi auditori. Untuk memanggil apa yang sudah di
dengar dan dipahami

4. Interpreting : Seseorang menetapkan sebuah artian dari suara yang sudah di


terima berdasarkan dari pengalaman dan pengetahuan sendiri.

5. Evaluating : Proses ini memperkenankan untuk kritis dalam


mempertimbangkan sebuah pesan, seperti seseorang yang menguji logika dari si
pembicara.

6. Responding : Pada akhirnya proses mendengarkan membutuhkan respons


untuk apa yang sudah pembicara katakan. Adanya respons verbal dan nonverbal
yang mendemonstrasikan keterlibatan seseorang dalam suatu komunikasi dan
merefleksikan efektivitas seseorang sebagai pendengar.

Dari konsep Brownell ini merupakan pedoman yang cukup kuat dalam menganalisa
proses Active Listening oleh pimpinan di perusahaan tempat penelitian
berlangsung. Dari semua proses diatas, peran dari teknik mendengarkan, seperti
kebudayaan dan nilai nilai dapat mengakibatkan setiap komponen yang ada.
Perkataan, nada suara dan pergerakan tubuh juga memainkan peran dalam
membuat suatu pesan yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

 Graham D Bodie (2011) : The Understudied Nature of Listening in Interpersonal


Communication: Introduction to a Special Issue
 Wong, Huerta; Enrique, Juan; Schoech, Richard (2010 ) : Experential Learning and Learning
Environments: The Case of Active Listening Skills
 Harry Weger, Gina R Castle, Mellisa C .Emmett (2010) : Active Listening in Peer Interviews: The
Influence of Message Paraphrasing on Perceptions of Listening Skill
 Sukron Makmun (2013) : Memahami Orang lain melalui mendengar secara empatik
 Rita (2012) : Hubungan Kepuasan Kerja dengan Perilaku Citizenship Organisasional
 Cecep Hidayat ; Ferdiansyah (2011) : Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan

Anda mungkin juga menyukai