Anda di halaman 1dari 10

HAMBATAN KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM PROSES KOMUNIKASI

Oleh:
Kelompok 1

1. Alvin Richard Christian Okhotan (08) / (2007521086)


2. Wiliyanda (05) / (2007521039)
3. Febrian Hardi (14) / (2007521226)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

PROGRAM STUDI SARJAN MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama
dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis. Melalui komunikasi seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain (Ruben dan Stewart, 2006), salah satu
contohnya ialah komunikasi yang terjadi antara manajer (atasan) dengan karyawan
(bawahan). Komunikasi antara manajer (atasan) dengan karyawan (bawahan) merupakan
komunikasi paling banyak dilakukan pada lingkungan kerja, karena manajer merupakan
atasan bagi karyawan. Hal yang penting dalam komunikasi antara manajer (atasan) dengan
karyawan (bawahan) yaitu bagaimana cara manajer (atasan) dapat berkomunikasi dengan
seefektif mungkin. Komunikasi juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan.
Kepemimpinan yang efektif dapat dicapai melalui proses komunikasi yang dilakukan oleh
pemimpin kepada anggotanya. Perintah pemimpin bisa saja bagus, namun tanpa komunikasi
yang efektif, maka perintah tersebut tidak akan pernah bisa terwujud. Menurut Tubss dan
Moss (dalam Mulyana, 2005), komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudkannya atau komunikasi dinilai efektif apabila
rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat
dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir dua tahun dan hingga kini belum diketahui
sampai kapan akan berakhir. Kondisi ini tentu saja menyebabkan terjadinya perubahan
besar-besaran dalam tata kehidupan sosial kita. Bukan saja dalam interaksi kita yang kini
menjadi begitu berbatas, tetapi juga berimplikasi pada berbagai aspek lainnya. Sejak
diumumkan bahwa virus corona covid-19 ini masuk ke Indonesia pada Februari 2020 silam,
pemerintah kemudian mengambil kebijakan terkait dengan pembatasan mobilitas sosial
sebagai antisipasi untuk menahan laju persebaran virus tersebut. Dengan hal tersebut, telah
mengubah pola saat bekerja diperussahaan dari sebelumnya bersifat tatap muka atau luring
jaringan (luring) menjadi dalam jaringan (daring) atau work from home (WFH). Jikapun
dilakukan secara tatap muka terbatas pada saat bekerja, dimana saat bertemu seorang klien
atau rekan kerja akan dibatasi serta harus sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat. Hal
tersebut akan menghambatnya berkomunikasi dengan karyawan atau atasan atau klien.
Dalam pelaksanaanya, pekerjaan secara daring atau work from home (WFH) dengan

1
memanfaatkan berbagai aplikasi untuk melakukan komunikasi. Aplikasi yang digunakan
berkomunikasi berupa aplikasi Zoom, Cisco Webex Meeting, Line, Whatsaspp, Google
Meet, dan masih banyak lagi. Namun demikian, tetap saja dalam praktiknya pekerjaan
secara daring atau work from home (WFH) yang berlangsung secara daring kerap
dihadapkan oleh berbagai kendala. Baik bersifat teknis maupun non teknis.
Pada paper ini akan dibahas:
1. Hambatan Komunikasi
2. Cara Mengatasi Hambatan dan Memperbaiki Komunikasi
3. Etika dalam Berkomunikasi serta Proses Mendengarkan di Tempat Kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HAMBATAN KOMUNIKASI


Untuk berkomunikasi secara efektif tidaklah cukup hanya dengan memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, tetapi juga disertai dengan pemahaman
mengenai hambatan-hambatannya. Hambatan berkomunikasi bisa terjadi di antara individu
(antarmanusia) maupun di dalam organisasi.
Menurut Onong Uchyana, ada dua jenis hambatan komunikasi, diantaranya adalah:
1. Hambatan Sosiologis; yaitu hambatan yang dapat mempengaruhi iklim sosial. Menurut
salah seorang sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnes, kehidupan manusia diklasifikasikan
dalam dua jenis pergaulan yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah
pergaulan hidup yang bersifat pribadi sedangkan Gesellschaft adalah cara pergaulan yang
dinamis, rasional, dan bukan pribadi. Seperti pada pergaulan di kantor atau dalam
organisasi.
2. Hambatan Psikologis; faktor psikologi sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi.
Hal ini disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji
diri komunikasi. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikasi sedang sedih,
bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya. Dalam
praktek berkomunikasi, kita akan mengalami berbagai macam hambatan-hambatan
sehingga tujuan atau pesan dari maksud informasi yang di komunikasikan itu tidak dapat
diterima degan baik oleh orang yang menerima informasi tersebut. kesalahan melihat atau
kesalahan dalam mendengar menjadikan komunikasi massa terhambat.

Menurut Wursanto (2005) meringkas hambatan komunikasi terdiri dari tiga macam,
yaitu:
1. Hambatan yang bersifat teknis, yang merupakan hambatan yang disebabkan oleh faktor
kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi, penguasaan
teknik dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai, kondisi fisik yang tidak
memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang dibagi menjadi kondisi fisik manusia,
kondisi fisik yang berhubungan dengan waktu atau situasi/ keadaan, dan kondisi
peralatan. Misalnya komunikasi jarak jauh dengan menggunakan smartphone dan
jaringan internet.
2. Hambatan semantik, yang disebabkan oleh kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan
dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang
dipergunakan dalam proses komunikasi. Contoh gangguan semantik dalam komunikasi,
yakni penggunaan bahasa dan kata yang ambigu atau rancu, serta tindakan komunikan
yang sudah langsung membuat kesimpulan atas pesan yang disampaikan komunikator
sebelum selesai berbicara.

3
3. Hambatan perilaku atau hambatan kemanusiaan, yang disebabkan berbagai bentuk sikap
atau perilaku, baik dari komunikator maupun komunikan. Misalnya seseorang memiliki
prilaku yang kurang baik, hal ini akan membuat lawan bicaranya akan malas untuk
berkomunikasi dengan orang tersebut.

2.2 CARA MENGATASI HAMBATAN DAN MEMPERBAIKI KOMUNIKASI


Mengatasi hambatan komunikasi berarti memperbaiki proses komunikasi baik yang
ditimbulkan oleh komunikator, komunikan maupun diluar dari keduanya tersebut. Hambatan
komunikasi yang disebabkan oleh sosiologi, antropologis, dan psikologis terdapat pada pihak
komunikan. Mengatasi hambatan ini komunikator harus memahami dan mengenal
karakteristik komunikannya sebelum melancarkan komunikasi. Dengan memahami dan
mengenal komunikannya maka akan mengenal pada kebudayaannya, gaya hidup, dan norma
kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Jika hal ini, komunikator memahami dan
mengenalnya siapa komunikan itu, niscaya dalam melancarkan komunikasi akan berhasil.
Demikian juga komunikan harus menghilangkan prasangka pada komunikator. Sebab apabila
prasangka komunikan yang biasanya bersifat buruk itu tetap melekat pada diri komunikan,
sebaik apapun isi pesan disampaikan komunikator tidak ada artinya bagi komunikan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa cara mengatasi faktor-faktor enghambat komunikasi
bersifat sosiologis, antropologis, dan psikologis adalah dengan cara mengenali diri
komunikan seraya mengkaji kondisi psikologinya sebelum komunikasi dilancarkan, dan
bersikap empati kepadanya.
Cara mengatasi hambatan komunikasi bisnis yang terkait teknis dengan
menginventarisasi perangkat yang dimiliki kemudian dianalisa apakah masih layak pakai
atau tidak. Jika dibutuhkan, dapat merencanakan pengadaan untuk perangkat komunikasi
baru yang lebih baik agar proses pengiriman dan penerimaan pesan bisa berlangsung dengan
baik. Selanjutnya yaitu cara mengatasi hambatan komunikasi semantik adalah dengan
menerapkan standar dalam komunikasi. Alur komunikasi antar divisi pun sebaiknya dibuat
jelas dan runtut untuk menghindari adanya kesalahpahaman. Kebiasaan dalam komunikasi
yang efektif dan efisien ini perlu dibangun untuk kemajuan perusahaan. Cara mengatasi
hambatan komunikasi manusiawi ini adalah dengan memberikan iklim psikologis yang
kondusif di tempat kerja. Gap usia dan sosial dapat diatasi dengan intensitas komunikasi
yang lebih sering lagi agar satu sama lain dapat saling memahami.

2.3 ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI SERTA PROSES MENDENGARKAN


DI TEMPAT KERJA
Etika sangat diperlukan dalam lingkungan organisasi, karena kemampuan untuk dapat
bekerja sama dengan rekan satu team sangatlah berpengaruh pada kesuksesan setiap unsur-
unsurnya. Menurut Bovee, C. dan Thill, J. V. (2008), berikut merupakan beberapa etika
penting untuk diingat didalam berorganisasi di dalam maupun di luar tempat kerja :

4
2.3.1 Etika di Tempat Kerja
Mengenali cara berperilaku serta cara berinteraksi dengan orang lain di
lingkungan bisnis akan membantu kita dalam bersikap profesional dan percaya diri.
Memahami etika bisnis dapat membantu kita dalam menepatkan orang lain dalam
situasi yang lebih santai, sehingga timbullah rasa nyaman saat berbisnis dan
melancarkan jalannya proses bisnis yang terjadi. Sebagai contoh, penampilan pribadi
akan memiliki dampak besar terhadap kesuksesan karir seseorang. Industri finansial
cenderung lebih formal dibandingkan dnegan posisi staf bagian pabrik atau teknisi,
umum nya staf di bidang finansial akan memiliki ciri khaas penampilan yang lebih rapi
dikarenakan berinteraksi langsung dengan konsumen. Selain dari cara berpakaian,
perhatikan juga kebersihan diri masing-masing. Sesuatu yang sederhana seperti
tersenyum juga mempengaruhi cara orang melakukan bisnis dari satu dengan lainnya.
Senyum tidak tulus mudah dikenali dikarenakan ekspresi senyum melibatkan seluruh
otot wajah,apabila tidak tulus sksn memberi reputasi bahwa kita suka berpura-pura.
Selain dari penampilan kahlian menelpon juga memiliki pengaruh penting.
Menurut Bovee, C. dan Thill, J. V. (2008), mengatakan bahwa ”menelpon ialah
percakapan yang tidak mempunyai visual dan tidak berhadapan muka, tetapi sebagai
seorang komunikator dapat menyampaikan rasa percaya diri dan profesionalisme dari
sikap dan nada suara yang dilakukan pada saat berkomunikasi melalui telefon
genggam”. Perekenalkan diri dan jelaskan kebutuhan yang diperlukan dengan sebaik
mungkin. Jadwalkan waktu menelepon dengan sebaik mungkin sehingga tidak
mengganggu pihak lain dan mempersiapkan pertanyaan maupun ifnromasi terkait.
Tips Umum dalam Mengembangkan Kemampuan Menelpon (Bovee, C. dan
Thill, J. V. (2008)) :
a) Gunakan respons verbal sesering mungkin untuk menunjukkan bahwa kita sedang
memperhatikan bahasan
b) Keraskan volume untuk emnunjukkan kepercayaan diri anda.
c) Jangan berbicara dengan monoton, variasikan tekanan dan nada suara sehingga
orang mengetahui bahwa kita tertarik dengan pembahasannya.
d) Perlambat bahasa ketika sedang berbicara dengan orang yang bahasa aslinya tidak
sama dengan anda.
e) Tetaplah fokus pada panggilan secara keseluruhan sehingga orang lain akan dengan
mudah mengetahui anda memperhatikan.
Dalam melakukan dan menerima sebuah panggilan untuk meningkatkan
kemampuan menelpon juga terdapat beberapa perihal yang perlu diperhatikan antara
lain:
i. Melakukan Panggilan
 Persiapkan diri sebelum emlakukan panggilan dan jangan membuang waktu.
 Kurangi gangguan dan hindari keributan yang dapat mengganggu pihak yang
dihubungi.

5
 Identifikasikan diri anda dan organisasi anda secara singkat dan alasan anda
menelpon serta verifikasikan apakah anda menelpon pada waktu yang tepat.
 Jangan menghabiskan waktu
 Bersikaplah ramah dan hangat.
ii. Menerima Panggilan
 Jawab dengan cepat dan ramah sehingga anda terdengar positif.
 Idientifikasikan diri anda sendiri dan perusahaan anda.
 Bangun kebutuhan orang yang memanggil anda dengan pertanyaan ”Apakah ada
yang bisa saya bantu?”.
 Jika bisa, jawab pertanyaan dengan efisien dan cepat, jika tidak bisa segera
konfirmasi dengan pihak lainnya beserta alasannya.
 Jika anda harus meneruskan panggilan atau menahan telepon maka jelaskan apa
yang akan anda lakuka terlebih dahulu.
 Jika anda haru menuliskan pesan untuk orang lain, harus lengkap dan akurat
termasuk nama pemanggil, nomor, dan organisasi.
2.3.2 Mengenali Proses Mendengarkan
Untuk menyempurnakan proses beretika pentingnya kita mempelajari proses
mendengarkan. Tujuan utama menurut Bovee, C. dan Thill, J.V. (2008) dibagi menjadi
tiga yaitu :
A. Tujuan utama mendengarkan isi (content listening), ialah untuk memahami,
dan menguasai pesan pembicara.
B. Tujuan utama mendengarkan dengan kritis (critical listening), ialah untuk
memahami dan mengevaluasi arti pesan pembicara pada beberapa tingkat entah itu
logika argumen, bukti yang kuat, kesimpulan yang valid, implikasi pesan untuk
organisasi, maksud dan motif pembicara, dan setiap informasi yang relevan yang
dihilangkan.
C. Tujuan utama mendengarkan dengan empati (emphatic listening), ialah untuk
memahami perasaan, kebutuhan, dan keinginan pembicara sehingga kita dapat
menghargai sudut pandangnya.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa mendengarkan merupakan suatu proses
yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan apa yang dipikirkan oleh banyak
orang. Agar dapat mendengarkan secara efektif, terdapat lima langkah yang perlu
dilakukan (Bovee, C. dan Thill, J.V. (2008)):
1.) Menerima, proses mendengarkan pesan secara fisik.
2.) Menafsirkan, memberikan arti terhadap suara.
3.) Mengingat, sebelum bertindak maka perlu dilakukannya pemrosesan fikiran.
4.) Mengevaluasi, mengevaluasi pesan tersebut.
5.) Merespon, bereaksi atas hasil yang sudah dievaluasi.

6
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Untuk berkomunikasi secara efektif tidaklah cukup hanya dengan memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, tetapi juga disertai dengan pemahaman
mengenai hambatan-hambatannya. Hambatan yang dialami bisa dari sosiologis, psikologi,
atau menurut Wursanto memiliki tiga hambatan seperti hambatan dari teknis, sematik, dan
perilaku atau hambatan kemanusiaan. Dengan memahami hambatan yang terjadi dalam
berkomunikasi diharapkan meminimalisir kesalahanpahaman ataupun efektif dalam
berkomunikasi.
Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh sosiologi, antropologis, dan psikologis
terdapat pada pihak komunikan. Mengatasi hambatan ini komunikator harus memahami dan
mengenal karakteristik komunikannya sebelum melancarkan komunikasi. Dengan
memahami dan mengenal komunikannya maka akan mengenal pada kebudayaannya, gaya
hidup, dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Cara mengatasi hambatan
komunikasi bisnis yang terkait teknis dengan menginventarisasi perangkat yang dimiliki
kemudian dianalisa apakah masih layak pakai atau tidak. Cara mengatasi hambatan
komunikasi semantik adalah dengan menerapkan standar dalam komunikasi. Cara mengatasi
hambatan komunikasi manusiawi ini adalah dengan memberikan iklim psikologis yang
kondusif di tempat kerja.
Etika sangat diperlukan dalam lingkungan organisasi, karena kemampuan untuk
dapat bekerja sama dengan rekan satu team sangatlah berpengaruh pada kesuksesan setiap
unsur-unsurnya. Tanpa adanya etika, orang lain akan menganggap kita bersikap tidak
profesional dan dan tidak percaya diri. Memperhatikan dari segi penampilan, kerapihan
dapat secara tidak langsung menambah kepercayaan diri dalam melakukan komunikasi. Hal
tersebut dapat dilakukan untuk mencegah permasalahan-permasalahan dalam
berkomunikasi. Untuk menyempurnakan proses beretika pentingnya kita mempelajari
proses mendengarkan. Tujuan utama menurut Bovee, C. dan Thill, J.V. (2008) dibagi
menjadi tiga yaitu : tujuan utama mendengarkan isi (content listening), tujuan utama
mendengarkan dengan kritis (critical listening), dan tujuan utama mendengarkan dengan
empati (emphatic listening). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa mendengarkan
merupakan suatu proses yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan apa yang
dipikirkan oleh banyak orang.

3.2 SARAN
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari

7
banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik serta saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bovee, C. dan Thill, J.V. 2018.Komunkasi Bisnis. Jakarta : PT. Indah Permata Putri \
Media. Edisi Kesembilan, Jilid I.
Dewi Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: C. V ANDI.
Malik Abdul. 2021. Hambatan Komunikasi dalam Perkulihan Daring pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Komunikas, 9(2),78-84.
Mulyani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, UT, 2007). h. 43
Rismayanti. 2018. Hambatan Komuikasi yang Sring Dihadapi dalam Sebuah
Organisasi, 4(1), 825-834
Sri Hadiati Purnamasari & Indah Damayanti. (2019). Hambatan Komunikasi dan Stres
Orang Tua Siswa Tunarungu Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Insight, 3(1), 1-9.
Sugiarto, A. N. (2014). Hambatan Komunikasi Horizontal PT Masterindo Jaya Global
Indonesia. E-Ekonomi, 1-12.

Anda mungkin juga menyukai