Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga
kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling mendasar.
Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat
meluas jangkauannya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis
hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa,
yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling
mendalam dan relatif permanen.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan


dari seseorang kepada orang lain atau pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini,
komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus
membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi. Komunikasi
interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan
hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu
setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin kerjasama
untuk bisa bertahan hidup.

Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami hambatan


berupa perbedaan pendapat, ketidak nyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik
yang disebabkan oleh kesalah fahaman dalam berkomunikasi secara interpersonal.
Menghadapi situasi seperti ini, maka kita perlu memiliki pengetahuan mengenai
nilai, norma, dan etika dalam komunikasi interpersonal.

Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat


diperlukan agar kita dapat menjalin interaksi dan melaksanakan aktivitas dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi formal.

1
Lebih penting lagi ketika aktivitas di dalam lingkungan pekerjaan dimana
sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sopan santun dalam komunikasi?


2. Bagaimana etika dalam komunikasi?
3. Bagaimana ber empati dalam komunikasi?
4. Bagaimana dukungan dalam komunikasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sopan santun dalam komunikasi .


2. Untuk mengetahui bagaimana etika dalam komunikasi
3. Untuk mengetahui bagaimana ber empati dalam komunikasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana dukungan dalam komunikasi.

2
BAB I I
PEMBAHASAN

2.1 Sopan Santun Dalam Komunikasi

Pengertian Sopan Santun Dalam Komunikasi

Sopan santun adalah suatu aturan atau tata cara yang berkembang secara
turun temurun dalam suatu budaya di masyarakat yang bisa bermanfaat dalam
pergaulan antar sesama manusia sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab,
saling pengertian serta saling hormat menghormati. (Taryati dalam Suharti :
2004)

Sopan santun dalam Islam adalah sopan santun terdiri dari 2 kata yaitu
sopan dan santun. Sopan artinya hormat dengan Takzim menurut adat yang
baik. Sedangkan arti santun adalah baik dan halus budi bahasa serta tingkah
lakunya, suka menolong dan menaruh belas kasihan. Dengan demikian
pengertian sopan santun adalah suatu bentuk tingkah laku yang baik dan halus
serta diiringi sikap menghormati orang lain menurut adat yang baik ketika
berkomunikasi dan bergaul yang bisa ditunjukkan kepada siapapun, kapanpun
dan dimanapun.

Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau


pesan antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga bisa dipahami
dengan mudah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan berita atau pesan dari dua
orang atau lebih supaya pesan yang dimaksud bisa dipahami.

Jadi yang dimaksud dengan sopan santun dalam komunikasi adalah suatu
aturan dan tata cara yang baik dan benar dalam proses pengiriman dan
peneriman informasi atau pesan antara komunikan dan komunikator.

3
Hal Hal Yang Di Perhatian Ketika Berkomunikasi

1. Berbicara Harus Menatap Lawan Bicara

Yang harus anda perhatikan ketika berbicara adalah konsentrasikan


diri anda sepenuhnya kepada lawan bicara. jangan melihat ke arah lain
sehingga membuat lawan bicara tersinggung. Menatap lawan bicara
sungguh-sungguh (bukan mendelik/melirik) termasuk etika berbicara yang
baik. Obyek anda adalah lawan bicara bukan yang lain.

jangan tinggalkan etika ketika anda sedang berkomunikasi dengan


orang lain. Kita sendiri juga pasti tersinggung jika ada orang lain mengajak
bicara tiba-tiba memutar hidungnya ke tempat lain. Mau menanggapi
bicaranya saja sebenarnya sudah harus disyukuri, jangan malah berpindah
hati.

Bicara itu bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan
seluruh tubuh kita kecuali kalau kita berbicara melalui telepon. Ketika
berbicara usahakan seluruh gerak tubuh kita mengarah ke lawan bicara
sehingga kita tahu bagaimana reaksi lawan bicara ketika membalas apa
yang kita ucapkan. Kalau pandangan kita beralih ke tempat lain, kita tahu
apakah lawan bicara tulus dengan ucapannya atau tidak. Bisa jadi lawan
bicara bilang setuju tetapi mimik wajahnya dan kita tahu karena
pandangan kita tidak tertuju kepadanya.

Pada saat berbicara semestinya kita seudah mempersiapkan mental


kita sepenuhnya. Karena yang kita hadapi adalah manusia yang
mempunyai perasaan, bisa senang dan susah, bisa tersinggung dan marah-
marah. Oleh sebab itu, baik itu mimik maupun mata kita harus
menampakan wajah yang bersahabat dan sungguh-sungguh.

2. Suara Harus Terdengar Jelas

Disamping kita harus menatap lawan bicara, yang tak kalah


pentingnya adalah menata suara kita agar lawan bicara dapat menangkap
dengan jelas apa yang sedang kita bicarakan. Tidak boleh terlalu terburu-

4
buru dan jangan terlalu pelan. Usahakan suara yang keluar bisa terdengar
jelas agar lawan bicara dapat terdengar apa yang kita ucapkan.

Karena kondisi tertentu seringkali kita tidak dapat mengontrol suara


kita, sehingga menjadi terlalu cepat. Lawan bicara merasa perlu
menegaskan kembali dengan bertanya balik. Atau karena tidak ingin
didengar orang lain, kita berusaha merendahkan intonasi suara sehingga di
telinga lawan bicara terdengar seperti desis ular. Kedua-duanya bukan cara
yang efektif dalam berbicara.

Berbicara dengan pelan tapi jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras
tidak perlu terlalu lemah. Yang perlu kita perhatikan pula adalah tingkat
emosional kita. Bicaralah ketika emosi kita sedang tidak konsentrasi.
misalnya kalau kita sedang marah atau sedih, usahakan agar kemarahan
atau kesedihan tersebut tidak terlihat oleh lawan bicara.

3. Gunakanlah Tata Bahasa yang Baik dan Benar

Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar belakang


seseorang. Bahasa pegawai kantor, jelas berbeda dengan orang berjualan
di pasar. Salah satu unsur pembedanya terdapat dalam pemakaian tata
bahasa yang digunakan. Bahasa pegawai kantor jelas lebih punya etika
dari pada orang pasar. Bahasa anak gaul berbeda dengan bahasa ningrat
keraton.

Sebelum berbicara sebaiknya kata-kata diatur terlebih dahulu. Jangan


sampai di tengah kalimat tiba-tiba putus karena kita tidak tahu apa yang
akan kita bicarakan. Dan tentunya tidak boleh menggunakan kata-kata
yang kasar, apalagi yang meninggung hati lawan bicara.

Kita harus mengetahui mana subyek, mana predikat, obyek dan


keterangan dalam sebuah kalimat. Kita harus tahu pula bagaimana
menempatkan perangkat kalimat pada tempat yang benar. jangan sampai
kita bingung dengan kalimat yang kita ucapkan sendiri.

5
4. Jangan menggunakan Nada Suara yang Tinggi

Citra pegawai kantor adalah citra kesopanan artinya orang lain melihat
pegawai kantor sebagai orang yang tahu etika, punya tata-krama dan
santun dalam segala tindak-tanduknya. Sikap dan perilakunya
mencerminkan orang berpendidikan.

Kesan tersebut akan semakin membekas ketika kita sedang berbicara.


Dari pembicaraan itu orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang
pegawai kantor atau bukan. Gaya bicara, intonasi yang dipakai, dan tata
bahasa, jelas berpengaruh besar di telinga pendengar.

Sebagai pegawai kantor, sebaiknya berbicara dengan kalimat yang


jelas dan intonasi yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, juga tidak
terlalu rendah. Tunjukan kesan bahwa kita bisa mengontrol intonasi
dengan baik.

Pakailah nada suara yang datar-datar saja, sehingga setiap orang dapat
mendengarnya dengan baik. Kalau terlalu tinggi dikhawatirkan tidak
semua pendengarnya dapat mendengar dengan baik. Apalagi jika kita
ditunjuk sebagai pembicara, nada suara harus benar-benar dijaga. Sebab,
pendengar dalam sebuah forum baik ceramah maupun diskusi cenderung
beragam.

Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak
mungkin sanggup berteriak selama satu jam terus-menerus. Apa yang kita
bicarakan sebaiknya dapat kita nikmati jangan malah menjadi beban.

Disamping itu, kurang beretika rasanya kalau kita berbicara dengan


nada suara yang tinggi. Kecuali jika kita sedang membakar semangat para
anak-anak muda untuk terjun ke medan perang. Dalam situasi yang biasa,
aman dan tidak darurat, Sebaiknya nada suara kita tidak terlalu tinggi.

5. Pembicaraan Mudah Dimengerti

Tujuan utama berbicara adalah untuk membuat lawan bicara mengerti


apa yang sedang kita bicarakan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita cukup

6
toleran dengan para pendengar kita. Kita harus pandai-pandai memilih
lawan bicara, sebab hal ini berkaitan dengan bahasa yang kita pakai.
Jangan karena ingin dianggap sebagai pegawai kantor ke mana-mana kita
selalu menggunakan bahasa tingkat tinggi.

Kita harus pandai menyesuaikan diri dengan kondisi dan latar


belakang lawan bicara yang kita hadapi. Jangan terjebak oleh keinginan
untuk menjaga image atau gengsi sehingga mengorbankan lawan bicara.

Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Tidak penting


anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting adalah orang lain
mengerti terhadap apa yang sedang kita bicarakan. Biarkan orang lain
menganggap diri kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu hak mereka.

Sering kita mendengar ada orang berbicara dengan menggunakan


bahasa yang tinggi. Padahal pendengarnya hanya para pedagang yang
tidak sempat mengikuti perkembangan jaman. Memang ia berhasil
membangun kesan di tengah audiennya bahwa ia pembicara yang pandai,
Tetapi ketika ditanyakan kepada mereka apakah mereka mengerti, mereka
malah bingung.

2.2 Etika Dalam Komunikasi

Pengertian Etika Dalam Komunikasi

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur


tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling
menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler, dan lain-lain.

Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator


dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak
yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak
asasi manusia secara umum.

7
Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan
etika.

Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani
disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia.

Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku
baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian etika antara lain
sebagai berikut:
a.      Pendapat Drs. D.P. Simorangkir 
Etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
b.      Pendapat Drs. Sidi Cjajalba
Etika ialah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang
dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
c.       Pendapat Dr. A. Voemans
Etika dan etik terdapat hubungan yang erat dengan masalah
pendidikan.
Cara yang paling mudah menerapkan etika komunikasi interpersonal ialah,
pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi,bahkan kita semuanya
sebagai anggota masyarakat perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1) Nilai nilai dan norma-norma sosial budaya setempat


2) Segala aturan,ketentuan,tata tertib yang sudah disepakati.
3) Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya
4) Tata karma pergaulan yang baik
5) Norma kesusilaan dan budi pekerti
6) Norma sopan santun dalam segala tindakan

8
Bentuk Etika Komunikasi dan Cara Etika Berkomunikasi Yang Baik:

1. Etika komunikasi interpersonal tatap muka

Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang


terlibat dalam proses komunikasi. Norma etika mesti kita
perhatikan,karena apabila kita melakukan kesalahan meskipun tidak
disengaja,sangat mungkin menyebabkan orang lain sakit hati. Hati-
hatilah dalam berbicara dengan siapapun, terutama dengan yang lebih
senior,agar tidak mendatangkan akibat kurang menyenangkan dalam
membina hubungan baik dikemudian hari.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi tatap muka;

a) Melihat Ekspresi Mata


Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan
pembicaraan adalah caraefektif untuk menyelesaikan tugas dan
pekerjaan. Dalam melakukan pembicaraan,perlu diperhatikan norma
etika sehingga pembicaraan berlangsung nyaman dan menyenangkan
bagi kedua belah pihak. Ketika kita berkomunikasi secara tatap muka,
muka kita bisa melihat bagaimana raut wajah orang-orang yang ada
disekitar kita. Dengan bekal pengalaman kita dapat mengenali suasana
hati orang yang berbicara dengan kita melalui raut wajahnya. Bagian
tubuh manusia yang paling banyak berbicara adalah ekspresi
wajah,khususnya pandangan mata meskipun mata tidak berkata apa-
apa. Beberapa ahli psikologi sepakat bahwa mata adalah ungkapan
perasaan yang sesungguhnya, untuk mengetahui apakah seseorang
berkata jujur ataukah bohong yaitu dapat dilihat dari matanya.

b) Melihat Raut Wajah


Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah
diiibaratkan sebagai cermin dari pikiran dan perasaanseseorang,
misalnya ketika seseorang mengungkapkan bahagianya tanpa ia sadari
perasaan itu ia ekspresikan pada wajahnya,senyum mengembang pada
wajah yangcerah. Tetapi adakalanya ekspresi wajah seseorang tidak

9
sesuai dengan apa yang ia ungkapkan pada pesan verbalnya contohnya
seseorang mengatakan bahwa ia tidak marah tetapi wajahnya terlihat
tegang, hal ini terjadi pada seseorang yang berusaha menyembunyikan
perasaan yang sebenarnya. Pada awalnya mungkin orang tersebut
berhasil menyembunyikan perasaan sebenranya dengan cara berpura-
pura tetapi lama kelamaan wajahnya alan mengekspresikan perasaan
atau emosi yang sebenarnya.

Norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka


yang perlu diperhatikan:

1) Waktu berbicara hendaklah kita tenang,sekali-kali boleh saja


menegaskan pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan
sopan. Gerak tangan hendaklah diatur tidak terlalu banyak, dan
jangan menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara.
2) Jangan kita bicara sesuatu yang ingin dilupakan orang lain.
Kembangkan tema pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun
teman kita. Kalau teman kita sudah tidak tertarik dengan satu tema
pembicaraan tertentu, hendaknya kita memaklumi dan
menyesuaikannya.
3) Janganlah mempergunjingkan orang lain apa lagi yang digunjingkan
itu tentang kejelekan dari sisi negative orang lain, memang
menggunjing ngerumpi itu mengasyikan,tetapi hal itu menunjukan
etika jelek karena hanya membicarakan kesalahan orang lain, tanpa
dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja banyak kekurangan
dan kesalahan.
4) Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah
mendengarkan oranglain, dan jangan memotong pembicaraan orang
lain. Tuhan memberikan telinga lebih banyak dari mulut.ini adalah
pelajaran budi pekerti yang nyata agar kita lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara. Hendaklah kita berdiam dan
memperhatikan ketika orang tua sedang berbicara.
5) Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai
dengan yang kita ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari

10
kepada para penganutnya untuk mengatur jaraksedemikian rupa
sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi.
6) Ketika kita tengah berbincang dengan teman,suara hendaklah
disesuaikan, jangan terlalu keras. Kalau hendak batuk,bersin atau
menguap hendaklah ditutup mulut dengan tangan.

2. Etika berkomunikasi dengan media telepon.

Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah


menjadi media komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi
penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara menelpon maupun
menerima telepon tidak mengikuti tata karma maka nama baik akan
dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah prinsip etika berkomunikasi
dengan telepon sangat perlu dipahami dandilaksanakan.

Beberapa prinsip dibawah ini perlu diperhatikan saat


berkomunikasi dengan media telepon:

1) Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu


yang tepat. Jangan menelepon pada saat orang sedang istirahat (malam
hari), atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita
sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa ditunda.
2) Berbicaralah dengan tenang,jelas dan langsung ke sasaran
3) Ketika sedang berbicara,berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan
bicara.
4) Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat
kita,berilah isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak
bicara
5) Siapkanlah pensil dan kertas untuk mencatat seperlunya.
6) Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih.
7) Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang
telepon.

11
8) Kalau telepon dirumah atau dikantor kita bordering,segera angkat
gagang peswat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan
dan menandakan kurangnya perhatian.
9) Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi
etika, ialah dengan membayangkan seolah-plah lawan bicara bertatap
muka dengan kita.

2.3Empati Dalam Komunikasi

Pengertian Empati

Empati mempunyai hubungan dengan komunikasi, karena empati dapat


dibangun dari komunikasi yang efektif. Namun cakupan pengaruh empati lebih
luas dari komunikasi. Jika komunikasi hanya terbatas pada dua jenis saja, yaitu
verbal dan non verbal, maka empati bisa terbentuk meski hanya melalui
perasaan, pengetahuan dan juga keyakinan seseorang akan sesuatu.

            Pengertian empati itu sendiri dibahasakan sebagai “Suatu pengenalan


dan pemahaman status pikiran, keyakinan, keinginan, dan khususnya perasaan
dari orang lain; yaitu kemampuan menempatkan diri seperti yang dialami pada
keadaan orang lain atau mengalami pandangan, harapan atau emosi orang lain
dalam dirinya, dan bisa dikatakan pula sebagai resonansi emosi.

            Dari pengertian empati diatas, secara gamblang dapat kita tarik suatu
kesimpulan bahwa salah satu cara pengenalan dan pemahaman terhadap
kondisi orang lain bisa kita dapatkan melalui komunikasi. Komunikasi yang
baik, ditambah rasa peka akan sesuatu yang dialami atau dirasakan oleh orang
lain dapat menciptakan sebuah empati yang baik pula

Beberapa ahli mengatakan defenisi empati yaitu :

a. Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan


perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian
mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga
menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti perasaan orang lain itu.

12
Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang
lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati
menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar
hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.

b. Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk


membangun hubungan yang saling mempercayai. Ia memandang empati
sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan
menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna
terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati
mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasan
orang lain secara tepat.

2.4 Dukungan Dalam Komunikasi

Menurut Sugiyo (2005: 6) dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya


suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih – lebih dari komunikator.
Rahmat (2005: 133) mengatakan bahwa “sikap supportif adalah sikap yang
mengurangi sikap defensif”. Jack R.Gibb (Rahmat, 2005: 134) menyebutkan
beberapa perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu :

1.      Deskripsi, yaitu menyampaikan perasaan dan persepsi kepada orang lain
tanpa menilai; tidak menguji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan,
bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai
diri mereka.
2.      Orientasi masalah, yaitu mengajak untuk bekerjasama mencari pemecahan
masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi secara bersama – sama menetapkan
tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
3.      Spontanitas, yaitu sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang
terpendam.
4.      Provisionalisme, yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri
sendiri, mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan sehingga wajar
kalau pendapat dan keyakinan diri sendiri dapat berubah.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sopan santun adalah suatu aturan atau tata cara yang berkembang secara
turun temurun dalam suatu budaya di masyarakat yang bisa bermanfaat dalam
pergaulan antar sesama manusia sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab,
saling pengertian serta saling hormat menghormati.
Hal Hal Yang Di Perhatian Ketika Berkomunikasi
1. Berbicara Harus Menatap Lawan Bicara
2. Suara Harus Terdengar Jelas
3. Gunakanlah Tata Bahasa yang Baik dan Benar
4. Jangan menggunakan Nada Suara yang Tinggi
5. Pembicaraan Mudah Dimengerti

Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut
ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia.
Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik
dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.

Empati mempunyai hubungan dengan komunikasi, karena empati dapat


dibangun dari komunikasi yang efektif. Namun cakupan pengaruh empati lebih
luas dari komunikasi. Jika komunikasi hanya terbatas pada dua jenis saja, yaitu
verbal dan non verbal, maka empati bisa terbentuk meski hanya melalui perasaan,
pengetahuan dan juga keyakinan seseorang akan sesuatu

Menurut Sugiyo (2005: 6) dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya


suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih – lebih dari komunikator.
Rahmat (2005: 133) mengatakan bahwa “sikap supportif adalah sikap yang
mengurangi sikap defensif”.

14
3.2 Saran
Penyusun berharap agar mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi
sistem informasi dapat menggunakan komunikasi antar pribadi yang efektif
dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga hubungan yang terjadi dapat
berlangsung harmonis dan dapat membantu mempermudah pencapaian tujuan
dalam aktivitas pekerjaan.

15

Anda mungkin juga menyukai