Latar Belakang
Ahli psikologi menyebut istilah lain dari kesadaran diri dengan nama metakognisi
dan metamood, yaitu kesadaran orang akan proses berpikir dan kesadaran emosinya
sendiri. Proses metakognisi menyebabkan individu dapat mengontrol aktivitas
kognitifnya, sehingga dapat mengarahkannya untuk memilih situasi dan strategi yang
tepat bagi dirinya di masa yang akan datang.
Menurut Listyowati (2008), self awareness adalah keadaan dimana individu dapat
memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya, yaitu kesadaran mengenai pikiran,
perasaan, dan evaluasi diri. Individu yang memiliki self-awareness yang baik maka
memiliki kemampuan mengontrol diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam
memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.
Menurut Solso dkk (2007), self awareness adalah kesiapan (awareness) terhadap
peristiwa yang di lingkungan sekitarnya dan peristiwa kognitif yang terdiri dari memori,
pikiran, perasaan dan sensasi fisik.
George Herbert Mead menyatakan teori tentang manusia yang disebut teori mead.
Teori Mead berkembang dalam konteks alam pikiran dari teori darwin (pencetus teori
evolusi). Manusia adalah makhluk yang sangat rasional dan menyadari keberadaan
dirinya. Tiap tindakan yang dilakukan oleh manusia benar-benar disadari dan
dimengerti oleh manusia.
Dessler (1997), mengemukakan arti penting sumber daya manusia itu sendiri terhadap
organisasi terletak pada kesadaran diri manusia untuk bereaksi positif terhadap sasaran
pekerjaan atau kegiatan yang mengarah pada pencapaian organisasi.
Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001), mengemukakan berhasil tidaknya suatu
organisasi dalam pencapaian tujuan akan banyak ditentukan oleh kesadaran individu-
individu dalam menjalankan tugas yang diembannya, sebab manusia merupakan
pelaksana kegiatan dalan rangka pencapaian tujuan.
Eko Harianto (2011), mengemukakan dari istilah psikologi bahwa kesadaran diri diawali
dengan melihat terminologi istilah pribadi yang berarti, sendiri atau mandiri. Dari sana
didapatkan pengertian tentang kesadaran diri yaitu: Dengan akal budi yang dimiliki,
Manusia mengetahui apa yang dilakukan dan mengapa melakukannya
Menurut Ahmad (2008), kesadaran diri atau self awareness pada individu terdiri dari
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
Konsep diri (self-concept). Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki
individu tentang diri mereka sendiri (karakteristik fisik, psikologis, sosial dan
emosional).
Proses menghargai diri sendiri (self-esteem). Harga diri adalah dasar untuk
membangun hubungan antar manusia yang positif, proses belajar, kreativitas
serta rasa tanggung jawab pribadi. Harga diri merupakan semen yang merekat
kepribadian individu menjadi satu struktur yang positif, utuh, dan efektif. Pada
tiap tahapan kehidupan individu, harga diri inilah yang menentukan tingkat
kemampuan mengolah sumber daya atau potensi yang dibawanya sejak lahir.
Identitas diri individu yang berbeda-beda (mutiple selves). Identitas berbeda atau
multiple selves adalah ketika individu melakukan berbagai aktivitas, kepentingan,
dan hubungan sosial. Ketika individu tersebut terlibat dalam suatu hubungan
inter-personal, maka ia memiliki dua konsep diri. Pertama, persepsi mengenai
diri sendiri, dan persepsi tentang orang lain terhadap diri individu itu sendiri.
Kedua, identitas berbeda juga dapat dilihat dari bagaimana individu memandang
diri ideal-nya. Yaitu saat bagian konsep diri memperlihatkan siapa diri individu
yang sebenarnya dan bagian lain memperlihatkan ingin menjadi apa (idealisasi
diri). Identitas ini disebut juga dengan kesadaran diri pribadi dan kesadaran diri
publik.
Sedangkan menurut Goleman (1996), terdapat tiga aspek dalam kesadaran diri (self
awareness) yaitu:
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu kesadaran diri dalam bekerja disuatu
perusahaan menurut beberapa tokoh antara lain:
Mangkunegara (2006), yang mengacu pada teori mead menambahkan terdapat aspek-
aspek faktor standar kesadaran diri individu dalam melakukan pekerjaannya, antara
lain:
H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutip Nanang Fattah, mengemukakan Faktor kesadaran
diri terhadap pimpinan, antara lain :
Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini
mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi
pilihan akan gaya kepemimpinan.
Harapan dan perilaku atasan.
Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
Harapan dan perilaku rekan.
Mahsun (2006), Mengemukakan tingkat faktor kesadaran kerja ada beberapa elemen
pokok antara lain:
Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.
Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Berdasarkan penjelasan para tokoh diatas dapat diambil kesimpulan faktor-faktor dari
kesadaran diri adalah sebagai berikut:
Menurut Schafer (1996), dalam membentuk self awarenes atau kesadaran diri dalam
diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri dari lima elemen utama,
yaitu sebagai berikut:
Menurut Sastrowardoyo (1991), untuk mencapai kesadaran diri yang baik, terdapat
beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
Tahap ketidaktahuan. Tahap ini terjadi pada seorang bayi yang belum memiliki
kesadaran diri, atau disebut juga dengan tahap kepolosan.
Tahap kesadaran normal akan diri. Dalam tahap ini seseorang dapat melihat
kesalahan-kesalahannya untuk kemudian membuat dan mengambil tindakan yang
bertanggung jawab. Belajar dari pengalaman-pengalaman sadar akan diri disini
dimaksudkan satu kepercayaan yang positif terhadap kemampuan diri. Kesadaran diri
ini memperluas pengendalian manusia atas hidupnya dan tahu bagaimana harus
mengambil keputusan dalam hidupnya.
Tahap kesadaran diri yang kreatif. Dalam tahapan ini seseorang mencapai
kesadaran diri yang kreatif mampu melihat kebenaran secara objektif tanpa
disimpangkan oleh perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan subjektifnya. Tahapan
ini bisa diperoleh antara lain melalui aktivitas religius, ilmiah atau dari kegiatan-kegiatan
lain di luar kegiatan-kegiatan yang rutin. Melalui tahapan ini seseorang mampu melihat
hidupnya dari perspektif yang lebih luas, bisa memperoleh inspirasi-inspirasi dan
membuat peta mental yang menunjukkan langkah dan tindakan yang akan diambilnya.